Oleh:
104116029
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan berupa
kesehatan dan kesempatan sehingga mampu menyelesaikan laporan Kerja Praktik ini.
Laporan Kerja Praktek ini berjudul “Hoisting System Pada Rig Pertamina Drilling Services Indonesia
#38.2/D1000-E di Lokasi ABG-B3 Sumur ABG-007”. Penulis mendapatkan kesempatan Kerja
Praktik di PT. Pertamina Drilling Service Indonesia, yang berlokasi di Graha PDSI jalan Matraman
Raya No. 87 Jakarta Timur juga di Rig milik PDSI di daerah Trisi, Indramayu.
Dalam Penyusunan Lapoan Kerja Praktik ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Sulistyo Fajar Nugroho selaku pembimbing dari PT. Pertamina Drilling Service
Indonesia selama kerja praktik.
2. Bapak Dedy Hartadi dan Bapak Junaedi selaku pembimbing di Kantor PDSI project area
jawa.
3. Bapak Anang dan Bapak Dani Priambodo selaku pembimbing di lokasi PT. PDSI Rig PDSI
#38.2 D1000-E.
4. Bapak Rangga Adiprima Sudisman selaku pembimbing kerja praktik yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan sarannya kepada penulis.
5. Seluruh Staf Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Perencanaan Infrastruktur Universitas
Pertamina.
6. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Universitas Pertamina.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan
berupa dorongan moril maupun materil.
Penulis sadar bahwasannya laporan yang penulis buat ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran untuk
perbaikan kedepannya.
Akhir kata, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini yang tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Terimakasih atas bantuannya dan semoga Allah SWT segera membalasnya.
Aamiin
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V TINJAUAN TEORITIS ..................................................................................................... 30
5.1 Keterkaitan Pengetahuan Baru yang Diperoleh Selama Kerja Praktik......................... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 32
6.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 32
6.2 Saran............................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 33
LAMPIRAN.................................................................................................................................... 34
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum pada proses pengeboran terdapat lima sistem utama yaitu power system
(sistem tenaga), hoisting system (sistem angkat), rotating system (sistem putar), circulating
system (sistem sirkulasi), dan BOP system (sistem pencegah semburan lumpur atau gas liar)
dimana kelima sistem saling terintegrasi dan memiliki peranan masing-masing untuk
mendukung proses jalannya pengeboran (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).
Kelima sistem tersebut menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Pada kesempatan kali ini penulis memilih untuk membahas hoisting system pada laporan
kerja praktik karena sebagai mahasiswa tenik sipil yang biasa mempelajari hal-hal mengenai
konstruksi melihat bahwa ada suatu sistem yang sama yang digunakan baik di dunia kontruksi
maupun di dunia pengeboran yaitu sistem pengangkatan namun tentunya terdapat perbedaan
dari keduanya karena objek yang dikerjakan juga berbeda. Maka dari itu selain untuk membuka
wawasan, melalui bahasan ini penulis ingin mengamati dan mempelajari sistem angkat dari sisi
proyek pengeboran.
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktik (KP) ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu menuangkan pengamatan langsung di tempat kerja praktik dalam bentuk laporan
tertulis.
3. Mempelajari cara kerja sistem utama pengeboran pada Rig PDSI #38.2/D1000-E.
4. Mempelajari dan mengamati tentang hoisting system pada proses pengeboran Rig PDSI
#38.2/D1000-E.
1. Kantor Pusat
Alamat : Jl. Matraman Raya No.87, RT.1/RW.5, Palmeriam, Kec.
Matraman, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13140
Waktu Pelaksanaan : 9 Juli 2019 s.d. 26 Juli 2019
3. Lokasi Rig
Alamat : Rig PDSI #38.2/D1000-E
Waktu Pelaksanaan : 6 Agustus 2019 s.d. 14 Agustus 2019
Berikut timeline kegiatan yang dilakukan selama kerja praktik :
JULI AGUSTUS
No. NAMA KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Bisnis yang dijalankan oleh PT. PDSI berawal sejak bergabung sebagai salah satu unit
bisnis dalam Direktorat Hulu hingga tahun 2005 kemudian bergabung dan menjadi bagian unit
bisnis Pertamina EP. Berdasarkan surat keputusan Dewan Komisaris PT. Pertamina (Persero)
pada tanggal 28 Desember 2007 dengan nomor surat 365/K/DK2007 dan melalui keputusan
para pemegang saham pada tanggal 13 Juni 2008 maka pada akhirnya unit bisnis ini berdiri
sendiri dengan nama PT. PDSI.
PT. PDSI berhubungan erat dengan pengeboran minyak gas dan bisnis lain yang berkaitan
dengan masalah pengeboran dan bekerjasama dalam pemenuhan atas kebutuhan yang berkaitan
dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas dan panas bumi di segala area, baik pengeboran
di darat maupun lepas pantai (PDSI, 2018).
Misi : "Memberikan solusi terpadu yang berkualitas tinggi pada pengeboran, workovers,
dan well services, dengan memaksimalkan nilai tambah bagi pelanggan,
pemegang saham, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya."
Dalam mencapai visi dan misinya, PDSI berkomitmen untuk menerapkan tata nilai (6C)
sebagai berikut:
4
• Clean (Jujur) yaitu dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan,
tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan, dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
5
2.3 Struktur Organisasi PT.PDSI
Berikut ini merupakan strukur jabatan dan formasi pekerja di PT. Pertamina Drilling
Services Indonesia (Gambar 2.2) :
Gambar 2. 2 Struktur organisasi PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (sumber : web
PT. PDSI)
Selama masa kerja praktik, penulis ditempatkan di Divisi Drilling Support. Divisi Drilling
Support sendiri terbagi menjadi 3 fungsi yaitu Fungsi Maintenance, Fungsi Aset dan Fungsi
Moving Mobilization. Divisi ini dibentuk dengan tujuan untuk menunjang pekerjaan operasi.
Pada saat melakukan kerja praktik, Penulis ditempatkan pada Fungsi Maintenance.
6
7
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Berikut merupakan beberapa kegiatan kantor yang penulis lakukan selama kegiatan kerja
praktik di kantor PT. PDSI pusat dan juga kantor Project Area Jawa:
1. Melakukan tanda tangan kontrak kerja antara pihak mahasiswa yang menjalankan kerja
praktik dengan pihak PT. PDSI.
2. Mengikuti Safety Induction untuk di area kantor pusat PT. PDSI (Gambar 3.1).
3. Mempelajari profil perusahaan secara mandiri melalui halaman situs resmi dari PT. PDSI.
4. Membaca dan mempelajari beberapa dokumen prenawaran yang dimiliki oleh PT. PDSI.
6. Mendapatkan pemberian materi mengenai sistem utama pengeboran dan dasar-dasar mesin
yang digunakan di perusahaan pengeboran.
7. Melengkapi persyaratan administrasi untuk menuju ke lapangan. Seperti SKCK, MCU dan
HSSE passport.
10. Berdiskusi dan bertukar informasi dengan pekerja dari PT. PDSI tentang permasalahan di
dunia pengeboran.
11. Presentasi akhir tentang apa yang didapatkan selama kerja praktik sekaligus evaluasi oleh
PT. PDSI.
8
Gambar 3. 1 Suasana di Kantor Pusat PDSI
Selain dikantor pusat penulis juga diberangkatkan ke lokasi Rig PDSI #38.2/D1000-E
untuk mengamati, menganalisa dan merasakan bagaimana atmosfer pekerjaan langsung di
lokasi Rig. Berikut daftar kegiatan yang penulis lakukan di lokasi Rig:
1. Mengikuti safety induction yang berlaku di lokasi PT. PDSI Rig PDSI #38.2/D1000-E yang
disampaikan oleh pihak HSSE.
2. Melakukan over view rig yang dipandu oleh Bapak Dani dan Pak Anang dari cief electric
dan driller selaku pembimbing di lapangan (Gambar 3.3).
3. Mengikuti meeting pagi, HSSE Marshall dan safety moment setiap hari, setiap pukul 07.00
dan 19.00 WIB.
6. Belajar mengenai pengelolaan dan pengolahan limbah buangan lumpur dari Rig.
7. Mengunjungi ruang Variable Frequency Drive (VFD) dan Motor Control Centre (MCC)
sebagai ruang kontrol supply daya di keseluruhan rig.
9
9. Mempelajari spesifikasi dan detail Rig dari literatur dossier Rig D1000-E.
10. Berkunjung ke drilling cabine dan dog house. Melihat cara seorang driller bekerja dan
parameter apa saja yang dapat di lihat di dalam drilling cabine.
11. Mengamati secara langsung komponen alat sistem angkat juga sistem kerjanya.
12. Belajar tentang penjadwalan pengeboran langsung bersama pimpinan tertinggi di lokasi
Rig atau biasa disebut company man.
Ada beberapa pencapaian yang didapat ketika kegiatan magang telah selesai dilakukan di
PT. PDSI. Yaitu, sebagai berikut:
2. Memahami bagaimana kelima sistem pengeboran bekerja dalam suatu proyek pengeboran
onshore.
10
4. Mengerti betapa pentingnya aspek HSSE untuk standard keseamatan dan pekerjaan di
sebuah proyek khususnya yang sedang dijalankan oleh PT.Pertamina (Persero) juga PT.
PDSI.
11
12
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
13
yang akan dilakukan selama 12 jam kedepan oleh seorang Company Man dan pemberian
masukan atau tambahan oleh pekerja lain untuk pekerjaan 12 jam kedepan, semua
diizinkan untuk berbicara untuk kelancaran pekerjaan.
Rig PDSI #38.2/D1000-E menggunakan rig elektrik dengan lima sistem utama yaitu:
a. Hoisting system
b. Power system
Power system merupakan sistem pada rig pengeboran di mana suatu perangkat
instalasi pengeboran mendapatkan supply daya untuk menggerakkan sistem sistem
yang lain. Dalam suatu Rig pengeboran terdiri dari dua power sistem yaitu
Mechanical dan electrical. Power system merupakan sumber tenaga dari Rig. Power
system yang digunakan pada rig biasanya ada tiga jenis yaitu Mechanical Power
system (Diesel Engine), Electical Power system (Generator Set), Hidraulic Power
system (Motor Hydraulic). Pada Rig PDSI #38.2/D1000-E menggunakan rig elektrik
sehingga memiliki power system dari generator set.
c. Circulating system
Circulating System adalah suatu bagian dari sistem utama dalam rig
pengeboran yang difungsikan untuk mengalirkan lumpur pengeboran, turun
melewati rangkaian pipa pengeboran dan naik ke annulus (celah antara pipa bor dan
formasi tanah) membawa serbuk bor ke permukaan (Gambar 4.1).
14
Gambar 4. 1 Siklus sistem sirkulasi pada pengeboran (sumber : Google)
1. Lumpur dialirkan dari mud tank (tangki lumpur) ke mud pump (pompa
lumpur).
d. Rotating system
Rotating system (Sistem Pemutar) adalah sistem yang salah satu dari tugas
utamanya adalah memutar mata bor, memberi beban mata bor dan memberi saluran
lumpur bertekanan tinggi ke mata bor untuk membuat lubang sumur. Untuk sistem
pemutar utama yang digunakan di Rig PDSI #38.2/D1000-E adalah top drive. Top
drive berfungsi untuk memutar rangkaian pipa. Pada top drive terdapat swivel yang
berfungsi untuk mengalirkan lumpur melalui top drive yang kemudian masuk ke
rangkaian pipa sehingga terjadi proses sirkulasi.
15
e. BOP System
Blowout Prevention System merupakan sistem yang terdiri dari serangkaian alat
pencegahan semburan liar baik lumpur maupun gas dalam proses pengeboran.
Berikut adalah beberapa fungsi dari BOP:
1. Menutup lubang sumur dalam keadaan ada atau tidak ada pipa dalam lubang
bor.
Pertamina memiliki budaya HSSE golden rules yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
• Patuh : Patuh pada hukum, kebijakan, Peraturan dan prosedur.
• Peduli : Peduli pada setiap orang di sekitar.
• Intervensi : Segera melakukan intervensi terhadap tidakan tidak aman dan
yang
menyalahi aturan.
Selain itu juga memiliki 12 Corporate Life Saving Rules yatu:
3. Permit to work
Setiap pekerjaan wajib mempunyai izin kerja sesuai dengan resikonya.
4. Isolation
Memastikan energi sudah diisolasi sebelum melakukan pekerjaan.
5. Confined space
Artinya pekerjaan diruang terbatas. Pekerja harus memastikan sudah memiliki
otorisasi dan izin kerja yang valid sebelum masuk ke dalam ruang terbatas.
6. Lifting operation
Memastikan operasi pengangkatan terencana, terawasi dan dilaksanakan oleh
personil yang berkompeten.
16
7. Fit to work
Setiap pekerja memastikan memenuhi persyaratan medis dan fit untuk bekerja
sesuai pekerjaan.
8. Working at height
Memastikan tersedia alat pencegah jatuh saat bekerja di ketinggian.
17
Gambar 4. 3 HSSE passport standar PT. PDSI
Ketiga passport tersebut penulis dapatkan melalui serangkaian demo dan tes baik
secara offline maupun online.
1. Support Structure
Konstruksi rangka baja yang dirakit atau dibangun diatas titik sumur (lokasi
pengeboran) yang tugasnya adalah untuk mendukung rangkaian peralatan pipa bor dan
peralatan lainnya yang digunakan oleh sistem pemutar untuk mengebor lubang.
Berikut ini merupakan komponen-komponen yang termasuk support structure:
18
a. Substructure
Gambar 4. 5 Substructure
b. Mast
Mast atau menara di PT. PDSI #38.2/D1000-E memiliki ketinggian 142 ft atau
43.28 m (Gambar 4.6). Menara ini termasuk kedalam menara jenis Cantilever.
Menara buatan dari National Oilwell Varco ini mampu menahan beban sebesar 490
klbs. memiliki fungsi sebagai tempat bagi crown block, travelling block yang nantinya
berfungsi untuk mengangkat drill pipe. Di Menara terdapat bagian yang dinamakan
monkey board yang difungsikan untuk seorang derrick man mengatur tata letak stand
pipe pada rig floor.
19
c. Rig Floor
Rig floor memiliki fungsi utama yaitu memberi tempat kerja bagi crew
pengeboran dalam melakukan operasi pengeboran (Gambar 4.7). Pada rig floor
terdapat: Rotary table, Mouse hole, Rat hole, Kunci kunci tong, Slip, dll. Selain itu rig
floor berfungsi sebagai tempat driller cabin dan dog house. Dimana driller cabin
merupakan tempat untuk seorang driller mengoperasikan alat-alat pengeboran.
Sendangkan, dog house adalah tempat beristirahat bagi para pekerja di area rig floor.
2. Hoisting Equipment
a. Drawwork
Drawwork yang digunakan di Rig PDSI #38.2/D1000-E buatan dari National
Oilwell Varco dengan kemampuan dimasukan daya sebesar 1150 HP (Gambar 4.8).
Drawwork ini memiliki kapasitas angkat 500 klbs saat kondisi low transmission dan
251 klbs saat kondisi high transmission. Keberadaan drawwork sangat penting untuk
keseluruhan hoisting system karena sejak pengangkatan menara, drawwork sudah
digunakan. Kemudian fungsi lainnya adalah melakukan pengangkatan dan penurunan
drill pipe saat pengeboran berlangsung.
Gambar 4. 8 Drawwork
20
b. Hydraulics Whinch
Hydraulic Winch berfungsi sebagai alat untuk mengangkat drill pipe dari pipe
rack menuju Rig floor (Gambar 4.9). Hydraulics winch digerakan dengan hidraulik
berbeda dengan drawwork yang sumber tenaganya berasal dari generator langsung.
Rig PDSI #38.2/D1000-E menggunakan dua jenis hydraulics wich yang pertama
digunakan untuk mengangkat alat-alat seperti tong dan drill pipe spinner. Kemudian
yang kedua diperuntukan untuk membantu naiknya seorang derrickman menuju
monkey board atau biasa disebut winch man rider.
c. Overhall Tools
Merupakan “mata rantai penghubung” di dalam sistem angkat yang terdiri dari:
1. Crown Block
2. Travelling Block
21
Gambar 4. 11 Travelling Block
Gambar 4. 12 Hook
4. Deadline Anchor
Deadline anchor (Gambar 4.13) berfungsi untuk menambatkan drilling
line sebelum drilling line mencapai spooler.
22
5. Hydraulics Cathead
Berfungsi sebagai kontrol untuk mengangkat atau menarik beban-beban
ringan pada Rig floor dan juga berfungsi untuk kontrol penyambungan atau
pelepasan sambungan pipa bor (Gambar 4.14).
Gambar 4. 14 Cathead
Gambar 4. 15 Spooler
23
7. Elevator
Gambar 4. 16 Elevator
8. Link
Gambar 4. 17 Link
24
4.2.3 Jenis-jenis Pekerjaan yang Dapat Dilakukan Oleh Sistem Angkat
Hoisting system memiliki beberapa sistem kerja yang penulis bagi menjadi beberapa
bagian seperti berikut ini:
Secara garis besar sistem drilling line dimulai dari drawwork yang tersambung
dengan fastline (Gambar 4.18). Fastline semacam alat yang mengatur sudut lilitan
drilling line agar tidak berantakan satt di gulungan drawwork. lalu dari fastline
tersambung menuju crown block sebagai “katrol” kemudian drilline dari crown
block tersambung ke travelling block lalu pada sheaves terakhir drill line tersambung
ke deadline anchor lalu ke spooler.
Selain dari drawwork adapula hydraulics winch. Hydraulics winch ada dua satu
untuk mengangkat alat-alat seperti hydraulics tong, dp spinner dan Hidraulics winch
man rider yang berfungsi untuk membantu seorang derrick man menuju monkey
board.
25
2. Proses Awal Pengangkatan Drill Pipe
Proses pengangkatan diawali dengan penyusunan drill pipe ke pipe rack
menggunakan bantuan crane kemudian dari pipe rack dipindahkan menuju catwalk
(Gambar 4.19) bagian bawah.
Gambar 4. 19 Catwalk
Setelah drill pipe telah diletakan di catwalk selanjutnya drill pipe diangkut oleh
hydraulic wich menuju rig floor setelah diangkat lalu derrick man bersiap untuk
menangkap drill pipe lalu drill pipe disimpan dan disusun sementara di monkey
board sebelum dilakukan connection atau penyambungan.
Setelah drill pipe terpasang pada elevator, travelling block menurunkan drill
pipe untuk disambut floor man pada rig floor untuk dilakukan connection dengan
pipa yang sudah stay dibawah kemudian diputar menggunakan drill pipe spinner dan
rotary tong untuk mengencangkan rangkaian
26
4. Proses Naik Turun Pipa Pengeboran
Proses naik turunnya pipa kedalam lubang pengeboran dikendalikan langsung
menggunakan drawwork oleh seorang driller yang berada di ruangan driller cabin.
3. Permit to work
Semua pekerja di area rig harus mempunyai prosedur kerja. Untuk pekerjaan
beresiko tinggi dan tidak rutin dilengkapi dengan izin kerja. Izin kerja diberikan
setelah dilakukan kajian risiko, upaya pencegahan bahaya mengurangi risiko, adanya
organisasi kerja yang kompeten, ada proses otorisasi pemberian izin,
pengkomunikasian proses kerja dan pengawasan pekerjaan sesuai dengan izin kerja
dan pengawasan pekerjaan sesuai dengan izin kerja dan proses penutupan izin kerja
secara formal.
27
4. Lifting operation
Lifting operation sangat berkaitan dengan pekerjaan hoisting baik itu
pengankatan barang atau beban melalui peralatan mekanis. Maka dari itu hal ini perlu
diperhatikan. Pekerjaan ini memiliki potensi berbahaya yang harus diwaspadai.
Oleh karena itu pekerja di rig harus memiliki kompetensi dan sertifikat sebagai
operator alat angkat, memastikan alat angkat dalam kondisi layak pakai dan memiliki
sertifikat, memasang pembatas area pengangkatan dan memastikan safety devices
berfungsi dengan baik termasuk alarm.
5. Fit to work
Pelaksana pekerjaan harus dalam kondisi yang prima dan mampu melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan beban kerjanya. Tingkat kesehatan pekerja dapat berdampak
terhadap keselamatan dalam pelaksanaan pekerjaan. Maka dari itu pelaksana
pekerjaan wajib melaporkan kepada pengawas apabila merasa kurang fit untuk
bekerja.
Selain itu, para pelaksana pekerjaan juga wajib melakukan Medical Check Up
(MCU) sesuai dengan potensi bahaya di lingkungan kerjanya dan jadwal yang telah
ditetapkan (maksimum masa berlaku MCU adalah satu tahun). Di Rig PDSI
#38.2/D1000-E sendiri sudah ada minimal satu dokter kesehatan yang stand by dan
satu ambulance untuk penanganan jika ada pekerja yang sakit.
6. Working at height
Ada beberapa jenis pekerjaan yang tentunya memiliki potensi bahaya terjatuh
oleh karena itu seorang pekerja yang bekerja di ketinggian harus memiliki kompetensi
dan mendapatkan pelatihan bekerja di ketinggian. Selain itu harus juga mengenakan
APD termasuk full body harness dengan baik dan benar. Contoh pekerjaan hoisting
yang berkaitan dengan working at height adalah seorang derrick man yang bertugas
untuk menyusun pipa di area monkey board lalu mengatur kapan pipa harus dimasukan
dan dilepaskan ke elevator wajib mengenakan full body harness karena pekerjaan ini
memiliki resiko terjatuh sangat tinggi. Berdasarkan standar yang dipakai Pertamina
sendiri batas ketinggian dimana seorang pekerja wajib mengenakan full body harness
adalah di ketinggian 1,8 m.
7. Sistem override
Seorang pekerja tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan atau
memodifikasi peralatan-peralatan keselamatan critical yang bisa saja menyebabkan
tidak berfungsinya safety devices. Jika perlu dilakukan modifikasi maka pekerja
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pengawas atau pejabat berwenang
sebelum mengabaikan atau menonaktifkan peralatan keselamatan critical.
28
29
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
1. Persiapan lahan
2. Pembuatan pagar disekitar lokasi
3. Pembuatan struktur pondasi untuk menara
4. Peng-urugan tanah
Namun, disayangkan penulis tidak dapat melakukan analisis lebih lanjut terkait kegiatan
diatas dikarenakan keterbatasan data juga mengharuskan melakukan pengambilan data ke
perusahaan diluar PT. PDSI dan itu tidak disarankan oleh pembimbing lapangan.
30
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dengan melakukan kerja praktik penulis mendapatkan wawasan baru mengenai dunia
pekerjaan terutama dari segi budaya dan merasakan langsung mengenai lingkungan kerja di PT.
Pertamina Drilling Services Indonesia. Sekaligus mendapatkan wawasan baru yang tidak
diajarkan di kelas perkuliahan.
Secara umum sistem utama pengeboran terbagi menjadi lima bagian. Kelima sistem
tersebut adalah hoisting system, power system, rotating system, circulating system, BOP system.
Kelima sistem tersebut haruslah saling terintegrasi supaya pengeboran dapat berjalan secara
lancar.
Hoisting system atau disebut sistem angkat merupakan sistem yang penting dalam
medukung jalannya proses pengeboran. Sistem ini memiliki beberapa peranan penting
diantaranya: menopang peralatan-peralatan sistem lain, memberi ruang untuk sistem lain,
mengangkat pipa-pipa pengeboran, mendirikan menara. Sistem ini memiliki komponen berupa
supporting structure dimana supporting structure ini berperan sebagai bangunan struktur kokoh
yang siap menopang berbagai jenis beban dan equipment tools yang berfungsi untuk menaik
turunkan pipa dan sebagai mata rantai penghubung pada sistem angkat.
Dilapangan Rig PDSI #38.2 D1000-E, setiap pekerjaan wajib untuk memerhatikan
kesehatan dan keselamatan kerja karena nyawa seseorang adalah yang paling utama. Dimana
ketika sampai terjadi insiden yang bahkan harus menrenggut nyawa maka reputasi perusahaan
pun akan terancam. HSSE juga selalu ditanamkan walaupun di area perkantoran terutama di
fungsi operasi dan support & maintenance.
6.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
2. Daftar Hadir Kerja Praktik
35
36
37
38
39
40
41
42
43
3. Lembar Bimbingan Kerja Praktik
44
45
4. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik
46