Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI


PERENCANAAN TATARUANG PERKEBUNAN KARET

Kelompok 3

Rifa Dwi Putri Chania 215001047


Adila Nursidik 215001052
Nurfadilah Lufita Aulia 215001059

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena atas limpahanrahmat
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan
Tataruang Perkebunan karet” sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Industri.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Yaya Sunarya, Ir., M.Sc. selaku
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Industri yang telah membantu
penulis secara moral maupun materi. Dan kami ucapkan terimakasih kepada teman teman
seperjuangan yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini sampai
akhir. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan dapat
bermanfaat untuk perkembangan dalam peningkatan ilmu pengetahuan.

Demikian pula, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya Oleh karena itu, saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi kami umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya , 04 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 2
C. Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................................. 3
A. Rencana Tata Ruang Perkebunan Karet .......................................................................... 3
B. Persiapan Lahan .............................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. penataan ruang pada salah satu HTI ........................................................................ 4


Gambar 2. benteng dan rorak pada kebun karet ........................................................................ 7
Gambar 3. bentuk dan ukuran teras untuk perkebunan karet ..................................................... 8
Gambar 4. teras bersambung untuk areal yang kemiringannya 9°-23° ..................................... 9
Gambar 5. gambar pemancangan dan teras pada lahan miring ................................................. 9
Gambar 6. Jarak tanam dan pola tanam ganda; (a) ganda dua dan (b) ganda tiga................... 10
Gambar 7. Tanaman kacangan pada kebun karet ..................................................................... 12

iv
DAFTAR TABEL

Table 1 jarak tanam dan jumlah populasi tanaman per hektar ................................................. 10
Table 2 ukuran parit primer dan sekunder pada perkebunan karet .......................................... 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu tanaman penghasil
getah yang dapat dibudidayakan sebagai komoditas untuk pengusahaan kawasan hutan.
Karet memiliki sifat-sifat yang umumnya dimiliki oleh jenis tanaman hutan lainnya
baik dari sisi ekonomi maupun ekologi .
Indonesia merupakan negara eksportir karet terbesar kedua di dunia setelah
Thailand. Indonesia memiliki areal perkebunan karet terluas di dunia namun
produktivitasnya masih rendah. International Rubber Study Group (IRSG) meramalkan
bahwa pada tahun 2020 konsumsi karet dunia akan mencapai 10.9 juta ton dan produksi
dunia mencapai 10.9 juta ton sehingga terdapat surplus 54,000 ton (Ditjenbun, 2009).
Dalam rangka penguatan sektor perkebunan di Indonesia, pemerintah telah
merencanakan program revitalisasi perkebunan yakni suatu upaya percepatan
pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi
tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh
pemerintah den gan tiga komoditas yaitu kelapa sawit, karet dan kakao (Ditjenbun,
2007).
Berdasarkan data dan posisi yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan
menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi yang
akan meningkatkan ekspor karet. Hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi
Indonesia untuk mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia
ke negara‐negara lainnya. Prospek karet alam akan baik selama ekonomi tumbuh
dengan baik dan produksi tidak mengalami gangguan cuaca, sehingga pemerintah perlu
membuat perencanaan yang matang dalam peremajaan dan pembukaan kebun karet
baru. Peluang untuk menjadi produsen utama di dunia dimungkinkan, karena Indonesia
mempunyai potensi sumberdaya yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi
melalui program revitalisasi perkebunan. Pengembangan komoditas karet di lahan
kering dan kritis juga memberi kontribusi nyata dalam memelihara bahkan
memperbaiki lingkungan. Di samping itu, pengembangan komoditas karet dalam
bentuk agroforestry serta pemanfaatan kayu karet sebagai pengganti kayu dari hutan
primer merupakan kontribusi lain perkebunan karet dalam konservasi lingkungan
(Boerhendhy et al., 2003).
Mempertimbangkan besarnya potensi pengembangan karet di Indonesia dan
dalam upaya penanganan permasalahan pengembangan karet, perlu dilakukan
perencanaan untuk menghindari agar masyarakat tidak dirugikan dengan menanam
tanaman karet di lokasi yang tidak sesuai dengan kriteria tumbuh tanaman (biofisik),
aspek spasial (tata ruang) dan aspek ekonomi. Diperlukan arahan bagi masyarakat
dalam memilih lokasi yang tepat untuk budidaya tanaman tersebut. Pemilihan lokasi
yang tepat akan menghasilkan produktivitas yang maksimal dan akan berkorelasi
dengan keuntungan yang didapatnya.

1
B. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman Industri. Selain itu, tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet.

C. Manfaat
Penulis mengharapkan makalah ini dapat membantu para mahasiswa dalam menuntut
ilmu di perguruan tinggi yang nantinya ilmu tersebut akan berguna dalam kehidupannya.
Dan dapat menjadi masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan kebijakan
pengembangan perkebunan karet.

2
BAB II
ISI

A. Rencana Tata Ruang Perkebunan Karet


Berbeda dengan perkembangan perkebunan pada lahan HGU atau Hak Guna
Usaha pengembangan kebun pada areal Hutan Tanaman Industri atau HTI mempunyai
pola tersendiri. Dalam Undang-Undang (UU) No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar PokokPokok Agraria pasal 29 disebutkan bahwa HGU dapat diberikan untuk
jangka waktu maksimal 25 tahun. Untuk perusahaan dengan kebutuhan tertentu, dapat
diberikan dengan jangka waktu maksimal 35 tahun). Setelah habis jangka waktunya,
HGU dapat diperpanjang dalam waktu paling lama 25 tahun. Selanjutnya, dalam PP No.
40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas
Tanah disebutkan bahwa kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan HGU di
atas tanah yang sama sesudah jangka waktu HGU dan perpanjangannya.
Pengembangan perkebunan pada lahan yang berstatus HGU harus mengikuti
pola pengembangan sistem kemitraan, yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian
Nomo : 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.
Perusahaan perkebunan yang memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP) atau Izin Usaha
Perkebunan-Budidaya (IUP-B) harus membangun kebun untuk masyarakat (plasma)
minimal 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan, bersamaan
ketika membangun kebun milik perusahaan (kebun inti). Dalam pola kemitraan ini
besarnya komposisi luas plasma dan inti merupakan kesepakatan antara pihak
perusahaan dan masyarakat yang tertulis dalam perjanjian. Karet dan kelapa sawit
adalah komoditas yang umum diusahakan pada pengembangan perkebunan pola
kemitraan.
Pada pengusahaan HTI dalam hutan produksi dapat diberikan izin usaha
pengelolaan paling lama 100 tahun yang hanya diberikan sekali dan tidak dapat
diperpanjang lagi. Izin usaha pengelolaan HTI dalam hutan tanaman tersebut dievaluasi
setiap 5 tahun ol eh menteri sebagai dasar untuk kelangsungan izin. Dalam
pengelolaanya HTI tidak mengenal pola pengelolaan plasma dan inti. Konsep tata ruang
yang ditawarkan dalam pembangunan HTI adalah membagi areal menjadi beberapa
jenis tanaman sesuai peruntukkannya. Tata ruang HTI menurut Keputusan Menteri
Kehutanan No: 70/kptsII/95, tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri
adalah sebagai berikut :
a. Areal tanaman pokok adalah tanaman untuk tujuan produksi hasil hutan
adalah seluas ± 70% dari suatu unit areal HTI. Areal tanaman pokok
dikelola pada areal dengan kelerengan 0-25% yang lokasi penanamannya
di luar areal konservasi.
b. Areal tanaman unggulan adalah tanaman jenis asli di daerah yang
bersangkutan mempunyai nilai perdagangan (niagawi) tinggi, ditetapkan
seluas ± 10% dari suatu unit areal HTI. Areal tanaman unggulan dikelola
pada batas blok, batas petak dan batas luar areal HTI yang tidak berbatasan
dengan pemukiman penduduk.

3
c. Areal tanaman kehidupan adalah tanaman tahunan/pohon yang
menghasilkan hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Areal tanaman kehidupan dikelola pada batas luar areal HTI yang
berbatasan dengan pemukiman penduduk (sebagai buffer zone), berfungsi
sebagai pengamanan melalui fungsi sosial ekonomi. Luas areal tanaman
kehidupan ditetapkan ± 5 % dari suatu unit areal HTI.
d. Areal konservasi adalah areal yang dilindungi dalam rangka perlindungan
dan pemeliharaan sumber daya alam. Luas areal konservasi ditetapkan ±
10 % dari suatu unit areal HTI. Areal konservasi diletakkan pada kawasan
bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar waduk/danau, sekitar mata air, dan sekitar pantai berhutan
bakau.
e. Areal sarana dan prasarana adalah sarana/prasarana pengusahaan HTI,
antara lain berupa basecamp/emplashment, jalan utama, jalan cabang, jalan
inspeksi/pemeriksaan dan sekat bakar. Luas areal ntuk sarana/prasarana
ditetapkan ± 5% dari suatu unit areal HTI. Areal untuk sarana/prasarana
diperuntukkan sebagai areal base camp, jalan utama, jalan cabang, jalan
inspeksi/pemukiman dan sekat bakar. Contoh penataan ruang pada salah
satu HTI disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. penataan ruang pada salah satu HTI

B. Persiapan Lahan
Dalam proses budidaya karet, untuk mengubah keadaan lahan asli (hutan) atau
bekas tanaman tua menjadi lahan baru siap untuk ditanami diperlukan beberapa
tindakan dan persiapan. Persiapan lahan untuk penanaman merupakan suatu langkah
awal yang sangat menentukan keberhasilan suatu budi daya tanaman, terutama tanaman
karet yang umur ekonomisnya panjang (25-30 tahun). Aspek-aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam penyiapan lahan karet adalah cara membuka lahan, pengawetan
lahan, pengolahan tanah, penanaman kacangan, pemancangan dan pembuatan lubang
tanam serta penataan jalan hingga parit.
1. Pembukaan Lahan
Pada pembukaan lahan untuk karet, dikenal tiga istilah, yaitu tanam baru (TB)
yang merupakan areal baru yang dibuka untuk ditanami karet; tanam ulang (TU),

4
yaitu areal yang dibuka merupakan bekas perkebunan karet dan akan ditanami
dengan karet kembali; tanam konversi (TK), yaitu areal yang dibuka adalah bekas
tanaman lain seperti sawit atau kakao yang akan ditanami dengan karet. Jenis lahan
yang akan dibuka juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lahan hutan (untuk TB),
lahan alang-alang (untuk TU atau TK) dan lahan tanam ulang (untuk TU).
Pengolahan tanah pada ketiga tiope tersebut sedikit berbeda.
a. Lahan Hutan
Masalah utama pada pembukaan lahan hutan adalah penanganan
terhadap kayu-kayu hasil tebangan dan semak. Saat ini pembakaran
dilarang dan diawasi dengan sangat ketat. Pengolahan tanah secara mekanis
memerlukan biaya yang besar, terutama untuk membongkar tunggul,
menyingkirkan kumpulan kayu, membusukkannya secara biologis atau
kimiawi. Pengolahan tanah pada bekas hutan kebanyakan dilakukan secara
manual, yaitu secara terbatas di lokasi yang akan ditanami saja. Akibatnya
pada tahun pertama hingga ketiga areal akan terlihat kotor dan seperti tidak
dikelola denganbaik. Dengan tidak dibolehkannya pembakaran lahan, maka
tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pembukaan lahan hutan, sebagai
berikut.
1) Survei lahan; meliputi informasi tentang sarana yang telah tersedia,
luas, vegetasi, bentuk muka lahan, jenis tanah dan iklim yang
diperlukan untuk mempersiapkan kegiatan yang selanjutnya.
2) Pembuatan jalan; untuk memudahkan aktivitas pembukaan lahan
terlebih dahulu harus disiapkan jalan utama di antara dua blok tanaman
dan jalan kecil yang memisahkan setiap blok.
3) Imas; yaitu menebang pohon-pohon kecil yang berdiameter batang <10
cm.
4) Menumbang; pohon-pohon yang berdiameter besar (>20 cm)
ditumbang terlebih dahulu. Arah tumbangan diusahakan sejauh
mungkin dari jalur yang direncanakan untuk tanaman.
5) Mencincang; cabang dan batang yang besar dicincang dengan gergaji
sepanjang 2-3 m. Kayu hasil cincangan ditumpuk di antara dua jalur
tanaman atau sejajar dnegan kontur. Tumpukan tersebut dipadatkan
agar lebih cepat membusuk.
6) Membuka jalur tanam; jalur penanaman selebar 2-3 m dibersihkan dari
ranting, cabang, dan batang kayu. Kayu-kayu itu disingkirkan ke arah
gawangan.
7) Pemancangan dan pelobangan; setelah jalur tanam bersih dan sesuai
dengan arah penanaman, kegiatan pemancangan sudah dapat dimulai,
begitu juga dengan pembuatan lubang tanam.
b. Lahan alang-alang
Lahan alang-alang umumnya bercampur dengan pohon semak yang
terkadang sangat besar. Pembukaan areal ini dapat dilakukan dengan cara
mekanis atau cara non mekanis, menggunakan herbisida sistemik. Sebelum
bahan-bahan ini digunakan, hamparan alang-alang yang telah tinggi harus
dipotong dengan cara pembabatan. Dalam 3-4 minggu setelah dibabat,
alang-alang akan tumbuh kembali setinggi 20-30 cm. Herbisida

5
disemprotkan dengan knapsack menggunakan nozel VLV-200 yang
berjarak 40 cm dari permukaan alang- alang. Herbisida yang digunakan
biasanya mengandung glifosat, dengan tiga kali aplikasi, yaitu aplikasi I:
15 kg dalam 1.000 l air/ha, aplikasi II: 10 kg dalam 650 l air/ha, dan aplikasi
III: 5 kg dalam 350 l air/ha.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau agar herbisida
yang diberikan lebih efektif. Tidak disarankan melakukan penyemprotan
jika diperhitungkan kurang dari empat jam hujan akan turun. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa tiga bulan setelah penyemprotan, rimpang
alang-alang belum mati seluruhnya. Oleh karena itu, pemberantasan alang-
alang harus segera diikuti dengan penanaman kacangan.
c. Lahan tanam ulang
Pembukaan lahan di areal konversi atau replanting dapat dilakukan
secara kimiawi atau mekanis. Tahapan dalam perlakuan kimiawi, meliputi
sebagai berikut.
1) Peracunan pohon
Sebelum kayu karet memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dalam
pembukaan lahan areal bekas karet dilakukan peracunan terhadap
pohon karet. Saat ini tindakan tersebut tidak dilakukan lagi, kecuali
terhadap pohon-pohon lain yang tumbuh di areal tersebut. Jenis racun
yang sering dipergunakan adalah arborisida yang mengandung bahan
aktif Triklopir. Sering kali bahan aktif arborisida diperbaharui sehingga
diperlukan pengamatan yang cermat dalam memilihnya. Cara
penggunaan arborisida dengan melumaskan larutan pada pangkal
batang 30-40 cm dari muka tanah. Sebelumnya, kulit pohon dikupas
selebar 30 cm. Saat yang baik untuk mengoles yaitu pada musim kering.
Penebangan pohon dapat dilakukan setelah 2-4 bulan setelah
pengolesan. Tinggi tebangan 5-10 cm dari bidang yang dilumas.
2) Peracunan Tunggul
Tunggul bekas pohon karet sebaiknya segera diracun agar
efektivitas arborisida tetap tinggi. Arborisida bersifat sistemik sehingga
aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh metabolisme tanaman. Oleh
karena itu, tunggul yang baru ditebang sebaiknya segera diracun.
Meskipun tunggul dapat dimatikan, tetapi keberadaannya di lapangan
dapat membahayakan tanaman karena tunggul-tunggul kayu yang
tertinggal dapat menjadi sumber infeksi penularan penyakit jamur akar
putih (JAP). Hal itu tetap disarankan agar tunggul-tunggul tersebut
dibongkar dan disingkirkan.
3) Perumpukan sisa kayu
Kayu-kayu sisa tebangan, seperti ranting, cabang, tunggul, dan kayu
sisa lainnya harus dikumpulkan di suatu tempat atau di antara dua
jalur penanaman.

6
2. Pengawetan Lahan
Bila kemiringan <8° dapat dibuat benteng dan rorak (lubang penampung air).
Pembuatan benteng dan rorak dalam pengawetan lahan penting untuk mengurangi
erosi, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, mempertahankan kesuburan
tanah, dan menyediakan tempat tumbuh yang kokoh bagi tanaman. Untuk areal
yang tidak terlalu miring, dibuat tunggul dan rorak. Tanah untuk membuat tunggul
(benteng) diambil dari tanah bekas galian rorak. Untuk 3 m benteng, diperlukan 0,5
m³ tanah. Jarak antara lubang rorak 5-10 m dan ukuran rorak panjang atas 2 m;
panjang bawah 1,8 m; dalam 0,6 m; dan lebar 0,45 m.
Tanah timbunan untuk benteng diambil dari tanah galian rorak di sisi yang lebih
tinggi (di atasnya). Benteng dapat dibuat dengan ukuran lebar alas 50-60 cm, lebar
atas 30-40 cm, dan tinggi 25-30 cm. Jarak antara satu benteng dengan yang lain
tergantung kemiringan lahan. Semakin miring maka jarak benteng semakin dekat.

Gambar 2. benteng dan rorak pada kebun karet

Selain benteng dan rorak, untuk tujuan pengawetan tanah pada areal yang
memiliki kemiringan 9-23°, pengawetan tanah dan air dilakukan dengan membuat
teras bersambung. Keuntungan pembuatan teras, yakni efektif mengendalikan erosi
dan aliran permukaan; panjang lereng berkurang sehingga mengurangi kecepatan
air mengaliri lereng; meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang; bidang
olah yang agak datar sehingga memudahkan pekebun melakukan pemeliharaan;
serta tanaman penguat teras dapat menjadi sumber bahan organik. Tanpa
pembuatan teras maka lahan berlereng akan berdampak kepada kesulitan dalam
pengangkutan sarana produksi dan hasil panen, kesulitan dalam pengambilan hasil
penyadapan, kesulitan mengontrol kebun, serta tingkat erosi yang tinggi.
Jarak antara pancang induk teras ialah sama dengan jarak antar-barisan tanaman.
Jarak antar-teras minimal 0,8 x jarak antar barisan tanaman. Dari pancang induk
dibuat pancang-pancang mengikuti garis kontur. Jarak antar- pancang pembantu 5-
10 m. Pindahkan tanah galian yang berada di sisi lebih tinggi ke sisi pancang yang
lebih rendah. Pemindahan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
grader blade. Tanah yang dipindah harus dipadatkan agar tidak mudah longsor.
Permukaan teras dibuat selebar 2-3,5 m dengan kemiringan permukaan ± 10° ke
arah dinding bukit.
Konservasi tanah secara mekanis tidak dapat dilaksanakan dalam pembuatan
teras tapak kuda/teras individu di daerah dengan kemiringan > 45°. Teras ini tidak
memotong lereng (terputus) dan pembuatannya seperti membuat bangku. Namun,

7
di daerah dengan kemiringan <45° teras dibuat memotong lereng dengan
meratakan tanah di bagian bawah sehingga tanah menyerupai bentuk tangga arah
teras menghadap ke dalam dengan kemiringan 10°. Jarak tanam yang digunakan,
yaitu mengikuti kontur dengan jarak dalam barisan teras 2,5-3 m dan jarak
datar antar teras 5 m.

Gambar 3. bentuk dan ukuran teras untuk perkebunan karet

3. Pengolahan Tanah
Setelah areal terbuka, akan dipersiapkan ruang tumbuh yang baik bagi akar,
meningkatkan daya serap air, memperbaiki aerasi tanah, mengurangi penguapan,
dan memberantas gulma, maka lahan sebaiknya diolah secara mekanis. Pengolahan
secara mekanis tentu saja harus mempertimbangkan biaya, kesiapan lahan untuk
diolah, kepekaan tanah terhadap erosi, dan sebagainya. Lahan yang berupa bukaan
hutan tidak diolah secara mekanis, kecuali bila diperlukan dalam pembukaan jalur
tanaman pembongkaran tunggul akar yang mengganggu jalur tanaman. Di areal
bekas alang-alang, setelah alang- alang termasuk pohon semak dibabat dan
disemprot, dilakukan pembajakan dengan giant plough yang ditarik oleh dozer.
Penggunaan alat ini pada lahan alang-alang akan lebih efektif daripada
menggunakan traktor. Dengan Dozer, tunggul-tunggul kayu dapat ditumbangkan
terlebih dahulu baru dibajak.
Di lahan tanam ulang, pengolahan tanah secara mekanis dimulai dengan
pembongkaran tunggul-tunggul akar yang telah diracun dengan eksavator. Setelah
tunggul-tunggul utama disingkirkan (tidak boleh dibakar) maka tanah dapat diolah
dengan dozer ataupun traktor. Kayu-kayu yang masih tersisa
dikumpulkan di gawangan antara dua jalur tanaman. Pengolahan tanah secara
mekanis dilakukan beberapa tahap, yaitu pembajakan tanah, dikerjakan dua kali
dengan selang waktu 3-4 minggu untuk memberikan waktu kepada gulma yang
terbalik menjadi lapuk. Arah bajakan sedapat mungkin menyilang antara
pembajakan I dengan II agar bongkahan tanah dapat dipecah dengan baik.
Penggaruan dilaksanakan dua kali dengan selang waktu 10-15 hari. Jarak antara
pembajakan II dengan penggaruan I adalah 2-3 minggu. Pengayapan yaitu
mengumpulkan kayu-kayu sisa yang dilakukan setelah pembajakan II, penggaruan
I dan II. Kayu sisa dikumpulkan di antara jalur tanaman atau ditumpuk di suatu
lokasi tertentu dan dibusukkan sehingga areal yang akan ditanam bersih dari sisa
akar dan potongan kayu.

8
Waktu yang baik untuk mengerjakan pengolahan tanah adalah saat tanah dalam
keadaan kadar air lapang. Hujan yang turun lebat sehari sebelumnya menyebabkan
pekerjaan pengolahan tanah ditunda. Hasil pengolahan tanah yang diharapkan
apabila tanah dapat diolah dengan kedalaman 40-60 cm.

4. Pemancangan
a. Pemasangan patok pancang
Memancang titik tanam baru dapat dimulai setelah seluruh perlakuan
terhadap pengelolaan permukaan tanah selesai dikerjakan. Di areal yang
datar, sistem tanam diatur dalam bentuk empat persegi panjang dan di areal
yang miring diatur mengikuti garis kontur.

Gambar 4. teras bersambung untuk areal yang kemiringannya 9°-23°

b. Jarak tanam
Jarak tanam karet dapat bervariasi, tetapi idealnya adalah jarak tanam
yang menghasilkan 450-550 pohon/ ha. Jarak tanam ideal yang
dipergunakan adalah 4,25 m x 4,25 m; 4 m x 5m; 4 mx6 m; 3,3 m x 6,3 m;
atau 3 m x 7m . Setelah jarak tanam ditetapkan, arah barisan juga penting
ditetapkan. Lazimnya arah barisan ialah Timur-Barat. Untuk daerah yang
rawan angin, arah barisan dibuat sejajar dengan arah datangnya angin. Titik
awal pemancangan dapat dimulai di areal yang paling datar. Di areal ini
dibuat pancang induk untuk barisan tanam.

Gambar 5. gambar pemancangan dan teras pada lahan miring

9
Jarak Tanam (antarbarisan x dalam Jumlah
barisan)(m) Tanaman/ha

5 x 3,33 600

6,60 x 2,70 555

5x3 665

4,25 x 4,25 625

Table 1 jarak tanam dan jumlah populasi tanaman per hektar

c. Penanaman ganda
Salah satu teknologi budi daya yang diperkenalkan dan sudah diterapkan di
beberapa perusahaan perkebunan ialah penanaman ganda. Penanaman ini lebih
popular dengan sistem tanam ganda, yakni dengan menanam beberapa pohon
Hevea brasiliensis di jarak tertentu dalam satu piringan lebih rapat dari jarak
tanam konvensional, kemudian diberi jarak lagi untuk menerapkan pola yang
sama. Tujuan dari pola tanam ini adalah untuk menambah populasi pohon per
satuan luas sehingga pada tahun tertentu salah satu tanaman dapat dipanen
untuk menghasilkan kayu setelah pada tahun sebelumnya dipanen lateksnya.
Pola tanam ini adalah untuk menjawab kebutuhan kayu yang semakin tidak
dapat lagi dipasok dari hutan. Di sisi lain, pola tanam ini menjawab
pengelolaan hutan tanaman industri yang selama ini hanya menghasilkan kayu
saja. Menanam karet dengan pola ini jelas memiliki dua keuntungan, yakni
memperoleh lateks dan kayu relatif lebih berkesinambungan dibandingkan
dengan pola tanam konvensional atau menanam tanaman lain.
Pola tanam yang umum ialah ganda dua dan ganda tiga. Jarak tanam yang
dianjurkan untuk ganda dua ialah 7 m x 3,56 m dan jarak antar Hevea
brasiliensis di dalam satu rumpun atau piringan adalah 1 m, sedangkan untuk
ganda tiga jarak tanamnya 7,5 m x 4m dan pola tanam Hevea brasiliensis di
dalam satu rumpun atau piringan ialah 1 m segitiga sama sisi.

Gambar 6. Jarak tanam dan pola tanam ganda; (a) ganda dua dan (b) ganda tiga

10
5. Jalan dan Parit Drainase
Pada areal peremajaan atau tanam ulang, parit dan jalan sudah terbentuk
sehingga hanya diperlukan perbaikan dan perawatan. Namun, pada areal bukaan
baru, jalan dan sistem drainase perlu dibuat dan ditata. Jalan dan parit umumnya
berdampingan. Berdasarkan keperluannya, jalan terdiri atas beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut.
• Jalan utama adalah jalan yang menghubungkan antara kantor kebun dengan
kantor afdeling, ke kampung sekitarnya atau ke kebun tetangga.
• Jalan produksi adalah jalan yang menghubungkan tempat pengumpulan
hasil (TPH) dengan jalan utama.
• Jalan kontrol adalah jalan di dalam blok atau jalan pintas yang dapat
dilalui kendaraan roda empat.
• Jalan pungut adalah jalan yang hanya dilalui oleh sepeda penyadap dengan
lebar sekitar 1 m. Jalan ini biasanya membelah ancak sadap.
Jalan utama dianjurkan mengarah Timur-Barat, agar bila hujan cepat kering
karena mendapat sinar matahari yang lebih banyak. Jarak antara dua jalan utama
ialah dua blok. Setiap blok dapat berukuran 16 atau 25 ha, sedangkan setiap blok
dibatasi dengan jalan yang dinamakan jalan kontrol selebar 1-2 m. Jalan kontrol di
dalam satu blok dibuat sejajar baris pohon pada gawangan ke-19 dan ke-37 untuk
blok berukuran 16 ha, sedangkan pada gawangan ke-24 dan ke-47 di blok
berukuran 25 ha. Jalan utama dibuat selebar 6-8 m agar tidak mudah becek diberi
sirtu (pasir dan batu) kemudian diikuti dengan pengerasan.
Selain parit drainase yang berdampingan dengan jalan utama, di dalam areal
juga perlu dibuat parit-parit drainase apabila di suatu lokasi terdapat muka air tanah
<1 m. Pembuatan drainase ini dimaksudkan untuk menurunkan permukaan air
tanah sampai ideal bagi karet, yaitu menjadi 1-1,2 m. Usahakan air yang berlebihan
dapat mengalir ke saluran pembuangan secara alamiah, yaitu dengan
memanfaatkan gaya gravitasi alam. Jenis dan ukuran parit yang terdapat di dalam
areal kebun dikemukakan pada Tabel.

Jenis Parit
Ukuran
Primer (m) Sekunder (m)
Lebar atas 1,5-3 1,5-1,8
Tinggi 1,2-1,8 0,9-1,5
Lebar Bawah 1,2-1,8 0,6-1,2
Table 2 ukuran parit primer dan sekunder pada perkebunan karet

Parit drainase terdiri dari tiga macam, yaitu parit alur (outlet) adalah parit untuk
pembuangan dari dalam ke luar kebun parit primer adalah untuk menampung
limbahan air dari parit sekunder dan parit kaki bukit; dan parit sekunder merupakan
saluran yang menampung air dari permukaan tanah. Dalam membangun parit, yang
perlu diperhatikan pertemuan dua parit tidak dibuat tegak lurus, tetapi
agak menyudut.

11
6. Pembutan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat setelah pemancangan selesai dilakukan, kurang lebih 1-2
bulan menjelang penanaman. Ukuran lubang tanam bervariasi, tergantung jenis
bibit yang akan ditanam. Ukuran lubang tanam yang umum untuk bibit stum, bibit
polibag, dan bibit media sabut adalah lebar permukaan 60 cm x 60 cm, lebar dasar
40 cm x 40 cm, dan tinggi lubang 60 cm. Untuk areal yang diolah secara kimia,
lubang tanam dibuat lebih besar, lebar permukaan 80 cm x 80 cm, lebar dasar 50
cm x 50 cm, dan tinggi lubang 70 cm.
Lubang tanam tidak dibuat di tengah- tengah pancang, melainkan pada salah
satu sisi pancang. Bila lubang awal dibuat pada sisi barat pancang maka seluruh
lubang tanam lainnya harus terletak pada sisi barat dengan posisi yang sama.
Pembuatan lubang tanam saat ini dapat menggunakan post hole digger. Alat ini
dapat dioperasikan oleh seorang pekerja, tetapi dapat pula dengan menggunakan
traktor. Traktor yang dipasang post hole digger jauh lebih cepat bekerja dan secara
umum menghasilkan ukuran lubang tanam yang seragam.

7. Kacangan
Jenis kacangan yang menjalar dan cepat pertumbuhannya ialah jenis yang
paling baik ditanam. Manfaat penanaman kacangan sebagai penutup tanah, yaitu
mengurangi aliran permukaan dan erosi, simbiosisnya dengan bakteri Rhizobium
sp. akan meningkatkan ketersediaan unsur N di dalam tanah, menambah bahan
organik ke dalam tanah yang dapat memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki
aerasi tanah, pertumbuhannya yang cepat dan menjalar mampu menekan
pertumbuhan gulma, dan mengurangi serangan JAP karena akan mendorong
tumbuhnya mikroorganisme yang antagonis, terutama bakteri dan aktinomisetes.
Telah terbukti bahwa pertumbuhan karet pada areal yang ditutupi kacangan
penutup tanah lebih baik dibandingkan yang tidak ditanami kacangan. Jenis-jenis
kacangan penutup tanah yang dianjurkan pada perkebunan karet adalah
Centrocema pubescens (CP), Calopogonium mucunoides (CM), Peuraria javanica
(PJ), Psophocarpus palustris (PP), dan Calopogonium caeruleum (CC).

Gambar 7. Tanaman kacangan pada kebun karet

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peluang untuk pengembangan agribisnis karet pada areal HTI masih terbuka
luas. Pembangunan HTI karet memberi manfaat ekonomi juga ekologi terutama
pengurangan emisi karbon. Pada areal-areal HTI yang berhimpitan dengan pemukiman
masyarakat, maka HTI karet dapat menjadi solusi alternatif yang membawa keuntungan
bagi pihak Perusahaan maupun masyarakat.
Persiapan lahan untuk penanaman merupakan suatu langkah awal yang sangat
menentukan keberhasilan suatu budi daya tanaman, terutama tanaman karet yang umur
ekonomisnya panjang (25-30 tahun). Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam penyiapan lahan karet adalah cara membuka lahan, pengawetan lahan,
pengolahan tanah, penanaman kacangan, pemancangan dan pembuatan lubang tanam
serta penataan jalan hingga parit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Boerhendhy, I., C. Nancy, dan A. Gunawan. 2003. Prospek dan potensi pemanfaatan kayu
karet sebagai substitusi kayu alam. J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis, 01: 35-46.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum
Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan Kakao).
http://www.ditjenbun.deptan.go.id (diakses pada 2 September 2023).
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2009. Hari Perkebunan
10 Desember, Merajut Sejarah Panjang Perkebunan Indonesia.
http//www.ditjenbun.deptan.go.id (diakses pada 2 September 2023).
Hadijah Siregar, Santun Risma P, dan Atang Sutandi. 2011. Perencanaan Lokasi
Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara.
Priyo Adi Nugroho. 2012. POTENSI PENGEMBANGAN KARET MELALUI
PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Balai Penelitian Sungei Putih,
Medan.
Siregar, Tumpal H.S., dan Irwan Suhendry (2013). Budi Daya dan Teknologi karet. Jakarta:
Penebar Swadaya.

14

Anda mungkin juga menyukai