Anda di halaman 1dari 17

PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

Pajak Penghasilan
Dosen pengampu :
Nurchayaning Dwi Kusumaningrum S.E.,M.A.,

Disusun oleh : Kelompok 2

Dina Uvida Kirana 190903101026


Avika Fitri Dewi 190903101039
Inge Dwi Agustin 190903101040
Redi Soviawan 190903101042
Andrian Akbar P 190903101047
Puput Cahya Pratitasari 190903101064
Dzulkifli Rizky Mahendra 190903101065

PRODI DIII PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
menyelesaikan tugas kelompok untuk mata kuliah pajak penghasilan yang kami
tempuh selama satu semester.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan, kritik dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik .

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih


banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna yang dikarenakan
minimnya pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki , oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan agar kami
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas lagi dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain serta memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi bangsa dan negara..

Jember, 02 Desember 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 4 AYAT (2) ................................1

KATA PENGANTAR ..................................................................................2

DAFTAR ISI .................................................................................................3

BAB I .............................................................................................................4

PENDAHULUAN .........................................................................................4
1.1 Latar Belakang .........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................5

BAB II............................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................6
2.1 Pengertian PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final .......................................6
2.2 Dasar Hukum ............................................................................................6
2.3 Subjek dan Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 ......................................................7
2.4 Alur pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) .....................................................9
2.5 Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat 2 ...........................9
2.6 Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2 .........................................10
2.7 Rincian tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ............................................................10

BAB III ........................................................................................................16

PENUTUP ...................................................................................................16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................16
3.2 Saran .......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan iuran wajib atau pungutan yang dibayar oleh
WajibPajak ( Orang yang membayar pajak) Kepada pemerintah berdasarkan
Undang-Undang dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
pemerintahdengan tanpa balas jasa yang di tunjukan secara langsung. Menurut
Prof. Dr. H.Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkanundang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbale(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untukmembayar pengeluaran umum.Di Indonesia maupun di
berbagai negara lainnya, pasti memiliki kebijakansetiap warga yang
berpenghasilan untuk melakukan pembayaran pajak kepadanegara. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pemasukan untukkas negara
yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan suatu negara.

PPh yang terutang dalam jangka waktu 1 tahunharuslah dilunasi oleh


wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan penghasilan yang
ada. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang PPh, PPhterdiri atas PPh
Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 25, PPh Pasal 23, PPh Pasal 22, PPhPasal
21,dll.PPh Pasal 4 ayat (2) yang merupakan pajak penghasilan yang
mengatur penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau ba
ngunan,usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan atau
bangunandikenai pajak bersifat final yang diatur dengan peraturan
pemerintah.Berdasarkan latar belakang diatas penulis memutuskan untuk
mengambil judul Prosedur Perhitungan dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final ?
b. Dasar hukum apa yang digunakan dalam PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final ?
c. Apa yang menjadi objek dan subyek dari PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final ?
d. Apa jenis-jenis PPH Pasal 4 ayat 2?
e. Bagaimana mekanisme pembayaran PPH Pasal 4 ayat (2)
f. Berapa tarif yang digunakan dalam PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final
b. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan PPH Pasal 4 ayat 2
c. Untuk mengetahui objek dan subyek dari PPH Pasal 4 ayat 2
d. Untuk mengetahui alur pemotongan PPH pasal 4 ayat 2
e. Untuk mengetahui jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPH Pasal 4 ayat 2
f. Untuk mengetahui mekanisme pembayaran PPH Pasal 4 ayat 2
g. Untuk mengetahui tarif PPH Pasal 4 ayat 2

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat menambah wawasan tentang PPh
Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final.
b. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan semoga dapat membantu pemerintah
dalam mengenalkan ke masyarakat Indonesia mengenai PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau
PPh Final.
c. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan rujukan atau tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 4 Ayat 2 Atau PPh Final


PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh
final adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak
pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan
pajaknya bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan
terutang.

Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam
sebuah masa pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian,
pengenaan pajak yang tepat waktu dan pertimbangan lainnya

2.2 Dasar Hukum


Peraturan-peraturan perpajakan yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:

1. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh;


2. PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP
Nomor 71 Tahun 2008;
3. PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5
Tahun 2002;
4. PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40
Tahun 2009;
5. Keputusan Menteri Keuangan 635/KMK.04/1994 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
243/PMK.03/2008;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
120/KMK.03/2002;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./2002.

2.3 Subjek dan Objek PPh Pasal 4 Ayat 2


Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 4 ayat )2) atau PPh Final ini
dikenakan pada jenis tertentu dari penghasilan atau pendapatan berupa:

a. Penghasilan berupa bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan lainnya


serta diskonto sertifikat Bank Indonesia
b. Penghasilan berupa bunga dari obligasi swasta dan obligasi negara
(SUN/Surat Utang Negara)
c. Penghasilan berupa bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota masing-masing
d. Penghasilan berupa hadiah berupa lotre/undian
e. Penghasilan dari transaksi saham/dividen dan surat berharga lainnya
f. Penghasilan dari transaksi industri perdagangan di bursa
g. Penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan mitranya yang diterima oleh perusahaan modal
ventura
h. Penghasilan dari transaksi atas pengalihan ndus dalam bentuk tanah
dan/atau bangunan
i. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
j. Penghasilan dari usaha real estate
k. Penghasilan dari sewa atas tanah dan/atau bangunan
l. Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan
Peraturan Pemerintah

Subjek yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2)/PPh Final

Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini dikenakan pada wajib pajak badan
maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka
dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.

Objek penghasilan yang dipotong PPh Final atau pajak UKM adalah usaha dengan
total peredaran bruto (omzet) kurang dari hingga Rp4,8 miliar dalam setahun.
Subjek pemotong PPh Pasal 4 ayat (2)/PPh Final

Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu. Pihak
pemungut ini terdiri dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong PPh
Pasal 4 ayat (2) dan wajib padak orang pribadi yang merupakan pemungut PPh
pasal 4 ayat (2) tanpa ditunjuk, di antaranya:

Wajib Pajak Badan

Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4
ayat (2), di antaranya:

a. Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk


b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli
c. Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi
d. Penyelenggara undian
e. Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar
dividen
f. Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak

Wajib Pajak Orang Pribadi

Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong PPh
Pasal 4 ayat (2), di antaranya:

a. Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
b. Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat
yang menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan
Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 4
ayat (2) adalah:

a. Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali


PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri

2.4 Alur pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)


Pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi penghasilan atau dibayar
sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan pajaknya sudah selesai
dan tidak dapat dikreditkan lagi dalam penghitungan PPh pada SPT Tahunan.

Namun jika WP menerima penghasilan yang merupakan objek


pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga
merupakan pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), maka atas penghasilan yang diterima
akan dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh si pihak pemotong tersebut.

Apabila WP menerima penghasilan yang merupakan objek jenis PPh Pasal


4 ayat (2) dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong),
maka WP tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut

2.5 Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 4 Ayat 2


Sedikitnya ada 5 kategori penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh
Final, yakni:

2 Penghasilan berupa hadiah undian.

3 Penghasilan bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari


hasil obligasi dan obligasi negara, serta bunga simpanan dari tabungan
yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya.

4 Penghasilan dari transaksi saham maupun transaksi sekuritas lainnya,


transaksi derivatif (baik kontrak maupun perjanjian) yang
diperdagangkan bursa, transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura.

5 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah atau bangunan,


usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah atau
bangunan.

6 Penghasilan tertentu lainnya yang diatur khusus oleh Peraturan


Pemerintah (PP)

2.6 Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2


Pembayaran Pajak Penghasilan final ini dilakukan dengan dua cara atau
mekanisme, yaitu :

1. Mekanisme Pemotongan
Mekanisme pemotongan di sini maksudnya adalah penyewa harus
memotong Pajak Penghasilan sebesar 10% dari uang sewa yang
dibayarkannya.Mekanisme dilakukan jika si penyewa adalah pihak-pihak yang
disebut sebagai pemotong pajak yaitu : badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi,
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Mekanisme Pembayaran Sendiri
Mekanisme pembayaran sendiri adalah mekanisme di mana pajak final
sebesar 10% dari uang sewa dibayarkan sendiri oleh pemilik
tanah/bangunan.Pada mekanisme ini, penyewanya bukan pihak-pihak yang
disebutkan di atas, maka pemilik tanah atau bangunan yang harus
menyetorkan sendiri pajak finalnya.

2.7 Rincian tarif PPh Pasal 4 Ayat 2


Besaran tarif PPh pasal 4 ayat 2 berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilan yang
dikenakan pajak. Berikut daftar tarif PPh pasal 4 ayat 2 menurut jenis
penghasilannya.
1. Tarif sebesar 25% untuk penghasilan berupa hadiah undian (PP No. 132
Tahun 2000).

2. Tarif sebesar 20% untuk penghasilan berupa bunga deposito serta jenis-
jenis tabungan dan obligasi negara (PP No. 131 Tahun 2000).

3. Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa bunga tabungan yang


dibayarkan koperasi kepada para anggota (PP No. 15 Tahun 2009).

4. Tarif masing-masing 0,1% dan 0,5% untuk penghasilan dari transaksi


penjualan saham pendiri dan saham bukan pendiri (PP. No 14 Tahun 1997).

5. Tarif sebesar 2,5% untuk penghasilan berupa transaksi derivatif yang telah
diperdagangkan bursa (PP No. 17 Tahun 2009).

6. Tarif sebesar 0,1% untuk penghasilan dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal (PP No. 4 Tahun 1995).

7. Tarif sebesar 5% untuk penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas


tanah atau bangunan dan usaha real estate (PP No. 71 Tahun 2008).

8. Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa persewaan tanah atau


bangunan (PP No. 5 Tahun 2002).

9. Tarif sebesar 2% hingga 6% untuk penghasilan berupa jasa konstruksi (PP


No. 51 Tahun 2008).

10. Tarif sebesar 10% untuk penghasilan atas dividen yang diterima oleh
wajib pajak orang pribadi dalam negeri (Pasal 17 ayat 2C).

11. Tarif sebesar 0 hingga 20% untuk penghasilan berupa bunga dari
kewajiban (PP No. 16 Tahun 2009).
Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 Final Untuk UMKM

Tarif pajak untuk UMKM, wiraswasta dan bisnis online ini menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 adalah 1 % (satu
persen) yang dipotong dari total omzet penjualan (peredaran bruto) per bulan.

Contohnya :

Dalam 1 bulan jumlah total penghasilan (omzet) yang didapat salah satu UMKM
ini adalah sebesar Rp55.000.000.

PPh pasal 4 ayat 2 final atas penghasilan tersebut adalah sebesar: Rp55.000.000 x
1% = Rp550.000

Tarif PPh Final Jasa Konstruksi

Dalam peraturan perundang-undangan di bidang konstruksi ada ketentuan


bahwa sebelum mengajukan mengajukan permohonan untuk meminta surat izin
usaha jasa konstruksi, pengusaha harus terlebih dahulu mengajukan sertifikasi dan
registrasi kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) untuk
memperoleh Sertifikat Badan Usaha (SBU). Ini semacam dokumen formal yang
menyatakan kemampuan atau kompetensi dari si pengusaha jasa konstruksi.
Dalam kesehariannya, SBU ini sering hanya disebut dengan kualifikasi usaha atau
sertifikat kualifikasi usaha.

Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu bahkan


dibagi ke dalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan besar. Menurut
Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan tersebut didasarkan pada
apa yang disebut ‘grade’ yaitu tingkat kemampuan atau kompetensi dari si
kontraktor, seperti tampak pada tabel berikut:

Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi :

KUALIFIKASI KELOMPOK GRADE KOMPETENSI PERUNTUKAN


Kecil K3 Grade 1 Rp. 0 Juta s.d Pengusaha,
Rp. 100 Juta Perorangan,
Badan Usaha
Kecil K2 Grade 2 Rp 100 Juta s.d. Pengusaha,
Rp 300 Juta Perorangan,
Badan Usaha
Kecil K1 Grade 3 Rp 300 Juta s.d Pengusaha,
Rp 600 Juta Perorangan,
Badan Usaha
Kecil Grade Rp 600 Pengusaha,
4 Juta s.d Perorangan,
Rp 1 Badan Usaha
Milyar
Menengah M Grade 5 Rp 1 Milyar s.d. Badan Usaha
Rp 10 Milyar
Besar B2 Grade 6 Rp 1 Milyar s.d. Badan Usaha
Rp 25 Milyar
Besar B1 Grade 7 Rp 1 Milyar s.d. Badan Usaha
tidak dibatasi (termasuk asing)

Tetapi dalam kenyataannya tidak sedikit pengusaha jasa konstruksi


(kontraktor) yang tidak memiliki sertifikat tersebut. Ada juga kontraktor yang
tidak memperpanjang masa berlaku sertifikat kualifikasi usaha. Asal tahu saja,
sertifikat kualifikasi usaha itu memiliki masa berlaku layaknya SIM atau KTP.
Kalau tidak salah, masa berlaku SBU atau sertifikat kualifikasi usaha ini selama 3
tahun.

Kembali ke soal tarif PPh Final jasa konstruksi, menurut PP Nomor 51


Tahun 2008 tarif untuk kontraktor yang punya SBU atau sertifikat kualifikasi
usaha dibedakan dengan tarif untuk kontraktor yang tidak punya SBU (termasuk
kontraktor yang masa berlaku SBU-nya sudah habis tetapi tidak atau belum
diperpanjang).

Tarif PPh Final jasa konstruksi sebagaimana ditetapkan oleh PP Nomor 51 Tahun
2008 adalah seperti berikut :

Jasa Syarat
Tarif
Perencanaan jika kontraktor mempunyai sertifikat
Konstruksi 4% kualifikasi usaha (SBU); atau
jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat
6% kualifikasi usaha
Pelaksanaan jika kontraktor mempunyai sertifikasi
Konstruksi 2% kualifikasi usaha kecil (kelompok Grade 1,
Grade 2, Grade 3 dan Grade 4);
jika kontraktor mempunyai sertifikasi
3% kualifikasi usaha menengah maupun besar
(kelompok Grade 5, Grade 6 maupun Grade 7);
atau
jika kontraktor tidak mempunyai sertifikasi
4% kualifikasi usaha.
Pengawasan jika kontraktor mempunyai sertifikat
Konstruksi 4% kualifikasi usaha; atau
jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat
6% kualifikasi usaha.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat 2

PT Mulya Abadi merupakan perusahaan konstruksi yang mempunyai


kualifikasi dalam usaha kelas menengah. Tuan Rocky adalah seorang
konsultan sipil yang mempunyai sertifikasi dalam perencanaan konstruksi
dengan kualifikasi usaha kecil. Nilai proyek berdasarkan kontrak sebesar Rp
5.000.000.000 (tidak termasuk PPN).

Pembayaran dilakukan berdasarkan progres pembangunan yang telah


dilaporkan. Pada pertengahan 2018, telah dilakukan pembayaran terhadap
pelaksanaan konstruksi kepada PT Mulya Abadi tertanggal 13 Juli 2018
dengan jumlah Rp 1.750.000.000 atas tagihan tanggal 11 Juli 2018 dengan
kode nomor Faktur Pajak 010.000-15.00000830.

Pembayaran untuk kontrak perencanaan konstruksi ke Tuan Rocky


dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2018 dengan jumlah Rp 65.000.000, atas
tagihan tanggal 7 Juli 2018 kode nomor seri Faktur Pajak 010.000-
15.00000950.

Kewajiban pajak yang harus dipenuhi adalah:


Pemotongan/Pemungutan PPh
Bendahara Inspektorat Provinsi memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 atas jasa
konstruksi, yaitu:

1) Pelaksanaan konstruksi PT Mulya Abadi dibayar pada 13 Juli 2018:


Rp 1.750.000.000 x 3% = Rp 52.500.000
2) Perencanaan Konstruksi oleh Tuan Rocky yang dibayar pada 7 Juli 2018:
Rp 65.000.000 x 4% = Rp 2.600.000

Pemungutan PPN
Bendahara Inspektorat Provinsi mengambil Pajak Pertambahan Nilai
(PPH) sebesar 10% atas transaksi jasa konstruksi.
1) Pelaksanaan konstruksi oleh PT Mulya Abadi dibayar pada 13 Juli 2018:
Rp 1.750.000.000 x 10% = Rp 175.000.000
2) Perencanaan konstruksi oleh Tuan Rocky dibayar pada 5 Juli 2018:
Rp 65.000.000 x 10% = Rp 6.500.000
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ) dikenakan
atas beberapa jenis penghasilan dengan pemotongan yang bersifat final dan tarif
yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, Pajak
Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ini disebut juga sebagai PPh Final.
Salah satu objek PPh Pasal 4 Ayat 2 adalah omzet penjualan usaha (di bawah
Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun), baik yang dimiliki wajib pajak badan maupun orang
pribadi. Tarifnya adalah 0,5 persen dari total omzet penjualan per bulan.
Cara termudah hitung dan setor pajak final ini, sekaligus mendapatkan
lampiran PDF laporan tahunannya secara otomatis adalah dengan
menggunakan aplikasi PPh Final 0,5% OnlinePajak.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.
DAFTAR PUSTAKA

METRO, KPPN . PPh Pasal 4 ayat 2 . http://kppnmetro.org/pph-pasal-4-ayat-


2/?fdx_switcher=true [ Diaskses Online 2 Desember 2020 ]

Prabandaru, Ageng . 2 0 1 9 . P P H P A S A L 4 A Y A T 2 , B A G A I M A N A
KETENTUAN PERPAJAKANNYA . https://klikpajak.id/blog/berita-
regulasi/pph-pasal-4-ayat-2-bagaimana-ketentuan-perpajakannya/ [ Diakses Pada
2 Desember 2020 ]

DJP . PPh Pasal 4 ayat (2) . https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-4-ayat-2


[ Diakses Pada 2 Desember 2020 ]

Anda mungkin juga menyukai