MAKALAH
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
APRIL 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) Sektor Perkebunan” dengan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan
penulisan makalah.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Pajak Bumi dan Bangunan & Bea Meterai. Dalam melakukan penulisan dan
penyusunan makalah ini, penulis seringkali menghadapi berbagai tantangan serta
hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sangat baik. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Latifah Hanum, SE.,MSA.,Ak. selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Pajak Bumi
dan Bangunan & Bea Meterai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan bagi penulis untuk dapat melangkah lebih
maju lagi di masa depan. Akhir kata, penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Objek PBB Perkebunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Dasar Pengenaan PBB Perkebunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.3. Perhitungan Standar Investasi Tanaman (SIT) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.4. Penghitungan PBB Perkebunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(PBB) Sektor Perkebunan”.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai apa saja objek pajak dari PBB sektor
perkebunan;
2. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai dasar pengenaan pajak pada PBB
sektor perkebunan;
3. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai cara perhitungan Standar Investasi
Tanaman (SIT) pada PBB sektor perkebunan; dan
4. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai cara menghitung PBB sektor
perkebunan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bangunan per meter persegi. Sedangkan NJOP bangunan per meter persegi adalah hasil
konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP
bangunan.
Selanjutnya pada Pasal 9 PER-31/PJ/2014, Nilai Bumi per meter persegi merupakan
hasil pembagian antara total nilai bumi dengan total luas areal objek pajak yang
dikenakan PBB Perkebunan. Total nilai bumi merupakan jumlah dari perkalian luas
masing-masing areal objek pajak yang dikenakan PBB Perkebunan dengan nilai bumi per
meter persegi masing-masing areal objek pajak dimaskud. Nilai bumi per meter persegi
untuk masing-masing areal objek pajak berupa:
Areal Empalasemen dan areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif,
ditentukan melalui perbandingan harga tanah sejenis yang ada di sekitarnya;
Areal Produktif, ditentukan melalui perbandingan harga tanah yang ada di
sekitarnya ditambah dengan Standar Investasi Tanaman (SIT);
Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami dan areal pembibitan pada Areal
Belum Produktif, ditentukan melalui penyesuaian terhadap nilai bumi per meter
persegi untuk areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif;
Areal pengaman, ditentukan melalui penyesuaian terhadap nilai bumi per meter
persegi Areal produktif; dan
Areal tidak produktif, ditentukan melalui penyesuaian terhadap nilai bumi per
meter persegi untuk areal yang belum diolah dan pada Areal Belum Produktif.
Pada Pasal 10 PER-31/PJ/2014, dijelaskan bahwa nilai bangunan per meter persegi
merupakan hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan total luas bangunan.
Sedangkan total nilai bangunan merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing
bangunan. Berikutnya, nilai bangunan untuk masing-masing bangunan ditentukan
sebesar biaya pembangunan baru setelah dikurangi penyusutan.
4
setiap tahun. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-72/PJ.6/1999
tentang Tata Cara Perhitungan Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan, data
biaya investasi setiap tahun dimulai dari tahap pembukaan lahan (land clearing),
pembibitan, penanaman (bisa terjadi dalam tahun yang sama ataupun tidak),
pemeliharaan hingga tanaman tersebut menghasilkan dapat diperoleh dari dinas
perkebunan setempat, instansi yang terkait atau informasi langsung dari wajib pajak.
Berdasarkan SE-72/PJ.6/1999, cara perhitungan SIT untuk sektor perkebunan terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Tanaman Berumur Panjang (lebih dari setahun)
Cara menentukan SIT untuk tanaman berumur panjang adalah dengan
menjumlahkan biaya yang telah dikeluarkan setiap tahun sampai dengan tahun
perhitungan Standar Investasi, dengan konsep perhitungan nilai yang akan datang
(Future Value). Artinya, biaya yang telah dikeluarkan pada saat pembukaan lahan,
tahun pertama, kedua dan seterusnya, akan bertambah nilainya pada akhir tahun
ke-n. Hal ini berkaitan dengan tingkat bunga diskonto (discount rate) yang dalam
perhitungan ini ditetapkan berdasarkan keadaan ekonomi normal sebesar 10%
(sepuluh persen).
2. Tanaman Berumur Pendek
Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami
lebih dari satu kali periode tanaman, maka besarnya standar investasi tanaman
perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar biaya investasi untuk satu kali
periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun.
Rumus dari perhitungan SIT untuk sektor perkebunan sebagaimana dijelaskan dalam
Lampiran I SE-72/PJ.6/1999 adalah sebagai berikut:
SIT n = B0 x (1 + i)n + B1 x (1 + i)n - 1 + B2 x (1 + i)n – 2 + B3 x (1 + i)n - 3 + ... + Bn x (1 + i)0
Keterangan:
SIT n = Standar Investasi Tanaman tahun ke-n
I = Tingkat bunga diskonto (ditetapkan 10%)
B0, B1, B2, ..., Bn = Biaya yang dikeluarkan saat pembukaan lahan, tahun ke-satu,
tahun ke-dua, dan seterusnya sampai tahun ke-n.
Adapun contoh perhitungan SIT untuk jenis tanaman berumur panjang dan tanaman
berumur pendek sebagaimana dijabarkan dalam Lampiran I SE-72/PJ.6/1999 adalah
sebagai berikut:
a. Tanaman Berumur Panjang
Diketahui satuan biaya untuk tanaman karet per-Ha sebagai berikut :
5
Biaya Pembukaan lahan pada tahun ke-0 = Rp. 329.060
Biaya Penanaman pada tahun ke-0 = Rp. 1.269.462
Biaya Pemeliharaan tahun ke-1 = Rp. 402.181
Biaya Pemeliharaan tahun ke-2 = Rp. 380.588
Biaya Pemeliharaan tahun ke-3 = Rp. 379.494
Biaya Pemeliharaan tahun ke-4 = Rp. 333.037
Biaya Pemeliharaan tahun ke-5 = Rp. 548.293
Tingkat bunga diskonto yang digunakan = 10%
Maka besarnya SIT per-Ha pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
6
= Rp. 5.043.628
Besarnya biaya investasi yang diperlukan per Ha adalah total biaya yang dikeluarkan,
maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
= Rp. 1.200.000 + Rp. 1.795.000 + Rp. 620.000 + Rp. 160.000
= Rp. 3.775.000
Apabila dalam setahun terjadi 2 (dua) kali periode tanam, maka biaya investasi yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
= 2 x Rp. 3.775.000
= Rp. 7.550.000
7
Gudang: 1 Ha, kelas 147 (Rp. 10.000/m2)
Pabrik: 2 Ha, kelas 147 (Rp. 10.000/m2)
B. Bangunan
a. Kantor: 500 m2, kelas 072 (Rp. 700.000/m2)
b. Gudang: 1.000 m2, kelas 078 (Rp. 505.000/m2)
c. Pabrik: 4.000 m2, kelas 084 (Rp. 365.000/m2)
B. NJOP Bangunan
a. Kantor: 500 x Rp. 700.000 = Rp. 350.000.000
b. Gudang: 1.000 x Rp. 505.000 = Rp. 505.000.000
c. Pabrik: 4.000 x Rp. 365.000 = Rp. 1.460.000.000+
NJOP Bangunan = Rp. 2.315.000.000
Berdasarkan contoh soal dan perhitungan diatas, untuk menentukan besarnya PBB
terutang maka kita harus menghitung NJOP Tanah untuk setiap areal terlebih dahulu.
Dalam contoh soal dijabarkan mengenai perhitungan NJOP Tanah untuk Area Kebun dan
8
Area Emplasemen. Setelah menghitung NJOP Tanah secara keseluruhan, selanjutnya
kita menghitung NJOP Bangunan secara keseluruhan sehingga kita dapatkan total NJOP
keseluruhan dari tanah dan bangunan. Kemudian NJOP tanah dan bangunan tersebut
dikurangi dengan NJOPTKP sehingga kita mendapatkan NJKP untuk basis perhitungan
PBB terutang. Untuk mengetahui berapakan jumlah PBB perkebunan terutang kita
menggunakan rumus perhitungan PBB perkebunan yaitu tarif PBB perkebunan (0,5%) x
40% x (NJOP-NJOPTKP). Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa PBB
perkebunan terutang PT Maju Jalan adalah sebesar Rp. 22.892.600.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
10
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditulis, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, sangat diperlukan untuk memahami dengan baik mengenai
konsep PBB sektor perkebunan mulai dari pengertian, objek dan subjek pajak,
dasar pengenaan pajak dan dasar perhitungannya, serta cara perhitungan PBB
terutang. Karena materi ini masih di dalam ruang lingkup PBB P3 (Perkebunan,
Perhutanan, dan Pertambangan) dan tiap sektor dijabarkan secara spesifik.
3. Bagi Masyarakat
11
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-72/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Perhitungan
Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.
Website
DDTC. Ilustrasi Kasus Perhitungan PBB Sektor Perkebunan. Diakses dari
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/88, pada tanggal 10 April 2022 pukul
18:15 WIB.
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 2021 : Kementan Dorong Kontribusi
Perkebunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Diakses dari
https://ditjenbun.pertanian.go.id/2021-kementan-dorong-kontribusi-perkebunan-
terhadap-pertumbuhan-ekonomi-nasional/, pada tanggal 10 April 2022 pukul 18:20
WIB.
Widya. Mengenal Pajak Perkebunan. Diakses dari
https://www.sobatpajak.com/article/5fa0075d76fc9d5a95175b74/Mengenal%20Pajak
%20Perkebunan, pada tanggal 10 April 2022 pukul 18:30 WIB.
12