Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Dosen Pengampun : Jaka Darmawan, S.E., Ak., M.Ak., CA., CPA., CMA.

Disusun oleh:

1. Lestari Wulandari (2112120003)


2. Dea Anisa Sentia (2112120027)
3. Albert (2112120020)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perpajakan dengan materi
“Pajak Penghasilan Pasal 22” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberi oleh Bapak Jaka Darmawan, S.E., Ak., M.Ak., CA., CPA., CMA.
pada mata kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ‘Pajak Penghasilan Pasal 22’ bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan. kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung , 05 April 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Definisi umum PPh pasal 22.....................................................................3
2.2 Dasar hukum PPh pasal 22........................................................................3
2.3 Pemungut pajak ........................................................................................4
2.4 Objek PPh pasal 22...................................................................................7
2.5 Kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22............................................8
2.6 Saat Terutangnya PPh pasal 22.................................................................9
2.7 Tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22................................11
2.8 Sifat pemungutan ......................................................................................13
2.9 Menghitung PPh pasal 22..........................................................................13
2.10 Contoh penghitungan ...............................................................................19
2.11 Surat pemberitahuan masa dan bukti pemotongan....................................29
BAB III PENUTUP ........................................................................................31
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................31
3.2 Saran .........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................33

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau penguasa
setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya
bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak juga merupakan
gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa ada masyarakat,
tidak mungkin ada suatu pajak. Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat
untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat
umum.

Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara
langsung. Pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan


pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang. dan badan-badan tertentu baik badan
pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain. Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal
22 adalah Pasal 22 Undang-undang Pajak Penghasilan, selanjutnya diikuti dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008 berlaku sejak 31 Agustus
2010.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi umum PPh pasal 22?
2. Apa saja dasar hukum PPh pasal 22?

1
3. Siapa saja pemungut pajak ?
4. Apa saja objek PPh pasal 22?
5. Apa saja kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22?
6. Apa saja saat terutang PPh pasal 22?
7. Bagaimana tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22?
8. Bagaimana sifat pemungutan PPh pasal 22?
9. Bagaimana cara penghitungan PPh pasal 22?
10. Bagaimana contoh penghitungan PPh pasal 22?
11. Bagaimana surat pemberitahuan masa dan bukti pemotong ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi umum PPh pasal 22
2. Untuk mengetahui dasar hukum PPh pasal 22
3. Untuk mengetahui pemungut Pajak
4. Untuk mengetahui objek pajak PPh pasal 22
5. Untuk mengetahui kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22
6. Untuk mengetahui saat terutangnya PPh pasal 22
7. Untuk mengetahui tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22
8. Untuk mengetahui sifat pemungutan PPh pasal 22
9. Untuk mengetahui cara penghitungan PPh pasal 22
10. Untuk mengetahui contoh penghitungan PPh pasal 22
11. Untuk mengetahui surat pemberitahuan masa dan bukti pemotong

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi umum PPh pasal 22


Pajak Penghasilan Pasal 22, selanjutnya disingkat menjadi PPh Pasal 22
merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara lain, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintahan maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
PPh Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau pemungutan
oleh pihak-pihak tertentu. Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang bersifat final
dan tidak final.

2.2 Dasar hukum PPh pasal 22


Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas UU No. 7 tentang Pajak Penghasilan.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran
atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang impor atau Kegiatan
Usaha di Bidang Lain.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau
Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

3
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Serta Pemotongan
dan/atau Pemungutan Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi
Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.010/2022 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang impor atau
Kegiatan usaha di Bidang Lain.
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata
Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokos Wajib Pajak
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak serta
Pemotongan dan/atau Pemungutan Penyetoran dan Pelaporan Pajak bagi
instansi Pemerintah.

2.3 Pemungut pajak


Pasal 22 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa Menteri Keuangan dapat
menetapkan hal-hal berikut ini:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
2. Badan- badan tertentu yang memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungut PPh Pasal 22 adalah.
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek
PPh Pasal 22 impor barang.
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah, Instansi atau

4
tembaga Pemerintah dan lembaga lembaga negara lainnya, berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada
pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang
meliputi
a. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Telekomunikasi indonesia
(Persero) Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi
Karya (Persero) Tbk PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero).
b. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang dan/atau banan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang in usaha pertambangan.

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22
saat penjualan adalah :

5
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan
has produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang
merupakan industri hulu termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:
a. Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan
dan perikanan, dan
b. menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015,
pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak
badan yang melakukan penguatan barang yang tergolong sangat mewah.

Di bawah ini daftar barang yang tergolong sangat mewah berdasarkan Peraturan
Dirjen Pajak Nomor 19/PJ/2015.
a. Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi.
b. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya.
c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari
400 m? (empat ratus meter persegi).

6
d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah) atau luas
bangunan lebih dari 150 m2 (seratus lima puluh meter persegi).
e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle
(MPV), minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari
Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc.
f. Kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih
dari 250 cc.

2.4 Objek PPh pasal 22


Objek PPh Pasal 22 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
34/PMK.010/2017 adalah:

1. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral


logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya
3. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang
persediaan (UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit
surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
5. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara); diatur
dalam pasal 22 e

7
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, yang merupakan industri hulu, industri otomotif, dan
industri farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir.
9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh
wajib pajak badan; diatur dalam pasal 22 ayat 1.

2.5 Kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22


Daftar kegiatan yang dikecualikan atau tidak dikenakan PPh Pasal 22 di
antaranya:

1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.
Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas
PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:

 yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea


masuk hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor
atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor
(EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena
pengimpornya tidak membayar bea masuk sebagaimana mestinya;

8
 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6
Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah
dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973;
 berupa kiriman hadiah;
 untuk tujuan keilmuan.

3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja


negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000 (bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.

2.6 Saat Terutangnya PPh pasal 22


Saat terutangnya PPh Pasal 22, dibedakan sebagai berikut
No
Jenis Kegiatan Saat Terutang PPh Pasal 22
.
1. Impor Barang Terutang dan dilunasi bersamaan
dengan saat pembayaran bea masuk.
Apabila pembayaran bea masuk
ditunda atau dibebaskan dan tidak
termasuk pengecualian Pemungutan
PPh pasal 22, PPh pasal 22 terutang
dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan
Pabean atas impor.
2. Ekspor komoditas tambang Terutang dan dilunasi bersamaan
batubara, mineral, logam, dan dengan saat penyelesaian dokumen
mineral bukan logam. pemberitahuan Pabean atas ekspor.
3. Pembelian barang oleh Terutang dan dipungut pada saat
pemungutan pajak (Bendahara pembayaran kepada rekanan.

9
pemerintah dan KPA, bendahara
pengeluaran, KPA atau pejabat
penerbitan SPM).
4. Badan-badan tertentu yaitu Terutang dan dipungut pada saat
BUMN dan badan usaha tertentu pembayaran kepada rekanan.
yang dimiliki secara langsung
oleh BUMN (PT pupuk
Sriwijaya Palembang, PT
Petrokimia Gresik, PT Pupuk
Kujang, PT pupuk Kalimantan
Timur dan lain-lain).
5. Penjualan hasil produksi usaha Terutang dan dipungut pada saat
industri semen, industri kertas, penjualan.
industri baja, industri otomotif,
industri farmasi.
6. Penjualan kendaraan bermotor Terutang dan dipungut pada saat
oleh ATPM, APM dan importir penjualan.
kendaraan bermotor.
7. Penjualan bahan bakar minyak, Terutang dan dipungut pada saat
bahan bakar gas, dan pelumas. penerbitan Surat Perintah pengeluaran
barang (delivery order)
8. Pembelian bahan-bahan hasil Terutang dan dipungut pada saat
kehutanan, perkebunan, pembelian.
Pertanian, Peternakan oleh badan
industri.
9. Pembelian batubara, mineral Terutang dan dipungut pada saat
logam, dari badan atau orang pembelian.
pribadi pemegang izin usaha
pertambangan.
10 Penjualan emas batangan oleh Terutang dan dipungut pada saat
Badan Usaha yang melakukan

10
penjualan emas batangan di penjualan.
dalam negeri.
11. Penjualan barang yang Terutang dan dipungut pada saat
tergolong sangat mewah. penjualan.

2.7 Tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22


Pemungutan dan penyetoran pph pasal 22 dilakukan oleh dan dengan cara tertentu
berdasarkan transaksi atau kegiatan sebagai berikut.
No
Pemungutan Penyetoran
.
1. Pemungutan PPh pasal 22 atas PPh disetor oleh impor yang
impor barang. bersangkutan atau Ditjen bea dan
cukai melalui pos persepsi, Bank
divisi persepsi atau Bank persepsi
menggunakan SSP, Surat Setoran
Pabean Cukai dan pajak (SSPCP)
yang berfungsi sebagai bukti
pemungutan pajak.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas PPh disetor oleh eksportir yang
ekspor komoditas tambang bersangkutan melalui Pos Persepsi
batubara, mineral logam, dan Bank Divisa Persepsi atau Bank
mineral bukan logam. Perseps menggunakan SSP Surat
Setoran Pabean Cukal dan Pajak
(SSPCP) yang berfungsi sebagai
bukti pemungutan pajak.
3. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Wajib disetor oleh pemungut ke Kas
Pemungut Pajak (Bendahara Negara melalui Pos Persepsi, bank
Pemerintah, Kuasa Pengguna Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh

11
Anggaran (KPA), Bendahara Menteri Keuangan menggunakan
Pengeluaran, Pejabat Penerbit surat setoran pajak.
Surat Perintah Membayar atas Pemungut pajak wajib menerbitkan
delegasi KPA). bukti pemungutan pajak rangkap tiga
(lembar pertama untuk Wajib Pajak,
lembar kedua untuk KPP sebagai
lampiran SPT, lembar ketiga sebagai
arsip pemungut yang bersangkutan).
4. PPh Pasal 22 oleh: PPh wajib disetor oleh pemungut
a. Badan usaha tertentu melalui Pos Persepsi, Bank Divisa
meliputi BUMN dan badan Persepsi atau Bank Persepsi
usaha tertentu yang menggunakan SSP.
dimiliki secara langsung Pemungut pajak wajib menerbitkan
(PT Pupuk Sriwidjaja Bukti Pemungutan PPh Pasal 22
Palembang, PT Petrokimia dalam rangkap tiga.
Gresik, PT Pupuk Kujang.
PT Pupuk Kalimantan
Timur, dan yang lain).
b. Badan usaha industri
tertentu (industri semen,
industri kertas, industri
baja, industri otomotif,
industri farmasi).
c. CATPM, APM, dan
importir kendaraan
bermotor
d. Produsen dan importir
bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan
pelumas.
e. Badan usaha industri atau

12
eksportir yang membeli
bahan berupa hasil
kehutanan, perkebunan,
pertanian,
peternakan,perikanan.
f. Badan usaha yang
melakukan pembelian
tambang batubara, dan
lain-lain.
g. Badan usaha yang menjual
emas batangan
di dalam negeri.

PPh Pasal 22 untuk setiap kegiatan dilaporkan dengan menggunakan surat


pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak oleh pihak-pihak yang
melakukan pemungutan Pelaporan PPh Pasal 22 atas impor barang dan ekspor
komoditas tambang batubara mineral logam dan mineral bukan logam dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pelaporan PPh Pasal 22 atas kegiatan
selain impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara mineral logam dan
mineral bukan logam lainnya dilakukan oleh Pemungut pajak.

2.8 Sifat pemungutan


Pemungutan PPh Pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final. Pemungutan pajak
bersifat final artinya pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak melalui
pemungutan oleh pihak lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan
pada total PPh yang terutang pada akhir suatu tahun saat pengisian SPT Tahunan
PPh. Sebaliknya, pemungutan pajak bersifat tidak final berarti pajak yang sudah
dipungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat dikreditkan/diperhitungkan
sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak
yang dipungut.

13
Setiap kegiatan yang dipungut PPh Pasal 22 bersifat tidak final. Khusus untuk
PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas oleh
produsen atau importir, pemungutan PPh Pasal 22 bersifat final untuk penyerahan
kepada penyalur atau agen, sedangkan bersifat tidak final untuk penjualan kepada
selain penyalur/agen.

2.9 Menghitung PPh pasal 22


PPh Pasal 22 dihitung dengan mengalikan tarif dan dasar pengenaan pajak. Daur
pengenaan pajak dalam PPh Pasal 22 meliputi nilai impor, nilai ekspor, dan harga
bel atas pembelian barang oleh instansi tertentu atau harga jual atas penjualan
hasil produksi oleh usaha bidang tertentu.
PPh Pasal 22 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
Tarif dan dasar pengenaan pajak untuk setiap kegiatan yang dikenakan PPh Pasal
22 dijelaskan dalam tabel berikut:
No Dasar
Objek Pajak (Kegiatan) Tarif PPh Pasal 22
. Pengenaan
1. Impor barang
a. Barang tertentu 10% Nilai Impor 10% x Nilai
(Lampiran PMK No. impor
110/PMK.010/2018
huruf A); dengan atau
7,5% Nilai Impor
tanpa menggunakan
7,5% x Nilai
API.
impor
b. Barang tertentu lainnya
(Lampiran PMK No.
110/ PMK.010/2018
0,5% Nilai Impor
huruf B); dengan atau
tanpa menggunakan
0,5% x Nilai
API.
impor
c. Barang berupa kedelai,
gandum, tepung terigu

14
(Lampiran PMK No. 2,5% Nilai Impor
110/ PMK.010/2018
huruf C); dengan
menggunakan API. 2,5% x Nilai

d. d.Barang selain pada 7,5% Nilai Impor impor

huruf a, huruf b, dan


7,5% Harga jual
huruf c; menggunakan
lelang
API.
7,5% x Nilai
e. Barang pada huruf c dan
impor
tidak menggunakan
API.
7,5% x Harga
f. Barang
jual lelang
yang tidak dikuasai
2. Ekspor Ekspor komoditas 1,5% Nilai ekspor 1.5% x Nilai
tambang batubara, mineral ekspor
logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh
eksportir, kecuali yang
dilakukan oleh Wajib Pajak
yang terikat dalam perjanjian
kerja sama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak
Karya (Lampiran PMK No.
110/ PMK.010/ 2018 huruf D)
3. Pembelian barang oleh 1,5% Harga 1,5% x Harga
Pemungut Pajak (Bendahara pembelian pembelian
Pemerintah, Kuasa Pengguna tidak
Anggaran (KPA), Bendahara termasuk PPN
Pengeluaran, Pejabat Penerbit
Surat Perintah Membayar atas

15
delegasi KPA).
4. Pembelian barang dan/atau 1,5% Harga 1,5% x Harga
bahan-bahan untuk keperluan pembelian pembelian
kegiatan oleh Badan usaha tidak (tidak
tertentu meliputi BUMN dan termasuk PPN termasuk
badan usaha tertentu yang PPN)
dimiliki secara langsung (PT
Pupuk Sriwidjaja Palembang
dan yang lain).
5. Penjualan hasil produksi/impor
bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas oleh produsen atau
importir : 0,25% Nilai 0,25% x nilai

a) Penjualan bahan bakar penjualan penjualan

minyak kepada SPBU tidak (tidak

(yang dibeli dan termasuk PPN termasuk

Pertamina atau anak PPN)


0,3%
perusahaan Pertamina)
Nilai
b) Penjualan bahan bakar
penjualan 0,3% x nilai
minyak kepada SPBU
tidak penjualan
(yang dibeli selain dari
termasuk PPN (tidak
Pertamina atau anak 0,3%
termasuk
perusahaan Pertamina)
PPN)
c) Penjualan bahan bakar
Nilai
minyak kepada selain a) 0,3%
penjualan
dan d)
tidak 0,3% x nilai
d) Penjualan bahan bakar
termasuk PPN penjualan
gas 0,3%
Nilai (tidak
penjualan termasuk
tidak PPN)
e) Penjualan pelumas

16
termasuk PPN 0,3% x nilai
Nilai penjualan
penjualan (tidak
tidak termasuk
termasuk PPN PPN)
0,3% x nilai
penjualan
(tidak
termasuk
PPN)
6. Penjualan hasil produksi
kepada distributor di dalam
negeri oleh badan usaha yang
bergerak di dalam bidang: 0,25% Dasar 0,25% x

a) Industri semen pengenaan Dasar


0,1% PPN pengenaan
(penjualan semua jenis
semen) Dasar PPN
0,3% pengenaan 0,1% x Dasar
b) Industri kertas
PPN pengenaan
0,45% Dasar PPN
c) Industri baja (penjualan
baja) pengenaan 0,3% x Dasar
PPN pengenaan
d) Industri otomotif Dasar PPN
(penjualan semua jenis pengenaan 0,45% x
kendaraan bermotor, PPN Dasar
0,3%
beroda dua atau lebih, pengenaan
tidak termasuk alat PPN
berat)

Dasar
e) Indutri farmasi
pengenaan
(penjualan semua jenis

17
obat) PPN 0,3% x Dasar
pengenaan
PPN
7. Penjualan kendaraan bermotor 0,45% Dasar 0,45% x
di dalam negen oleh ATPM, pengenaan Dasar
APM, dan importir umum PPN pengenaan
kendaraan bermotor, tidak PPN
termasuk alat berat.
8. Pembelian bahan-bahan hasil 0,25% Harga 0,25% x
kehutanan, perkebunan, pembelian Harga
pertanian, peternakan, dan tidak pembelian
perikanan yang belum melalui termasuk PPN tidak
proses industri manufaktur oleh termasuk PPN
badan usaha industri.
9. Pembelian batubara, mineral 1,5% Harga 1,5% x Harga
logam, dari badan atau orang pembelian pembelian
pribadi pemegang izin usaha tidak tidak
pertambangan. termasuk PPN termasuk PPN
10. Penjualan emas batangan oleh 0,45% Harga jual 0,45% x harga
badan usaha yang melakukan emas batang jual
penjualan emas batangan di
dalam negeri.
11. Penjualan barang tergolong 5% Harga barang 5% x harga
sangat mewah oleh Wajib Pajak barang
yang melakukan penjualan.

Keterangan:
a) Nilai Impor: nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea
Masuk, yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea
Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepabeanan dibidang impor.

18
Cost merupakan harga faktur, insurance merupakan biaya asuransi antar-
daerah pabean, freight merupakan biaya angkut (pengapalan) antardaerah
pabean.
b) Nilai ekspor adalah nilai Free on board (FOB)
c) Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai (DPP PPS dapat berupa harga
pembelian atau harga penjualan, merupakan nila atau harga tertentu yang
menjadi hak pengusaha kena pajak atau penjual.
Besarnya DPP PPN ditentukan sebagai berikut:
1. Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas barang mewah (PPHBM),
besarnya DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan.
2. Jika harga pembelian/penjualan termasuk Pajak Pertambahan Nila,
besamya DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan dibagi
110.
DPP PPN (100 ÷ 110) Harga pembelian/penjualan
3. Jika harga pembelian/penjualan termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang mewah, besarnya DPP PPN sama
dengan harga pembelian/penjualan dibagi 110 ditambah tarif
PPBM
DPP PPN (100 ÷ (110+ tarif PPBM)) x Harga
pembelian/penjualan
Jika tarif PPriBM sebesar 20%,
DPP PPN (100 ÷ (110+ 20)) x Harga pembelian/penjualan
DPP PPN (100 ÷ 130) x Harga pembelian/penjualan
d) Besarnya tarif pemungutan dinaikkan 100% apabila Wajib Pajak tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Hal ini berlaku untuk pemungutan
PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final.

2.10 Contoh penghitungan


Contoh 1.a
PT anda adalah importir telah memiliki api pada desember

19
2018 ,melakukan impor barang (pakaian selam) dari jepang dengan harga
faktur USD100.000. Biaya Asuransi dan Biaya angkut pengapalan barang
dari jepang ke dalam daerah pabean (indonesia) masing masing sebesar
0,5% dan 10% dari harga faktur biaya tersebut dibayar oleh pt anda. Tarif
bea masuk 10% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah Pabean adalah
Rp.10.000.000 Kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan pada saat itu
adalah USD1 = Rp. 14.500, sedangkan dengan kurs BI adalah USD1 =
Rp.14.540. Hitung Pph Pasal 22 Yang harus dibayar oleh Pt anda
PPh Pasal 22 dihitung sebagai berikut.
1. Menghitung nilai impor
 Harga faktur (cost) USD100.000
 Biaya asuransi (insurance): 0,596 x USD100.000 USD 500
 Biaya angkut (freight): 10% x USD 100.000 USD10.000(+)
CIF (cost, insurance, freight) USD110.500
Bea maşuk: 10% x USD110.500 USD11.050(+)
Nilaİ İmpor USD121.550
Nilai impor (dalam rupiah):USD 121.550 x Rp14.500
Rp1.762.475.000
Pungutan lain yang sah di daerah pabean RP 10.000.000(+)
Nilai Impor (NI) Rp1.772.475.000
2. Menghitung PPh Pasal 22-lmpor Besarnya PPh Pasal 22 adalah:
10% x Rp1.772.475.000 RP177.247,500
*) Pakaian selam termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan
PPh Pasal 22 dengan tarif 1096 (Lampiran PMK
No.110/PMK.010/2018 huruf A), dengan atau tanpa menggunakan
API.
Contoh I.b.
PT Bunda tidak menggunakan API. Pada Desember 2018, melakukan impor
barang (tas olahraga) dari Negara X dengan harga faktur USD100.000, Biaya
asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam daerah
pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 6% dari harga faktur.

20
Biaya tersebut dibayar oleh PT Bunda. Tarifbea maşuk dan bea maşuk
tambahan masing-masing 1096 dan 2096 dari CIE Pungutan lain yang sah di
daerah Pabean adalah Rp10,000.000 Kurs yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan pada saat itü adalah USDI Rp14.500, sedangkan kurs BI adalah
USD1 Rp14.540, Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Bunda.
1. Menghitung nilai impor
 Harga faktur (cost) USD 100,000
 Biaya asuransi (insurance) : 2% x USD 100.000 USD 2.000
 Biaya angkut (freight): 6% x USD100.000 USD 6.000 (+)
CIF (cost, insurance, freight) USD108.000
Bea masuk: 109% x USD108.000 USD10.800(+)
Bea masuk tambahan: 20% x USD108.000 USD 21.600
Nilai impor USD140.400
Nilai impor (dalam rupiah): USD140,400 x Rp14.500
Rp2.035.800.000
Pungutan lain yang sah di pabean Rp10.000.000(+)
Nilai Impor (NI) Rp 2.045.800.000
2. Menghitung PPh Pasal 22 atas impor
7,5% x Rp2.045.800.000 Rp153.435.000
Tas olahraga termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal
22 dengan tarif 7,5% (Lampiran PMK No. 110/PMK.010/2018 huruf B),
dengan atau tanpa menggunakan API.
Contoh 1.c
PT Ceria menggunakan API dalam melakukan impor barang. Pada Januari
2019, melakukan impor barang (kedelai) dari Negara X dengan harga faktur
USD30.000. Biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara
X ke dalam daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 15%
dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT Ceria. Tarif bea masuk 10%
dari CIF. Kurs yang oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 =
ditetapkan Rp13.570, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung
PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Ceria.

21
1. Menghitung nilai impor
 Harga faktur (cost) USD30.000
 Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD30.000 USD 150
 Biaya angkut (freight): 15% x USD30.000 USD 5.500 (+)
CIF (cost, insurance, freight) USD34.650
Bea masuk: 10% x USD34.650 USD 3.465 (+)
Nilai impor (NI) USD38.115
Nilai impor (dalam rupiah): USD38.115 x Rp13.570
Rp517.220.550
2. Menghitung PPh Pasal 22 atas impor
0,5% x Rp517.220.550 Rp2.586.103
Kedelai termasuk kelompok barang impor tertentu dikenakan PPh Pasal 22
dengan tarif 0,5% apabila Importir menggunakan API (Lampiran PMK No.
110/PMK.010/2018 huruf C). Apabila importir tidak menggunakan API, tarif
PPh adalah 7,5% dari Nilai Impor.
Contoh 1.d.
Pada Januari 2019, PT Dinda melakukan impor barang elektronik. Barang
yang diimpor sebanyak 100 unit dengan harga faktur USD900 per unit. Biaya
asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara X ke dalam daerah
pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 5% dan 10% dari harga faktur.
Biaya tersebut dibayar oleh PT Dinda. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Kurs
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 =
Rp13.570, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553. Hitung PPh Pasal 22
yang harus dibayar oleh PT Dinda.
1. Menghitung nilai impor
 Harga faktur (cost): 100 unit x USD900 USD 90.000
 Biaya asuransi (insurance): 5% x USD90.000 USD 4.500
 Biaya pengapalan (freight): 10% x USD90.000 USD 9.000 (+)
CIF (cost, insurance, freight) USD103.500
Bea masuk: 10% USD103.500 USD10.350(+)
Nilai impor (NI) USD113.850

22
Nilai impor (dalam rupiah): USD113.850 x Rp13.570
Rp1.544.944.500
2. Menghitung PPh Pasal 22 atas impor
2,5% x Rp1.544.944.500 Rp38.623.613
Barang elektronik tidak termasuk barang impor tertentu dalam Lampiran PMK
No. 110/PMK.010/2018. Atas impor barang jenis ini, apabila importir
menggunakan API dikenakan tarif PPh Pasal 22 sebesar 2,5%, sedangkan
apabila importir tidak menggunakan API dikenakan tarif PPh Pasal 22 sebesar
7,5%.
Contoh 2
PT Endra merupakan eksportir komoditas tambang batubara. Pada Januari
2019 melakukan ekspor bubuk mika ke Negara Y dengan nilai ekspor sebesar
USD200.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu
adalah USDI = Rp13.570, sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp14.553.
Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Endra.
Dasar Pengenaan Pajak = nilai ekspor USD200.000
Nilai impor (dalam rupiah): USD200.000 Rp13.570 Rp2.714.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp2.714.000.000 Rp40.710.000

Contoh 3.a.
Pada 1 April 2019, Dinas Perhubungan membeli mebel dan peralatan kantor
lainnya dari Perdana Furniture senilai Rp220.000.000 (termasuk PPN 10%).
Pembayaran dilakukan dengan uang persediaan.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp220.000.000 Rp200.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp200.000.000 Rp3.000.000
Contoh 3.b.
Pada 20 April 2019, Dinas Pekerjaan Umum membeli peralatan senilai
Rp962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT Nagata. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nilai di

23
atas Rp200.000.000 dilakukan dengan cara mekanisme langsung, yaitu
pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini Badan
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah langsung kepada PT
Nagata.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar Pengenaan Pajak: (100+110) x Rp962.500.000 Rp875.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp875.000.000 Rp13.125.000
Contoh 3.c
Pada tanggal 20 April 2019, Dinas Pendidikan dan Olahraga melakukan
pembelian barang mewah sebanyak 10 unit dengan harga per unit
Rp3.900.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%).
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar Pengenaan Pajak: (100/130) x Rp 3.900.000.000 Rp3.000.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp 3.000.000.000 Rp45.000.000
Contoh 3.d
Pada 25 April 2019, Dinas Koperasi dan UMKM melakukan pembelian alat
tulis kantor dari Toko Putih senilai Rp2.200.000 (termasuk PPN 10%).
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran
dihitung sebagai berikut.
Dasar Pengenaan Pajak: (100/110) x Rp.2.200.000 Rp2.000.000
Dasar pengenaan pajak tidak melebihi Rp2.000.000, maka atas transaksi ini
tidak dikenakan PPh Pasal 22.
Contoh 3.e
Pada 26 April 2019, Bagian Umum Setda Kab. X melakukan pembelian snack
dari Toko Jajan Pasar sebanyak 150 kotak dengan harga Rp20.000 per kotak
(tidak termasuk
PPN). Toko Jajan Pasar tidak memiliki NPWP.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan Bagian Umum Setda tersebut

24
pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar Pengenaan Pajak: 200 x Rp20.000 Rp4.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 1,5% x Rp4.000.000 Rp 60.000
Tambahan karena rekanan (Toko Jajan Pasar) tidak memiliki
NPWP: 100% x 1,5% x Rp4.000.000 Rp 60.000 (+)
Rp120.000
Contoh 4.a
PT Bank BNI merupakan salah satu BUMN. Pada Januari 2019, melakukan
pembayaran kepada PT Bahtera Motor atas pembelian kendaraan sebanyak 14
unit dengan harga Rp220.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN 10%.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Bank BNI pada saat pembayaran
dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi pembelian: 14 x Rp220.000.000 Rp3.080.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100 + 110) x Rp.3.080.000.000 Rp2.800.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp2.800.000.00 Rp42.000.000
Contoh 4.b
PT Indonesia Power merupakan salah satu badan usaha yang dimiliki
langsung oleh BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret
2019, melakukan pembayaran kepada PT Edoluxary atas pembelian barang
tergolong mewah dengan tarif 10%. Harga barang senilai Rp24.000.000.000.
Harga ini termasuk PPN 10% dan PPnBM 10%.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Indonesia Power pada saat pembayaran
dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi pembelian Rp24.000.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 120) x Rp24.000.000.000 Rp20.000.000.000
PPh Pasal 22:1,5% x Rp20.000.000 Rp300.000.000
Contoh 4.c
PT Pupuk Kujang merupakan salah satu badan usaha yang dimiliki langsung
oleh BUMN yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak. Pada Maret 2019,
melakukan pembayaran kepada PT X atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri senilai Rp10.800.000. Harga barang termasuk PPN 10%.

25
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Pupuk Kujang pada saat pembayaran
dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi pembelian Rp10.800.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp 10.800.000 Rp9.545.455
Dasar pengenaan pajak tidak melebihi Rp10.000.000, maka atas transaksi ini
tidak dikenakan PPh Pasal 22.
Contoh 5
PT Oliendo merupakan importir bahan bakar minyak. Pada bulan Juni 2019
PT Oliendo melakukan impor bahan bakar minyak senilai Rp2.000.000.000.
Pada bulan Juli 2019 PT Oliendo menjual sebagian bahan bakar minyak (yang
diimpor bulan Juni 2019) senilai Rp1.700.000.000 kepada PT Dua Motor. PPh
Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan dari bahan bakar minyak yang diimpor
Rp1.700.000.000
Dasar Pengenaan Pajak Rp1.700.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp1.700.000.000 Rp5.100.000
PT Dua Motor bukan perusahaan penyalur/agen maka PPh yang dipungut
tidak bersifat final.
Contoh 6.a
PT Semen Padang pada Mei 2019 menjual hasil produksi berupa semen hasil
produksinya kepada CV Bangunan (salah satu distributor) dengan total harga
sebesar Rp340.000.000. Harga tersebut tidak termasuk PPN.
PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp340.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi penjualan Rp340.000.000
PPh Pasal 22 (0,25% x Rp340.000.000) Rp850.000
Contoh 6.b.
PT Cahaya Dunia Paper pada Mei 2019 menjual kertas hasil produksi kertas
kepada CV Merah Jaya (salah satu distributor) dengan total harga sebesar
Rp880.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.

26
Nilai transaksi penjualan Rp880.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp880.000.000 Rp800.000.000
PPh Pasal 22 (0,1% x Rp800.000.000) Rp800.000
Contoh 6.c
PT Beton Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan
plat baja untuk keperluan industri. Pada Juni 2019 melakukan penjualan kredit
sebesar Rp715.000.000 (termasuk PPN 10%). Penjualan ditujukan kepada
beberapa distributor dalam negeri. PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut
dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp715.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp715.000.000 Rp650.000.000
PPh Pasal 22: (0,3% x Rp650.000.000) Rp1.950.000
Contoh 6.d
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan salah satu industri
otomotif. Pada Juni 2019 melakukan penjualan sebanyak 2.500 unit kendaraan
roda dua dengan total nilai sebesar Rp57.200.000.000 (termasuk PPN 10%).
Penjualan ditujukan kepada beberapa distributor dalam negeri.
PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp57.200.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp57.200.000.000 Rp52.000.000.000
PPh Pasal 22: 0,45% x Rp52.000.000.000 Rp234.000.000
Contoh 6.e
PT Bio Farma merupakan salah satu perusahaan farmasi. Pada Juli 2019
melakukan penjualan hasil produksi kepada salah satu distributor dalam negeri
senilai Rp825.000.000 (termasuk PPN 10%).
PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp825.000.000.
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp825.000.000 Rp750.000.000
PPh Pasal 22: 0,3% x Rp750.000.000 Rp2.250.000
Contoh 7
PT Astra Honda Motor merupakah salah satu ATPM. Pada Mei 2019

27
melakukan penjualan kendaraan bermotor senilai Rp1.100.000.000 (termasuk
PPN).
PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp1.100.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp1.100.000.000 Rp1.000.000.000
PPh Pasal 22: 0,45 % x Rp1.000.000.000 Rp4.500.000
Contoh 8
PT Salaka merupakan produsen dan eksportir makanan olahan dari salak. Pada
Juni 2019 melakukan pembelian 5 ton salak dengan harga Rp5.000 per kg dari
Tuan Reza. Tuan Reza merupakan pedagang pengumpul dan tidak memiliki
NPWP.
PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi pembelian: 5 x 1.000 x Rp5.000 Rp25.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp25.000.000
Besarnya PPh Pasal 22 adalah: 0,25% x Rp25.000.000 Rp 62.500
Tuan Reza tidak memiliki NPWP sehingga PPh Pasal 22
dinaikkan 100%: 100% x Rp62.500 Rp 62.500 (+)
Rp125.000
Contoh 9
Pada Juni 2019, PT ABC melakukan pembelian batubara dari Tuan Ipung
senilai Rp90.000.000.000. Tuan Ipung adalah salah satu pemegang ijin usaha
pertambangan di Balikpapan.
PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp90.000.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi pembelian Rp90.000.000.000
PPh Pasal 22: 1,5% x Rp90.000.000.000 Rp1.350.000.000
Contoh 10
PT Antar merupakan badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan
di dalam negeri. Pada Maret 2019 melakukan penjualan emas batangan di
dalam negeri senilai Rp1.200.000.000.
PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.

28
Nilai transaksi penjualan Rp1.200.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = nilai transaksi penjualan Rp1.200.000.000
PPh Pasal 22: 0,45 % x Rp1.200.000.000 Rp5.400.000
Contoh 11
PT Kuantum Property merupakan perusahaan properti yang melakukan
penjualan hunian tergolong sangat mewah. Pada Februari 2019 melakukan
penjualan apartemen tergolong sangat mewah sebanyak 10 kaveling dengan
harga Rp6.050.000.000 per kaveling. Harga tersebut termasuk PPN 10%.
PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan: 10 x Rp6.050.000.000 Rp60.500.000.000
Dasar Pengenaan Pajak: (100+ 110) x Rp60.500.000.000 Rp55.000.000.000
PPh Pasal 22: 5% x Rp55.000.000.000 Rp2.750.000.000

2.11 Surat pemberitahuan masa dan bukti pemotongan


Bagian ini akan membahas contoh pengisian SPT dan bukti pemotongan PPh
Pasal 22 UU PPh. Contoh kasus berikut dibedakan menjadi dua, yaitu
Pemotong/Pemungut PPh Pasal 22 menyampaikan SPT Masa yang dilengkapi
dengan Bukti Pemotongan PPh Pasal 22 dan Pemotong/Pemungut PPh Pasal 22
menyampaikan SPT Masa yang dilengkapi dengan SSP.
Kasus 1
PT Kertasindo adalah perusahaan yang kegiatan usahanya memproduksi kertas.
Perusahaan ini didirikan tahun 2005 dan beralamat di Jl. Diponegoro No. 28,
Semarang. Nomor NPWP-nya 01.999.888.7.508.000. Berikut adalah transaksi
penjualan hasil industri oleh PT Kertasindo kepada beberapa distributornya
selama November 2016.
02 November :PT Kertasindo menjual hasil industri kepada CV Indah senilai
Rp110.000.000 (termasuk PPN 10% ). CV Indah beralamat di JL.
Alamanda No. 12 Semarang. NPWP-nya 01.333.111.4.508.000.
14 November :PT Kertasindo menjual hasil industri kepada Noval Pratama
senilai Rp165.000.000 (termasuk PPN 10%). Noval Pratama

29
beralamat di Jl. Elang No. 10 Magelang. NPWP-nya
68.111.222.3.524.000.
20 November :PT Kertasindo menjual hasil industri kepada UD Jaya Terus
senilai Rp825.000.000 (termasuk PPN 10%). UD Jaya Terus
beralamat di Jl. Kotalama No. 14 Yogyakarta. NPWP-nya
01.555.333.6.541.000.
Diminta:
 Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut pada saat penjualan hasil industri
kertas.
 Buatkan bukti pemungutan PPh Pasal 22.
 Setorkan hasil Pemungutan PPh tersebut dengan menggunakan SSP.
 Laporkan hasil pemungutan PPh tersebut menggunakan SPT Masa PPh
Pasal 22.

Penyelesaian:
Nama Pembeli Dasar Pengenaan Pajak PPh Yang Dipungut
Cv Indah (100/110)xRp100.000.000=100.000.000 0,1% x Rp.100.000.000 =
Rp.100.000
Noval Pratama (100/110)xRp165.000.000=150.000.000 0,1% x Rp.150.000.000 =
Rp.150.000
UD Jaya Terus (100/110)xRp825.000.000=750.000.000 0,1% x Rp.750.000.000 =
Rp.750.000
Total Rp. 1.000.000

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah,
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lain, berkenaan denganpembayaran
atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintahan
maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain.
Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22.

31
Objek PPH pasal 22 adalah suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud meliputi
impor barang, ekspor barang tertentu,penjualan barang tertentu,atau penjualan
kepada pembeli tertentu. PPh Pasal 22 untuk setiap kegiatan dilaporkan dengan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak oleh pihak-pihak
yang melakukan pemungutan. Pelaporan PPh Pasal 22 atas impor barang dan
ekspor komoditas tambang batubara mineral logam dan mineral bukan logam
dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Pelaporan PPh Pasal 22 atas
kegiatan selain impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara mineral
logam dan mineral bukan logam lainnya dilakukan oleh Pemungut Pajak.

Pemungutan PPh Pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final. Pemungutan pajak
bersifat final artinya pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak melalui
pemungutan oleh pihak lain dalam tahun berjalan tersebut tidak dapat dikreditkan
pada total PPh yang terutang pada akhir suatu tahun saat pengisian SPT Tahunan
PPh. Sebaliknya, pemungutan pajak bersifat tidak final berarti pajak yang sudah
dipungut oleh pemungut atau dibayarkan dapat dikreditkan/diperhitungkan
sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh Wajib
Pajak yang dipungut.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini semoga mamperluas cakrawala pengetahuan kita
dan bermanfaat bagi kita semua mungkin makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami mohon maaf apabila penulisan makalah yang kami buat terdapat
kesalahan karena kami masih dalam tahap belajar. Dengan penulis makalah ini, penulis
mengharapkan kepada pembaca agar dapat memahami apa itu Pajak Penghasilan Pasal
22 dan dapat menerapkan dalam kehidupan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2019. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Direktorat Jendral Perbendaharaan (DJPB) Kementerian Keuangan RI, (Agustus
2021,12). Pajak Penghasilan Pasal 22. Retrived from blogspot.com:
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi/perpajakan/pph-
pasal-22.html

33
Klik Pajak. 2023. Panduan Pajak Penghasilan : Jenis, Objek, Subjek, Tarif,
Contoh. Retrived from blogspot.com: https://klikpajak.id/blog/pajak-
penghasilan-jenis-pph-objek-subjektarifperhitungan/#A_Apa_Saja_Objek
_Pajak_Penghasilan.

34

Anda mungkin juga menyukai