Anda di halaman 1dari 12

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SEKTOR PERHUTANAN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Pajak Bumi dan Bangunan & Bea Meterai

yang diampu oleh Ibu Latifah Hanum, SE., MSA.,Ak

Disusun Oleh :

Jessica Halim / 195030400111006

Rifqi Hasperi / 195030400111049

Rama Semida Nehemia M. / 195030401111001

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) Sektor Perhutanan” dengan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan
penulisan makalah.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Pajak Bumi dan Bangunan & Bea Meterai. Dalam melakukan penulisan dan
penyusunan makalah ini, penulis seringkali menghadapi berbagai tantangan serta
hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sangat baik. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Latifah Hanum, SE.,MSA.,Ak. selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Pajak Bumi
dan Bangunan & Bea Meterai.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan bagi penulis untuk dapat melangkah lebih
maju lagi di masa depan. Akhir kata, penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Malang, 17 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.1. Objek PBB Perhutanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.2. Dasar Pengenaan PBB Perhutanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.3. Penghitungan PBB Perhutanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak Bumi dan Bangunan sektor perhutanan merupakan bagian dari PBB P3 yang
dikelola oleh pemerintah pusat, selain PBB perhutanan PBB P3 juga mencakup sektor
lain yaitu perkebunan dan pertambangan, PBB P3 sendiri selama ini telah memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk penerimaan pajak nasional, tercatat pada tahun
2020 PBB P3 menyumbang penerimaan pajak sebesar 608,72 Miliar, penerimaan
tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
yaitu sebesar 102,6 Miliar dan 311 Miliar pada tahun 2017 dan 2018, hal ini menunjukkan
pentingnya peran PBB P3 dalam penerimaan pajak nasional khususnya dari sektor PBB.
Kawasan Indonesia yang saat ini masih didominasi oleh hutan dan perkebunan berarti
masih besarnya potensi penerimaan PBB dari sektor tersebut. Pengenaan PBB
Perhutanan memiliki ketentuan yang rinci terkait dengan dasar objek pengenaan, dasar
pengenaan, dan perhitungan PBB Perhutanan, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan
ketiga topik utama tersebut untuk mempermudah memahami PBB perkebunan secara
komprehensif dan mendalam, selain memahami konsep PBB Perhutanan makalah ini
juga akan mencoba menjelaskan bagaimana tata cara dalam menghitung PBB
Perhutanan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi objek pajak dari PBB sektor perhutanan?
2. Bagaimanakah dasar pengenaan pajak pada PBB sektor perhutanan?
3. Bagaimanakah cara mengitung PBB sektor perhutanan?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui serta mendeskripsikan apa saja objek pajak dari PBB perhutanan;
2. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai dasar pengenaan pajak pada PBB
sektor perkebunan;
3. Mengetahui serta mendeskripsikan mengenai cara menghitung PBB sektor
perhutanan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Objek Pajak PBB Perhutanan


Objek pajak PBB sektor perhutanan meliputi bumi dan atau bangunan yang berada di
kawasan perhutanan. Bumi yang berada dalam kawasan perhutanan meliputi permukaan
bumi. Kawasan perhutanan meliputi:
a. Areal sebagaimana tercantum dalam IUPHHK-HA dan/atau IUPHHBK-HA,
IUPHHK-RE, IUPHHK-HTI dan/atau IUPHHK-HT, atau penugasan dari pemerintah
kepada Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. Areal di luar areal sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan dan secara fisik tidak
terpisahkan.

Izin Pengusahaan Hutan sebagaimana telah disebutkan di atas dapat dijabarkan


sebagai berikut:
1. IUPHHK-HA
Izin memanfaatkan Hutan Produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan,
pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan
pemasaran hasil hutan kayu/ bukan kayu (Hak Pengusahaan Hutan)
2. IUPHHBK-HA
Izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dari Hutan
Alam pada Hutan Produksi melalui kegiatan pengayaan, pemeliharaan,
perlindungan, pemanenan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
3. IUPHHK-HT
Izin usaha untuk membangun Hutan Tanaman pada Hutan Produksi yang dibangun
oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi dan kualitas Hutan Produksi
dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri (Hak Pengusahaan Hutan
Tanaman/HPHT), (Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri/HPHTI)
4. IUPHHBK-HT
Izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dari Hutan
Tanaman pada Hutan Produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
5. IUPHHK-RE
Izin usaha yang diberikan untuk membangun kawasan dalam Hutan Alam pada
Hutan Produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan

2
fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan, dan
pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan,
penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur
hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim,, dan topografi) pada
suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan hayati dan
ekosistemnya.

Areal yang secara fisik tidak terpisahkan sebagaimana telah disebutkan pada huruf b
meliputi areal sebagai berikut:
a. areal yang memiliki 1 (satu) titik koordinat atau lebih, yang sama dengan titik
koordinat areal sebagaimana tercantum dalam IUPHHK-HA dan/atau IUPHHBK-
HA, IUPHHK-RE, IUPHHK-HTI dan/atau IUPHHK-HT, atau penugasan dari
pemerintah kepada Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan atau tanpa
pembatas; atau
b. areal yang terhubung dengan areal sebagaimana tercantum dalam IUPHHK-HA
dan/atau IUPHHBK-HA, IUPHHK-RE, IUPHHK-HTI dan/atau IUPHHK-HT, atau
penugasan dari pemerintah kepada Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan melalui sungai,
parit, jalan, atau jembatan.

Dalam hal terdapat areal pada kawasan perhutanan yang merupakan objek pajak yang
dikecualikan dari PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
PBB, areal tersebut tidak dikenakan PBB. Dalam hal terdapat areal pada kawasan
perhutanan yang dipunyai haknya dan/atau dimanfaatkan sepenuhnya secara nyata dan
sah oleh selain Subjek pajak atau Wajib Pajak, areal tersebut tidak dikenakan PBB Sektor
Perhutanan.

2.2. Dasar Pengenaan PBB Perhutanan


Dasar Pengenaan PBB sektor perhutanan adalah NJOP. NJOP merupakan hasil
penjumlahan antara perkalian luas bumi dengan NJOP bumi per meter persegi dan
perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi.
a. Perhitungan NJOP Berdasarkan Jenisnya
Nilai Jual Objek Pajak yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang
terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli yang ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek sejenis atau nilai perolehan baru atau NJOP
pengganti. PBB sektor Perhutanan dalam perhitungannya dibagi menjadi dua jenis,
yaitu hutan alam dan hutan tanaman (buatan).

3
b. Rumus Perhitungan NJOP Hutan Alam
1) Areal Produktif
Nilai Tanah = 8,5% × Hasil Bersih tahun pajak sebelumnya*)
2) Areal Belum Produktif
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP
3) Area Emplasemen
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP
4) Areal lainnya (contohnya jalan)
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP

*) Hasil bersih = Pendapatan kotor – Biaya Eksploitasi

c. Rumus Perhitungan NJOP Hutan Tanaman


1) Areal Produktif
Nilai Tanah = NDT + SBPHTI (Standar Biaya Pembangunan Hutan Tanaman
Industri)
2) Areal Belum Produktif
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP
3) Area Emplasemen
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP
4) Areal lainnya (seperti jalan raya)
Nilai Tanah = Luas Tanah × NJOP

2.3. Penghitungan PBB Perhutanan


Untuk lebih memahami mengenai bagaimanakah cara menghitung PBB terutang pada
sektor perhutanan, kami memberikan contoh soal beserta pembahasannya sebagai
berikut:

PT. Hutan Rimba merupakan perusahan yang bergerak di bidang kehutanan (HPH) di
Kawasan Kalimantan. Adapun PT. Hutan Rimba menguasai manfaat dari bumi dan
bangunan dalam tahun 2020 sebagai berikut:
A. Bumi
a. Areal Produktif, tanah hutan blok tebangan: 200 Ha, kelas A.49 (Rp. 200/m²)
b. Areal Belum Produktif, tanah hutan non blok tebangan: 4.000 Ha, kelas A.49 (Rp.
200/m²)
c. Log Ponds: 10 Ha, kelas A.49
d. Log Yards: 5 Ha, kelas A.49
e. Areal Lainnya (rawa, payau): 100 Ha, kelas A.50 (Rp. 140/m²)

4
f. Areal Emplasemen
● Pabrik: 20.000 m², kelas A.45 (Rp. 660/m²)
● Gudang: 2.000 m², kelas A.45
● Kantor: 1.000 m², kelas A.45
● Perumahan: 10.000 m², kelas A.44 (Rp. 660/m²)

B. Bangunan
a. Pabrik: 1.000 m², kelas A.10 (Rp. 264.000/m²)
b. Gudang: 500 m², kelas A.10
c. Kantor: 200 m², kelas A.9 (Rp. 310.000/m²)
d. Perumahan: 5.000 m², kelas A.9

C. Angka Kapitalisasi: 8,5

Jika hasil bersih sebelum tahun pajak berjalan adalah Rp. 1.000.000.000 dan NJOPTKP
ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000, maka perhitungan PBB terutangnya adalah sebagai
berikut:
A. NJOP Bumi
1. Area Produktif: (8,5 x Rp. 1.000.000.000) = Rp. 8.500.000.000
2. Area Belum Produktif: (4.000 x 10.000 x Rp. 200) = Rp. 8.000.000.000
3. Area Log:
● Log Ponds: (10 x 10.000 x Rp. 200) = Rp. 20.000.000
● Log Yards: (5 x 10.000 x Rp. 200) = Rp.
10.000.000 +
NJOP Bumi Area Log = Rp. 30.000.000

4. Area Lainnya: (100 x 10.000 x Rp. 140) = Rp. 140.000.000


5. Area Emplasemen:
● Pabrik: (20.000 x Rp. 660) = Rp.
13.200.000
● Gudang: (2.000 x Rp. 660) = Rp. 1.320.000
● Kantor: (1.000 x Rp. 660) = Rp. 660.000
● Perumahan: (10.000 x Rp. 910) = Rp. 9.100.000 +
NJOP Tanah Area Emplasemen = Rp. 24.280.000
Total NJOP Bumi Keseluruhan = Rp 16.694.280.000

B. NJOP Bangunan
a. Pabrik: 1.000 x Rp. 264.000 = Rp. 264.000.000

5
b. Gudang: 500 x Rp. 264.000 = Rp. 132.000.000
c. Kantor: 200 x Rp. 310.000 = Rp. 62.000.000
d. Perumahan: 5.000 x Rp. 310.000 = Rp. 1.550.000.000 +
NJOP Bangunan = Rp. 2.008.000.000

Total NJOP Tanah dan Bangunan = Rp. 18.702.280.000


NJOPTKP = Rp. 10.000.000 -
NJKP untuk perhitungan PBB Perhutanan = Rp. 18.692.280.000
PBB Perhutanan terutang (0,5% x 40% x NJKP) = Rp. 37.404.560

Berdasarkan contoh soal dan perhitungan diatas, untuk menentukan besarnya PBB
terutang maka kita harus menghitung NJOP Bumi untuk setiap areal terlebih dahulu.
Dalam contoh soal dijabarkan mengenai perhitungan NJOP Bumi untuk Area Produktif,
Area Belum Produktif, Area Log, Area Lainnya dan Area Emplasemen. Setelah
menghitung NJOP Bumi secara keseluruhan, selanjutnya kita menghitung NJOP
Bangunan secara keseluruhan sehingga kita dapatkan total NJOP keseluruhan dari tanah
dan bangunan. Kemudian NJOP tanah dan bangunan tersebut dikurangi dengan
NJOPTKP sehingga kita mendapatkan NJKP untuk basis perhitungan PBB terutang.
Untuk mengetahui berapakan jumlah PBB perkebunan terutang kita menggunakan rumus
perhitungan PBB perhutanan yaitu tarif PBB perhutanan (0,5%) x 40% x (NJOP-
NJOPTKP). Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa PBB perhutanan terutang PT
Hutan Rimba adalah sebesar Rp. 37.404.560.

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

PBB Perhutanan merupakan salah satu sektor PBB yang dikelola oleh pemerintah
pusat selain PBB Perkebunan dan Pertambangan, objek pengenaan PBB Perhutanan
adalah kawasan permukaan bumi yang terdiri dari areal yang tercantum dalam izin
pengusahaan hutan dan areal diluar yang tercantum namun masih digunakan untuk
kegiatan usaha perhutanan, atas objek pengenaan PBB Perhutanan tersebut dihitung
dasar pengenaan pajak dengan mencari NJOP, NJOP PBB Perhutanan dibagi menjadi
dua yaitu NJOP hutan alam dan hutan tanaman dengan komponen yang sama yaitu areal
produktif, areal belum produktif, areal emplasmen, dan areal lainnya, letak perbedaan
antar kedua NJOP tersebut terletak pada ketentuan perhitungannya.

Untuk menghitung PBB Pehutanan terutang maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung NJOP dan NJOP bangunan dari objek pajak PBBB
perhutanan, setelah menemukan NJOP keseluruhan objek pakal (NJOP bumi ditambah
NJOP bangunan) lalu dilanjutkan dengan mengurangkan NJOP dan NJOPTK, setelah
perhitungan tersebut maka ditemukan NJOPKP dan untuk mencari PBB Perhutanan
terutang maka nilai NJOPKP dikalikan dengan 40% dan 0,5% sebagai tarif dari PBB
Perhutanan, dengan rincinya ketentuan terkait objek dan dasar pengenaan PBB
Perhutanan yang komprehensif dan juga ketentuan perhitungannya yang rinci maka
dapat disimpulkan bahwa PBB Perhutanan dikenakan secara adil dengan
memperhatikan kondisi dari objek pajak yang akan dikenakan PBB Perhutanan.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditulis, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, sangat diperlukan untuk memahami dengan baik mengenai
konsep PBB sektor perhutanan mulai dari objek pajak, dasar pengenaan, dasar
perhitungan, dan cara perhitungan PBB sektor perhutanan.

2. Bagi Dosen/Tenaga Pendidik


Bagi bapak/ibu dosen/ tenaga pendidik, snagat diperlukan untuk memberikan
bimbingan dan penjabaran secara komprehensif kepada mahasiswa agar dapat
memahami materi mengenai PBB sektor perhutanan. Selain itu, bapak/ibu dosen
dapat memberikan diskusi kasus agar membangkitkan partisipasi aktif antara dosen
dan mahasiswa dalam bekerja sama untuk menyelesaikan contoh kasus yang

7
relevan terkait dengan PBB sektor perhutanan.

3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya pelaku usaha di sektor perhutanan, sangat diperlukan
untuk memahami dengan baik tentang PBB sektor perhutanan agar masyarakat
khususnya pelaku usaha di sektor perhutanan dapat menjalankan kewajiban
pembayaran PBB sektor perhutanan dan memberikan kontribusi penerimaan pajak
kepada pemerintah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan
Peratutan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-42/PJ/2015 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perhutanan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 186/PMK.03/2019 tentang Klasifikasi
Objek Pajak dan Tata Cara Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

Website
DDTC. Ilustrasi Kasus Perhitungan PBB Sektor Perhutanan. Diakses dari
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/89, pada 18 April 2022
Prabandaru, Ageng. 2018. Ketentuan PBB Sektor Perhutanan yang Harus Anda Pahami.
Diakses dari https://klikpajak.id/blog/ketentuan-pbb-sektor-perhutanan/, pada 18 April
2022.

Anda mungkin juga menyukai