Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI (PRAKERIN)

DI DEPOHAR 10 SATHAR 13 BKL (PENUHIDROLIC)

LANUD HUSEHIN SASTRANEGARA-BANDUNG

“Air Frame& Powerplanet”

Disusun Oleh :

1.MAHENDRA. 4.ROSA APRILIANA N.

2.M.KEMAL W.A. 5.SELAMET

3.NORA AZLINDA. 6.SURAHMAN

SMK NUSA DIRGANTARA LOMBOK TENGAH

Jalan.Raya Mentokan Desa Darek Kec.Praya Barat Daya.Kab.Loteng

E-Mail : SMK nusadirgantara@yahoo.com


LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DI SATHAR 13

DEPOHAR 10

LANUD HUSEHIN SASTRANEGARA-BANDUNG

a.n. Komandan Depo Pemeliharaan 10

Kepala Dinas Pembinaan


Guftor Sidik,S.T.

Letkol Tek NRP 522652

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

DI SATHAR 13 DEPOHAR 10

LANUD HUSEHIN SASTRANEGARA-BANDUNG

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1. Pembimbing 2

Sathar13 Depohar 10. Sathar 13 Depohar 10

Edi Wasita. Arizal Sudirman S.

Letda Tek NRP 519329. Serka NRP 539189

Perwira pendidikan Depo Pemeliharaan 10


Epi Sahrudin

Kapten Tek NRP 510134

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

Dan rahrnat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan kerja


lapangan(PRAKERIN)ini.

Walapun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin


demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar
mengajar di sekolah, maupun dalam menjalankan praktik kerja
lapangan.saran dan keritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan
oleh penyusun di kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktek kerja
industri.

Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi


pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMK
NUSA DIRGANTARA LOMBOK TENGAH.

Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


semoga Allah SWT, Membalas semua kebaikan kalian, Khususnya semuan
anggota Teknisi di SATHAR 13.

Bandung,02 Agustus2022
Penyusun,

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................1
1.2 Deskripsi Singkat Tempat Kerja Praktek............2
1.3 Tujuan praktek kerja lapangan.............................3
1.4 Tujuan Pembuatan Laporan Praktek kerja industri....... 4
BAB II. TEORI DASAR
2.1 Aircraft Maintenance................................................. 4
2.2 Aircraft Brake System............................................... 5
2.3 Types and Construction Of Aircraft Brake.................... 6
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat .................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan........................................................ 9
3.3 Metode Pelaksanaan................................................. 13
3.4 Diagram alir............................................................ 14
BAB IV. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan............................................................ 15
4.2 Pembahasan............................................................ 15
4.2.1 Pre Inspection............................................ 15
4.2.2 Dissasembly............................................... 17
4.2.3 Cleaning.................................................... 17
4.2.4 Inspection.................................................. 22
BAB V.     PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................. 23
5.2 Saran..................................................................... 23
5.3 Penutup.................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sejarah tempat kerja praktek...............................................

Lampiran 1 : Foto kegiatan PKL................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PRAKERIN adalah materi pembelajaran yang sangat penting


diluar sekolah karena merupakan jaminan seseorang untuk lebih maju
didalam kehidupanya untuk bekal kemudian hari,serta untuk menambah
pengetahuan agar siswa bisa memahami dan mempunyai tanggung jawab
dalam berkerja.

Tujuan mengikuti prakrin adalah salah satu syarat dalam


menempuh ujian akhi nasional dan disamping itu pula tujuan prakrin ini
sendiri adalah untuk memperktikan ilmu yang telah didapat dari sekolah
kedalam dunia kerja yang sebenarnya untuk menambah pengalaman bagi
siswa-siswi dalam dunia kedirgantaraan khususnya.

Era globalisasi menambah dampak ganda,disatu sisi lain membawa


iklim yang semakin terbuka untuk berkerjasama saling mengisi dan
melengkapi demi kepentingan pihak-pihak yang berkerjasama.Globalisasi
juga menjanjikan masa depan yang cerah bagi negara yang sungguh-
sungguh mempersiapkan diri.

Sektor pendidikan menciptakan manusia-manusia Indonesia yang


ahli dalam suatu bidang.Akan tetapi sistem pendidikan yang memberikan
bekal-bekal teori tidaklah dirasakan cukup untuk seorang terjun ke
lingkungan kerja dengan alasan seperti itulah maka dilakukan suatu
praktek yang dapat mengaplikasikan teori yang didapat dalam lingkungan
kerja sebelum iya lulus

Kegiatan PRAKERIN ini dilaksanakan di DEPOHAR 10 SATHAR


13 DI BANDUNG,Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 13 Juni 2022
sampai dengan 13 Agustus 2022
.

1.2 DESKRIPSI SINGKAT KERJA PRAKTEK

Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis ditempatkan


pada bagian Teknik Perawatan Hydraulic yang diproyeksikan pada inspeksi dan
Overhoul brake pesawat Hercules Tipe-H milik DEPO PEMELIHARAAN 10
( SATHAR 13). Kegiatan overhaul merupakan kegiatan perawatan tingkat berat
yang mencapai 4000 - 6000 jam terbang. Pekerjaan dimulai dari pembukaan
pada cotter pin pada housing disc brake sampai pembersihan pada housing disc
brake. Dalam hal ini penulis dibimbing para instruktur untuk mengenalkan alat
alat maupun material yang akan digunakan untuk pembukaan daripada housing
itu sendiri. Kemudian diganti dengan part yang baru yang akan digunakan.
Setelah itu penulis juga dibimbing untuk cara pembersihan daripada part
tersebut sebelum dipakai kembali.

1.3Tujuan praktek kerja lapangan

Adapun maksud dilaksanakannya praktek kerja industri ini adalah


sebagai berikut;

1.memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa-siswi SMK


PENERBANGAN

2.menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dalam penyelesaian dalam


soal teknis yang muncul di lapangan kerja.

3.Memberikan kesempatan pada siswa untuk membiasakan diri dengan suasana


lingkungan kerja.

4.Menggembangkan sikap profesional yang di perlukan siswa untuk memasuki


lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.

5.Menikngkatkan kemampuan dan keterampilan siswa memecahkan suatu


masalah.

6.Memberikan gambaran kerja kepada siswa yang akan dilakukan sehubungan


dengan jurusan yang diambil.

7.Memberikan pengalaman kerja kepada siswa sebelum mereka benar-benar


terjun dalam dunia kerja yang nyata.
Adapun tujuan PRAKRIN Ini adalah untuk memahami, mempelajari dan
membandingkan secara langsung kegiatan atau praktek yang dilakukan
dibangku sekolah dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan kerja..

1.4 Tujuan Pembuatan Laporan praktek kerja industri


Adapun tujuan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1.Merangkum segala kegiatan yang dilaksanakan selama kerja praktek
dalam bentuk laporan.
2.Untuk mengetahui kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dapat
dilihat dari hasil kerja praktek yang dapat dilihat dari laporan kerja praktek.
3.Membiasakan Taruna-taruni dalam menulis suatu laporan khususnya
dalam menyusun pembuat laporan kerja praktek.
4.Untuk memenuhi tugas kerja diprogram studi Air frame and Powerplanet
Maintenance.

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Aircraft Maintenance


Setiap pesawat udara selama beroperasi pasti mempunyai jadwal
untuk perawatan. Perawatan ini harus dilakukan karena setiap komponen
mempunyai batas usia tertentu sehingga komponen tersebut harus
diganti. Selain itu, komponen juga harus diperbaiki bila ditemukan telah
mengalami kerusakan. Secara garis besar, program perawatan dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu perawatan preventif dan
korektif. Perawatan preventif adalah perawatan yang mencegah
terjadinya kegagalan komponen sebelum komponen tersebut rusak.
Sedangkan perawatan korektif adalah perawatan yang memperbaiki
komponen yang rusak agar kembali ke kondisi awal.

Perawatan preventif dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

• Perawatan periodik atau hard time, merupakan perawatan yang


dilakukan berdasarkan batas waktu dari umur maksimum suatu
komponen pesawat. Dengan kata lain, perawatan ini merupakan
perawatan pencegahan dengan cara mengganti komponen pesawat
meskipun komponen tersebut belum mengalami kerusakan.

• Perawatan on-condition, merupakan perawatan yang memerlukan


inspeksi untuk menentukan kondisi suatu komponen pesawat. Setelah itu
ditentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil inspeksi tersebut. Bila
ada gejala kerusakan, komponen tersebut dapat diganti bila alasan-
alasan teknik dan ekonominya memenuhi.

Perawatan korektif dikenal pula dengan nama condition monitoring


yaitu perawatan yang dilakukan setelah ditemukan kerusakan pada suatu
komponen, dengan cara memperbaiki komponen tersebut. Bila cara
perbaikan tidak dapat dilakukan dengan alasan teknik maupun ekonomi,
maka harus dilakukan penggantian.

Interval Perawatan Pesawat

Perawatan pesawat biasanya dikelompokkan berdasarkan interval yang


sepadan dalam paket-paket kerja atau disebut dengan clustering. Hal ini
dilakukan agar tugas perawatan lebih mudah, efektif dan efisien. Interval
yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan paket-paket tersebut
adalah sebagai berikut:

 Flight Hours

Merupakan interval inspeksi yang didasarkan pada jumlah jam


operasional suatu pesawat terbang.

 Flight Cycle
Merupakan interval inspeksi yang didasarkan pada jumlah takeoff -
landing yang dilakukan suatu pesawat terbang. Satu kali takeoff -
landing dihitung satu cycle.

 Calendar Time

Merupakan interval inspeksi yang dilakukan sesuai dengan jadwal


tertentu.

Dari jumlah tugas perawatan atau inspeksi yang dilaksanakan,


maintenance dapat dibagi dalam minor maintenance seperti transit check,
before departure check, daily check, weekly check dan heavy
maintenance seperti A-Check, B-Check , C-Check dan D-Check.

Minor maintenance:

 Transit Check

Inspeksi ini harus dilaksanakan setiap kali setelah melakukan


penerbangan saat transit di station mana pun. Operator biasanya
memeriksa pesawat untuk memastikan bahwa pada pesawat tidak
terdapat satu pun kerusakan struktur, semua sistem berfungsi
dengan sebagaimana mestinya, dan servis yang diharuskan telah
dilakukan.

 Before Departure Check

Inspeksi ini harus dilakukan sedekat mungkin sebelum tiap


kali pesawat berangkat beroperasi, maksimal dua jam sebelumnya.
Daily Check (Overnight Check)
Pemeriksaan ini harus dilakukan satu kali dalam jangka waktu 24
jam setelah daily check sebelumnya dilakukan. Setiap hari pesawat
telah diprediksi akan ground stop minimal selama empat jam.
Inspeksi ini mencakup pemeriksaan komponen, pemeriksaan
keliling pesawat secara visual untuk mendeteksi ada atau tidaknya
ketidaksesuaian, melakukan pengamanan lebih lanjut, dan
pemeriksaan sistem operasional.

 Weekly Check

Pemeriksaan ini harus telah dilakukan dalam tujuh hari


penanggalan. Termasuk dalam inspeksi ini adalah before departure
check.
Aircraft maintenance checks adalah periode pemeriksaan yang harus
dilakukan pada pesawat setelah penggunaan pesawat untuk jangka waktu
tertentu, digunakan sebagai parameter interval untuk heavy maintenance
yang meliputi A-Check, B-Check, C-Check, dan D-Check.

 A Check — Dilakukan kira-kira setiap satu bulan. Pemeriksaan ini


biasanya dilakukan hingga 10 jam. Pemeriksaan ini bervariasi,
bergantung pada tipe pesawat, jumlah siklus (takeoff dan landing
dianggap sebagai siklus pesawat, atau jam terbang sejak
pemeriksaan terakhir. Perawatan pesawat jenis ini hanya
melakukan pemeriksaan pada pesawat terbang untuk memastikan
kelaikan mesin, sistem-sistem, komponen-komponen, dan struktur
pesawat untuk beroperasi. Untuk Boeing 737 Classic A-check
dilakukan setelah 300 jam terbang, Airbus A340 setelah 450 jam
terbang, Boeing 747-200 setelah 650 jam.

 B Check —Bergantung pada masing-masing jenis pesawat,


pemeriksaan berkisar antara 9 hingga 28 jam ground time dan
biasanya dilakukan kira-kira setiap lima bulan. Perawatan pesawat
dalam skala kecil ini hanya meliputi proses pembersihan,
pelumasan, penggantian ban apabila sudah aus, penggantian
baterai, dan inspeksi struktur bagian dalam.

 C Check — Sebuah pesawat harus melakukan C-Check setelah 15-


18 bulan. Bergantung pada tipe pesawat, pemeriksaan ini bisa
memakan waktu 10 hari. Perawatan pesawat tipe ini merupakan
inspeksi komprehensif termasuk bagian-bagian yang tersembunyi,
sehingga kerusakan dan keretakan di bagian dalam dapat
ditemukan. Untuk Boeing 737-300 dan 737-500, inspeksi ini
dilakukan setiap 4.000 FH. Untuk Boeing 737-400 dilakukan setiap
4.500 FH. Sedangkan untuk Boeing 747-400 dilakukan setiap 6.400
FH dan Airbus A-330-341 dilakukan setiap 21 bulan.

 D Check — Inspeksi ini biasa disebut overhaul. Pemeriksaan jenis


ini adalah perawatan yang paling detail, untuk pesawat Boeing 737-
300, 737-400 dan 737-500, inspeksi ini dilakukan setiap 24.000 FH.
Sedangkan untuk Boeing 747-400 dilakukan setiap 28.000 FH dan
untuk Airbus A-330-341 dilakukan setiap 6 tahun. Pada pengecekan
jenis ini pesawat diinspeksi secarakeseluruhan, biasanya
memakan waktu 1 bulan.

2.2 Aircraft Brake System

Brake atau rem adalah alat yang digunakan untuk mengurangi kecepatan
suatu kendaraan hingga kendaraan tersebut mendapati keadaan tertentu. Sama
halnya dengan di kendaraan pada umumnya brake pada pesawat juga memiliki
fungsi yang sama. Brake pada pesawat biasanya digunakan pada saat landing
maupun taxing.

Sistem brake pada pesawat terbang terbagi menjadi 2 yaitu Pneumatik


dan hidraulik. Pada sistem kerja pneumatik mirip dengan sistem hidraulik. Ada
beberapa bagian komponen yang sedikit berbeda, namun seperti aktuator
(Motor dan silinder), filter, dan solenoid valve memiliki prinsip yang sama
dengan sistem hidraulik. Perbedaan mendasar dari kedua sistem tersebut adalah
fluida kerja yang digunakan, sistem hidraulik menggunakan fluida inkompresibel
(zat cair) sedangkan pada sistem pneumatik menggunakan fluida kompresibel
(gas).

Sistem Pneumatik memiliki desain sistem dan kontrol yang sederhana.


Komponen umumnya sangat mudah penginstallannya dan sistem kontrolnya
sederhana seperti halnya kontrol ON dan OFF, memiliki reliabilitas tinggi karena
sistem hidraulik berumur panjang dan budget perawatan yang rendah. Selain itu
karena sifat gas yang kompresibel, maka ia tidak mudah rusak akibat beban
kejut. Gas akan menyerap gaya kejut tersebut, berbeda dengan fluida hidraulik
yang secara langsung akan mentransfer gaya kejut tersebut. Sistem pneumatik
juga lebih aman digunakan karena tidak mudah terbakar seperti sistem
hidraulik.

Fluida pada sistem Hidraulik tidak menyerap gaya apapun yang dikenakan
padanya. Sifatnya yang inkompresible menyebabkan penggunaan pada beban
kerja yang lebih besar dan bekerja pada gaya yang lebih besar pula, fluida juga
meminimalisir gaya pegas. Saat sistem hidraulik berhenti, tidak diperlukan
proses pelepasan tekanan fluida karena saat sistem berhenti tekanan fluida pun
juga sekaligus hilang, kecuali adanya penggunaan akumulator pada sistem.

2.3 Types and Construction of Aircraft Brake

Pesawat modern biasanya menggunakan rem cakram. Disk berputar


dengan roda putar sementara kaliper stasioner menahan rotasi dengan
menyebabkan gesekan terhadap disk saat rem diterapkan. Ukuran, berat, dan
kecepatan pendaratan pesawat mempengaruhi desain dan kompleksitas sistem
rem cakram. Rem cakram single, dual, dan multiple adalah jenis rem yang
umum. Rem rotor tersegmentasi digunakan pada pesawat besar. Rem tabung
expander ditemukan pada pesawat besar yang lebih tua. Penggunaan cakram
karbon meningkat dalam armada penerbangan modern.

A) SINGLE DISC BRAKE

Pesawat ringan atau pesawat kecil biasanya menggunakan jenis rem


single disc yang langsung dipasang pada roda. Saat roda berputar, disc rem juga
ikut berputar. Pengereman dilakukan dengan menerapkan gesekan pada kedua
sisi cakram dari caliper yang terpasang pada roda pesawat. Piston dalam caliper
house akan bekerja apabila diberi tekanan hidraulik. Silinder master hidraulik
yang terhubung ke pedal kemudi akan memberi tekanan apabila pedal kemudi
ditekan.

B) DUAL DISC BRAKE

Dual disc brake digunakan pada pesawat dimana single disc pada setiap roda
tidak memberikan gesekan pengereman yang cukup. Dalam dual disc brake ini
memiliki dua cakram. Center Carrier terletak diantara dua disc. Ini berisi lining di
setiap sisi yang terhubung pada setiap disc pada saat pengereman.

C) MULTIPLE DISC BRAKE

Multiple disc brake sangat dibutuhkan pada pesawat besar dan berat. Multiple
disc brake dirancang dengan power brake control valve atau power boost master
cyclinders. Perakitan pada multiple dis brake terdiri dari extend bearing carrier
mirip dengan jenis torque cube ( tabung torsi ) yang terhubung ke axle flange.
Ini mendukung ke berbagai bagian rem, termasuk annular cyclinder dan piston.
Yang terbuat dari serangkaian cakram baja yang dilapisi tembaga atau
lempengan perunggu. Steel stator pada multiple disc brake dikunci
menggunakan bearing carrier dan plate rotor dikunci pada roda. Tekanan
hidraulik yang diterapkan pada piston menyebabkan seluruh strator dan rotor
tertekan sehingga ini menyebakan panas yang besar dan akan memperlambat
rotasi putaran ban.
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Dalam praktek kerja lapangan mengenai OVERHAULL MULTIPLE DISC


BRAKE HERCULES Tipe H yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2022 – 13 Agustus
2022di Depo pemeliharaan 10 (SATHAR 13), Lanud Husein Sastranegara,
Bandung, Jawa Barat

3.2 METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan data yang digunakan dalam kegiatan Kerja Praktek adalah
sebagai berikut :

1 Studi pustaka (Referensi), yaitu mempelajari teori serta mengambil data


tentang OverhaulBreak Hercules Tipe H pada Maintenance Manual TO.4B1-2-
1003 yang khusus membahas tentang Overhaul pada Brake Hercules Tipe-H
2 Studi wawancara (Interview), yaitu metode diskusi atau tanya jawab kepada
narasumber yang ahli dibidang pemeliharaan Brake pada pesawat terbang,
yaitu Praka Gusron
3 Studi lapangan, yaitu metode pengamatan dan pengambilan data langsung
di tempat kerja praktek.
BAB IV

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 PELAKSANAAN

Kegiatan rutin kerja yang dilakukan adalah pengerjaan perawatan


pesawat. Pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan secara bersama akan tetapi
mengikuti jadwal yang sudah direncakan. Kegiatan – kegiatan seperti
penggantian komponen, perbaikan komponen, pemeriksaan komponen, cleaning
atau pembersihan komponen hingga pemasangan komponen kembali secara
terorganisir atau bertahap. Khusus mengenai brake pada pesawat Hercules Tipe-H
dilakukan servicing pada setiap 4000 – 6000 jam terbang. Brake dengan jenis
multiple disc ini kemudian di inspeksi untuk diperiksa adanya crack atau korosi
yang terjadi pada komponen housing dan selanjutnya apabila ditemukan adanya
crack ataupun korosi maka komponen itu harus diganti dengan yang baru dan
sudah tidak dapat digunakan kembali. Selanjutnya yaitu pembersihan atau
cleaning.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pre Inspection

Dalam Pre inspection ada 5 tahapan yaitu :

1. Check “US” componen tag

Check “US” componen tag adalah pengecekan terhadap tanda


yang ada pada part dan lihat dalam kode di dalam tanda
tersebut apakah Serviceable atau Unserviceable
2. Check historical data

Check historical data adalah pengecekan terhadap riwayat apa


saja yang pernah dialami pada part tersebut

3. Check defect report

Check defect report adalah pengecekan terhadap laporan


kecacatan pada part tersebut

4. Check inventory data


Check inventory data adalah pengecekan terhadap persediaan
part yang akan diganti

4.2.2 Disassembly

Dalam Disassembly ada 2 tahapan yaitu :

1. Disassembly Brake Assy

- Disassembly Housing
- Disassembly Black Plate
- Disassembly Disc Rotating
- Disassembly Disc Stasionary
- Disassembly Back Plate

2. Removal of Housing

- Remove Piston
- Remove Sleave
- Remove Holder
- Remove adapter bleeder and adapter inlet

Gambar 3. Disassembly Housing Gambar 4. Disassembly Back Plate Gambar 5. Remove piston

4.2.3 Cleaning

Dalam Cleaning ada 3 tahapan yaitu :

1. Bersihkan semua bagian yang akan digunakan dengan cairan


pembersih PD – 680
2. Keringkan semua bagian dengan udara yang terkompresi
3. Gunakan pengelupas cat dengan tipe MILL – T – 5459 untuk
mengelupaskan cat pada bagian Housing dan Back Plate
Gambar 6. Contoh Cleaning menggunakan pengelupas cat menggunakan

cairan tipe MiLL – T - 5459

4.2.4 Inspection

Dalam Inspection ada 2 tahapan yaitu :

1. Periksa secara visual / langsung untuk melihat


kegagalan struktur, kerusakan, crack atau korosi
2. Pemeriksaan menggunakan NDI ( Non Destructive
Inspection ) dan melihat TO 1C-130-36

Gambar 7. Contoh Kerusakan pada katub Valve

4.2.5 Repair and Replacement

Dalam Repair and Replacement ada 3 tahapan yaitu :

1. Mengganti bagian yang terkena dampak/kerusakan yang


telah melebihi batas perbaikan
2. Mengganti packing dan dust shield
3. Mengganti semua Pads pada Pressure Plate, Back Plate dan
Disc Stasionary
Gambar 8. Contoh gambar Multiple Disc Brake pesawat Hercules
C-130H yang sudah melakukan overhaul

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Salah satu bagian dalam pesawat terbang yaitu Brake, Brake pesawat
merupakan hal yang penting karena berfungsi sebagai pengereman pada
pesawat terbang pada saat landing maupun pada ground control. Pada pesawat
Hercules Tipe-H ini menggunakan tipe multiple disk brake. Khusus Brake pada
pesawat Hercules Tipe-Hini dilakukan servicing setiap 4000 – 6000 jam terbang.
Kemudian dilakukan inspeksi, apabila ditemukan adanya crack ataupun korosi
berat part tersebut tidak dapat digunakan kembali atau harus diganti dengan
yang baru.

5.2 SARAN

Menurut saya, masih banyak hal – hal yang harus diperhatikan dalam
disaassembly atau pembukaan pada part – part, karena apabila tidak sesuai
prosedur daripada maintenance manual itu sendiri akan menimbulkan kerusakan
pada part tersebut. Kemudian untuk kerapihan dan ketelitian untuk
menempatkan tools harus lebih rapih supaya apabila membutuhkan daripada
tools tersebut lebih mudah dicari.Dan harus pakai alat pelindung diri (APD)atau
alat keselamatan kerja untuk mencegah terjadinya insiden kecelakaan yang
dapat membahayakan keselamatan Pekerja.

5.3 PENUTUP

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi peningkatan kualitas laporan ini. Penulis berharap
laporan kerja praktek ini dapat memiliki manfaat bagi seluruh TARUNA-TARUNI
SMK NUSA DIRGANTARA LOMBOK TENGAH dan khususnya bagi penulis sendiri.
Demikian laporan kerja praktek yang penulis sajikan.

LAMPIRAN – LAMPIRAN

SEJARAH TEMPAT PRAKTEK

TNI ANGKATAN UDARA adalah bagian intregral dari TNI, merupakan inti
mantra dirgantara nasional dalam rangka menyelenggarakan pertahanan
Nasional di udara. Peran ini mengharuskan TNI Angkatan Udara untuk dapat
membentuk dan membina matra udara yang tangguh secara berkecepatan, daya
capai, daya tembus, daya tempur dan kekenyalan. Dalam
mewujudkan/mengoperasikan kekuatan yang sedemikian itu antara lain
diperlukan kesiapan pesawat terbang dengan daya guna yang optimal setiap
waktu. Dalam hal ini mutlak diperlukan kemampuan dukungan logistik yang
tangguh, termasuk dukungan pemeliharaan baik ditingkat ringan sedang
maupun berat.

KOHARMATAU merupakan Komando Utama TNI Angkatan Udara yang


bertugas pokok menyelenggarakan pemeliharaan pesawat terbang TNI Angkatan
Udara. Salah satu unsur KOHARMATAU yang melaksanakan pemeliharaan
tingkat berat pesawat terbang bersayap tetap dan bersayap putar, pemeliharaan
komponen, kalibrasi alat ukur presisi, pemeriksaan Non Destructive Inspection
(NDI), dan produksi materiil. Dalam pelaksanaan tugas pokok Depohar 10
membawahi 5 Satuan Pemeliharaan (Sathar) yang meliputi Sathar 11, Sathar
12, Sathar 13, Sathar14, Sathar 15, dan Sathar 16.Disamping tugas pokok
tersebut, Depohar 10 menyelenggarakan fungsi-fungsi kegiatan sebagai
berikut :

a) Melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat angkut ,latih dan helicopter


waktu.

b) Melaksanakan pemeliharaan komponen pesawat terbang dan kegiatan fabrikasi


untuk mendukung kesiapan pesawat di lanud-lanud maupun pesawat  dalam
pemeliharaannya.

c) Menyelenggarakan bantuan pemeliharan lapangan terhadap pesawat TNI


Angkatan Udara untuk mendukung kesiapan operasi di Skadron-Skadron dalam
jajaran Kopsau I, Kopsau II dan Kodikau.

d) Melaksanakan pemeliharaan tingkat ringan maupun sedang terhadap peralatan-


peralatan dan fasilitas pemeliharaan sesuai fungsi.

e)  Melaksanakan kalibrasi terhadap peralatan standart untuk mendukung


penyelenggaraan pemeliharaan pesawat terbang, yang terdapat di Satker-
satker, Lanud-lanud dalam jajaran TNI Angkatan Udara.

Fasilitas dan sarana produksi/peralatan kerja meliputi bangunan, hanggar,


bengkel dan gudang serta peralatan permesinan sebagian masih memakai
peninggalan pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang ditambah dengan
peralatan baru beserta penambahan bangunan lainnya.Dengan sarana dan
fasilitas yang ada sekarang Depohar 10 tidak pernah absen dalan operasi udara
dalam rangka pertahanan, keamanan, maupun tugas - tugas di bidang social
politik. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas ini adalah atas dasar keuletan
dan sikap mental yang dimiliki oleh seluruh warga Depohar 10 dalam
mengembangkan tugasnya. Maksud dari penulisan sejarah ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang peranan Depohar 10 berikut pertumbuhan dan
perkembangannya untuk diketahui oleh seluruh anggota terutama generasi
muda yang kelak sebagai pelaku peningkatan kemampuan untuk dijadikan titik
tolak mempersiapkan diri menerima tugas yang dibebankan oleh TNI Angkatan
Udara khususnya dan TNI pada umumnya.

Sekilas Periode Waktu Sebelum Diserahkan Kepada AURIS


·    Periode Tahun 1926-1942 (”LUCHVAART AFDELING”)

Kesatuan didirikan oleh pemerintah penjajahan Hindia Belanda, kira-kira


pada tahun 1926 - 1927 jadi sebelum perang dunia ke-II, tugas pokok dari
kesatuan ini adalah melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat terbang
dari angkatan perang pemerintahan Hindia Belanda. Adapun pesawat terbang
tersebut, adalah tipe “Gleen L. Martin”.Bewster Buffalo” dan Lockheed Loader
Star”. Kesatuan ini diberi nama “Luchvaart Afdeling” dan disingkat dengan “LA.”

·    Periode Tahun 1942/1945 (“Yosida Butai”)

Setelah pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun


1942, maka kesatuan ini digunakan untuk melaksanakan pemeliharaan tingkat
berat pesawat terbang, beserta overhaul komponen milik angkatan perang
kerajaan Jepang. Kesatuan ini diberi nama “Yosida Butai”. Adapun pesawat
terbang yang dipelihara pada waktu itu adalah tipe “Bomber Nakayama”,
“Mitzubisi”, “Nisikoren”, “Guntai”, “Hayakusa”,.dan “Cukiyu”. Kesatuan ini hanya
melayani pesawat-pesawat terbang yang dipelihara pada waktu ini adalah tipe
“Bomber Nakayama”, “Mitzubisi”, “Nisikoren”, “Guntai”, “Hayakusa”,.dan
“Cukiyu”. Kesatuan ini hanya melayani pesawat-pesawat terbang yang
beroperasi di front barat, yaitu Birma, Singapura, Cina Selatan, dan sekitarnya.

·    Periode Tahun 1945-1949 (“Eerst Vliegtuig Reparatie Basis”)

Pada waktu perjuangan fisik kesatuan ini dikuasai oleh tentara pendukung


sekutu khususnya tentara Belanda.Oleh Belanda kesatuan ini dinamakan “Eerst
Vliegtuig Reparatie Basis” yang disingkat IEVRB. Kesatuan ini melaksanakan
perawatan tingkat berat pesawat terbang tipe : B-25 “Mitchell”, P-51 “Mustang”.
A-169 ”Harvard”, L-4J ”Piper Cup”, C-47”Dacota” dan auster.

Tenaga-tenaga mekanik dari ”IEVRB” sebagian besar adalah anggota


”ML”. Anggota ”Yosida Butai” hampir semuanya keluar kota Bandung untuk ikut
bergerilya dengan kesatuan lain. Beberapa tenaga ahli/inti melaksanakan
tugasnya memperbaiki pesawat-pesawat terbang peninggalan tentara Jepang
yang belum dikuasai oleh pihak Belanda seperti pangkalan udara Cibaureum
Tasikmalaya, Maguwo, Yogyakarta, Maospati, Madiun. Pesawat terbang yang
berhasil dengan fasilitas, peralatan yang sangat terbatas dapat diterbangkan
antara lain tipe : ”Nishikoren, Hayabusha, serta Cureng” yang pernah digunakan
menyerang kedudukan tentara Belanda di Ambarawa dan Salatiga, Guntai yang
dipakai untuk membom tentara Belanda di Semarang.

Pertumbuhan dan Perkembangan DEPO PEMELIHARAAN 10

·    Periode tahun 1949/1957 (Asisten I Direktur Perawatan Teknik I)

Setelah menyerah ke kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949,


maka kesatuan ini diserahkan kepada AURIS dari ML, dengan tugas pokok
melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat terbang/ komponen milik
AURIS. Sesuai dengan keputusan Menpangau Nomor 96/50/Pen/53 tanggal 31
Desember 1953  dan  terhitung  pada tanggal 1 Januari 1950, dinamakan
Asisten I Direktur Perawatan Teknik I, sebagai pejabat Komandan ditunjuk
Letnan Udara I Nurtanio Pringgo Adi Suryo beliau menjabat sampai dengan
pamgkat Mayor Udara dan diganti pada tanggal 1 Juni 1957 oleh Kapten Udara
A. Patah yang menjabat sampai dengan 1 April 1958, Mayor Udara Nurtanio
setelah tidak aktif di kesatuan ini mendirikan  ”Depot Pembuatan Penelitian dan
Pengembangan” yang pada tahun 1960 dengan keputusan menpangau Nomor
480 Depot ini diresmikan menjadi lembaga yang diberi nama ”Lembaga
Persiapan Industri Penerbangan” dan disingkat menjadi ”LAPIP”. Pangkat
terakhir beliau adalah laksamana Muda Anumerta. Gugur pada bulan Maret 1966
bersama-sama komodor anumerta Supadio pada waktu bertugas melaksanakan
pengujian terbang/tes Flight pesawat terbang bukan produksi LAPIP.

Personil Dari Asisten I Direktur Perawatan Teknik I, sebagian besar adalah


bekas anggota Yosida Butai yang kembali dari daerah gerilya, lulusan sekolah
teknik udara Maospati Madiun dan sebagian lagi bekas anggota ML/Belanda.

·    Periode tahun 1957-1962 (”Depo Perawatan Teknik Udara 1”)

Berdasarkan surat  keputusan menpagau nomer 73 tahun 1957 terhitung


mulai tanggal 1 April 1957, kesatuan ini di ganti nama menjadi ” Depo
Perawatan Teknik Udara 1 ”. Dan memiliki tugas memelihara :

a)  Pesawat Pembom tipe B -25 Michel dan B-26 Invander


b)  Pesawat baru taktis tipe P-51 Mustang
c)  Pesawat angkut tipe C-47 Dakota
d)  Pesawat SAR/Intai tipe PBY-5A, UF -1 Albatros, Helicopter dan Otter.

Penggantian pimpinan pada perode ini Kapten Udara A. Patah diganti oleh
Kapten Udara Ir Suratman Darma Prawira. Kemudian pada tanggal 1 April 1958
Kapten Udara Ir Suratman  Darma Prawira, diganti oleh Mayor Udara GF Mambo.

·    Periode tahun 1962-1965 ( ” Depo Teknik 001”)

Pada tanggal 17 Juli 1962”  Depot Perawatan Teknik Udara 1 diganti


dengan nama ” Depo Teknik 001”, sesuai dengan surat keputusan menpagau
nomor 131 tahun 1962. Dalam periode ini terjadi penggantian pimpinan yaitu
Mayor Udara GF Mambo diganti oleh  Mayor Udara Sumartoyo.

·    Periode tahun 1965-1966 ( ” Depo Teknik 011”)

Berdasarkan surat keputusan menpagau nomor 17 tahun 1965 Depo


Teknik 001 menjadi Depo Teknik 011. Pengganti pimpinan dalam periode ini
adalah Mayor Udara Sumartoyo diganti oleh Mayor Udara Ir .Sukendro Wardoyo
dapa tanggal 1 April 1965.

·    Periode tahun 1966-1970 (”Wing Logistik 010”)

Pada tanggal 2 Mei 1966 dengan berdasarkan kepada keputusan


menpagau nomor 45 tahun 1966 depo teknik 011” diganti namanya menjadi ”
Wing Logistik 010”, perubahan nama ini diikuti juga dengan perubahan struktuk
organisasinya, baik esselon staff maupun pelaksana . Esselon staff organisasi
Wing Logistic 010 adalah :
a) Skadron Teknik 011 merupakan pelaksana kegiatan pemeliharaan tingkat berat
pesawat terbang.

b) Skadron Teknik 012 pelaksana  kegiatan untuk mendukung pemeliharaan


pesawat terbang di Skadron Teknik  011 dan pemeliharaan komponen di
Skadron Teknik 013.

c) Skadron Teknik 013 merupakan pelaksana kegiatan pemeliharaan komponen


pesawat terbang.

d) Skadron Materil 014 sebelumnya merupakan kesatuan berdiri sendiri dengan


nama Depo Materil 061, merupakan pelaksana kegiatan penerimaan ,
penyimpanan, pengeluaran materiil pesawat terbang.

e)  Gudang pemeliharaan pusat merupakan pelaksana pergudangan materiil


pesawat terbang untuk mendukung pemeliharaan di skatek-skatek lingkungan
Wing Logistik 010.

Penggantian pimpinan dalam periode ini adalah Mayor udara Ir. Sukendro
Wardono diganti oleh Mayor Udara Djukahdi A. pada awal tahun 1968.

·    Periode Tahun 1970-1978 (”Depo Logistik 010”)

Pada tanggal 1 juli 1970  sesuai dengan surat keputusan menpangau


nomor 57 tahun 1970 ” Wing Logistik 010”, namanya diganti menjadi ”Depo
Logistik 010”. Dengan adanya perubahan ini, Struktur organisasi juga
mengalami perubahan, baik ditingkat markas maupun kesatuan pelaksananya.
Pada periode ini peningkatan kemampuan Depo Logistik 010 adalah:

a) Pada tahun 1972 kesatuan pemeliharaan 15, memiliki kemapuan pemeliharaan


tingkat berat pesawat terbang C-130 Hercules.

b) Pada tahun 1976 kesatuan pemeliharaan 16 memiliki kemampuan pemeliharaan


tingkat berat pesawat terbang Helicopter jenis S-58T Twin Pack yang kemudian
berkembang sehingga mampu memelihara pesawat jenis puma SA 330, Huges
dan Solloy.

Struktur  organisasi Depo Logistic 010 garis besarnya adalah sebagai berikut :

        i.   Eselon Staff

a) Staff Pembinaan di ganti menjadi Dinas Pembinaan.

b) Inspeksi dari staff khusus ditingkat menjadi dinas pembinaan.

c) Seksi materiil disingkat menjadi dinas pembekalan.

d)    Staff khusus disederhanakan menjadi sekretariat umum dan


detasement markas.

      ii.   Eselon Pelaksana
a) Skadron Teknik diganti menjadi kesatuan pemeliharaan tingkat Sathar.

b) Skadron Materiil diganti menjadi Kesatuan pembekalan disingkat Satkal.

c) Gudang RPC ditingkatkan menjadi Seksi pusat proses perbaikan pesawat


terbang, disingkat P3KP.

d)    Pemeriksaan bahan dan kalibrasi ditingkatkan menjadi seksi inspeksi materiil


disingkat Siinsmat.

Periode tahun 1978-1985 ( ” Wing Matriil 10”)

Dengan keputusan Kasau nomor Kep/19/V/1978 terhitung mulai 23 Mei 1978 “Depo
Logistik 010”, diganti nama menjadi ” Wing Matriil 10”.
Peningkatan kemampuan pada periode ini adalah Bengkel Propeller, Instrument dan
Hydraulic dapat melaksanakan overhaul komponen propeller, instrument dan
hydraulic berbagai tipe pesawat terbang. Struktur organisasi sedikit mengalami
perubahan yaitu :

a) Staf khusus ditambah urusan pengadaan disingkat URADA dan Pemegang Kas


disingkat Pekas.

b) Kesatuan pemeliharaan di danti namanya menjadi Skadron Teknik Disingkat


Skatek.

c) Kesatuan pembekalan diganti namanya menjadi Skadron Materil di singkat


Skamat.

d)  Staf Skadron Teknik ditambah urusan materil disingkat Urmat.

Penggantian pimpinan dalam periode ini adalah Kolonel TPT Sutjiptadi


diganti oleh Letkol TPT Soemarmo pada tahun 1979. Selanjutnya Kolonel TPT
Soemarmo diganti oleh Kolonel I.M Sugeng pada tgl 25 Mei 1984.

Tugas pokok dan fungsi Wing Materil 10 adalah menyelenggarakan


pemeliharaan tingkat berat pesawat terbang dan Overhaul komponen-
komponennya, baik yang bersayap tetap (FixWing) maupun bersayap Putar
(rotari Wing) guna mendukung operasi udara TNI Angkatan Udara, sedangkan
fungsinya adalah sebagai berikut :

a) Melaksanakan pemeliharaan tingkat berat pesawat terbang bersayap tetap dan


putar.

b) Modifikasi dan perbaikan tingkat pesawat terbang.

c) ”Major Overhaul”dan ”Repair” komponen pesawat terbang.

d) Memberikan bantuan tenaga spesialis/ teknis untuk pemeliharaan pesawat


terbang di luar wing materiil 10.

e) Kalibrasi alat-alat ukur presisi yang digunakan dilingkungan TNI AU dan


pemeriksaan spare part dengan sistem NDI.
f)   Menerima, menyimpan dan menyalurkan meteril pesawat terbang untuk
menunjang kegiatan pemeliharaan pesawat terbang.

·    Periode Tahun 1985-1998 (“Depo Pemeliharaan Pesawat Terbang 10”)

Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor : Skep/01/III/1985 terhitung


tanggal 11 Maret 1985 “Wing Materiil 10” menjadi “ Depo Pemeliharaan Pesawat
Terbang 10” disingkat “Depopesbang 10”. Struktur organisasi mengalami
perubahan di antaranya :

a) Komandan Skadron Teknik diganti menjadi Kepala Bengkel Pemeliharaan di


singkat Kabenghar.

b) Komandan Detasemen Markas diganti menjadi Kepala Tata Usaha dan Urusan
Dalam disingkat Kataud.

c) Gudang pemeliharaan pusat SITE 4 GPP 14 menjadi Titik Bekal disingkat TB


berdasarkan Skep Dankoharmatau Nomor : Skep/11/VIII/1986 tanggal 6
Agustus 1986 sedangkan GPP1 dibawah pembekalan Materil Pusat.

d) Pusat Proses Perbaikan Komponen Pesawat Terbang (P3KP) menjadi Pusat


Proses Perbaikan (P3)

e) Dinas Insfeksi menjadi Pengendalian Kualitas (Dalkual)

f) Dinas Pembekalan (Diskal) ditiadakan dan dibentuk menjadi Seksi Administrasi


Materiil (Siminmat).

g) Bengkel Trasmisi Benghar 13 dipindahkan ke Benghar 16.

h)  Bengkel Radio dari Bengkel 13 diserahkan ke Bengkel 11.

Kegiatan pemeliharaan pesawat terbang tetap melanjutkan tugas pokok


dan fungsi yang lama.Dengan adanya perubahan GPP 14 menjadi GPP I dibawah
naungan Bekmatpus, maka tugas menerima dan menyimpan materil pesawat
terbang tidak lagi dibawah Depopesbang 10.

·    Periode Tahun 1998 sampai Sekarang (”Depo Pemeliharaan 10”)

Berdasarkan surat keputusan Kasau Nomor : Kep/4/II/1998 tanggal 3


Februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur kotama fungsional
TNI Angkatan Udara dan menyangkut perubahan nama ”Depo Pemeliharaan
Pesawat Terbang 10” menjadi ”Depo Pemeliharaan 10” dan disingkat ”Depohar
10”.Struktur organisasi mengalami sedikit perubahan diantaranya:

a) Kepala bengkel Pemeliharaan di ganti menjadi Komandan Satuan Pemeliharaan


disingkat Dansathar.

b) Kepala Pengendalian Kualitas disingkat Kadis Dalkual.


c) Seksi Diklat dihilangkan dan digabung ke Binpersman, kemudian Binpersman
diganti menjadi Seksi Binpers disingkat Sibinpers membawahi Subsi Minpers dan
Subsi Diklat.

d) Komandan Skadron Teknik diganti menjadi Kepala Bengkel Pemeliharaan di


singkat Kabenghar.

e) Komandan Detasemen Markas diganti menjadi Kepala Tata Usaha dan Urusan
Dalam disingkat Kataud.

f) Gudang pemeliharaan pusat SITE 4 GPP 14 menjadi Titik Bekal disingkat TB


berdasarkan Skep Dankoharmatau Nomor : Skep/11/VIII/1986 tanggal 6
Agustus 1986 sedangkan GPP1 dibawah pembekalan Materiil Pusat.

g) Pusat Proses Perbaikan Komponen Pesawat Terbang (P3KP) menjadi Pusat


Proses Perbaikan (P-3).

h) Dinas Insfeksi menjadi Pengendalian Kualitas (Dalkual).

i) Dinas Pembekalan (Diskal) ditiadakan dan dibentuk menjadi Seksi Administrasi


Materiil (Siminmat).

j) Bengkel Trasmisi Benghar 13 dipindahkan ke Benghar 16.

k) Bengkel Radio dari Bengkel 13 diserahkan ke Bengkel 11.

l) Kegiatan pemeliharaan pesawat terbang tetap melanjutkan tugas pokok dan


fungsi yang lama.Dengan adanya perubahan GPP 14 menjadi GPP I dibawah
naungan Bekmatpus, maka tugas menerima dan menyimpan materiil pesawat
terbang tidak lagi dibawah Depopesbang 10.
FOTO KEGIATAN PKL
Foto pada saat hari pertama melakukan praktek kerja lapangan Lanud
Husein Sastranegara Depohar 10

Foto pada saat hari pertama melakukan praktek kerja lapangan Di Sathar13

Depohar 1
Foto pada saat hari kedua melakukan praktek Cleaning bersama Praka Adam di
Sathar 13

Foto alat Torque meter yang berfungsi untuk mengencangkan bolt pada
batasan tertentu, tools ini digunakan dalam proses overhaul multiple brake
Hercules Tipe H

Foto alat pressure yang digunakan untuk mengisi fluida pada housing brake
Foto Alat Sun Blast yang digunakan untuk membersihkan korosi yang terjadi
pada disc brake

Foto Alat Sun Blast yang digunakan untuk membersihkan korosi yang terjadi
pada disc brake
Foto saat cleaning housing
Boeing Pada hari ke tiga praktek di BKL

PENUHIDROLIC Sathar13
Foto saat DisAssembly Brake Sistem pesawat Hercules Tipe-H bersama Poltu Rumana

Anda mungkin juga menyukai