Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
ELSA MIRHAYATI
1724401004
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL). Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil dari PKL di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor selama satu bulan pada periode 1-28
Februari 2019 di Plant 14.
1. Orang tua yang telah memberikan doa terbaiknya dan juga bantuan baik
secara moril dan materil;
2. Ibu Zuhra Amalia, S.T., M. Env. Mgmt.Sust., selaku koordinator kerja
praktek sekaligus dosen pembimbing kerja praktek Program studi DIII
Teknologi Kimia Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe;
3. Bapak Ir. Pardi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Lhokseumawe;
4. Bapak Yanuar Raka Siwi, S.T., selaku pembimbing Lapangan Kerja
Praktek di PT Indocement Tunggal Prakarsa;
5. Bapak Dedi A. Dasuki, bagian CPDD (Corporate People Development
Department), yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama kerja
praktek;
6. Bapak Yulius Hadiwijaya, selaku Kepala CPDD (Corporate People
Development Department) yang berkenan memberikan kesempatan untuk
melakukan kerja praktek;
7. Bapak Dika Avianto, selaku production department head plant 14 atas
kesediaannya dalam memberi izin kerja praktek di plant 14;
8. Seluruh Staff dan karyawan di plant 14 khususnya pada bagian produksi
dan CCR;
iv
9. Seluruh teman – teman kerja praktek periode 1-28 Februari 2019 yang
turut memberikan dukungan kepada penulis selama pelaksanaan kerja
praktek khusunya yang sama sama ditempatkan di plant 14; serta
10. Seluruh teman – teman Program Studi DIII Teknologi Kimia, Politeknik
Negeri Lhokseumawe.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.1.2. Penambangan Tanah Liat (SandyClay) ............................................25
3.2.Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit) ..............26
3.3. Unit Pembakaran dan Pendinginan (Kiln Unit) ...........................................29
3.4.Unit Pengeringan dan Penggilingan Batubara (Coal Mill Unit) ..................35
3.5.Unit Penggilingan Akhir (Cement Mill Unit) ...............................................36
3.6.Unit Pengantongan Semen (Packing Unit) ..................................................38
BAB IV SPESIFIKASI ALAT ............................................................................40
4.1. Spesifikasi AlatUtama .............................................................................40
4.1.1. Unit Penyediaan BahanBaku............................................................40
4.1.2. Unit RawMill ....................................................................................43
4.1.3. UnitKiln ............................................................................................48
4.1.4. Unit Coal Mill ..................................................................................54
4.1.5. Unit FinishMill .................................................................................55
4.1.6. Unit Packing.....................................................................................57
4.2. Spesifikasi AlatPendukung......................................................................58
4.2.1. AlatTransportasi ...............................................................................58
4.2.2. Alat Penangkap Debu .......................................................................61
BAB V PRODUK .................................................................................................63
5.1. Produk yang Dihasilkan ..........................................................................63
5.1.1. Portland Composite Cement(PCC) ..................................................63
5.1.2. Semen Portland (PortlandCement) ..................................................64
5.1.3. Semen Sumur Minyak (Oil WellCement) ........................................65
5.1.4. Semen Putih (White Cement) ...........................................................66
5.1.5. White Mortar TR30 ..........................................................................66
BAB VI UTILITAS ..............................................................................................67
6.1. Unit Penyediaan dan Pengolahan Air (Water SupplySection).................67
6.2. Sumber Baku Air .....................................................................................68
6.3. Unit PenyediaanSteam .............................................................................71
6.4. Unit Penyediaan Tenaga Listrik (Power SupplySection) ........................72
6.5. Unit Penyediaan Udara Tekan .................................................................74
6.6. Unit Penyediaan Bahan Bakar .................................................................76
BAB VII LIMBAH ...............................................................................................77
vii
7.1. LimbahPadat ............................................................................................77
7.2. LimbahCair ..............................................................................................78
7.3. LimbahGas ..............................................................................................79
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................80
8.1 Kesimpulan ...................................................................................................80
8.2 Saran .............................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................81
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Merupakan salah satu
produsen semen terbesar di Indonesia. Produsen semen yang lebih dikenal
dengan merek dagang “Tiga Roda” dan merek baru “Rajawali” ini mulai
dibangun pada tanggal 1 Juni 1973 oleh PT Distinct Indonesia Cement
Enterprise (DICE) yang kemudian diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1975
oleh Presiden Soeharto. Berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, kapasitas
pabrik yang terpasang pada saat awal adalah 500.000 ton per tahunnya.
Sepuluh tahun setelah beroperasinya pabrik pertama, dibangunlah
tujuh pabrik tambahan sehingga kapasitas produksi meningkat menjadi 7,7
juta ton per tahunnya. Kedelapan pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan
oleh enam perusahaan yang berbeda antara lain :
1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE)
Memiliki dua plant dengan kapsitas 500.000 ton/tahun. Jenis semen yang
dihasilkan antara lain OPC tipe II dan V. Kedua plant ini dikenal dengan
Plant 1 yang diresmikan pada tanggal 18 Juli 1975 dan Plant 2 yang mulai
beroperasi pada tanggal 14 Agustus 1976. Saat ini kedua plant tersebut
tidak lagi dioperasikan. Plant ini dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries
Ltd., Jepang.
2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE)
Memiliki dua plant, yaitu Plant 3 yang mulai beroperasi pada tanggal 26
Oktober 1978 dan Plant 4 yang mulai beroperasi pada tanggal 17
November 1980 dengan kapasitas terpasang masing-masing plant sebesar
1,1 juta ton/tahun. Plant ini memproduksi semen OPC tipe I. plant ini
dibuat oleh KHD Humboldt Wedag AG, Jerman Barat.
3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise (PIICE)
Memiliki satu plant, yaitu plant 5 dengan kapasitas terpasang 200.000
ton/tahun. Jenis semen yang diproduksi antara lain semen putih dan Oil
Well Cement (OWC). Plant 5 diresmikan pada tanggal 18 Maret 1981. Plant
ini dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries Ltd., Jepang dan Nihon Cement
Co, Ltd., Jepang.
2
4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE)
Memiliki satu plant yaitu plant 6 dengan kapasitas terpasang ,6 juta
ton/tahun. Jenis produk semen yang dihasilkan adalah semen OPC tipe I.
Plant 6 mulai beroperasi pada September 1983. Plant ini dibuat oleh KHD
Humboldt Wedag AG, Jerman Barat.
5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE)
Memiliki satu plant yaitu plant 7 dengan kapasitas terpasang 1,9 juta
ton/tahun. Jenis semen yang dihasilkan merupakan semen OPC tipe I. plant
7 mulai beroperasi pada tanggal 16 Desember 1984. Plant ini dibuat oleh
Plysius Heavy Industries, Perancis.
6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE)
Memiliki satu plant yaitu plant 8 dengan kapasitas terpasang 1,9 juta
ton/tahun. Jenis semen yang dihasilkan merupakan semen OPC tipe I. plant
8 mulai beroperasi pada tanggal 10 juli 1985. Plant ini dibuat oleh Polysius
Heavy Industries, Peracis.
3
Sejak tahun 2001, mayoritas saham Indocement dimiliki oleh
perusahaan Heidelberg Cement Group, Jerman yang merupakan pemimpin
pasar global agrerat dan pelaku bisnis terkemuka di bidang semen dan aktivitas
hilir lainnya. Sejak tahun 2014, pemegang saham utama Indocement berpindah
ke Birchwood Monia Limited (UK) yang merupakan salah satu anak
perusahaan HeidelBerg Cement Group.
Pada tanggal 9 Oktober 2013, Indcement memulai pembanguna plant
14 di Citeureup, Bogor dengan kapasitas terpasang 4,4 juta ton/tahun dan
dibuat oleh Tianjin Cement IndusrtyDesign & Research Institute Co. Ltd..
Plant 14 tersebut mulai dioperasikan pada tahun 2016. Total plant yang
dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebanyak tiga belas
plant di tiga lokasi di Indonesia, yaitu Citeureup – Bogor dengan sepuluh plant,
Palimanan – Cirebon dengan dua plant, dan Tarjun – Kalimantan Selatan
dengan satu plant. Hal ini menjadikan area perusahaan Indocement di
Citeureup – Bogor menjadi kompleks industri semen terbesar di dunia.
Produk yang dihasilkan oleh Indocement adalah semen Portland
(tipe I, II, dan V), Oil Well Cement (OWC), dan White Cement (WC).
Indocement merupakan satu-satunya produsen semen di Indonesia yang
memproduksi semen putih (White cement). Berbagai produk semen ini
dihasilkan dari seluruh plant yang dimiliki olhe Indocement. Perkembangan
kapasitas produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dapat disajikan pada
Tabel 1.1
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Kapasitas Produksi
Citeureup, PCC/OPC
Pabrik ke-1 0,7
1975 Jawa Barat Tipe II
Citeureup, PCC/OPC
Pabrik ke-2 0,6
1976 Jawa Barat Tipe II
4
Citeureup,
Pabrik ke-3 PCC 1,1
1979 Jawa Barat
Citeureup,
Pabrik ke-4 OPC 1,1
1980 Jawa Barat
Citeureup, OWC/WC/
Pabrik ke-5 0,2
1981 Jawa Barat OPC Tipe V
Citeureup,
Pabrik ke-6 PCC 1,6 + 1,9 (VRM)
1983 Jawa Barat
Citeureup,
Pabrik ke-7 PCC 1,9
1984 Jawa Barat
Citeureup,
Pabrik ke-8 PCC 1,9
1986 Jawa Barat
Palimanan,
Pabrik ke-9
Cirebon, PCC 2,05
1991 *)
Jawa Barat
Palimanan,
Pabrik ke-
Cirebon, PCC 2,05
1996 10
Jawa Barat
Pabrik ke- Citeureup,
PCC 2,6
1999 11 Jawa Barat
Tarjun, Kota
Pabrik ke- Baru,
PCC 2,6
2000 12 **) Kalimantan
Selatan
Pabrik ke- Citeureup,
PCC/OPC 4,4
2016 14 Jawa Barat
24,9
Jumlah Seluruhnya
5
**) Melalui merger dengan PT Indo Kodeco Cement (IKC) pada tanggal
29 Desember 2000
PCC : Portland Composite Cement
OPC : Ordinary Portland Cement
OWC : Oil Well Cement
WC : White Cement
6
1.4. Lokasi Pabrik
7
terbesar di Indonesia yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Produk
semen dalam negeri dipasarkan dalam kemasan 40 kg dan 50 kg per
kantong semen. Selain itu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
juga memasarkan produknya dalam kemasan big bagyang beratnya
1-2 ton per kantong dalam bentuk semen curah.
d.Tenaga kerja
Di lingkungan pabrik banyak tersedia tenaga kerja dari
daerah Bogor serta DKI Jakarta untuk plant Citeureup. Sedangkan
untuk di Cirebon dan Tarjun juga turut mendukung kebutuhan
tenaga kerja di daerah tersebut.
e. Utilitas
Hal lain yang turut mendukung pemilihan pabrik di
Citeureup adalah dekatnya sumber air yang merupakan kebutuhan
utama pekerja dan operasional pabrik. Sumber utama air di
Citeureup adalah sungai Cileungsi yang tepat melintasi sisi pabrik.
8
menghasilkan Ordinary Portland Cement (OPC) sedangkan untuk
menghasilkan Portland Composite Cement (PCC), klinker yang dihasilkan
dicampur dengan bahan alternative seperti trass, fly-ash, dan slag. Semen
yang dihasilkan kemudian dikirim ke tempat pengemasan dan dimuat kedalam
truk dalam bentuk kantong maupun curah.
9
Safety Helmet, untuk melindungi kepala terutama di area pabrik dimana
material dapat ditransformasikan di tempat yang cukup tinggi. Serta
menghindari terjadinya benturan kepala dengan peralatan.
Safety Shoes, untuk melindungi kaki dari benda yang tajam dan panas,
serta untuk menghindari tergelincir. Sepatu ini dibuat dari kulit yang
dilengkapi besi pada bagian mukanya sehingga dapat melindungi kaki dari
benda jatuh.
Dust Respirator, digunakan untuk melindungi saluran pernapasan agar
terhindar dari masuknya partikel kecil (debu). Masker digunakan oleh para
pekerja terutama yang bekerja pada bagian produksi.
Kacamata las, digunakan oleh pekerja di bagian mekanik yang bertugas
untuk melakukan pengelasan.
Penutup Telinga, digunakan oleh para pekerja yang bekerja pada daerah
dengan tingkat kebisingan yang tinggi.
Sarung Tangan, digunakan pada daerah yang mempunyai temperatur
tinggi.
Baju Tahan Panas, digunakan pada daerah di sekitar Rotary Kilndengan
tujuan agar kulit tidak terbakar.
Selain itu berbagai standar operasional prosedur juga perlu dilakukan
misalnya melengkapi izin apabila bekerja di area panas, izin bekerja di area
terbatas, izin area di ketinggian, izin keluar masuk kendaraan, maupun lisensi
atau pelatihan yang diberikan pada para pekerja. Bila ada karyawan atau
kontraktor yang tidak memakai APD maka akan diberikan sanksi berupa
peringatan maupun penilangan. Seluruh peraturan yang ada telah mengadopsi
peraturan OHSAS 18001 maupun SMK3 yang berlaku secara nasional.
10
untuk mengawasi Dewan Direksi dibentuk Dewan Komisaris yang terdiri dari
9 orang dengan 1 Komisaris Utama dan 2 Wakil Komisaris Utama. Adapun
susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Dr. Albert Scheuer
Wakil Komisaris Utama : Tedy Djuhar
Wakil Komisaris Utama : I Nyoman Tjager
Komisaris Independen : Daniel Lavalle
Komisaris : Dr. Lorenz Naeger
Komisaris : Dr. Bernd Scheifele
Komisaris : Kevin Gluskie
2. Dewan Direksi
Direksi Utama : Christian Kartawijaya
Wakil Direktur Utama : Franciscus Welirang
Direktur Independen : Kuky Permana
Direktur : Hasan Imer
Direktur : Ramakanta Bhattacharjee
Direktur : Troy D. Saputro
Direktur :Benny S. Santoso
Direktur : Juan F. Defalque
3. General Manager
Citeureup Plantsite : Setia Wijaya
Cirebon Plantsite : Budiono Hendranata
Tarjun Plantsite : Koh Seong Joong
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, direksi mengangkat
Division Manager untuk mengawasi jalannya pabrik dengan menunjuk 2
orang General Manager Operation. Adapun anggaran dasar yang mengatur
tata kerja dalam perseroan telah disusun dan telah memperoleh pengesahan
11
dari Department Kehakiman pada tanggal 19 Juni 1987. Beberapa bagian
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Plant Coordinator Office, dipimpin oleh Plant Coordinator Manager
yang bertugas untuk mengatur jalannya pabrik secara keseluruhan.
2. Advisory Office, sebagai penasehat dari Plant Coordinator Manager.
3. Quality System Management, dipimpin oleh Quality System Manager
yang bertugas untuk menggerakkan Quality control secara total agar
dapat memenuhi standar ISO.
4. Staff Office, bertugas untuk membantu plant coordinator dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
5. Secretary, bertugas sebagai pembantu dalam bidang administrasi dari
plant coordinator.
6. Division Manager, bertugas memimpin secara mutlak terhadap
seluruh operasionalisasi tiap Plant. Division Manager bertanggung
jawab sepenuhnya dalam mengatur jalannya proses secara
keseluruhan di masing-masing plant. Disamping itu, Division
Manager juga diberi wewenang untuk menentukan kebijakan dalam
setiap keputusan yang menyangkut operasionalisasi perusahaan.
Pada susunan organisasi di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Plant Manager membawahi :
Department Head Production
Department Head Production bertugas mengawasi kegiatan
proses produksi. Department Head Production bertanggung
jawab pada pelaksanaan kegiatan produksi mulai dari
pengadaan bahan baku sampai dihasilkan produk semen.
Department Head Production membawahi Packing House,
Cement Mill, Burning dan Raw Meal
Department Head Mechanical
Department Head Mechanical bertugas sepenuhnya dalam
pengadaan peralatan dalam melaksanakan proses produksi
pembuatan semen. Department Head Mechanical
12
bertanggungjawab dalam kegiatan yang menyangkut perbaikan
dan pemeliharaan alat.
Department Head Electrical
Department Head Electricai bertugas dalam pengadaan suplai
energi listrik yang dimanfaatkan pada kegiatan proses produksi,
baik pada peralatan maupun kegiatan pelayanan didalamnya.
Department Head Electrical bertanggungjawab dalam kegiatan
distribusi listrik pada setiap kegiatan proses produksi.
13
12.15-13.00 Istirahat
A 07.00-15.00
B 15.00-23.00
C 23.00-07.00
14
energi; system utilitas; pengelolaan limbah industry; optimasi proses; operasi
Teknik kimia (OTK) yang terdiri atas perpipaan, perpindahan kalor; dan
perpindahan massa. Selain itu, pada pelaksanaan kerja praktek juga dipelajari
mengenai pengorganisasian kerja dan penerapannya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BM 100 gr/mol
Fase Padat
16
LSF 96,21
Komposisi
CaO 49,13%
SiO2 2,41%
Al2O3 1,87%
MgO 3,34%
SO3 0,69%
Fe2O3 0,49%
Impuritas 6,60%
2. Komponen Sandyclay
Sandyclay merupakan bahan baku pembuatan semen dengan kadar
silika dan alumina yang tinggi sebagai batuan alam yang terdapat pada
permukaan bumi.
Tabel 2.2 Spesifikasi Sandyclay
Spesifikasi Nilai
BM 101,94 gr/mol
Fase Padat
17
Ukuran material 0 – 30 mm
Komposisi
SiO2 63,31%
Al2O3 16,0%
Fe2O3 5,05%
CaO 1,70%
MgO 1,54%
SO3 0,29%
Al 3,93%
Impuritas 9,03%
18
Tabel 2.3 Spesifikasi Clay Corrective
Spesifikasi Nilai
Fase Padat
Ukuran material 0 – 30 mm
Komposisi
Al2O3 18,45%
Fe2O3 6,26%
CaO 1,83%
MgO 1,71%
SO3 0,92%
Al 3,13%
Impuritas 13,69%
2. Pyrite Cinder
Pyrite Cinder merupakan sumber Fe2O3 dengan kadar besi oksida
tinggi yang berfungsi sebagai pembentuk komponen dasar semen yaitu
C4AF pada reaksi sintering yang terjadi di kiln.
19
Tabel 2.4 Spesifikasi Pyrite Cinder
Spesifikasi Nilai
Fase Padat
Warna Hitam
Ukuran material 0 – 10 mm
Komposisi
H2O 14,98%
Fe2O3 65,12%
SiO2 9,03%
Al2O3 7,33%
CaO 0,56%
MgO 1,25%
TiO2 0,09%
SO3 0,06%
K2O 0,06%
N2O 0,01%
Mn2O3 1,52%
20
2.2.3 Bahan Tambahan (Aditif)
Bahan aditif merupakan bahan mentah yang ditambahkan ke dalam klinker
untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan pada semen. Berikut
merupakan beberapa bahan aditif
1. Gypsum (CaSO4.2H2O)
Gypsum (CaSO4.2H2O) merupakan senyawa kalsium sulfat
anhydrous yang berfungsi sebagai retarder, yaitu memperlambat
waktu pengerasan/ setting time semen.
Tabel 2.5 Spesifikasi Gypsum
Spesifikasi Nilai
Fase Padat
BM 172,17 gr/mol
Komposisi
H2O 20,8%
Al2O3 0,21%
Fe2O3 0,03%
CaO 32,19%
SiO2 0,08%
SO3 45,76%
Impuritas 0,83%
21
Silikat). Penambahan bahan ini dimaksudkan agar nantinya semen
yang dihasilkan mempunyai sifat pozzoland yaitu dapat memperlambat
setting time dan menambah kekuatan semen.
Tabel 2.6 Spesifikasi Trass
Spesifikasi Nilai
Fase Padat
Warna Kecoklatan
Komposisi
H2O 20,8%
Fe2O3 3,57%
CaO 2,46%
SiO2 64,95%
MgO 0,59%
Al2O3 17,26%
SO3 0,44%
Na2O 2,37%
K2O 3,54%
3. Limestone additive
Limestone additive merupakan bahan yang mempunyai kandungan
CaO tinggi untuk menyuplai kandungan CaO/free lime pada klinker
agar semen yang dihasilkan sesuai standar.
22
BAB III
DESKRIPSI PROSES
23
pengangkutan dengan menggunakan rock breaker (excavator yang
ujungnya diganti dengan hammer).
e. Loading (pemuatan) dan Houlling (pengangkutan)
Pemuatan limestone hasil penghancuran dengan menggunakan
Wheelloader yang selanjutnya diangkut dengan dump truck menuju
crusher.
f. Crushing (penghancuran batuan)
Kegiatan ini bertujuan untuk mereduksi ukuran batuan menjadi
suatu produk yang dapat diterima oleh rawmill di Plant (diharapkan lebih
kecil dari 80 mm). Alat yang digunakan adalah crusher. Limestone dalam
hopper dibawa apron conveyor menuju vibrating screen primary crusher
yang dimaksudkan untuk mengurangi beban primary crusher bersam-sama
dengan produk keluar primary crusher diangkut melalui belt conveyor ke
vibrating screen secondary crusher. Material yang tidak lolos harus
melalui secondary crusher terlebih dahulu untuk dilakukan pengecilan
ukuran sebelum diangkut ke high lime storage dengan belt conveyor.
Sedangkan produk yang lolos vibratingscreen secondary crusher diangkut
dengan belt conveyor ke low lime storage. Batuan di storage berukuran
maksimal 25mm.
Limestone yang diangkut dari crusher dengan belt conveyor
ditimbun dan disimpan dalam bentuk pile(gunungan) di dalam tempat
penyimpanan beratap (roofed storage). Storage beratap yang digunakan
berukuran 40x270 m dengan kapasitas sekitar 50.000 ton. Pengambilan
limestone dilakukan dengan menggunakan reclaimer tipe bridge. Reclaimer
jenis ini terdiri dari harrow yang berbentuk segitiga, scraper chain dan alat
penumpah. Harrow digunakan untuk merontokkan limestone dari atas ke
bawah pada satu sisi sehingga diperoleh campuran limestone yang homogen,
karena pile limestone terdiri dari lapisan – lapisan dengan kadar CaCO3 yang
berbeda-beda. Setelah dirontokkan, limestone digaruk dengan scrapperchain
lalu ditumpahkan ke belt conveyor dan diangkut ke dalam feed hopper untuk
dibawa ke raw mil
24
Berikut diagram alir proses penambangan batu kapur :
25
1. Bahan Aditif
a. Clay
b. Pasir besi (Iron)
Pasir besi didapatkan dari beberapa daerah seperti di kutoarjo dan PT
Aneka Tambang di Cilacap kemudia disimpan di storage beratap (roofed
storage).
c. Gypsum
Bahan ini diperoleh dengan cara membeli dari PT Petrokimia Gresik
untuk gypsum sintetis dan diimpor dari Thailand utntuk gypsum alami.
Gypsum ini disimpan di storage beratap dekat (roofed storage) dengan
Cement Mill.
3.2. Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit)
26
Pemisahan antara bahan baku yang telah halus dan bahan baku yang
masih kasar, sehingga bahan baku yang masih kasar dapat kembali
menuju meja penggilingan.
Pada proses awal, bahan bakuyang terdiri dari limestone, sandyclay,
clay dan pasir besi (iron) dibawa oleh belt conveyor dari storage menuju
hopper. Dibawah setiap hopper bahan baku terdapat apron feeder yang
berfungsi mengambil bahan baku dari dalam hopper dan mengangkutnya ke
weighing feeder. Weighing feeder digunakan untuk menimbang dan secara
otomatis mengatur laju alir agar didapatkan komposisi bahan baku sesuai
dengan nilai yang ditentukan. Komposisi ini ditentukan berdasarkan
karakteristik atau modulus dari produk semen yang dibentuk seperti Lime
Satration Factor (LSF) dengan nilai sekitar 97-99% ± 1, Silica Modulus
(SM), dan Alumina Modulus atau Iron Modulus. Pengujian komposisi
dilakukan di laboratorium dengan cara pengambilan sampel pada beberapa
titik. Setelah keluar dari weighing feeder, bahan baku tersebut disatukan dan
ditransportasikan menggunakan belt conveyor menuju unit raw mill. Sebelum
masuk kedalam unit raw mill dilakukan pendeteksian metal menggunakan
magnetic separator, Fungsi magnetic separator, mendeteksi logam ferrous
karena tidak semua metal dapat terangkat terutama metal yang tertutup bahan
baku sehingga digunakan juga metal detectoryang berfungsi mendeteksi
logam non ferrous seperti nikel, chrom. Material yang terdeteksi metal oleh
metal detector akan di reject dan dialirkan menuju penampungan (reject bin),
dalam reject bin material yang ter-reject tidak langsung dibuang, melainkan
menunggu terisi sekitar setegah dari volumenya, kemudian di blow down
menuju belt conveyor dengan laju yang lebih lambat dan terdapat metal
detector. Material reject yang lolos dari metal detector ke-2, akan dialirkan
menuju unit raw mill.
Bahan baku yang masuk kedalam vertical roller mill akan
dijatuhkan ke pusat meja penggiling yang berputar dan tergilas oleh pasangan
roller yang ditekan oleh silinder hidraulik. Pada vertical roller mill terdapat
empat roller besar yang berfungsi menggerus material. Selama proses
27
penggilingan tersebut, bahan baku mengalami proses pengeringan
menggunakan udara panas dari exhaust gas suspension preheaterataupun
grate clinker cooler. Udara panas dialirkan menuju vertical roller millmelalui
dustbin collector dan gas conditioning tower (GCT). Udara panas
darisuspension preheaterataupun grate clinker cooleryang memiliki
temperatur ± 350°C dikondisikan didalam GCT menjadi 250-300°C sebelum
masuk kedalam vertical roller mill agar temperaturnya tidak terlalu tinggi
karena dapat mempengaruhi kinerja dari bag house GCT memiliki nozzle
yang berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga tercapai temperatur yang
diinginkan. Prosespengeringan berlangsung dengan menggunakan sistem
aliran material berlawan arah dengan aliran gas panas (counter current).
Bahan baku yang telah digiling di meja penggiling akan terbawa
oleh aliran udara panas yang dihisap oleh exhaust fan ke bagian atas vertical
roller mill. Dibagian atas vertical roller mill terdapat alat classifier yang
berfungsi untuk memisahkan material, sehingga material kasar akan jatuh
kembali kedalam penggiling dikarenakan gaya sentrifugal sedangkan material
halus akan terhisap keluar menuju tetra cyclone.
Produk raw mill yang masuk kedalam tetra cyclone mengalami
proses pemisahan antara material halus dengan gas panas. Didalam tetra
cyclone produk raw mill dipisahkan menggunakan bantuan gaya sentrifugal
dan gaya gravitasi. Dengan perbedaan berat jenis antara material halus dan gas
panas maka material halus yang memiliki berat jenis lebih besar akan jatuh
kebawah menuju silo raw material menggunakan air slide dan bucket
elevator, sedangkan gas panas keluaran tetra cyclone dilanjutkan ke bag
house untuk menangkap material halus yang masih terbawa oleh gas panas.
Cara kerja bag house yaitu menangkap debu atau material halus menggunakan
bed, dalam jangka waktu tertentu akan ditembakan udara tekan (purging)
yang berfungsi untuk menjatuhkan material halus yang tertangkap oleh bed
pada bag house sehingga jatuh kedalam hopper dan akan menuju silo raw
material.
28
3.3 Unit Pembakaran dan Pendinginan (Kiln Unit)
Terdapat 2 tahap awal Proses pembentukan klinker yaitu :
1. Tahap Homogenisasi Silo Raw Material
Tujuan proses homogenisasi adalah menghomogenkan campuran
tepung bahan baku. Pada plant 14, homegenisasi terjadi secara batch di air
blending silo raw material berkapasitas 20000 ton yang terdiri dari 2
buahblending silo. Homogenisasi dilakukan secara pneumaticdengan udara
bertekanan tinggi (550 mbar) yang dialirkan di bawah silo untuk mencegah
pemampatan material. Proses homogenisasi memiliki beberapa kelebihan:
Mutu klinker lebih baik, seragam, mudiloah dibakar dan mudah
digiling
Penghematan bahan bakar
Proses pembakaran lebih stabil dalam waktu yang lebih lama
Bata tahan api lebih tahan lama (awet) karena operasi kiln lebih stabil
2. Tahap pembentukan Klinker
Campuran tepung bahan baku dari blending silo raw
materialdialirkan dengan air slidemenuju kiln feed bin dan dikeluarkan
menuju weighing feeder. Kemudian material menuju bucket elevator untuk
masuk kesuspension preheater. Didalam suspension preheater material
mengalami pemanasan awal (preheating) dan proses kalsinasi awal. Kalsinasi
awal bertujuan untuk menaikan derajat kalsinasi material sebelum masuk
kedalam kiln karena proses kalsinasi membutuhkan energi yang besar
sehingga beban panas kiln berkurang. Proses kalsinasi berlangsung pada suhu
tinggi yaitu sekitar 800-900oC. Kalsinasi atau proses dekomposisi karbonat
terjadi sesuai reaksi :
CaCO3(S) CaO(S) + CO2(g)
Pada plant 14, suspension preheater yang digunakan adalah jenisIn
Line Calsiner (ILC). Terdapat dua buah line suspension preheaterdan 1
calciner pada plant 14 yaitu line A dan line B. Sistem suspension preheater
terdiri dari 5 siklon yang tersusun secara bertingkat. Raw meal masuk melalui
saluran penghubung (connecting duct) yang ada pada siklon 1 dan 2 pada
29
masing-masing line, sedangkan gas panas mengalir dari bawah. Aliran udara
panas tersebut berfungsi untuk mengurangi moisture content yang ada di raw
meal. Adanya susunan siklon di suspension preheater mengakibatkan raw
meal mengalami pemanasan sepanjang tingkatan siklon. Gaya sentrifugal dan
gaya gravitasi di siklon membuat material turun terpisah dengan gas panas.
320- 350-
1
330 360
600- 570-
2
610 600
60- 710-
3
700 720
800- 810-
4
810 820
Kalsiner 900-920
920- 910-
5
930 920
30
siklon 3 membuat material akan masuk ke siklon 2. Hal yang sama terjadi
pada siklon 3 dan siklon 4. Material yang jatuh dari siklon 4 masuk ke dalam
kalsiner sebelum masuk ke siklon 5.
Pada proses prekalsinasi ini 85–92% material telah terkalsinasi.
Proses perpindahan panas di suspension preheater terjadi secara konveksi,
dimana panas yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi karbonat diperoleh
dari pembakaran yang terjadi di suspension preheater (pembakaran finecoal),
gas buang rotary kiln (hasil pembakaran klinker di kiln).
Gas panas yang keluar dari suspension preheater dimanfaatkan
untuk proses pengeringan di unit raw mill, sebagian ditarik oleh electrostatic
precipitator fan untuk dipisahkan return dust dan gas panas kemudian gas
panasnya digunakan pada pembakaran coal mill. Sedangkan return dust
dialirkan ke dalam silo raw material. Untuk memaksimalkan proses
prekalsinasi disuspension preheater dipasang 4 buah burner di kalsiner
dimana burner menghasilkan gas panas tambahan. Adanya aliran gas panas di
kalsiner menyebabkan material akan masuk ke siklon 5. Dari kalsinermaterial
keluar menuju siklon 5, sedangkan gas panas keluar menuju siklon 4.
Sebagian material yang keluar dari siklon 5 akan masuk ke kiln inlet hood dan
sebagian lainnya akan masuk menuju kalsiner.Material yang menuju kiln inlet
hoodakan dikalsinasi lebih lanjut dalam rotary kiln. Berikut adalah kelebihan
unit suspension preheater :
Mengurangi beban kerja di klin, sehingga umur bata tahan api akan
lebih panjang
Sisa gas panas dari suspension preheater dapat dimanfaatkan sebagai
pemanas raw mill dan coal mill
Menghemat kebutuhan bahan bakar
Diameter dan panjang rotary kiln jadi lebih kecil sehingga mengurangi
penggunaan bata tahan api, karena sebagian pembakaran di burning
zone telah dilakukan di precalciner
Operasi kiln lebih stabil dan waktu tinggal material didalam kiln
menjadi lebih singkat.
31
Setelah mengalami proses kalsinasi di suspension preheater,
material kemudian masuk ke dalam rotary kilnpada suhu 800-900oC. Pada
kiln terjadi reaksi pembentukan klinker dan berfungsi sebagai reaktor kimia
serta alat transportasi. Rotary kilnyang digunakan panjangnya 90m dan terbagi
menjadi beberapa zona, yaitu:
1. Zona kalsinasi lanjutan (Calcination Zone)
Di zona ini terjadi kalsinasi lanjutan dari proses kalsinasi yang terjadi
di suspension preheater dandiharapkan di daerah ini proses kalsinasi
selesai dan mulai terbentuk C2S. Temperatur pada zona ini berkisar antara
800-900oC dan digunakan bata tahan api jenis alumina 50% sebagai
isolator.
2. Zona Keamanan (Safety Zone)
Di zona ini terjadi penghilangan CO2 dan untuk memastikan kalsinasi
telah terjadi seluruhnya. Temperatur pada zona ini yaitu 900-1100oC dan
digunakan bata tahan api jenis alumina 50% sebagai isolator.
3. Zona Transisi Awal (Upper Transition)
Di zona ini merupakan transisi antara zona kalsinasi lanjutan dan
zona pembakaran (burning zone)dimana material akan sepenuhnya
berubah menjadi fasa cair. Temperatur pada zona ini yaitu 1100-1250oC
dan digunakan bata tahan api jenis magnesia 60-70% sebagai isolator.
4. Zona Pembakaran (Burning Zone)
Pada zona ini terjadi pembentukan C2S, C3S, C3A, C3AF yang
merupakan komponen klinker. Temperatur pada zona ini berkisar 1250-
1450°Cdan digunakan bata tahan api jenis magnesia 80% sebagai isolator.
5. Zona Transisi Akhir (Lower Transition Zone)
Zona ini merupakan zona lanjutan dari burning zone dimana
pembentukan C2S dan C3S masih berlangsung dan merupakan transisi
antara burning zone dan cooling zone.
6. Zona Pendinginan (Cooling Zone)
Zona ini merupakan daerah pendinginan awal klinker sehingga
temperaturnya menjadi 1250-1150°C. Laju kecepatan pendinginan klinker
32
menentukan komposisi akhir klinker. Jika clinker terbentuk selama
pembakaran didinginkan perlahan maka beberapa reaksi yang telah terjadi
di kiln akan berbalik (reverse), sehingga C3S yang telah terbentuk di kiln
akan berkurang dan larut dalam clinker cair yang belum sempat memadat
selama proses pendinginan. Dengan pendinginan cepat, fasa cair akan
memadat dengan cepat sehingga mencegah berkurangnya C3S. Oleh
karena itu cooling zonedibuat sependek mungkin dimana panjangnya zona
ini berkaitan dengan panjang lidah api yang keluar dari burner.
Clinker yang keluar dari kiln dan masuk ke dalam cooler sudah
terbentuk padatan dan bertemperatur tinggi. Clinker yang masih panas ini
perlu didinginkan dengan proses pendinginan cepat atau mendadak di dalam
Air Quenching Cooler (AQC) jenis Grate Coolerkarena :
a. Menghindari kembalinya senyawa C3S menjadi C2S.
b. Clinker panas mempunyai pengaruh negatif pada proses penggilingan
c. Udara panas hasil pendinginan clinker dapat dimanfaatkan, sehingga
dapat menurunkan biaya produksi
d. Menghindari terbentuknyacrystalpericlase, yang akan
menurunkankualitas semen
Air Quenching Cooler (AQC) terdiri dari dua buah grate yang
masing-masing digerakkan oleh sebuah motor. Pada grate I, pendinginan
dilakukan dengan menghembuskan udara dari sepuluh buah cooling fan, yang
dihembuskan kedalam chamber yang berjumlah 7 buah untuk mendinginkan
klinker yang berada di atas grate plate.Padagrate II, pendinginan lanjutan
dilakukan dengan menghembuskan udara dari empat buah cooling fan, yang
dihembuskan kedalam chamber yang berjumlah 4 buah untuk mendinginkan
klinker yang berada di atas grate platehingga termperaturnya menjadi 100-
120oC.
AQC ini dilengkapi juga dengan sebuah clinker breaker(roller
crusher) yang terletak diantara grate I dan grate II. Ukuran clinker yang
keluar tidak boleh melebihi 5 cm. Clinker yang terlalu besar akan dihancurkan
33
terlebih dahulu dalam clinker breaker. Clinker kemudian dibawa dengan
apron conveyor ke clinker silo.
Perpindahan panas antara clinker dengan udara pendingin
mengakibatkan udara menjadi panas. Udara panas ini digunakan sebagai udara
sekunder (Secondary Air) yang digunakan untuk pembakaran di kiln, sebagai
udara tersier (Tertiary Air) digunakan untuk pembakaran di suspension
preheater dan sebagian lagi dimanfaatkan oleh raw mill ataupun cement
mill(Exhaust Air). Gas buang yang dimanfaatkan oleh raw millterlebih dahulu
dilewatkan pada gas conditioning toweruntuk menurunkan temperatur gas
menjadi 300-320°C sebelum masuk kedalam vertical roller mill agar
temperaturnya tidak terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi kinerja dari
bag house.
34
Pelelehan material dan coating yang menempel pada shell
1250-1286
kiln
Pembentukan 3CaO.SiO2
1260-1450
3CaO(l) + SiO2(l) 3CaO.SiO2(l) +(C3S (l))
35
Dari hopper raw coal, material batu bara ditimbang dengan weight
feeder dan diumpankan kedalam coal mill dengan jenis vertical roller
millmelalui rotary feeder untuk mencegah masuknya udara luar. Didalam
vertical roller mill terjadi proses penggilingan dan pengeringan. Untuk proses
pengeringan, digunakan gas panas dari suspension preheater. Gas panas
tersebut terbawa debu raw meal sehingga perlu electrostatic precipitator(EP)
untuk memisahkan debu dari gas panas. Debu dari EP dikembalikan kedalam
raw meal silo, sedangkan gas panas diteruskan ke header. Fungsi header
adalah mengurangi debu ysng masih terbawa gas panas dan sebagai resevoir
panas yang mengatur gas panas kedua buah coal mill yang ada. Gas panas
didistribusikan ke masing masing coal mill untuk proses pengeringan dan
penggilingan. Proses pengeringan dan penggilingan batu bara yang terjadi
didalam vertical roller mill sama dengan proses pada raw mill.
Batu bara dikeringkan dan dihaluskan hingga mencapai kehalusan
170 mesh dengan 12-18% residu tertampung pada mesh dan kadar air turun
dari 26-36% menjadi 8-12%. Produk coal mill keluar menuju bag house untuk
selanjutnya di pisahkan antara batu bara halus (fine coal) dan gas panas. Suhu
gas panas keluaran coal mill berkisar 60-70°C. Selanjutnya batu bara tersebut
dialirkan menuju burner didalam kiln atau suspension preheatersebagai bahan
bakar.
36
Additivedan gypsum ditimbang secara proporsional dalam weighing
feeder sehingga menghasilkan campuran dengan kadar gypsum sekitar 3-5%
berat.Setelah itu material dialirkan menuju alat penggilingan akhir yang
disebut cementmilldengan jenisvertical roller mill. Sebelum masuk ke vertical
roller mill, klinker dan additive (trass danslag) serta gypsum melewati
magnetic separator dan metal detector dengan jalur yang berbeda untuk
memisahkan material dengan logam yang tidak diinginkan.
Material selanjutnya diumpankan menuju vertical roller mill yang
mempunyai 3 master roller untuk proses penggilingan dan 3 support roller
untuk membuat material menjadi lebih compact sehingga mudah
digiling.Divertical roller mill terjadi proses pengeringan material dengan
menggunakan udara panas ataupun udara dari lingkungan dan udara
pendinginan klinker. Udara tersebut juga berfungsi sebagai transportasi
material ke atas. Pemilihan penggunaan udara panas ataupun udara dari
lingkungan dan udara pendinginan klinker didasari oleh jenis semen yang
akan di produksi. Plant 14 memproduksi PCC yang membutuhkan udara
panas untuk proses pengeringannya. Sedangkan dalam produksi OPC
membutuhkan udara dari lingkungan dikarenakan klinker, yang telah memiliki
panas, lebih banyak dibandingkan pada PPC sehingga bermanfaat untuk
proses pengeringan.
Bagian atas roller mill terdapat classifier untuk memisahkan material
halus dan kasar. Material tidak lolos classifier akan digiling kembali ke roller
mill sedangkan material yang sudah halus akan lolos classifier kemudian
melalui air slide menuju ke bag filter untuk memisahkan material dengan
udara. Dari bag filter, material akan dialirkan melalui air slide menuju ke
cement silo. Dehidrasi gypsum perlu dihindari karena dapat mengganggu
fungsi gypsum sebagai retarder yang berfungsi untuk memperlambat setting
time (waktu pengikatan). Air (water springcal) digunakan pada
cementmillsebagaistabillizer material didalamnya.
Proses penggilingan klinker bertujuan untuk mencampur dan
menggiling klinker dengan gypsum sampai tingkat kehalusan tertentu sehingga
37
terbentuk produk semen. Kehalusan semen yang dihasilkan merupakan salah
satu faktor penentu kualitas semen. Produk PCC yang diproduksi oleh plant
14 mempunyai blaine (kehalusan) 3900 – 4300 cm2/gram sedangkan OPC
mempunyai blaine 3500 – 3800 cm2/gram. Selain gypsum, terkadang
ditambahkan additive lain berupa slag dan trass. Trass ini memiliki
keistimewaan yaitu memiliki SiO2 aktif yang akan bereaksi dengan CaO bebas
(free lime) sehingga membentuk CS (CaSiO2) yang akan bereaksi pada saat
ditambahkan air. CS ini dapat membantu kekuatan akhir semen. Selain tujuan
diatas, penambahan trass ini dilakukan untuk menambah jumlah semen yang
dihasilkan namun kualitas akhir semenmasih memenuhi standar semen yang
ditetapkan, sehingga hal ini akan menghemat jumlah bahan bakar yang
digunakan.
38
jatuh ke reject device. Di reject device terdapat cutting device untuk mencacah
bag semen dan rotary screen untuk memisahkan antara semen dengan bag.
Bag yang sudah dihancurkan akan dikembalikan ke PBD sedangkan semen
akan dikembalikan ke hopper. Bag semen yang telah lolos ventocheck akan
dilewatkan belt conveyor untuk menuju ke palletizer. Bag semen disusun
dengan formasi tertentu pada pallet dengan teknologi otomatis untuk
selanjutnya diangkut menggunakan forklift ke truk.
Disamping bag semen, plant 14 juga menyediakan produk kemasan
lain yaitu bulk cement (semen curah) yang biasanya digunakan untuk produk
OPC. Semen dari hopper tidak dimasukkan ke dalam mesin pengepakan tetapi
langsung dicurahkan ke truk tangki semen curah dan siap untuk dipasarkan.
Alat yang digunakan untuk mencurahkan semen dari hopper ke truk tangki
semen curah ini dinamakan telescopic.
39
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
Cara kerja:
40
1
Keterangan gambar:
1. Material masuk 3. Roller
spesifikasi tertentu.
Tipe : Spiked Double Roll Crusher
Kapasitas : 25 ton
Lebar roll : 630 mm
Ukuran produk : maks. 60 mm
Daya motor : 37 kW
Kecepatan motor : 1000 rpm
41
Kadar air : 10% – 25%
Cara Kerja :
Keterangan gambar:
1. Materialmasuk
2. Roller
3. Materialkeluar
42
4.1.2. Unit RawMill
1. RawMil
Cara Kerja :
43
dilakukan oleh separator yang terpasang pada bagian atasmill.
44
Keterangan gambar:
1. Material masuk melewati air lock
2. Aliran gas panas ke material
3. Grinding materialdrops
5. Inlet gaspanas
6. Roller penggilingmaterial
9. Finished materialoutlet
2. Separator
45
MotorPower : 355kW
3. Tetracyclone
Fungsi
:Memsahkanmaterialdengangaspanashasilpenggili
ngan bahan baku pada raw mill
Jumlah :4
Fungsi
:Mengaturtemperaturgaspanasdarisuspensio
npreheater untuk digunakan pada unit vertical
roller mill
KonsumsiAir : 50m3/h
5. Main BagHouse
Temperaturgas :150-200oC
Udaratekan : 8m3/min
46
Totalfillingarea : 25093 m2 Inletdustcontent: ≤ 100 g/Nm3
Outletdustcontent : ≤ 10 mg/Nm3
Raw MealSilo
Fungsi : Menyimpan raw meal yang telah dihaluskan
pada unit rawmill
Ukuran : 20 x 65m
Kapasitas : ± 20.000ton
BulkDensity : 1,25ton/m3
Keterangan gambar:
47
Gambar 4.4. Blending Silo
4.1.3. UnitKiln
1. SuspensionPreheater
Tipe : ILC
Cara kerja :
48
material.
Pengeringan dengan cara ini material dan gas panas masuk ke dalam
pengering dengan arah aliran yang sama (co – current), sehingga panas akan
langsung bergabung dengan material yang masih basah. Adanya temperatur
gas yang tinggi dan kadar air material yang tinggi akan terjadi banyak
pelepasan air pada awal masuk pengering, sehingga proses pengupapan
selanjutnya relatif
kecil.Pertukaranpanasyangterjadiadalahkonveksidanhanyasedikit konduksi
dan radiasi. Adanya susunan siklon di SP menyebabkan raw meal mengalami
pemanasan di sepanjang tingkatansiklon.
Keterangan gambar:
1. Siklon 1 3. Siklon 3
2. Siklon 2 6. Saluran duct
3. Siklon 4 7. Calsiner
5. Siklon 5 : aliran material
: aliran gas panas
49
Gambar 4.5. Suspension Preheater
2. Suspension PreheaterFan
Gasflow : 880.000m3/jam
Inletconsistency : 80g/Nm3
Tekanan : -8000Pa
Speed : 594rpm
Powermotor : 3300kW
Voltage : 6,6kV
3. Rotary Kiln
Panjang : 90 m
Brick thickness : 25 mm
Diameter dalam :6m
Kapasitas : 10.000 ton/hari
Jumlah motor :2
Konsumsi daya : 1000 kW
50
Lama pengoperasian : 24 jam
Arah rotasi motor : Searah jarum jam
Cara kerja:
900oC masuk melalui ujung rotary kiln digerakkan oleh motor penggerak dari
ujung berlawanan arah disemburkan gas panas hasil pembakaran batu bara
dan udara. Dalam rotary kiln terjadi proses kalsinasi lanjutan dan sintering
ataupembentukan mineral-mineral pembentuk semen, yaiu C2S, C3S, C3A,
dan C4AF. Kontak antara material dan gas panas berlangsung secara kontinyu
dengan arah counter current, sehingga menyebabkan perubahan fisik dan
kimia dari material sepanjang kiln. Panas yang digunakan untuk proses
pembakaran
berasaldaribahanbakarbatubarayangdialirkankeburneryangterletakdiujung
pengeluaran kiln. Pada kiln inlet hood terdapat gas analyzer yang berfungsi
untuk mengatur kadar O2, CO, dan NOX dalamkiln.Klinker panas yang
3
2
6
8
5
4
Keterangan :
51
1. Kiln Inlet Hood 5.Supporting
Roller
4. MainBurner
Tekanan : 14 – 40mbar
PowerMotor : 1,5kW
Voltage : 400V
5. Grate Cooler
Cara kerja:
52
Grate cooler yang digunakan terdiri atas 2 buah grate yang disusun
secara
horizontal,grate1lebihtinggiletaknyadaripadagrate2.Gratecoolermemiliki
pelat berlubang-lubang dan pelat bergerak maju mundur. Pelat disusun selang-
seling antara pelat yang bergerak dan diam. Udara di hembuskan dari fan
menembus hamparan klinker. Hamparan klinker yang mengalir sepanjang
grate cooler digerakkan dengan sistem hidrolik. Udara dari cooling fan masuk
ke dalam cooling air chamber, kemudian udara melalui flexible host menuju
ke setiapgrateplatesehinggaudarayangmengalirlebihmerata.Antaragrate1dan 2
terdapat roller crusher yang berfungsi untuk menghancurkan klinker yang
berukuranbesar.Klinkerkemudianturunkegrate2,danmengalamiprosesyang
sama membentuk ukuran partikel yang lebih halus dan lebih dingin. Klinker
yang keluar dari grate 2 akan diterima oleh apron conveyor untuk
diteruskanke siloklinker.
Keterangan :
1. Input material dan aliran secondary air ke kiln
53
5. Cooling fan
6. Grate I
7. Grate II
8. Rollercrusher
6. Clinker Silo
Jumlah : 3 buah
Kapasitas : 2 silo 90.000 ton; 1 silo 5.000 ton
Diameter luar : 50 m
Tinggi : 52 m
Kapasitas : 35 t/h
Feed Size : 80% <65 mm, 100% <90 mm
Moisture Content : ≤38%
Product Fineness : 90µm Residue 12% - 18%
Product Moisture : 8% - 12%
54
Power Consumtion : 6.61 kWh/t
Diameter Tabel : 2800 mm
Diameter Roller : 1850 mm
Jumlah Roller :3
Rotate Speed : 34,39 r/min
Motor
Power : 750 Kw
Voltage : 11.0 kV
Speed : 991 rpm
Main Reducer
Model : KMP 360
55
Diameter table : 5600 mm
Feed moisture : ≤3,72%
Product Moisture : ≤0,5%
Cara kerja:
CementmillyangdigunakanadalahtipeVerticalRollerMilldimanaterjadi
proses di dalamnya, yaitu penggilingan, pengeringan, pemisahan, dan
transportasi klinker, gypsum, dan zat aditif hingga menghasilkan produk
semen.
Keterangan gambar:
1. Material masuk 6. Grinding table
2. Rotary feeder 7. Scrapper
3. Material keluar 8. Silinder hidrolik
56
4.1.6. Unit Packing
1. PackingMachine
Fungsi : Untuk memasukkan semen ke dalamkantong
Kemasan
Vendor : Ventomatic
Tipe : Giromat Evo
Cara kerja :
57
ditentukan akan didorong pada area belt konveyor dan didistribusikan ke
sistem palletizer.
2. VibratingScreen
3. HopperDistribusi
58
Bulk Density : 0,8 ton/m3
1. BucketElevator
Cara kerja:
2. ApronConveyor
Fungsi : Untuk mengangkut material berat dari grate
Kemiringan : 28o
Motor
Voltage : 400 V
Daya motor : 160 Kw
Kecepatan putar motor : 1500 rpm
Cara kerja :
Conveyor ini terdiri dari pan dengan posisi miring ke atas, membuat
material naik ke tempat yang agak lebih tinggi yang tidak bisa dilakukan oleh
59
belt conveyor. Alat ini digunakan untuk pengangkutan material yang berat,
panas, dan tajam.
3. BeltConveyor
Cara kerja:
4. Screw Conveyor
Fungsi : Untuk mengangkut material yang berupa tepung
dengan arah horizontal dalam ruangan yang
tertutup, dari electrostatic precipitator ke air
slide.
Tipe : Enclosed through type
Kecepatan penggerak : 1450 rpm
60
Daya motor : 30 kW
Cara kerja:
Conveyor ini terdiri dari shaft yang dipasang seperti screw blade dan
digerakkan oleh motor. Dengan adanya gerakan dari screw blade ini akan
memindahkan material ke tempat yang diinginkan. Pengangkutan ini
berlangsung dalam arah horizontal dan dalam ruang tertutup.
5. Air Slide
Fungsi : Sebagai alat transportasi media material yang
telah halus dengan cara fluidisasi, dari EP ke
blending silo.
Sudut inklinasi : 8o
peralatan.
Tipe : Bag Filter
61
Dust Content : 30 gram/Nm3
m3/jam
2. Electrostatic Precipitator
Fungsi : Menangkap debu pada aliran udara panas yang
62
BAB V
PRODUK
5.1. Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
merupakan semen hidrolis, dengan klasifikasi dan jenis semen yang beragam.
Untuk mempermudah klasifikasi semen, dibuatlah standar-standar produk
semen oleh badan standarisasi seperti ASTM (Amerika Standard Testing and
Material), EN (European Standard), dan SNI (Standar Nasional Indonesia).
Badan-badan
tersebutmengeluarkanstandarisasikarenasangatberpengaruhdalamperlindungan
konsumen agar konstruksi yang dibuat aman, kuat, dan memenuhi kualitas
yang ditetapkan.
Berdasarkan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan karena
lokasi atau kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan konstruksi
serta tujuan ekonomisnya, maka dalam perkembangan industri semen dikenal
dengan beberapa macam semen (Walter H, Duda, 1985). Adapun jenis semen
yang diproduksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yaitu :
63
jumlahpemakaianklinkerdanbahanaditifnya.UntukPCCmenggunakanbahan
aditif berupa trass, gypsum danlimestone.
Komposisi Berat
Clinker 65%-68%
Gypsum 1,55%-1,85%
Slug/trass 14,5%-15,5%
Limestone Corrective 14,5%-15,5%
64
terhadap sulfat pada tingkat sedang yaitu dengan kandungan sulfat pada
air tanah atau tanah 0,08% - 0,17% dan mengandung 125 ppm SO3
serta pH tidak kurang dari 6.
Selainitujugamemilikiketahananterhadappanashidrasisedang(lokasideng
an temperatur tinggi). Jenis ini umumnya digunakan untuk pembuatan
jalan, bendungan, pelabuhan, dan pondasi-pondasi besarlainnya.
c. High Sulfate Resistance Cement (TipeV)
Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang tinggi dan
memiliki panas hidrasi yang rendah. Semen ini memiliki kuat tekan
awal pada 28 hari yang lebih rendah dari OPC. Semen ini dipakai untuk
semua jenis konstruksi,
apabilakadarsulfatpadaairtanahatautanahmasing-masing0,17%-
1,67%dan SO3125–
1250ppm.Semeninibanyakdigunakanuntukkonstruksipadasaluran air
buangan atau konstruksi dibawah tanah seperti terowongan, selokan,
dan bangunan tepilaut.
65
melindungi ruangan antara rangka sumur minyak dengan karang atau
tanah di sekelilingnya, sebagai pelindung rangka sumur minyak dari
pengaruh air yang korosif, untuk menyangga rangka sumur minyak
sehingga mengurangi tegangan dalam pipa baja, dan menyumbat aliran
air yang akan masuk ke dalam sumur minyak. Semen sumur minyak
mempunyai kandungan 48% – 65% C3S, 3% C3A, dan 24% C4AF
+2C3A.\
5.1.4. Semen Putih (White Cement)
Semen putih adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu
kapur yang mengandung oksida besi dan oksida magnesia yang sangat
rendah (kurang dari1%). Semen putih digunakan untuk tujuan dekoratif
(bangunan arsitektur dan dekorasi) bukan untuk tujuan konstruktir.
Kandungan semen putih yaitu C3A 11,47%, C3S 56,41%, dan C2S
21,88%. Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Semen Putih hanya
diproduksi di Plant5.
66
BAB VI
UTILITAS
67
kompleks perumahan, poliklinik, dan instalasi pusat produksi air
minumkaryawan.
4. Pemeriksaan kualitas air, baik air baku maupun air bersih secara periodik
termasuklimbah.
5. Merawat dan memperbaiki seluruh water treatment system/ water supply
serta jaringan distribusi ke lokasi pemakaian pada seluruhplant.
68
Temperatur Suhu udara Klorida Maks. 600
pH 6,5 – 9 Sulfat Maks. 400
Kekeruhan Maks. 25 ppm Nitrat Maks. 1
Kesadahan Maks. 500 mg/L CO2 Maks. 20
Total Padatan Maks. 1500 mg/L Mangan Maks. 0,5
Besi Maks. 1 mg/L Magnesium Maks. 150
69
4. Kehilangan air karena kebocoran bak, tidak tersirkulasinya air secara
baik/tidak mengalir pada proporsi yangsebenarnya
5. Kontaminasi, debu, tanah, dan lain –lain.
2. PengolahanPertama
70
4. PengolahanLanjutan
Pengolahan lanjutan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa debu
yang tidak terendapkan di proses sebelumnya dan untuk membunuh
mikroorganisme
pengganggudidalamairproses.Bahankimiayangditambahkandidalamproses
ini adalah:
Kuri flok, merupakan bahan sintetis yang berfungsi
mengendapkan debu yang tidak terflokulasi olehalum.
Bussan 77, berfungsi membunuh lumut yang dapat
menyumbatpipa.
71
dari deaerator tank dialirkan ke boiler untuk pemanasan melalui tiga
tahapyaitu:
Steamkeluardariboilerdengantemperatur360oCyangkemudiandialirkan
ke turbin uap untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik,
sedangkan sebagian steam masuk ke deaerator tank untuk menjaga temperatur.
Exhaust steam dari turbin didinginkan dalam kondensor dengan mengalirkan
air pendingin (cooling water) dan didaur ulang kembali ke deaeratortank.
72
(Motor Central Centre).
Satu unit generator terdiri dari altenator, diesel, dan perangkat
pelengkap. Emergency generator (generator darurat) selain itu hanya
digunakan untuk startup dalamkondisiblackout(padamtotal).Bahanbakaryang
digunakanIDO(Industry DieselOil)
yangberasaldariminyakbumiyangtelahmengalamibeberapatahapan proses.
Kebutuhan setiap diesel mencapai 400 liter/jam solar yang disuplai oleh
Pertamina.
2. TurbinUap
Bahan bakar yang digunakan oleh turbin uap adalah batubara yang
dimanfaatkan panasnya sehingga menghasilkan uap air sebagai penggerak
generator. Air yang digunakan adalah air yang telah didemineralisasikan
sehingga dapat terhindar dari resiko terjadinya korosi/karat pada alat. Jumlah
air yang dibutuhkan adalah sekitar 60 ton/jam.
Airdariwatertreatmentdalammakeuptankyangberfungsisebagaicontrol
Steamkeluardariboilerdengantemperatur360oCyangkemudiandialirka
nke turbin uap untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan
listrik, sedangkan sebagian steam masuk ke deaerator tank untuk
menjaga temperatur.
73
Exhaust steam dari turbin didinginkan dalam kondensor dengan
mengalirkan air pendingin (cooling water) dan di-recycle kembali ke deaerator
tank.
3. TurbinGas
Bahan bakar yang digunakan oleh turbin gas adalah gas bertekanan
(compress natural gas) dengan tekanan ±700 psi. Gas dari Pertamina hanya
mencapai 200 psi sehingga tekanan perlu dinaikkan dengan menggunakan
kompresor gas. Prinsip kerja dari turbin gas ini adalah penempatan dan
pengaliran udara yang kontinyu sehingga kompresor terus bekerja dan
menghasilkan udara.
Meskipun PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memproduksi listrik
sendiri, perusahaan tetap bekerjasama dengan PLN (Perusahaan Listrik
Negara) untuk menyuplai listriknya sebesar 60 MVA yang disalurkan ke
pabrik melalui sistem interconnection dari gardu induk Citeureup, kemudian
melalui saluran transmisi kapasitas 32 MVA dialirkan menuju plant produksi.
74
lapisan material di blending silo dan transportasi material dengan air
slide.Prinsip Penyediaan Udara Tekan:
m3/jam
dengandaya180HPdanbekerjapadatekanan100psigmenujukefilterudarayang
selanjutnya dikeringkan di pengering udara. Udara yang telah
keringdialirkanmenuju ke peralatan-peralatan yang membutuhkan udara tekan.
Udara tekan yang dihasilkan mempunyai tekanan 4 kg/cm2.
Udara bebas berguna untuk memenuhi kebutuhan udara pembakaran,
pendingin klinker dalam Grate Cooler dan pendingin peralatan. Kebutuhan
udara bebas ini dapat diperoleh dengan menggunakan fan. Udara pembakaran
dalam memproduksi semen terdapat dua macam yaitu :
1. UdaraPrimer
Udara primer adalah semua udara yang masuk Rotary Kiln melalui
Burner
GunyangberasaldariPrimaryAirFandantransportasiBlowerbatubara.Udara
primer ini digunakan untuk pembakaran di Rotary Kiln. Temperatur udara
primer dipengaruhi oleh temperatur batubara yang sedang ditransfer ke dalam
Rotary Kiln antara 34 – 35oC. Besarnya udara primer sekitar 10% – 18% dari
total udara yang diperlukan untuk pembakaran di RotaryKiln.
2. Udara Sekunder
UdarasekunderadalahudarayangditarikkedalamRotaryKilndariCooler.
Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk pembakaran di Rotary
Kiln. Pemakaian udara sekunder ini sangat efektif untuk proses pembakaran
karena mempunyai temperatur tinggi yaitu 800 – 900oC. Pemakaian batubara
akan lebih hemat dengan adanya temperaturtinggi.
3. Udara Tersier
Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam Suspension Preheater
dari Cooler. Udara tersebut digunakan untuk membantu pemanasan di
Suspension Preheater. Pemakian udara tersier ini sangat efektif untuk proses
pembakarankarenamempunyaitemperaturtinggi.Temperaturudaratersierini
75
sebesar700oC.
6.6. Unit Penyediaan Bahan Bakar
Unit ini bertugas menyediakan bahan bakar dan mendistribusikan ke
unit- unit yang membutuhkan. Jenis bahan bakar yang digunakan PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. antara lain :
1. Solar
Solar digunakan untuk bahan bakar alat-alat trasportasi, seperti truk, alat
berat dankendaraanoperasionalpabrik.BahanbakarinidibelidariPertamina. Solar
dikirim ke pabrik dengan menggunakan truk yang kemudian ditampung dalam
tempat pengisian solar. Kebutuhan solar di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. Citeureup yaitu sebesar 2000liter/hari.
2. Oil
Oil yang biasa digunakan adalah IDO (Industrial Diesel Oil) yangberasal
dari penyulingan minyak bumi. IDO digunakan sebagai bahan bakar untuk
jenis pembangkit listrik diesel power station dan juga untuk start up di Rotary
Kiln. Karakteristik viskositas oil perlu diketahui, bahwa semakin dingin oil
makin tinggi viskositasnya. Untuk mempermudah pemompaan, oil harus
memiliki viskositas cukup. Pada permulaan heating up, temperatur oil
dinaikkanuntukmencapaiflashpoint(110oC).Halinidicapaisaattekanan30- 40
76
BAB VII
LIMBAH
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki kepedulian
terhadap lingkungan sekitar pabrik. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya
pemantauan terhadap analisis mengenai dampak lingkungan, penyusunan
rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan.
Limbah yang dihasilkan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yaitu:
7.1. LimbahPadat
Pada industri semen, limbah padat yang ditimbulkan berupa debu.
Debu yang dikeluarkan melalui cerobong adalah hasil dari suatu proses,
sebagai contoh limbah debu tersebut berasal dari raw material (limestone,
sandy clay, dan clay corrective), raw meal, clinker, semen, dan batubara.
Penambahan alat penangkap debu dalam industri semen sangat
diperlukan.
Emisidebudapatditekandibawah60mg/m3(InternalIndocement).PTIndocement
Tunggal Prakarsa Tbk. juga melakukan penanaman pohon pada bekas areal
tambang dengan menggunakan tanamantropis.
Untuk menghilangkan material dalam udara, pembersihan udara dan
pengumpulan debu dilakukan dengan berbagai macam peralatan deduster.
Cara kerja deduster diukur berdasarkan efisiensi presipitasi dan pressure drop,
efisiensi presipitasi yaitu perbandingan debu yang berhasil dikumpulkan
dibandingkan dengan dust total yang masuk kedalam peralatan. Berikut adalah
uraian alat penangkap debu yang digunakan PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. :
1. Electrostatic Precipitator
Electrostatic Precipitator memanfaatkan tenaga elektrostatik untuk
memisahkan partikel debu dari gas yang akan dibersihkan. Electrostatic
Precipitator secara umum memiliki komponen mekanisme yang terdiri dari:
a. Housing atauShell
b. TreatmentZone
c. Komponen-komponenstructural
77
2. BagFilter
Pocketfilter,digunakanuntukdedustingdenganjumlahgaskecil,sampai10.00
0 m3/jam
Bagian filter, digunakan untuk dedusting dengan jumlah gas menengah,
7.2. LimbahCair
Limbah cair di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dihasilkan dari
pencucianmesin-mesinatauperalatandanlimbahminyakIDOyangterjadikarena
kebocoran padapipa-pipa.
78
kemudianakanditampungkedalambak-bakuntukdipisahkan.Dibak-baktersebut
terdapatnozzleyangberfungsimemisahkanantaralimbahminyakdanairdenganme
manfaatkangayasentrifugaldanperbedaangravitasiantarakeduanya,sehingga
akanterpisahkan.
7.3. LimbahGas
Limbah gas ini biasanya berasal dari kondisi pembakaran yang tidak
sempurna sehingga menghasilkan gas CO. Kenaikan kadar CO sangat
dihindari karena apabila bereaksi lanjut dengan oksigen akan menimbulkan
panas (ledakan). Selain CO, polutan gas lainnya adalah NOx, N2, SO2, CO2,
dan O2 sisa. Komponen ini terkandung dalam batu bara yang digunakan
sebagai bahan bakar didalam rotary kiln.
Polutan gas utama yang perlu diperhatikan adalah CO dan NOx,
karena polutan ini sangat mengganggu berjalannya proses apabila terjadi
kenaikan kadar.
NOxterbentukdariudarayangdipanaskanpadatemperaturtinggi.Padatemperatur
tinggi, oksigen dan nitrogen mengalami disosiasi sehingga membentuk NOx.
Pengukuran kadar NOx ini cukup memberikan gambaran terhadap kondisi
pembakaran di dalamkiln.
Penanganan limbah gas di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
adalah dengan membuat konstruksi cerobong asap setinggi mungkin (±130
m). Hal ini bertujuan agar gas buang tidak sampai mencemari lingkungan
sekitarnya, dengan konstruksi cerobong yang tinggi maka konsentrasi gas
buang dapat diperkecil karena terjadinya pengenceran oleh udara bebas.
79
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan oleh penulis
khusunya di plant 14, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. selama
melakukan kerja praktek pada periode 1 – 28 Februari 2019.
1. Proses yang digunakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah
menerapkan sistem integrasi energi secara optimal.
2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki tingkat safety yang baik
dalam memperhatikan karyawannya seperti pemberian APD (alat
pelindung diri) dan pelatihan terhadap safety yang diadakan rutin.
3. Pengendalian kualitas bahan baku dan produk merupakan prioritas utama
bagi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam memproduksi semen.
4. Penyediaan utilitas di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah
dilakukan sesuai dengan kebutuhan operasional pabrik baik secara mandiri
maupun bantuan pihak ketiga.
5. Seluruh limbah yang dihasilkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
telah diolah dengan menggunakan berbagai prinsip yang ramah lingkungan.
8.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1. Perlunya penghilangan sumber tumpukan untuk meningkatkan kebersihan
pada plant karena sudah banyak tumpukan material atau debu yang perlu
dibersihkan.
2. Indocement harus mempertahankan pengelolaan limbah sebagai pabrik
yang setidaknya tidak merusak lingkungan sekitar.
80
DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T. 1984. “Chemichal Process Industries”. 5th Edition, Mc. Graw
Hill Book Company, Singapore.
81
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK.
CITEUREUP – BOGOR
PLANT 14
Disusun Oleh :
ELSA MIRHAYATI
1724401004
82
TUGAS KHUSUS
Rotary Kiln
Fungsi : melakukan pembakaran sehingga raw meal yang diumpankan bereaksi
menjadi clinker.
Reaksi utama yang terjadi di dalam rotary kiln:
Reaksi pembentukan C3S :
CaO + 2CaO.SiO2 3CaO.SiO2
Perhitungan Konversi Data Aktual
83
Menghitung mol CaO yang bereaksi
Mol bereaksi = (mol mula-mula)- (mol sisa)
Mol Bereksi = 5941,98
Menghitung konversi
Konversi x = mol CaO bereaksi/mol CaO mula mula
Konversi x = 0,990471653 = 99%
Jadi, konversi yang diperoleh dari data aktual dari tanggal 1 Februari
sampai dengan tanggal 3 Februari sebesar 99,03 %. Dari hasil yang didapat maka
dapat disimpulkan bahwa produk yang dihasilkan sudah sangat baik karena
konversi yang dihasilkan sangat besar.
84