Anda di halaman 1dari 14

PERPAJAKAN

PPH PASAL 4 AYAT 2

Disusun Oleh:
I Gusti Agung Ayu Inten Parwati Dewi (08)
Ni Made Wulan Sukmayanti (25)
Ni Luh Febriani (31)

KELOMPOK 5
REGULER B MALAM
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat rahmat-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini ditulis guna memenuhi
Tugas dari mata Kuliah Perpajakan materi PPH Pasal 4 Ayat 2.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak kendala yangpenulis hadapi. Akan tetapi, berkat
bimbingan dosen pengajar, kendala itu berangsur-angsur dapat diatasi. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Beliau sehingga makalah ini dapat
penulis selesaikan.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tulisan-
tulisan berikutnya. Kepada yang telah rela memberikan kritik dan saran, penulis ucapkan terima
kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 13 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Definisi PPH 4 Ayat 2......................................................................................................6
2.2 Subyek Pajak....................................................................................................................7
2.3 Obyek PPH Pasal 4 ayat 2.................................................................................................8
2.4 Jatuh Tempo PPH Pasal 4 Ayat 2.....................................................................................9
2.5 Pemungutan PPH Pasal 4 ayat 2.....................................................................................10
2.6 Perhitungan PPH Pasal 4 Ayat 2.....................................................................................10
BAB III. PENUTUP......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Soal Latihan....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2018:1). Di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya,
pasti memiliki kebijakan setiap warga yang berpenghasilan untuk melakukan pembayaran
pajak kepada negara. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pemasukan
untuk kas negara yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan suatu negara. Pajak
ini sendiri bersifat memaksa terhadap seluruh warga negara atau wajib pajak untuk
menaatinya.
Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis pajak, salah satunya Pajak Penghasilan
(PPh), yang merupakan pajak terhitung atas dasar penghasilan yang didapatkan, antara lain
penghasilan dari pendapatan berupa gaji, penghasilan dari laba usaha, penghasilan yang
berupa hadiah, dan penghasilan yang berupa pendapatan bunga. PPh yang terutang dalam
jangka waktu 1 tahun haruslah dilunasi oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan
penghasilan yang ada. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang PPh, PPh terdiri atas
PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 25, PPh Pasal 23, PPh Pasal 22, PPh Pasal 21,dll.
Pajak terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah pajak penghasilan pasal 4
ayat 2 atau PPh yang bersifat final. PPh pasal 4 ayat 2 adalah pajak yang dikenakan pada
wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka
dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final. PPh pasal 4 ayat 2 adalah pajak yang
dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis
penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi PPH Pasal 4 ayat 2?
2. Apa subyek PPH Pasal 4 ayat 2?
3. Apa obyek PPH Pasal 4 ayat 2?
4. Bagaimana jatuh tempo PPH Pasal 4 ayat 2?
5. Bagaimana pemungutan PPH Pasal 4 ayat 2?

4
6. Bagaimana perhitungan PPH Pasal 4 ayat 2?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, didapatkan tujuan penulis dalam pembuatan makalah
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa definisi PPH Pasal 4 ayat 2
2. Untuk mengetahui apa subyek PPH Pasal 4 ayat 2
3. Untuk mengetahui apa obyek PPH Pasal 4 ayat 2
4. Untuk mengetahui bagaimana jatuh tempo PPH Pasal 4 ayat 2
5. Untuk mengetahui bagaimana pemungutan PPH Pasal 4 ayat 2
6. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan PPH Pasal 4 ayat 2

5
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi PPH 4 Ayat 2

Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atau disebut juga PPh final adalah pajak yang dikenakan
pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang
mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final. PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final
adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang bersifat final dan
tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang. Pajak penghasilan final adalah
pajak penghasilan yang bersifat final, yang berarti setelah melunaskan pajak yang terutang,
maka kewajiban pajak telah terselesaikan. Pajak penghasilan yang telah dikenakan pajak
penghasilan final tidak perlu digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat tidak final (Thomas Sumarsan, 2017:215). Istilah final di sini
berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa pajak dengan
pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat waktu dan
pertimbangan lainnya.

Pajak penghasilan Pasal 4 Ayat (2) dikenakan pada jenis tertentu dari penghasilan berupa
bunga dari deposito, bunga dari obligasi, bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota masing-masing, hadiah berupa undian, transaksi saham, transaksi derivatif
perdagangan di bursa, transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan
yang diterima oleh perusahaan modal usaha, transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk
tanah atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, usaha sewa atas tanah atau
bangunan, penghasilan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan
Peraturan Pemerintah.

Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) adalah sebagai berikut:
1. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
2. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan
tariff berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap
Wajib Pajak luar negeri.

6
Pemotongan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 tidak dilakukan terhadap:
1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia sepanjang
jumlah deposito dan tabungan serta sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi
Rp. 7.500.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia
2.2 Subyek Pajak
Menurut Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 terdapat dua
jenis subyek pajak yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Subyek pajak
juga dibagi menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek Pajak
dalam negeri adalah:

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.
a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah.
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Sedangkan Subjek Pajak luar negeri dalam Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh)


Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan.

7
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2.3 Obyek PPH Pasal 4 ayat 2


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi

8
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia

Kemudian penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.
e. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah.

2.4 Jatuh Tempo PPH Pasal 4 Ayat 2


Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak yang mempunyai peredaran
bruto (omzet) tertentu disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak. Sementara untuk pelaporannya, apabila sudah validasi
NTPN maka Wajib Pajak tidak perlu lapor lagi.
a. PPh Pasal 4 ayat (2) berupa bunga, deposito, tabungan, dan diskonto SBI
disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak.
b. PPh Pasal 4 ayat (2) berupa transaksi penjualan saham disetorkan paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penjualan saham.

9
Sementara dilaporkan paling lambat tanggal 25 setelah bulan terjadinya
penjualan saham.
c. PPh Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian disetorkan paling lambat tanggal 10
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak dan dilaporkan paling lambat 20
hari setelah berakhirnya masa pajak.
2.5 Pemungutan PPH Pasal 4 ayat 2
Terdapat dua mekanisme pembayaran pajak yang bisa diterapkan. Yang pertama
yaitu mekanisme pembayaran pajak yang dilakukan sendiri. Ini mengacu pada
pembayaran tarif pajak 10% dari jumlah yang dibayarkan. Selanjutnya yaitu mekanisme
pemotongan yang dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan. Dimana yang
bersangkutan merupakan pihak pemotong pajak. Dimana pihak pemotong pajak ini
termasuk badan, bentuk usaha, kerja sama operasi, perwakilan perusahaan, hingga orang
pribadi.

Untuk PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh final di antara dua perusahaan, maka objek
pajaknya juga berbeda. Apabila terjadi transaksi diantara keduanya, maka pihak yang
membayar penghasilan adalah pihak yang harus membayarkan pajak. sedangkan pihak
yang menerima pembayaran, tidak perlu untuk melakukan pembayaran pajak.
pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final ini hanya dihitung sekali setiap bulan
berikutnya. Dengan melakukan validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
sebagai bukti sudah melakukan pembayaran. Pembayaran tersebut dilakukan untuk setiap
tahun di akhir bulan Maret dan dilaporkan dalam SPT.

2.6 Perhitungan PPH Pasal 4 Ayat 2


Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) yang dikenakan kepada Wajib Pajak baik orang
pribadi maupun badan akan merujuk pada sumber-sumber penghasilan yang
diperolehnya. Berikut ini tarif dari setiap objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2):

1. Tarif sebesar 20% dikenakan atas bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), serta jasa giro. Ketentuan tarif ini diatur lebih lanjut dalam PP
Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK Nomor 51/KMK.04/2001.

10
2. Tarif sebesar 10% dikenakan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada para anggotanya (kecuali bunga dibawah Rp 240 ribu tidak dikenakan pajak).
Ketentuan ini lebih lanjut diatur dalam PP Nomor 15 Tahun 2009.
3. Tarif sebesar 10% dikenakan atas dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang tidak menginvestasikan dividennya di dalam negeri dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak dividen diperoleh. Apabila diinvestasikan, maka
tidak dikenakan pajak. Ketentuan ini sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 (UU HPP).
4. Tarif sebesar 10% dikenatan terhadap persewaan atas tanah dan/atau bangunan.
Ketentuan ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
5. Tarif sebesar 0% - 20% dikenakan atas bunga obligasi (surat utang negara) dan SUN
lebih dari 12 bulan. Ketentuan ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh
dan PP Nomor 16 Tahun 2009.
6. Tarif sebesar 25% dikenakan atas hadiah undian atau lotre. Ketentuan ini lebih lanjut
diatur dalam PP Nomor 132 Tahun 2000.
7. Tarif sebesar 0,5% dikenakan atas transaksi penjualan saham pendiri dan tarif sebesar
0,1% dikenakan atas transaksi saham bukan pendiri.
8. Tarif sebesar 5% dikenakan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
termasuk usaha real estate. Sedangkan, tarif sebesar 1% dikenakan atas pengalihan
rumah sederhana dan rumah susun sederhana.
9. Tarif sebesar 0,1% dikenakan atas transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyerahan modal pada perusahaan pasangannya yang diperoleh perusahaan modal
ventura.
10. Tarif sebesar 2,5% dikenakan atas transaksi derivatif berjangka panjang yang sudah
diperdagangkan di bursa. Ketentuan ini lebih lanjut diatur dalam PP Nomor 17 Tahun
2009.

Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi sesuai PP Nomor 9 Tahun 2022 adalah
sebagai berikut:

1. Tarif sebesar 1,75% dikenakan terhadap pelaksana jasa konstruksi kecil dengan
sertifikasi

11
2. Tarif sebesar 4% dikenakan terhadap pelaksana jasa konstruksi tanpa sertifikasi
3. Tarif sebesar 2,65% dikenakan terhadap pelaksana konstruksi menengah dan besar
4. Tarif sebesar 2,65% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan
usaha;
5. Tarif sebesar 4% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan
usaha;
6. Tarif sebesar 3,5% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh
penyedia jasa konstruksi yang mempunyai sertifikasi usaha;
7. Tarif sebesar 6% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh
penyedia jasa konstruksi yang tidak mempunyai sertifikasi usaha.

2.6.1 Contoh Perhitungan PPH Pasal 4 Ayat 2

1. Perhitungan PPH atas Bunga Deposito, Tabungan dan Diskonto KBI


Soal:
Aditya uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar Rp. 100.000.000
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut Aditya menerima
bunga setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000. berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga deposito Aditya?
Jawab:
PPH Pasal 4 Ayat 2 yang dipotong Bank ABC adalah 20% x Rp. 1.000.000 =
Rp. 200.000
Pajak deposito per tahun = Rp. 200.000 x 12 bulan = Rp. 2.400.000
2. Pemotongan dan perhitungan pph pasal 4 ayat 2 atas undian hadiah
Soal:
PT Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan
undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp100,000.000,00. PPh Pasal
4 Ayat 2 yang dipotong oleh PT Dipta adalah?
Jawab:
25% x Rp100.000.000,00 = Rp25.000.000,00

12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atau disebut juga PPh final adalah pajak
yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis
penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final. Subyek pajak
yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Subyek pajak juga dibagi
menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Yang menjadi objek pajak
adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak. Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak yang mempunyai
peredaran bruto (omzet) tertentu disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak. Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) yang dikenakan kepada Wajib Pajak
baik orang pribadi maupun badan akan merujuk pada sumber-sumber penghasilan
yang diperolehnya.

3.2 Soal Latihan


1. Desi menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar Rp. 50.000.000
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut Desi menerima bunga
setiap bulan sebesar Rp. 500.000. berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas
bunga deposito Desi?

13
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta: Penerbit Andi
Sumarsan, Thomas. (2017). Perpajakan Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Indeks
Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008

14

Anda mungkin juga menyukai