Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KELOMPOK 1
PERPAJAKAN
“BEA MATERAI”

DI SUSUN OLEH KELAS 4C AKUNTANSI MANAJERIAL :


1. Thesa Imas Rizki Nanda Sari (18651065)
2. Cindy Yuni Astuti (18651066)
3. Ongky Prasetiawan (18651070)
4. Aldy Syahrudin Pratama (18651072)
5. Rodhi Madhani (18651079)
6. Ryan Wiranata Putra (18651083)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2020
Makalah Bea Materai |i

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
kesempatan yang Allah berikan bagi kelompok kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mengenai BEA MATERAI. Pada kesempatan ini,
kami sebagai kelompok satu ingin mengucapkan terima kasih kepada peserta
kelompok satu yang telah memberikan waktu, pikiran, dan pendapatnya masing-
masing sehingga makalah mengenai BEA MATERAI dapat diselesaikan dengan
baik.
Dan terima kasih yang sebesar-besarnya tidak lupa kami ucapkan kepada
Bapak Dr. La Ode Hasiara, Drs., S.E., M.M., M.Pd., Ph.D., Ak., CA yang
telah memberikan bimbingan kepada kami kelompok satu dalam proses
pembuatan makalah ini. Adapun makalah mengenai BEA MATERAI disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “PERPAJAKAN” dan kami sebagai
kelompok satu menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik dalam penulisan maupun penyusunan.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
hasil Pendidikan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Samarinda, 04 Juni 2020

Penyusun
Makalah Bea Materai | ii

DAFTAR ISI HALAMAN

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 1

1.1......................................................................................................................... Latar Belakang


........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.2......................................................................................................................... Tujuan
........................................................................................................................ 2
1.4......................................................................................................................... Manfaat
........................................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan..................................................................................................... 3

2.1......................................................................................................................... Dasar Hukum Be


........................................................................................................................ 3
2.2......................................................................................................................... Pengertian Bea M
........................................................................................................................ 4
2.3......................................................................................................................... Objek dan bukan
........................................................................................................................ 4
2.4......................................................................................................................... Tarif Bea Matera
........................................................................................................................ 7
2.5......................................................................................................................... Benda Materai da
........................................................................................................................ 8

Bab III Penutup ......................................................................................................... 15

3.1......................................................................................................................... Saran
........................................................................................................................ 15
3.2......................................................................................................................... Kesimpulan
........................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 17


Makalah Bea Materai | iii
Makalah Bea Materai |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bea Materai merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas
yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,
keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak yang berkepentingan)
yang menurut Undang-Undang Bea Materai (UU No 13 Tahun 1985 tentang
Bea Materai), menjadi obyek Bea Materai. Atas setiap dokumen yang menjadi
objek Bea Materai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea
Materai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen itu digunakan.
Bea Materai yang dimaksud diatas adalah Materai tempel dan kertas
Materai yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang
dimaksud yaitu tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk
pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau
tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan. Dokumen yang harus dikenakan
Bea Materai adalah dokumen yang menyatakan nilai nominal sampai jumlah
tertentu (Materai Rp 6.000 digunakan untuk dokumen yang memuat jumlah
uang lebih dari Rp 1.000.000 dan Materai Rp 3.000 digunakan untuk dokumen
yang memuat jumlah uang Rp 250.000 – Rp 1.000.000) dokumen yang
bersifat perdata dan dokumen yang digunakan dimuka pengadilan. Secara
Umum dokumen yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang
berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan
pembayaran pajak dan dokumen negara.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa dasar hukum Bea Materai ?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Bea Materai ?
1.2.3. Apa saja objek dan bukan objek Bea Materai ?
1.2.4. Bagaimana penetapan tarif Bea Materai ?
1.2.5. Apa itu benda materai dan bagaimana cara pelunasannya ?
Makalah Bea Materai |2

1.3. Tujuan
1.3.1. Agar pembaca mengetahui dasar hukum Bea Materai
1.3.2. Agar pembaca mengetahui pengertian Bea Materai
1.3.3. Agar pembaca mengetahui objek dan bukan objek Bea Materai
1.3.4. Agar pembaca mengtahui penetapan tarif Bea Materai
1.3.5. Agar pembaca mengetahui benda materai dan cara pelunasannya

1.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca
sehingga pembaca dapat memahami tentang Bea Materai.
Makalah Bea Materai |3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Hukum Bea Materai


2.1.1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
2.1.2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif
Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang
Dikenakan Bea Materai.
2.1.3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
15/PMK.03/2005 Tentang Bentuk, Ukuran, Warna, Dan Desain
Materai Tempel Tahun 2005.
2.1.4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tentang
Pelunasan Bea Materai dengan Menggunakan Cara Lain.
2.1.5. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 tentang Tatacara
Pelunasan Bea Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai
Lunas dengan Mesin Teraan.
2.1.6. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122c/PJ./2000 tentang Tatacara
Pelunasan Bea Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Materai
dengan Teknologi Percetakan.
2.1.7. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 tentang Tatacara
Pelunasan Bea Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Materai
dengan Sistem Komputerisasi.
2.1.8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 tentang
Pelunasan Bea Materai dengan Cara Pemeteraian Kemudian.
2.1.9. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 tentang Tatacara
Pemateraian Kemudian.
2.1.10. Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 tentang Dokumen Perbankan yang
dikenakan Bea Materai.
Makalah Bea Materai |4

2.2. Pengertian Bea Materai


Bea Materai adalah pajak tidak langsung yang dipungut secara
insidentil (sekali pungut) atas dokumen yang disebut oleh Undang-Undang
Bea Materai yang digunakan masyarakat dalam lalu lintas hukum sehingga
dokumen tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti dimuka pengadilan. 
Dengan kata lain, Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi
pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau
nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Beberapa istilah terkait Bea Materai
2.2.1. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti
dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang
dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2. Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2.2.3. Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan
termasuk pula paraf, teraan atau cap tandatangan atau cap paraf, teraan
cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tandatangan.
2.2.4. Pemateraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang
Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.
2.2.5. Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang
diserahi tugas melayani permintaan pemeteraian kemudian.

2.3. Obek dan bukan objek Bea Materai


          2.3.1. Objek Bea Materai
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan materai adalah
dokumen menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen
yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di muka
pengadilan, antara lain :
Makalah Bea Materai |5

2.3.1.1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat


kuasa, surat hibah, surat pernyataan) yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2.3.1.2. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
2.3.1.3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
termasuk rangkap-rangkapnya.
2.3.1.4. Surat yang memuat jumlah atau harga nominal yang
dinyatakan dalam mata uang asing yaitu:
2.3.1.4.1. Yang menyebutkan penerimaan uang.
2.3.1.4.2. Yang menyatakan pembukuan uang atau
penyimpanan uang dalam rekening bank.
2.3.1.4.3 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
2.3.1.4.4. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang
seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
2.3.1.5. Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep.
2.3.1.6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2.3.1.7. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan serta surat-
surat uang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan
oleh orang lain, lain dari maksud semula, yang akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
2.3.1.8. Cek dan bilyet giro.

2.3.2. Bukan Objek Bea Materai


Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Materai adalah:
2.3.2.1. Dokumen yang berupa :
2.3.2.1.1. Surat penyimpanan barang;
2.3.2.1.2. onosemen.
2.3.2.1.3. Surat angkutan penumpang dan barang.
Makalah Bea Materai |6

2.3.2.1.4.  Keterangan pemindahan yang dituliskan diatas


dokumen surat penyimpanan barang, konosemen,
dan surat angkutan penumpang dan barang.
2.3.2.1.5. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang.
2.3.2.1.6. Surat pengiriman barang untuk dijual atas
tanggungan pengirim.
2.3.2.1.7. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan
surat-surat di atas.
2.3.2.2. Segala bentuk ijazah
2.3.2.3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan
kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
2.3.2.4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas Negara dan kas
Pemerintah Daerah.
2.3.2.5. Kwitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan
lainnya yang dapat disamakan dengan itu ke kas Negara serta
Kas Pemerintah.
2.3.2.6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern
organisasi.
2.3.2.7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang
tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-
badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
2.3.2.8. Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
2.3.2.9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan
nama dan bentuk apapun.
2.3.2.10.Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro)
mempunyai tidak lebih dari Rp 250.000 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak terutang Bea
Materai.
Makalah Bea Materai |7

2.4. Tarif Bea Materai


2.4.1. Tarif Bea Materai Rp. 6.000 untuk dokumen sebagai berikut :
2.4.1.1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2.4.1.2. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
2.4.1.3. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama
nominalnya lebih dari Rp 1.000.000
2.4.1.4. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di
muka Pengadilan, yaitu :
2.4.1.4.1. Surat- surat biasa dan surat kerumahtanggaan.
2.4.1.4.2. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea
Materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan untuk tujuan lain
atau digunakan oleh orang lain selain dari tujuan
semula.
2.4.2. Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan
sebagai berikut :
2.4.2.1. Nominal sampai Rp 250.000 tidak dikenakan Bea Materai.
2.4.2.2. Nominal antara Rp 250.000 s/d Rp 1.000.000 dikenakan Bea
Materai Rp 3.000
2.4.2.3. Nominal di atas Rp. 1.000.000 dikenakan Bea Materai Rp
6.000
2.4.3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Materai dengan tarif sebesar Rp
3.000,- tanpa batas  pengenaan besarnya harga nominal.
2.4.4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga
nominal sampai dengan Rp 1.000.000 dikenakan Bea Materai Rp 3.000
sedangkan yang mempunyai nominal lebih dari Rp 1.000.000
dikenakan Bea Materai Rp 6.000
2.4.5. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
tercantum dalam surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal
sampai dengan Rp 1.000.000 dikenakan Bea Materai Rp 3.000
Makalah Bea Materai |8

sedangkan yang mempunyai nominal lebih dari Rp 1.000.000


dikenakan Bea Materai Rp 6.000
Saat dan Pihak yang Terutang Bea Materai :
2.4.6. Saat terutang bea materai adalah saat sebelum dokumen yang terutang
bea materai tersebut digunakan. Dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 1985
disebutkan saat terutangnya bea materai sebagai berikut :
2.4.6.1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak
Saat terutangnya bea materai atas dokumen yang dibuat
oleh satu pihak adalah pada saat dokumen diserahkan kepada
pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, misalnya cek.
2.4.6.2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen
tersebut telah selesai dibuat, yang ditutup dengan tanda tangan
dari pihak-pihak yang bersangkutan.
2.4.6.3. Dokumen yang dibuat di luar negeri
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen
tersebut digunakan di Indonesia.
2.4.7. Pihak yang terutang bea materai
Bea materai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang
mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain.

2.5. Benda Materai dan Cara Pelunasannya


2.5.1. Cara Pelunasan
2.5.1.1. Menggunakan benda materai : Materai tempel dan kertas
materai.
Pelunasan dengan benda materai ini bisa dilakukan
dengan cara biasa yaitu oleh Wajib Pajak sendiri dan dapat
pula dilakukan melalui pemateraian kemudian oleh pejabat
pos.
Makalah Bea Materai |9

Dalam menempelkan materai tempel dan menggunakan


kertas materai harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (pasal
7 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU No. 13 Tahun 1985) :
2.5.1.1.1. Materai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan
utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang
dikenakan bea materai.
2.5.1.1.2. Materai tempel direkatkan di tempat dimana tanda
tangan akan dibubuhkan
2.5.1.1.3. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan
pencantuman tanggal, bulan dan tahun dilakukan
dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga
sebagian tanda tangan ada di kertas dan sebagian
lagi di atas materai tempel.
2.5.1.1.3. Jika digunakan lebih dari satu materai tempel, tanda
tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua
materai tempel dan sebagian di atas kertas.
Bila pelunasan bea materai dilakukan dengan
menggunakan kertas materai maka harus memperhatikan hal-
hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7 UU No. 13
Tahun 1985 sebagai berikut :
2.5.1.1.4. Kertas materai yang sudah digunakan tidak boleh
digunakan lagi (ayat (7))
2.5.1.1.5.  Jika isi dokumen yang dikenakan bea materai
terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas
kertas bea materai yang digunakan, maka untuk
bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan
kertas tidak bermaterai (ayat (8))
2.5.1.1.6. Bila ketentuan penggunaan dan cara  pelunasan bea
materai tidak dipenuhi, dokumen yang bersangkutan
dianggap tidak bermaterai (ayat (9))
Makalah Bea Materai | 10

2.5.1.2. Menggunakan cara lain sesuai ketentuan Pasal 1


Kep.No.133b/2000, yaitu :
Dengan pencetakan kata  “LUNAS BEA
MATERAI” di atas dokumen tersebut yang dicetak dengan
menggunakan :
2.5.1.2.1. Mesin Teraan Materai.
2.5.1.2.2. Teknologi Percetakan.
2.5.1.2.3. Sistem Komputerisasi.
2.5.1.2.4. Alat lain dengan teknologi tertentu.
Pelunasan Bea Meterai dengan cara lain harus
mendapat izin tertulis dari DirJen Pajak, dan hasil
pencetakannya harus dilaporkan juga ke DirJen Pajak (Pasal 2
Kep.No.133b/2000).
Dokumen yang dibuat di Luar Negeri pada saat akan
digunakan di Indonesia harus telah dilunasi dengan cara
pemateraian kemudian. Selain itu, sesuai dengan bunyi pasal
10 UU No. 13 Tahun 1985, pemateraian kemudian dilakukan
pula terhadap :
2.5.1.2.5. Dokumen yag akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan.
2.5.1.2.6. Dokumen yang bea materainya tidak atau kurang
dilunasi ditambah denda.

2.5.2. Ketentuan Khusus


Pejabat pemerintah, hakim, panitera, juru sita, notaris dan pejabat
umum lainnya yang masing-masing tengah berada dalam tugas dan
jabatannya tidak dibenarkan :
2.5.2.1. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang
bea materainya tidak atau kurang bayar.
2.5.2.2. Melekatkan dokumen yang bea materainya tidak atau kurang
dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang
berkaitan.
Makalah Bea Materai | 11

2.5.2.3. Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari


dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dibayar
2.5.2.4. Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak
atau kurang dibayar sesuai dengan tarif bea materainya
2.5.2.5. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini, dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.5.3. Sanksi Administratif


Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya peanggaran yang
mengakibatkan Bea Materai yang harus dilunasi kurang bayar sebagai
berikut :
2.5.3.1. Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea
Materai tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
dikenakan denda administratif 200 % dari Bea Materai yang
tidak atau kurang dibayar.
2.5.3.2. Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud
dalam point (2.5.3.1.) harus melunasi Bea Materai terutang
berikut dendanya dengan cara pemateraian kemudian.

2.5.4. Daluwarsa
Kewajiban pemenuhan bea materai dan denda administrasi yang
terutang menurut UU Bea Materai menjadi daluwarsa setelah lampau
waktu 5 tahun tanggal dokumen dibuat. Sesuai dengan ketentuan dalam
KUHP, maka barang siapa :
2.5.4.1. Meniru atau memalsukan materai tempel, kertas materai atau
meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk
mensahkan materai.
2.5.4.2. Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan
atau memasukkan ke negara Indonesia materai palsu, yang
dipalsukan atau yag dibuat dengan melawan hak.
Makalah Bea Materai | 12

2.5.4.3. Yang sengaja menggunakan, menjual, menawarkan,


menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke
negara Indonesia materai yang mereknya, capnya, tanda
tangannya atau tanda sahnya atau tanda waktunya telah
dihilangkan seolah-olah materai itu belum dipakai dan atau
menyuruh orang lain menggunakannya melawan hak.
2.5.4.4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang
diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan
untuk meniru dan memalsukan benda materai.
Ketentuan dalam pasal 14 UU No. 13 Tahun 1985 mengenai
ketentuan pidana menyebutkan bahwa akan dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 tahun (tindak pidana kejahatan) bagi barang
siapa yang dengan sengaja menggunakan cara lain pelunasan bea
materai atas dokumen tanpa izin menteri keuangan.

2.5.5. Pelunasan Bea Materai dengan Pemateraian Kemudian


2.5.5.1. Dasar Hukum :
2.5.5.1.1. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
476/MM.03/2002
2.5.5.1.2. Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-02/PJ.53/2003
2.5.5.1.3. Surat Edaran No. SE-01/PJ.53/2003
2.5.5.2. Besarnya Pelunasan Bea Materai Dengan Cara Pemateraian
Kemudian :
2.5.5.2.1. Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea
Materai namun akan digunakan sebagai alat bukti di
Pengadilan adalah sebesar Bea Materai yang
terutang sesuai denggan peraturan yang berlaku pada
saat pemateraian kemudian.
2.5.5.2.2. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
adalah sebesar Bea Materai yang terutang.
Makalah Bea Materai | 13

2.5.5.2.3. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan


digunakan di Indonesia adalah sebesar Bea Materai
yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku
pada saat pemateraian kemudian.

2.5.6. Sanksi atas Pemateraian Kemudian


2.5.6.1. Denda sebesar 200 % dari Bea Materai yang tidak atau kurang
dilunasi untuk point (2.5.5.2.2)
2.5.6.2. Denda sebesar 200% dari Bea Materai terutama untuk point
(2.5.5.2.3) apabila pemateraian kemudian dilakukan setelah
dokumen digunakan.

2.5.7. Objek Pemateraian Kemudian


2.5.7.1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
2.5.7.2. Dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya.
2.5.7.3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia.

2.5.8. Mekanisme Pemateraian Kemudian


2.5.8.1. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Materai Tempel :
2.5.8.1.1. Pemegang dokumen membawa dokumen ke Kantor
Pos terdekat.
2.5.8.1.2. Pemegang dokumen melunasi Bea Materai yang
terutang atas dokumen yang dimateraikan kemudian
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 476/KMK.03/2002.
2.5.8.1.3. Pemegang dokumen yang Bea Materainya tidak atau
kurang dilunasi dikenakan denda administrasi
sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau
Makalah Bea Materai | 14

kurang dilunasi dengan menggunaan SSP kode MAP


0174.
2.5.8.1.4. Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan
SSP dicap TELAH DIMATERAIKAN
KEMUDIAN SESUAI UU NO. 13 Tahun 1985 Jo
476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan
tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos
bersangkutan.
2.5.8.2. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Surat Setoran Pajak :
2.5.8.2.1. Membuat daftar dokumen yang akan dimateraikan
kemudian.
2.5.8.2.2. Membayar Bea Materai terutang berdasarkan Pasal 4
SKMK No. 476/KMK.03/2002
2.5.8.2.3. Pemegang dokumen yang bea materainya tidak atau
kurang dilunasi dikenakan denda administrasi
sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau
kurang dilunasi dengan menggunakan SSP terpisah
dengan SSP yan digunakan untuk memateraikan
kemudian.
2.5.8.2.4. Cara Pengisian SSP sebagai berikut :
2.5.8.2.4.1. SSP yang digunakan untuk melunasi
pemateraian kemudian diisi dengan
Kode Jenis Pajak (MAP) 0171.
2.5.8.2.4.2. SSP yang digunakan untuk membayar
denda administrasi diisi dengan Kode
Jenis Pajak (MAP) 0174.
2.5.8.2.4.3. Daftar Dokumen yang telah
dimateraikan kemudian dan SSP yang
digunakan untuk membayar
pemateraian kemudian dicap TELAH
DIMATERAIKAN KEMUDIAN
SESUAI UU NO. 13 Tahun 1985 No
Makalah Bea Materai | 15

476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos


disertai dengan tanda tangan, nama dan
nomor pegawai Pejabat Pos
bersangkutan.
Makalah Bea Materai | 16

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga,
dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu
sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan.
Bea materai digunakan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan penerimaan uang, ataupun untuk surat-surat berharga yang
penggunaannya telah diatur oleh menteri keuangan, adapun jenisnya berupa
materai tempel dengan nominal Rp 3.000 dan Rp 6.000 maupun materai
kertas yang biasanya digunakan untuk surat berharga seperti surat tanda tamat
belajar maupun akta tanah.Penggunaan bea materai dalam dokumen-dokumen
tersebut adalah sebagai alat pengesahan dokumen tersebut.
Bea materai terdiri dari objek materai dan objek tidak kena materai.
Penggunaan materai juga harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pelanggaran terhadap Bea Materai akan dikenai sanksi, baik sanksi
administratif maupun sanksi pidana.

3.2. Saran
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga,
dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu
sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan.Sebagai warga Negara yang baik kita harus mengerti tentang Bea
Materai, serta dapat menggunakannya sesuai aturan yang berlaku agar tidak
terkena sanksi.
Makalah Bea Materai | 17

DAFTAR PUSTAKA
http://rezekiamaliyah.blogspot.com/2017/02/makalah-perpajakan-bea
materai.html
Mardiasmo.2018.Perpajakan Edisi Terbaru.Yogyakarta:Andi.

Anda mungkin juga menyukai