Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI

TANAMAN PERKEBUNAN I
BUDIDAYA TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT

Dosen pengampu : Ir. Zulkifli, MS

Laporan Praktikum Ini Dibuat Sebagai Syarat Mendapatkan Nilai Mata


Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan I

Oleh :
AHMAD ROMADHON
214110150
AGROTEKNOLOGI 4C

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
ii

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN I

OLEH :

Nama : AHMAD ROMADHON

Npm : 214110150

Kelas :4C

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui :

Dosen Pengampu Asisten dosen

Ir. Zulkifli, MS Rieo agusta

KATA PENGANTAR
iii

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul

“Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan I” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Zulkifli, MS dan Bapak Nursamsul

Kustiawan SP MP.selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman

Perkebunan I yang banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga selesai dalam

penulisan laporan ini. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang

tua yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Mata

Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan I. Selain itu, laporan ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Tentu saja

dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan,oleh karena itu Kritik dan Saran yang

membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 22 juni 2023

penulis

DAFTAR ISI
iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
III. BAHAN DAN METODE ....................................................................... 8
A. Tempat dan waktu ............................................................................. 8
B. Bahan dan alat ................................................................................... 8
C. Pelaksanaan prakatikum .................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................10
A. Penyemaian biji .................................................................................10
B. Okulasi ..............................................................................................11
C. Teknik sadap karet ............................................................................13
V. PENUTUP ...............................................................................................14
A. Kesimpulan .......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................15

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................16

DAFTAR LAMPIRAN
v

1. Table jadwal kegiatan praktikum ..................................................................16

2. Proses Pembuatan bedengan, penyemaian biji,

pengukuran tinggi dan diameter batang tanaman karet .................................17

3. Teknik cara okulasi tanaman karet ................................................................18

4. Hasil okulasi ..................................................................................................19

5. Teknik sadap dan praktek menyadap ............................................................19

I. PENDAHULUAN
vi

A. Latar Belakang

Karet alam adalah salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia yang diproduksi

tanaman karet (Hevea brasiliesis Muell-Arg). Ekspor karet merupakan salah satu sektor

yang selama ini menopang perekonomian Indonesia pasca krisis 1998. Indonesia telah

memasukkan karet remah dalam daftar komoditas yang diekspor ke berbagai negara secara

rutin tiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam periode 2013-

2022, Indonesia telah mengekspor sebanyak 24,79 juta ton karet remah. Pada 2022 sendiri,

volume ekspor karet remah Indonesia mencapai 1,98 juta ton atau senilai US$ 3,43 miliar

(BPS, 2022).

Sepanjang tahun 2022, Indonesia telah mengekspor karet remah ke berbagai negara

di dunia. Negara tujuan utama ekspor karet remah yakni Jepang dengan 477 ribu ton yang

bernilai US$ 835 juta, disusul Amerika Serikat sebanyak 452 ribu ton atau setara US$ 790

juta. Selanjutnya ada China dengan total 150 ribu ton senilai US$ 257 juta. Selain itu ada

India, Korea Selatan, Brasil, Kanada Jerman, Belgia, dan Turki.

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomi dan

sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-

Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan bahwa penyelenggaraan perkebunan

bertujuan untuk : a) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; b)

meningkatkan sumber devisa negara; c). menyediakan lapangan kerja dan kesempatan

usaha; d). meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing, dan

pangsa pasar; e). meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku

industri dalam negeri; f). memberikan pelindungan kepada Pelaku Usaha Perkebunan dan

masyarakat; g). mengelola dan mengembangkan sumber daya Perkebunan secara optimal,

bertanggung jawab, dan lestari; dan h). meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.
vii

Dari aspek komoditas perkebunan terdapat beberapa komoditas strategis yang

menjadi prioritas pengembangan yaitu : kakao, tembakau, teh, kelapa sawit, karet, kopi,

kelapa, dan tebu. Sesuai dengan sasaran strategis kementerian pertanian 2015 – 2019 yang

antara lain adalah : 1) Peningkatan produksi gula nasional; 2) peningkatan komoditas

bernilai tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor; 3)

penyediaan Perkebunan dibedakan dari agroforestri dan silvikultur (budidaya hutan) karena

sifat intensifnya. Dalam perkebunan pemeliharaan memegang peranan penting; sementara

dalam agroforestri dan silvikultur, tanaman cenderung dibiarkan untuk tumbuh sesuai

kondisi alam. Perkebunan dibedakan dari usaha tani pekarangan terutama karena skala

usaha dan pasar produknya.

Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung volume komoditas yang

dihasilkan. Namun, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga

keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Kepemilikan lahan bukan

merupakan syarat mutlak dalam perkebunan, sehingga untuk beberapa komoditas

berkembang sistem sewa-menyewa lahan atau sistem pembagian usaha.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui Teknik penyemaian bibit karet

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengokulasi tanaman karet.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara menyadap tanaman karet.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai

ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada

umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran

karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan

baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga

dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan

lain-lain (Purwanta et al., 2008).

Tanaman karet merupakan tanaman asli Brazil yang mempunyai nama latin Hevea

brasiliensis. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai

bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan.

Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang.

Penyerbukan silang terjadi dengan bantuan serangga seperti jenis-jenis Nitudulidae,

Phloeridae, Curculionidae, dan jenis-jenis lalat. Klasifikasi botani tanaman karet sebagai

berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis (Sumber : Anwar,

2001).

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan.

Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak

mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman

terlukai (Santosa, 2007). Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang

dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia

sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasil getah. Karet masuk ke

Indonesia pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai
9

tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa

daerah sebagai tanaman perkebunan komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).

Pembuatan jendela okulasi pada tanaman batang bawah (tempat penempelan mata

okulasi yang diambil dari kayu entres) dilakukan dengan cara irisan vertikal (dari atas ke

bawah) dengan ukuran 5-10 cm dari permukaan tanah, pan jang 5-7 cm dan lebar 1/3 lilit

batang, kemudian dibuat jendela okolasi dengan cara membuat irisan melintang di atas

irisan vertikal pada bagian atas untuk okulasi buka dari atas dan irisan melintang di bawah

irisan vertikal untuk okulasi buka bawah (Anonimous 2006). Permintaan bibit karet yang

begitu banyak menyebabkan pelaksanaan okulasi tidak bisa dibatasi pada waktu pagi saja.

Kadang sepanjang hari dilakukan pengokulasian bibit karet. Anonimous (2010)

menyebutkan bahwa waktu pengokulasian sebaiknya dilakukan pada saat cahaya matahari

tidak terik, pada pagi hari antara jam 07.00 sampai jam 09.00. Untuk itulah penelitian

waktu pengokulasian terbaik perlu diteliti apakah pada jam 07.00-09.00 (pagi), jam 13.00-

14.00 (siang) danjam 17.00-18.00 (sore).

Okulasi masih merupakan metode terbaik pada perbanyakan benih tanaman karet.

Teknik okulasi dibedakan menjadi tiga yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat.

Perbedaan ketiga cara tersebut terletak pada umur batang bawah dan batang atas yang

digunakan pada proses okulasinya. Okulasi hijau dapat dilakukan pada umur batang bawah

4-6 bulan dan batang atas 4-6 bulan, dengan garis tengah 1-1.5 cm dan masih berwarna

hijau dengan mata okulasi yang digunakan mata sisik dan mata daun. Okulasi hijau

dikerjakan pada batang bawah dengan ukuran yang relatif kecil sehingga pembenihan

batang bawah langsung di dalam polibag akan lebih terjamin. Keunggulan penggunaan

benih karet hasil okulasi hijau yang dilaksanakan langsung di dalam polibag diantaranya

adalah: mempersingkat waktu penyediaan benih polibag berpayung daun dua menjadi 7-9

bulan dihitung sejak pengecambahan, atau 4-6 bulan lebih singkat dibandingkan okulasi
10

coklat yang biasa dikerjakan. Tanaman karet hasil okulasi merupakan tanaman klonal yang

lebih baik dibandingkan tanaman asal biji, yaitu pertumbuhannya seragam, sifat mendekati

induknya, variasi antar individu sangat kecil dan produktivitasnya lebih tinggi.

Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi

antara lain tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya

keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan

tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan

pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat

besar, Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting diperhatikan untuk

menghindari ketidakcocokan antara kombinasi batang bawah dan batang atas. Bila ini

terjadi, kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan potensi produksi dan karakter

unggul lainnya secara maksimal. Potensi klon batang atas yang maksimum akan tercapai

bila batang bawah sesuai dengan batang atas.

Tujuan utama okulasi dari okulasi tanaman adalah sebagai berikut; mendapatkan jenis

tanaman baru yang memiliki sifat menguntungkan seperti tahan penyakit serta sifat unggul

lainnya yang diperoleh, bisa mendapatkan hasil penggabungan dari dua sifat berbagai jeis

tanaman di induknya. Tahapan pelaksanaan okulasi adalah sebagai berikut:

Kriteria matang sadap tanaman karet yang dianut hingga dewasa ini masih berdasarkan

pada ketentuan yang sifatnya visual. Hamparan tanaman karet dinyatakan sudah memenuhi

kriteria matang sadap apabila 60% dari populasi tegakan telah mencapai lilit batang 45 cm.

Kriteria seperti ini baru dapat dijumpai pada hamparan tanaman karet yang berumur 4,5 –

5 tahun (Anwar, 2006). Analisis ekonomi telah menunjukkan bahwa kerugian selama masa

tanaman belum menghasilkan (TBM), termasuk di dalamnya ongkos dan waktu dapat

ditutup lebih cepat dengan memperpendek masa non produktif (Anwar, 2006). Lateks

mengandung partikel karet (isoprene) yang dihasilkan oleh tanaman karet dan merupakan
11

produk sekunder yang tergolong sebagai terpen (politerpen), yang disintesis melalui

lintasan asam mevalonat (MVA). Sebagai precursor dari isoprene adalah asetil koA atau

asam asetat, tetapi dalam jaringan dipersiapkan berupa sukrosa yang mudah

ditranslokasikan (Coucaud et al. 2009, Kekwick, 1989; West, 1990; Jacob et al., 1989).

Tanaman karet mulai disadap pada umur 5 tahun. Penyadapan dapat dilakukan

selama 25 sampai 35 tahun. Sebelum disadap, kulit karet harus dibersihkan terlebih dahulu

agar tidak terjadi pengotoran lateks. Tebal irisan sadap yang dianjurkan 1,5-2 mm.

Sebaiknya, kedalaman sadap sedalam mungkin, tetapi tidak menyentuh kambium.

Kedalaman yang dianjurkan 1-1,5 mm dari lapisan kambium. Penyadapan dilakukan pada

pagi hari antara pukul 05.00-06.00, sedangkan pengumpulan lateks dilaksanakan antara

08.00-10.00. Hasil sadapan lateks yang berada dimangkuk sadap dituangkan kedalam

ember aluminium bersih bertutup. Kontak dengan udara menyebabkan lateks menggumpal.

Pada perkrbunan besar, lateks dalam ember dikumpulkan ke dalam tangki dan dibawah

kepengolahan dengan truk (Suhendry, 2002)

Produksi lateks yang diperoleh dari hasil penyadapan ditentukan oleh lamanya aliran

dan kecepatan biosintesis. Sedangkan biosintesis lateks itu sendiri ditentukan oleh bahan

dasar pembentuk lateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas enzim yang berperan secara

langsung, baik pada tahap glikolisis maupun anabolisme partikel karet. Penyadapan

merupakan suatu tindakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat didalam

tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris

sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks

yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.

Oleh karena itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar.

Penentuan matang 14 sadap, matang sadap tanaman karet akan siap apabila sudah matang

sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya
12

tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.

Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang pada umur

tanaman.

Melakukan penyadapan pada malam hari pada pukul 02.00 agar sel pembulu lareks

mudah kelur dikarenakan semakin tinggi suhu yang didapat semakin cepat lateks

mengeluarkan. Melakukan penyadapan dengan sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh

terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat

terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas.

Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk sadap.

Meletakkan mangkuk dibatang pohong karet dengan jarak yang baik dari hasil sadapan ke

mangkuk 10 cm. Kemudian dilakukan pemanenan pada hasil penyadapan, pemanenan

dilakukan pada waktu dipagi hari pukul 06.00 agar lateks tidak mengalami pembekuan,

lateks disatukan ditempat drum kecil yang sudah disiapkan melalui ember kemudian

diangkut lateks melalaui mobil ketempat penerimaan lateks.


13

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Riau, Pekanbaru. Praktikum Penanaman Biji Karet pada tanggal 27 Maret 2023,

Praktikum Okulasi dilaksanakan dilahan percobaan kompos Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Pekanbaru. dan Teknik Penyadapan Karet pada tanggal 14 Mei

2023.

B. Bahan dan alat

 Meteran Biji Karet  Batang Entres

 Gembor  Plastik

 Garu  Pisau

 Cangkul  Batang Karet

 Alang-alang Kering  Pisau Sadap

 Batang Karet  Daun

C. Pelaksanaan praktikum

Penanaman Biji Karet :

 Pembuatan Bedengan 2.5x1 dengan cangkul,menghadap ke timur ke barat.

 Cari terlebih dahulu biji Karet di sekitar pohon karet.

 Persemaian Biji Karet di bedengan jaraknya 10cm.

 Kemudian ditutup dengan alang-alang.

 Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.


14

Okulasi :

 Teknik Okulasi yang digunakan adalah Okulasi coklat

 Siapkan batang karet.

 Buat Jendela Okulasi dengan batang bawah dikupas kulitnya menggunakan

Pisau dengan ukurannya sekitar 5cm..

 Lalu diambil Perisai pada batang entres, selanjutnya diambil mata tunasnya

 Kambium bagian dalam jangan sampai tersentuh.

 Kemudian Mata tunas ditempelkan pada Jendela Batang Bawah.

 Setelah itu diikat menggunakan Plastik dan selipkan kertas nama. Teknik

pengikatan dari bawah ke atas.

Teknik Menyadap Karet :

 pilih batang karet yang akan di sadap, lalu siapkan pisau sadap juga.

 Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit pohon karet menggunakan Pisau

Sadap sampai batas kambium hingga mengeluarkan lateks.


15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyemaian Biji Karet

Hasil pengamatan dan pengukuran pada penyemaian benih karet disajikan didalam

tabel di bawah ini.

NO SAMPEL KE DIAMETER BATANG (mm) TINGGI TANAMAN (cm)

1. 1 3 mm 45 cm

2. 2 3 mm 30 cm

3. 3 3 mm 35 cm

4. 4 4 mm 56 cm

5. 5 5 mm 54 cm

6. 6 5 mm 68 cm

7. 7 4 mm 62 cm

8. 8 4 mm 40 cm

9. 9 5 mm 63 cm

10. 10 3 mm 36 cm

Tabel 1. Hasil pengukuran dan pengamatan benih karet

Dari data diatas bahwa rata-rata diameter batang yaitu 3,9 mm dan rata-rata tinggi

tanaman karet adalah 48,9 cm. tanaman yang yang tidak hidup karena pengaruh faktor

iklim dan juga jenis biji karet yang ditanam menggunakan biji yang asal pilih dilahan

pert.anian UIR. Setelah pengolahan lahan seluas 2,5x1 m kemudian langsung dilakukan

pelaksanaan penyemaiaan Biji karet. Penyemaian biji dilakukan dengan metode yang yang

sudah ditetapkan. Sebelum dilakukan penyemaian permukaan tanah yang paling atas

ditaburi dengan pasir setebal 3-5 cm, agar biji karet tumbuh radikula dan plumula dengan

baik.Biji yang di gunakan untuk persemaian adalah biji sapuan yang berasal dari kebun
16

karet fakultas pertanian, yang mana dipilih biji – biji karet yang bagus yang akan untuk

disemaikan. Setelah itu biji karet yang telah dipilih yang bagus siap ditanam dibedengan

yang sudah disiapkan. Penyemaian biji dilakukan dengan jarak antar biji yaitu 5 cm.

Kemudian di tutup dengan rumput yang kering. Setelah itu dilakukan perawatan seperti

penyiraman, penyiangan, serta pengawasan.

B. Okulasi

Minggu ke
Perlakuan
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
Hijau Coklat
Okulasi Hijau Coklat
Kecoklatan Kehitaman
Tabel 2. Hasil okulasi tanaman karet

Pengamatan hanya dilakukan sampai pada minggu ke 4 karena dalam minggu

kelimasemua tanaman karet sudah mati ditandai dengan warna yang mulai menghitam dan

mengeringdan mati.

Berdasarkan data yang tertera pada hasil pengamatan, diketahui bahwa pada

praktikumini tingkat keberhasilan okulasinya rendah. terdapat sejumlah faktor yang

mempengaruhikeberhasilan okulasi yaitu: Keterampilan, kebersihan dan kecepatan

mengokulasi,Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih dorman,

Keadaan iklimsaat okulasi. ( Simanjuntak 2010)

Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas kertanaman

batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah

agar produksi bisa lebih tinggi. Okulasi ada 2:

1. Batang bawah Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon

induknya, yaitu mata tunas yang sudah dipisahkan dari induknya tidak akan dapat
17

hidup tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya.alat atau bahan penghidup

mata tunas ini disebut batang bawah.

2. Batang atas Berbeda dengan batang bawah yang harus dari biji, batang atas dapat

diambil dari dari tanaman yang berasal dari biji, okulasi, atau lainnya yang sudah

tua.tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan

hasil akhir okluasi.dari batang atas inilah akan dihasilkan sadapan yang baik

klonklon anjuran sebagai batang atas untuk perkebunan rakyat hanya ada beberapa

saja yang masih dibedakan penanamannya tergantung lingkungan. Bahan- bahan

pada pembuatan bibit okulasi tanaman karet adalah klon-klon yang dianjurkan

untuk batang bawah.batang bawah dan batang atas merupakan bahan penting untuk

disiapkan, sdangkan mata tunas , kayu okulasi, jendela, danjiwa diperoleh dari

batang atas dan batang bawah. Alat-alat yang digunakan adalah 10 gergaji entres,

pisau okulasi yang tajam, batu asah, pita plastik atau tali rafia dengan ukuran 2-3

cm dan tebal sekitrar 0,04mm.

Waktu Okulasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 7-10 pagi pada saat

musim hujan, tetapi tidak lebat. Jangan sekali-kali melakukan okulasi pada waktu hujan

lebat atau musim kemarau karena okulasi tidak akan tumbuh. Teknik okulasi ada dua

macam yaitu okulasi cokelat dan okulasi hijau. Kedua teknik ini harus benar-

benarmengikuti persyaratan langkah kerja agar dapat diperoleh bibit tanaaman yang baik.

Kedua teknik okulasi ini sebenarnya sama yang berbeda dari kedua cara ini hanyalah bakal

batang bawahnya. Batang bawah untuk teknik okulasi coklat berumur9-18 bulan di

pembibitan atau berdiameter lebih darin 1.5 cm dan berwarna cokalat. Sedang kan batang

bawah untuk teknik okulasi hijau berumur 5-8 bulan atau berdiameter 1-1.5 cm dan

berwarna hijau.
18

C. Teknik Menyadap karet

Untuk penyadapan karet mahasawa mencoba bentuk sadapan S dengan cara mengiris

kulit pohon karet sampai batas kambium (batas antara kulit karet dengan kayu atau xilem)

dari bagian kiri atas ke bawah kanan membentuk jalur aliran lateks dengan kemiringan

sekitar 30 derajat. Penyadapan tidak dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah. Cara

vertikal hanya akan menghasilkan lateks yang lebih sedikit karena jalur irisan yang lebih

pendek. Panjangnya lintasan irisan lateks juga hanya setengah lingkarannya saja, tidak

mengitari keseluruhan lingkaran.

Penyadapan adalah pelukaan atau pengirisan kulit untuk untuk membuka pembuluh

latex pada bidang sadap, dimana Sadap ada 2 macam : Sadap konvensional dan Sadap

mikro.

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok daripengusahaan tanaman karet.

Tujuan dari penyadapan adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks

cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada

kulit berkurang. untuk memperoleh penyadapan yang baik,penyadapan ahrus mengikuti

aturan tertentu agar diperoleh hasil produksi yang tinggi, menguntungkan, serta

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman.


19

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanaman karet (Hevea brasiliensis)merupakan tanaman perkebunan yang bernilai

ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada

umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran

karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan

baku industri karet.

Teknik okulasi Pada Tanaman karet Okulasi adalah perbanyakan tanaman secara

vegetatif dengan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang

bawah, keduanya bersifat unggul. Dengan demikian terjadi penggabungan sifat-sifat yang

baik dari kedua tanaman dan dalam waktu yang relatif pendek memperlihatkan

pertumbuhan yang seragam.

Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau cabang

tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang lama sehingga

lateks menetes keluar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan demikian, diperlukan

perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan rencana

tersebut. Perencanaan meliputi tebal kulit yang diiris setiap kali penyadapan, lamanya

bidang-bidang sadap yang digunakan (dalam tahun), dan penggunaan stimulannya

(frekuensi penggunaan, dan teknik penggunaannya). penyadapan dianjurkan mulai jam

4.00 WIB dan selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB.
20

DAFTAR PUSTAKA

Lasminingsih, I. M., & Sipayung, H. H. (2012). Petunjuk Praktis Pembibitan Karet.

AgroMedia.

Riau, B. P. T. P. Pembibitan Karet Unggul.

Jamil, A., & Fadly, M. Teknologi Pembibitan Karet.

Boerhendhy, I. (2013). Prospek perbanyakan bibit karet unggul dengan teknik okulasi dini.

Lasminingsih, I. M., & Sipayung, H. H. (2012). Petunjuk Praktis Pembibitan Karet.

AgroMedia.

Siregar, I. T. H., & Suhendry, I. I. (2013). Budi Daya & Teknologi Karet. Penebar

Swadaya Grup.

Admojo, L., Prasetyo, N. E., Afifah, E., & Hadi, H. (2013). Pengaruh juvenilitas entres

terhadap karakter tunas bibit okulasi dini tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet, 13-

19.

Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Palembang (ID): Pusat

Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.

Boerhendhy, I. 2012. Pembangunan Batang Bawah. Sumatera Selatan (ID): Balai

Penelitian Karet Sembawa.


21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan praktikum


Bulan/Tahun 2023
No Jadwal Kegiatan Maret April mei juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembersihan
1 lahan dan
pembuatan plot
Penanaman biji
2
karet
Pembersihan
3
kebun
Pembersihan
4
karet
Penyadapan
5
karet

6 Okullasi karet

Melihat hasil
okulasi dan
7
pengukuran
parameter karet

8 Laaporan
22

Lampiran 2. Dokumentasi praktikum


1. Kegiatan pembuatan bedengan, proses penyemaian, dan pengukuran tinggi tanaman
karet.
23

2. Teknik cara okulasi pada tanaman karet


24

3. Hasil okulasi ( gagal )

4. Teknik sadap karet dan praktek menyadap


25

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................1

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................2

I. PENDAHULUAN ..................................................................................3
A. Latar belakang ................................................................................3
B. Manfaat ............................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6
III. BAHAN DAN METODE ......................................................................11
A. Tempat dan waktu ..........................................................................11
B. Bahan dan alat .................................................................................11
C. Pelaksanaan praktikum ..................................................................11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................13
A. Hasil ..................................................................................................13
B. Pembahasan .....................................................................................13
V. PENUTUP ..............................................................................................16
A. Kesimpulan ......................................................................................16
B. Saran .................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................17

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................18

BIODATA PENULIS ..............................................................................................20


26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Table Jadwal kegiatan praktikum ..................................................18


Lampiran 2. Dokumentasi praktikum .................................................................18
27

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini

merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor

pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari

sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, hanya kelapa sawit yang

menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Melihat pentingnya tanaman

kelapa sawit ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan

penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan

kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai.

Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit menjadi populer

setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak

nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi.

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna sebagai

penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon Kelapa Sawit

terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan elaeis oleifera yang digunakan untuk

pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit elaeis

guineensis, berasal dari Afrika barat diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa sawit

elaeis oleifera, berasal dari Amerika tengah dan Amerika selatan. Kelapa sawit menjadi

populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan tingginya

permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun (Dinas Perkebunan

Indonesia, 2007: 1).

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia

mengekspor minyak kelapa sawit ke berbagai negara seperti Eropa, Amerika, serta
28

beberapa negara di asia. Prospek minyak kelapa sawit di jalanan dunia cukup menjanjikan

mengingat kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, serta

berbagai upaya yang dilakukan untuk menjadikan minyak kelapa sawit sebagai sumber

energi terbarukan.

Sabut dan cangkang merupakan produk turunan limbah setelah bagian buah kelapa

sawit yang diekstrak menjadi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Berbagai

Manfaat Kelapa Sawit yaitu menangkal efek radikal bebas, memperkuat imunitas tubuh,

menjaga kesehatan otak, mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A, meningkatkan

kesehatan jantung. Janjang kosong dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan pupuk organik

terutama karena kandungan unsur kalium (K) yang sangat penting dalam pertumbuhan

kelapa sawit. Pelepah dan daun kelapa sawit juga tak luput dari segudang manfaat. Bagian

yang sering dianggap tak penting dan berakhir hanya sebagai limbah ini biasanya hanya

ditumpuk di sekitar pohon atau bahkan dibakar. Padahal, studi menemukan bahwa rupanya

pelepah dan daun kelapa sawit berpotensi besar untuk digunakan sebagai bahan kompos.

Salah satu inovasi dari pengolahan pohon kelapa sawit adalah bahan dasar furnitur. Batang

hasil kayu replanting dapat dimanfaatkan sebagai papan laminasi atau Sandwich

Laminated Lumber (SLL) untuk keperluan panel lantai, dinding, pengemas, furnitur, dan

sebagainya.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, produksi kelapa sawit di Riau pada tahun 2020

adalah 9.984.315 ton. Sedangkan pada tahun 2021 produksi kelapa sawit mengalami

peningkatan yaitu 10.270.149 ton.

Permasalahan yang dialami di Daerah Riau terhadap perkebunan sawit ialah ketidak

jelasan status kepemilikan tanah yang di olah petani sawit, ketidakadaan kelembagaan di

tingkat petani sawit bahkan sampai pemerintahan daerah.


29

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai 0- 24 meter.

Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak

berwarna merah kehitaman. Daging dan kulit buah kelapa sawit mengandung minyak.

Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.

Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan

pembuatan makanan ayam.

B. Manfaat

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai praktikum Teknologi

Produksi Tanaman Perkebunan I.

2. Sebagai pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan okulasi dan penyadapan

tanaman karet.

3. Bagi masyarakat umum diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan ataupun pembelajaran dalam melakukan okulasi dan penyadapan

tanaman karet.
30

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat diantara Angola dan Gambia,

pohon kelapa sawit elaeis oleifera, berasal dari Amerika tengah dan Amerika selatan.

Kelapa sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang

menyebabkan tingginya permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun

(Dinas Perkebunan Indonesia, 2007:).

Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012), sebagai berikut:

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit termasuk monokotil. Batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak

mempunyai kambium, tingginya dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau

monocious, bunga jantan dan bunga betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri

atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan buah

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).


31

Akar Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,

sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,

sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke

bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-

akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1

meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 1991). Calon akar muncul

dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya dapat mencapai 15

cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan. Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang

(bole) ribuan jumlahnya, diameternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat

mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar

sekunder tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15

cm (Pahan, 2010).

Batang membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini dapat m emperkokoh

posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua

tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping, diameter batang dapat

mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat mencapai 10 – 11 m

dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbeda- beda untuk setiap varietas

(Sastrosayono, 2003).

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada

pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar

tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di

pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal

pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).


32

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru

ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit merupakan

monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor dibentuk

dari ketiak setiap daun setelah diferensisasi dari pucuk batang. Jenis kelamin jantan atau

betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan baru inflor bunga

berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor membuka dalam tiga

hari dan siap dibuahi selama 3 - 4 hari, sedangkan bunga- bunga yang berasal dari

inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari. Penyerbukan yang umum terjadi

biasanya penyerbukan silang namun kadang juga sendiri (Mangoensoekarjo dan

Semangun, 2003).

Bunga jantan pada tanaman kelapa sawit berbentuk lonjong memanjang, sedangkan

bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan

bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh

bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga

penyerbuk (Sunarko, 2008).

Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel dan

menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1600 buah,

berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 - 3 cm, beratnya 30 gram. Bagian-bagian

buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut dan biji). Eksokarp dan

mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endocarp (cangkang) dan inti (kernel),

sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan embrio (Mangoensoekarjo dan

Semangun, 2003).

Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut

noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji kelapa sawit
33

terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm

berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama.

Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak berwarna

kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada

perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian

pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul plumula (batang)

(Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar

Lintang Utara- Lintang Selatan 12° pada ketinggian 0-600 m dari atas permukaan laut.

Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per tahun, tidak memiliki defisit air

hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal 24°-28 °C, terendah 18 °C

dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan

angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu

kencang akan menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992). Curah hujan

optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan

distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Kelembaban

optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang

memepengaruhi kelembaban ini adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan,

dan evapotranspirasi (Anonim, 1997).

Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk beberapa

bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama penyinaran ini terutama

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex-ratio)

produksi buah (Setyamidjaja, 1991).

Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,

Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah antara lain:
34

1. Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media

yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman

akan lebih baik.

2. Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-

40% lempung dan 20-50% liat.

3. Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang

4. Gambut, kedalamannya 0-0,6 m.

5. Laterite, tidak dijumpai (Anonim, 1996).

6. Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada

sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur,

struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah

dan kedalaman permukaan air

7. tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur,

subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya

mengandung liat dan debu

8. 25-30%, datar serta berdrainase baik (Anonim, 1997). Kemasaman tanah

idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0, tetapi boleh juga

digunakan pH 6,5-7.
35

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu


Praktikum ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Riau. Jalan Kaharuruddin Nasution, NO. 113 Kelurahan Air Dingin, Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung

dari bulan Maret sampai Juni 2023.

B. Bahan dan alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum :

 Pisau cutter

 Ember

 Polybag

 Kantong Plastik

 Benih sawit yang telah dibersihkan dari kulitnya

 Air
36

 Gembor

C. Pelaksanaan praktikum

1. Pengisian Polybag

Polybag berukuran 22 cm 8 ×14 cm dengan tebal 0,07 mm. Media tanam yang

digunakan adalah tanah humus. Polibeg harus diisi media tanam sampai 2 cm dari ujung

tepi polibeg. Setelah diisi media tanam kemudian polibeg disusun. Kemudian diberi

naungan untuk menghambat sinar matahari terkena kecambah dan juga menahan air ketika

hujan turun dan juga menghindari serangan hama.

2. Persiapan tandan (pengupasan dan pengikisan)

Berondolan yang telah dipipil kemudian dikupas dengan menggunakan cutter. Benih

yang telah kering kemudian dikikis sisa sabut mesokarp di bagian ujung benih. Pengikisan

bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya jamur. Selain dikikis juga dihitung populasi

benih.

3. Penanaman

Dalam proses penanaman ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu pelubangan, menaruh

kecambah dan menutup lubang. Kedalaman lubang maksimal 2 cm, plumula harus berada

di atas dan radikula berada di bawah. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari,

hal ini ditujukan untuk menghindarkan tanaman dari stres karena terik matahari.

4. Pemeliharaan

a. Pengairan

Penyiraman tanaman sawit jika tidak turun hujan adalah 2 kali sehari yaitu pada

pagi dan sore hari, karena menyiram tanaman di pagi hari akan meningkatkan

siklus pertumbuhan alami tanaman.


37

b. Sanitasi
Pengendalian gulma harus dilakukan sejak gulma sudah mulai muncul diarea
tanaman dilakukan setidaknya 3 hari sekali.

IV. HAASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dalam praktikum budidaya kelapa sawit ini didapat hasil bahwasanya mengalami

kegagalan, yang dimana benih yang telah disemai di dalam polybag tumbuhnya tidak

menyeluruh. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena faktor dalam pemilihan benih yang

tidak unggul atau berkualitas cukup baik. Sehingga tidak ada data yang dapat diambill

untuk sebagai bahan parameter.

B. Pembahasan

a) Varietas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil yang

tergolong dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit digolongkan berdasarkan

ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2012). Menurut Pahan
38

(2012), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa sawit dibagi menjadi tiga

varietas, yaitu

1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian

luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif tipis, dan

daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah. Varietas ini biasanya

digunakan sebagai induk betina oleh para pemulia

2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat tipis

(bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging biji sangat tipis.

Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman komersial,

tetapi digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman untuk

menyerbuki bunga betina.

3. Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera. Varietas

ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan ketebalan 1,5 – 4

mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang

sangat tebal. Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.

Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

 Nigescens , dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna ungu kehitam hitaman,

sedangkan buah yang telah masak berwarna jingga kehitam- hitaman.

 Virescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna hijau, sedangkan

buah yang telah masak berwarna jingga kemerah-merahan dengan ujung buah

tetap berwarna hijau.

 Albescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna keputih-putihan,

sedangkan buah yang telah masak berwarna kekuning-kuningan dengan ujung

buah berwarna ungu kehitaman (Adi, 2011).


39

b) Pembibitan Awal (Prenursery)

Pembibitan awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan

dipelihara hingga berumur tiga bulan. sedangkan pembibitan main nursery selama 10-

12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-11

bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).

Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam. Polibag berukuran panjang

14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam

dengan ukuran 14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa

campuran topsoil.

c) Main Nursery

Pembibitan Utama (Main Nursery) merupakan penempatan bibit yang sudah lepas dari

kecambah, dan siap untuk ditanam. Bibit ini harus sudah siap ditempatkan pada lokasi-

lokasi yang strategis, seperti halnya harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan

sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik.

Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%,

tempat terbuka atau tanah lapang, dan lapisan topsoilcukup tebal (25 cm). Letak lokasi

main nursery dekat dengan area yang akan di tanam dan harus jauh dari sumber hama dan

penyakit. Main- nursery yaitu bibit dari pembibitan awal (pre-nursery) dipindahkan ke

dalam polibag dengan ukuran 40 x 50 cm atau 40 x 60 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-

30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Pada fase pembibitan utama naungan tidak lagi

dibutuhkan.
40

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk pembibitan biji kelapa sawit yang ditanaman pada pratikum yang dlakukan

belun tumbuh berkecamba, karena untuk waktu yang dibutuhkan untuk kecambah bibit

kelapa sawit ialah 3-4 bulan. Namun Ketnyataan di lapangan pratikum hanya dulakukan

hanya 2 bulan.

B. Saran

Adapun saran untuk praktikum ini adalah alangkah baiknya pihak kampus dapat

menyediakan contoh sampel dari bibit unggul tanaman sawit maupun bebit unggul

tanaman karet, dan bagi Mahasiswa/I yang mengikuti praktikum ini harus dilakukan secara
41

serius dan diperhatikan dengan baik agar melakukan prktikum dapat berjalan dengan

lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, D. 2010. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

di PT. Jambi Agro Wijaya, Sarolangun-Jambi. [skripsi]. Program Sarjana, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.

Fauzi, Y., Yustina, E. W., Satyawibawa, Rudi H., 1997. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Ginting, E. N., 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hidayat, T. 2010. Penyiapan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jaqc.) dalam

Pengadaan Bahan Tanaman di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat,

Sumatera Utara. [skripsi]. Program Sarjan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84

lembar.
42

Hutagalung, R. Dan Jalaluddin. 1982. Feeds for Farm Animal from The Oil Palm. Dept. of

Animal Science University. Serdang.

PTPN IV. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. Medan, Sumut.

Redaksi Agromedia. 2007. Membuat Tanaman Buah Dalam Pot Berbuah Lebat.

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Risza, S. 1995. Kelapa sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.

Sutarta, E. S., Winarna, dan N. H. Darlan. 2005. Penigkatan Efektivitas Pemupukan

Melalui Aplikasi Kompos TKS pada Pembibitan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis

Kelapa Sawit 2005. PPKS. Medan. 119-132.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. jadwal kegiatan praktikum

Bulan/Tahun (2022/2023)
No Jadwal Kegiatan Maret April mei juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan
1
buah sawit
Pemisahan biji
sawit dengan
2
kulit dan daging
sawit
Pengisian
3
polybag
43

4 penanaman

Lampiran 2. Dokumentasi praktikum

1. Pengambilan buah sawit dan pengupasan daging buah

2. Pengisian polybag dan penanaman biji sawit

3. Penyiraman
44

BIODATA PENULIS

Ahmad Romadhon lahir pada tangga 28 november 2002 di desa sumber jaya, kecamatan

singing hilir, kabupaten Kuantan singingi. Merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Penulis

telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 008 sumber jaya, kemudian

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 suka damai kec

singingi hilir, dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMKN
45

3 Taluk Kuantan pada tahun 2019. Kemudian pada tahun 2021 penulis melanjutkan

pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Islam Riau (UIR)

dengan mengambil jurusan Agroteknologi pada Fakultas Pertanian jenjang strata satu dan

saat ini penulis sedang duduk di semest 4.

Anda mungkin juga menyukai