Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

STRATEGI PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PAJAK PERUSAHAAN

Disusun Oleh : KELOMPOK 6

AMELIA ANNIRA 2110247654


ERNYWATI SIREGAR 2110247683
FITRIA NURHAPIZAH 2110247612
YOSI SAFITRI 2110247730

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
2.1 Konsep Dasar Strategi dan Perencanaan Pajak .......................................... 6
2.1.1 Tujuan Tax Planning ............................................................................ 7
2.1.2 Tahapan Tax Planning ......................................................................... 7
2.1.3 Strategi Umum Perencanaan Pajak ....................................................... 7
2.2 Penghindaran Pajak dan Penyelundupan Pajak ......................................... 8
2.2.1 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ................................................... 8
2.2.2 Penyelundupan Pajak (Tax Evasion) .................................................. 11
2.3 Teknik Dasar Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak ........................ 12
2.3.1 Langkah-Langkah Pokok Strategi Perencanaan Pajak......................... 13
2.3.2 Manajemen Pajak (Tax Management) ................................................ 13
2.3.3 Contoh Tax Management ................................................................... 13
2.3.4 Beberapa Teknik dari Tax Management ............................................. 14
2.3.5 Aspek-aspek dalam Tax Planning....................................................... 14
2.4 Beberapa Contoh Keputusan Manajemen Pajak....................................... 14
2.4.1 Pemberian Dalam Bentuk Natura ....................................................... 14
2.4.2 Biaya Setelah Pajak............................................................................ 17
2.4.3 Pendanaan Investasi ........................................................................... 18
2.5 Pengaruh Pencatatan dan Sistem Akuntansi dalam Manajemen Dan
Perencanaan Pajak ...................................................................................... 20
2.6 Etika dalam Manajemen Pajak .................................................................. 20
2.7 Contoh Kasus…………………………………………………………………22
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui, peran pajak pada suatu negara sangat penting di dalam
perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan
berdasarkan tingkat pendapatan rakyat negara tersebut. Oleh karena itu, kebijakan
pemerintah di dalam pajak ini sangat penting, karena dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan negara itu sendiri.
Pengertian pajak tersebut menurut pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.(wikipedia Bahasa Indonesia).
Pajak pun memiliki ciri-ciri seperti : Pajak dipungut berdasarkan undang-undang,
tidak mendapatkan timbal balik yang dapat ditunjukkan secara langsung, pemungutan
pajak diperuntukkan bagi pembiayaan umum pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintah baik rutin maupun pembangunan, pemungutan pajak
dapat dipaksakan, dan untuk mengisi kas negara/anggaran negara.
Di indonesia sendiri, telah banyak dilakukan usaha peningkatan pajak demi
kemakmuran bersama, diantaranya adalah dengan mewajibkan setiap warganya
yang telah bekerja secara tetap atau telah mempunyai penghasilan rutin untuk memiliki
NPWP, yaitu nomor pokok wajib pajak. Hal itu diyakini dapat meningkatkan
kesadaran rakyat akan pentingnya membayar pajak demi kelangsungan pembangunan di
Indonesia. Tetapi hal tersebut tidaklah berjalan secara lancar, karena masih ada
sebagian besar rakyat Indonesia yang juga beluum memiliki NPWP, padahal telah
banyak kegiatan penyuluhan tentang pajak yang dilakukan oleh pemerintah, baik di
media cetak maupun media elektronik. Selain itu, NPWP juga dapat meringankan
kerja pemerintah di dalam mengatur ketertiban di dalam sistem pembayaran pajak
itu sendiri. Oleh karena itu, NPWP banyak bernilai positif bagi kelancaran pembayaran
pajak.
Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,
perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban

3
perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara
optimal menghindari pemborosan sumber daya.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen
pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax
control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak
(tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak
tersebut dapat ditunda.
Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat
berikut: (1) tidak melanggar ketentuan perpajakan,
(2) secara bisnis dapat diterima, dan
(3) bukti-bukti pendukungnya memadai.
Mohammad Zain (2005 : 43) mendefinisikan bahwa : “Perencanaan pajak adalah
proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa
sehingga utang pajaknya, baik wajib pajak penghasilan maupun pajak-pajak
lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh
ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.”
Makin pentingnya variabel pajak sebagai komponen yang harus diperhitungkan,
membuat banyak perusahaan melakukan perencanaan pajak (Tax Planning). Meskipun
Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa Tax Planning bagi perusahaan
dianggap benar sepanjang tidak menyalahi peraturan perpajakan yang berlaku. Karena
harus diakui tidak ada satu pasalpun dalam Undang-undang Perpajakan yang melarang
dilakukannya perencanaan pajak.
Jadi perencanaan pajak tidak berarti penyelundupan pajak. Pada dasarnya usaha
penghematan pajak berdasarkan the least and latest rule yaitu Wajib Pajak selalu
berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran selambat mungkin
sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Perencanaan pajak adalah suatu
langkah yang

4
tepat untuk perusahaan, dalam melakukan penghematan pajak atau tax saving sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Strategi dan Perencanaan Pajak


Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam
jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun
demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara
optimal menghindari pemborosan sumber daya.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax
control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan
pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.
Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut
mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak
tersebut dapat ditunda.
Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:
(1) tidak melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3)
bukti- bukti pendukungnya memadai. Mohammad Zain (2005:43) mendefinisikan
bahwa:
“Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau
kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik wajib
pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling
minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan
perpajakan maupun secara komersial.”

6
2.1.1 Tujuan Tax Planning
Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-
hal sebagai berikut:
 Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
 Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
 Menunda pengakuan penghasilan
 Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain

2.1.2 Tahapan Tax Planning


 Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)
 Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or
more possible tax plans)
 Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
 Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the
tax plans)
 Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

2.1.3 Strategi Umum Perencanaan Pajak


1. Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melaluipemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarifyang lebih rendah. Misalnya,
perusahaanyang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat
melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawanmenjadi tunjangan
dalam bentuk uang. Penghematan pajak atasperubahan ini berkisar
antara5%-
25% untuk penghasilan karyawan sampaidengan Rp. 200 juta.
2. Tax avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak
denganmenghindari pengenaan pajak melalui transaksiyang bukan merupakan
objek pajak. Misalnya, perusahaanyang masih mengalami kerugian, perlu
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi
pemberian

7
naturakarena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal21.
Dengan demikian, terjadi penghematan pajak antara 5%-35%.
3. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat
menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:
a. Sanksi administrasi: denda, bunga, atau
kenaikan b. Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
4. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturanyang
berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini
dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas
waktuyang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini,
penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhirbulan berikutnya setelah
bulan penyerahan barang.
5. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai
pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajakdibayar
dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembeliansolar dan/atau impor dan Fiskal
Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

2.2 Penghindaran Pajak dan Penyelundupan Pajak


2.2.1 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini,
wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang
dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
pembuat undang-undang.
Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Menahan Diri
Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan
sesuatu yang bisa dikenai pajak. Contoh:
 Tidak merokok agar terhindar dari cukai tembakau

8
 Tidak menggunakan ikat pinggang dari kulit ular atau buaya agar
terhindar dari pajak atas pemakaian barang tersebut. Sebagai gantinya,
menggunakan ikat pinggang dari plastik.
2) Pindah Lokasi
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya
tinggi ke loksi yang tarif pajaknya rendah. Contoh:
Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan
modalnya di Indonesia Timur. Namun, pindah lokasi tidak semudah itu
dilakukan oleh wajib pajak. Mereka harus memikirkan tentang transportasi,
akomodasi, SDM, SDA, serta fasilitas-fasilitar yang menunjang usaha mereka.
Hal ini harus sesuai dengan kentungan yang akan mereka dapatkan dan
keringanan pajak yang mereka peroleh. Biasanya, hal ini jarang terjadi. Yang
terjadi hanya pada pengusaha yang baru membuka usaha, atau perusahaan
yang akan membuka cabang baru. Mereka membuka cabang baru di tempat
yang tarif pajaknya lebih rendah.
3) Penghindaran Pajak Secara Yuridis
Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan
yang dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan
kekosongan atau ketidak jelasan undang-undang. Hal inilah yang
memberikan dasar potensial penghindaran pajak secara yuridis. Contoh:
1. Penetapan pajak khusus untuk tempat dansa umum di Belanda.
Pemerintah negeri Belanda menetapkan pajak khusus untuk tempat dansa
umum. Karena pengenaan pajak ini, keuntungan pengusaha jadi
berkurang. Untuk menghindari hal ini, mereka mengubah status tempat
dansa umum tersebut menjadi tempat dansa khusus anggota yang
keanggotaannya terbuka untuk umum. Dengan demikian, mereka terbebas
dari pengenaan pajak untuk tempat dansa umum.
2. Di Belanda dan di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda,
pemilik bioskop menyediakan sederet kursi gratis di barisan terdepan
khusus untuk wartawan. Dengan asumsi, setelah menonton wartawan
tersebut akan menulis review tentang film tersebut dan memuat di
koran/majalah mereka. Oleh pemerintah, ini dianggap iklan gratis.
Maka dari itu,

9
diterapkanlah pajak untuk kursi gratis tersebut. Pemilik bioskop
menghindari pengenaan pajak ini dengan cara mengenakan tarif
masuk yang sangat murah khusus untuk wartawan.
3. Di Indonesia, untuk pegawai diberi tunjangan beras (in natura).
Menurut undang-undang yang berlaku, hal ini tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Penghindarannya dengan cara: perusahaan bekerjasama
dengan yayasan dalam penyaluran tunjangan ini. Perusahaan memberi
uang kepada yayasan, dan yayasan menyalurkannya ke pegawai dalam
bentuk beras. Jadi, pegawai tetap dapat beras dan hal itu dibebankan
sebagai biaya sehingga pajaknya berkurang.
Celah undang-undang merupakan dasar potensial penghindaran
pajak secara yuridis. Suatu undang-undang dirumuskan tidak jelas karena:
1. Kesengajaan pembuat undang-undang
Hal ini terjadi karena latar belakang pembuat undang-undang tersebut
adalah pemerintah dan parlemen, di mana parlemen mewakili berbagai
kepentingan yang berbeda dan bisa saling bertolak belakang antara satu dan
yang lainnya. Dua kepentingan yang paling dominan di parlemen adalah
anggota parlemen yang mewakili kelompok buruh dan pemilik modal.
Apabila diajukan undang-undang yang menyinggung dua p;ihak tersebut,
diusahakan dicarikan jalan kompromi terhadap substansi masalahnya.
Namun ini sulit dilakukan kaena menyangkut kepentingan yang berbeda.
Lalu dicarilah jalan kompromi terhadap perumuasn yang bisa diterima oleh
semua pihak. Masing- masing pihak bebas menafsirkan undang-undang
tersebut sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Pada akhirnya,
undang-undang tersebut mengambang. Bisa saja wajib pajak menafsirkan
sesuai kepentingannya dan fiscus menafsirkan sesuai dengan kepentingan
negara.
2. Ketidaksengajaan pembuat undang-undang
Contoh: Pada akhir tahun 1800an, undang-undang anti-trust atau
undang- undang anti monopoli di Amerika Serikat yang ditujukan untuk
pemilik modal yang berbunyi “Apabila ada yang menghambat atau
menghalangi perdagangan antar negara bgaian, bisa dijatuhi hukuman
berdasarkan undang-undang ini”.

10
Pada suatu kasus, serikat buruh pada perusahaan transportasi melakukan
pemogokan sehingga perdagangan antar negara bagian terhambat.
Pemimpin serikat buruh ini ditangkap dan dihukum berdasarkan undang-
undang anti monopoli karena dianggap menghambat perdagangan antar negara
bagian. Seharusnya undang-undang ini ditujukan untuk pemilik modal,
bukan untuk kaum buruh. Karena itu, pada pemilu berikutnya kaum buruh
memilih wakil- wakil mereka yang memang dalam hidupnya membela
kepentingan kaum buruh. Setelah pemilu, mereka berhasil mendominasi kursi
di parlemen. Sehingga, mereka menambahkan undang-undang anti trust
tersebut dengan kalimat “undang-undang ini tidak ditujukan untuk kaum
buruh”.

2.2.2 Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)


Tax Evasion merupakan usaha penghindaran pajak yang terutang secara ilegal,
sepanjang wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa akibat dari
perbuatnnya tersebut kemungkinan besar mereka tidak akan dihukum serta yakin pula
bahwa rekan-rekannya melakukan hal yang sama. Penyebab Wajib Pajak
melakukan Tax Evasion diantaranya adalah fitrahnya penghasilan yang diperoleh wajib
pajak yang utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat telah
memenuhi ketentuan perpajakan timbul kewajiban pembayaran pajak kepada
negara. Timbul konflik antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan negara. Sebab
yang lain adalah wajib pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak patuh
terhadap peraturan, kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak dan kondisi
lingkungan seperti kestabilan pemerintah dan penghamburan keuangan negara yang
berasal dari pajak (Amrosio M. Lina dalam Safri Nurmantu). Disamping itu
menurut Eduardo M.R.A Engel, beberapa hal yang berhubungan dengan Tax Evasion
adalah Tax Enforcement (pengawasan terhadap pelaksanaan sistem administrasi
perpajakan), tax Audit (Pemeriksaan Pajak), Imposed Penalties (99sanksi hukum) dan
Tax Amneties (Pengampunan Pajak).
Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal
atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang, sedang
penghindaran pajak dapat diartikan sebagai manipulasi penghasilannya yang legal
yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk mengefisiensikan
11
pembayaran jumlah pajak yang terutang. Dengan asumsi bahwa WP akan melaporkan
seluruh penghasilannya secara jujur, maka wajarlah apabila wajib pajak
mengklaim semua pengurangan-pengurangan dan kredir pajak yan gmenjadi haknya
atau dengan perkataan lain perencanaan pajak adalah perbuatan yang sifatnya
mengurangi beban pajak secara legal dan bukan mengurangi kesanggupan memenuhi
kewajiban perpajakannya melunasi utang-utang pajaknya.
Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seorang wajib
pajak membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat
asumsi yang dibuat pada waktu merencanakan undang-undang pajak tersebut bahwa
wajib pajak akan melaporkan semua penghasilannya dengan benar dan
mengklaim semua potongan-potongan yang diperkenankan oleh undang-undang pajak,
sehingga secara moral pun tidak dianggap salah, apabila pengurangan beban pajak
melalui penghindaran pajak tersebut masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
Menurut Robert H. Andercon Penyelundupan pajak adalah penyelundupan
pajak yang melanggar undang- undang pajak, sedang Penghindaran pajak adalah cara
rnengurangi paiak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan Pajak.

2.3 Teknik Dasar Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak


Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah suatu keniscayaan bagi setiap
perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak karena dalam undang-
undang perpajakan Indonesia hal ini diperkenankan. Dengan menyusun
perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari segala hal
yangmengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya
adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan
penelitian

12
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan
pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.
2.3.1 Langkah-Langkah Pokok Strategi Perencanaan
Pajak
Menurut Zain (2005: 70-71) dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah
dalam penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen
pajak adalah:
1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak
2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan
2.3.2 Manajemen Pajak (Tax Management)
Manajemen perpajakan (Tax Management) merupakan suatu proses untuk
meminimalkan beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap berada
pada jalur (on the track) ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan (lawful) dan tidak
melanggarnya (unlawful). Untuk mendapatkan penghematan pajak (tax benefit atau tax
saving dan kemanfaatan usaha lainnyadilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen
pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax Planning), pengimplementasian pajak
(tax implementation), pengendalian pajak (tax control) yang berkesinambungan.
Tax Management merupakan pelaksanaan dari peran pengaturan dan
pengawasan dalam bidang perpajakan (organization and controlling). Pelaksanaannya
bersifat rutin/regular, karena bersangkutan dengan transaksi yang berulang kali terjadi.
Tax Management bertujuan untuk meminimalisasi tax exposure/risiko hutang
pajak yang mungkin akan timbul dalam suatutransaksi yang rutin tersebut.
2.3.3 Contoh Tax Management
Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor.
Sedangkan, bahan baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan demikian, maka PPN
masukan yang diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan
restitusi, mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi
perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa me manage
restitusi pajak yang berjalan. Misalnya: me-mantain suatu rekonsiliasi pajak antara
Penjualan menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur pajak
masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang diperlukan. Kita
bisa bayangkan jika hal
13
ini tidak ter- manage dengan baik, restitusi akan membawa denda dan hutang
pajak yang materiil tentunya.

2.3.4 Beberapa Teknik dari Tax Management


 Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti: Beban pegawai vs
Nilai penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales revenue (as per book/PL) vs
Peredaran dari SPM PPN.
 Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang terjadi. Misalnya: Surat
Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli, Akte Notaris.
 Sistem administrasi keuangan untuk memastikan perhitungan pajak yang tepat
dan pembayaran yang tepat waktu.
 Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur serta terkontrol.
 Management atas proses tax audit
2.3.5 Aspek-aspek dalam Tax Planning
1. Aspek Formal dan Administratif
a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
b. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
c. Memotong dan/atau memungut pajak;
d. Membayar pajak;
e. MenyampaikanSurat Pemberitahuan.
2. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka
optimalisasialokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran
pajakyang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus
dilaporkansecara benar dan lengkap.

2.4 Beberapa Contoh Keputusan Manajemen Pajak


2.4.1 Pemberian Dalam Bentuk Natura
Kenikmatan dalam bentuk natura adalah setiap balas jasa yang diterima atau
diperoleh pegawai, karyawan, atau karyawati dan atau keluarganya tidak dalam bentuk
uang dari pemberi kerja. Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e, UU no 36 th 2008
tentang

14
Pajak Penghasilan, pada umumnya imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat dikurangkan dalam menghitung Pajak
Penghasilan terutang. Namun demikian, dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e ini juga diatur
beberapa pengecualian dimana imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan ini dapat
dikurangkan dalam menghitung Pajak Penghasilan. Memberikan tunjangan kepada
karyawan dalam bentuk natura atau kenikmatan dapat dikurangkan dalam menghitung
Pajak Penghasilan dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menghindari
lapisan tarif pajak maksimum.
Jenis-jenis natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan tersebut adalah:
 Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut
dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
pembangunan di daerah terpencil
 Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk
keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (Satpam), antar jemput
karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya
 Pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
Peraturan pelaksanaan atas ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009 yang mulai
berlaku
1 Januari 2009. Berdasarkan peraturan ini, imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan yang dapat dikurangkan diuraikan dalam paragraf-paragraf di bawah
ini.
a. Makanan dan/atau Minuman Bagi Seluruh Pegawai
Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang
dapat dikurangkan adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi:
1) pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja
di tempat kerja, atau

15
2) pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena
sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud
pada

16
huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas
luar lainnya.

17
b. Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu
Natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan juga adalah penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut. Penggantian atau
imbalan di atas adalah sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk:
1) Tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan
keluarganya;
2) Pelayanan kesehatan;
3) Pendidikan bagi Pegawai dan
keluarganya;
4) Peribadatan;
5) Pengangkutan bagi Pegawai dan
keluarganya;
6) Olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang layang,
Sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus
menyediakannya sendiri.
Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai
potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada
umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik
melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi
yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung
risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk
daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh)
meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.
c. Natura dan Kenikmatan Yang Merupakan Keharusan Dalam Pekerjaan
Pemberian natura dan kenikmatan dalam pengertian ini meliputi pakaian
dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan
(satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal,
dan yang sejenisnya.

2.4.2 Biaya Setelah Pajak

18
Contoh keputusan manajemen yang dapat diambil untuk mengurangi
hasil penjualan dengan tujuan meringankan beban pajak adalah dengan
melakukan

19
pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Pengeluaran
biaya tersebut dilakukan dalam rangka mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan serta didukung dengan bukti yang memadai (valid & reliable) dalam hal
ini kegiatan tersebut adalah kegiatan pemasaran dan promosi dari sebuah perusahaan
terhadap produknya.
Misalkan Perusahaan ABC dan XYZ sama-sama mempertimbangkan untuk
menaikkan gaji para karyawannya yang berjumlah keseluruhannya Rp 30.000.000,00.
Bagi perusahaan ABC dan XYZ biaya langsung atau biaya sebelum pajak (pre-tax
cost) adalah sama besarnya, yaitu masing-masing Rp 30.000.000,00 yang dapat
dikurangkan dari penghasilannya, akan tetapi biaya setelah pajaknya akan berbeda-
beda tergantung kepada tarif marjinalnya. Apabila diasumsikan tarif marjinal
perusahaan ABC adalah
10%, sedangkan XYZ menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30%, maka
kenaikan beban pajak kedua perusahaan tersebut tidak akan sama.
 Pajak yang dapat dihemat perusahaan ABC hanyalah 10% x Rp30.000.00,00
= Rp3.000.000,00, sedangkan perusahaan XYZ dapat menghemat sebesar 30% x
Rp30.000.000,00 = Rp9.000.000,00.
 Dengan demikian berarti, bagi perusahaan ABC jumlah biaya setelah
pajaknya (after-tax cost) adalah Rp (30.000.000,00 – 3.000.000,00) =
Rp27.000.000,00 dan perusahaan XYZ berjumlah RP (30.000.000,00 –
9.000.000,00) = Rp21.000.000,00.
Melihat ilustrasi tersebut di atas, terlihat bahwa untuk kepentingan pengambilan
keputusan perlu adanya pembedaan antara tarif pajak rata-rata (average tax rate)
dan tarif pajak marjinal (marginal tax rate). Tarif pajak rata-rata memperlihatkan
perbandingan (rasio) antara jumlah pajak terutang dengan penghasilan kena pajak,
sedangkan tarif pajak marjinal merupakan tarif pajak atas rupiah terakhir dari
penghasilan yang dikenakan pajak.
2.4.3 Pendanaan Investasi
Karena keputusan investasi didasarkan pada aliran kas, maka pajak atas laba
merupakan unsur informasi penting yang ikut dipertimbangkan dalam perhitungan
aliran kas untuk pengambilan keputusan investasi. Jika suatau usulan investasi
diperkirakan akan mengakibatkan penghematan biaya atau tambahan pendapatan, maka
disisi lain akan mengakibatkan timbulnya laba diferensial, yang akan

20
menyebabkan tambahan pajak penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan. Oleh
karena itu dalam

21
memperhitungkan aliran kas keluar dari investasi, perlu diperhitungkan pula tambahan
atau pengurangan pajak yang harus dibayar akibat adanya penghematan biaya
atau penambahan pendapatan tersebut dan sebaliknya.
Dalam perencanaan pajak, kita harus memperhatikan sumber dari mana modal
yang akan ditanamkan diperoleh yang nantinya akan menentukan besarnya biaya
modal (cost of capital) dan biaya modal ini yang digunakan sebagai dasar untuk
memilih rencana investasi yang dilakukan. Modal untuk melakukan investasi
sebaiknya diperoleh dari pinjaman. Dimana bunga modal pinjaman yang dikeluarkan
perusahaan dapat dikurangkan dari penghasilan untuk penentuan laba kena pajak,
sehingga pembayaran bunga modal pinjaman akan menimbulkan penghematan
pajak (tax saving).
Dapat disebutkan beberapa jenis-jenis investasi yang ada antara lain:
a. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-provit investment).
Investasi yang timbul karena adanya peraturan pemerintahatau karena syarat-syarat
kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya
tanpa mempertimbangkan laba atau rugi.
b. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable provit
investment).
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun dengan investasi ini laba
yang diharapkan perusahaan sulit untuk dihitung secara teliti. Contoh : Pengeluaran
biaya promosi, dalam jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan,
dan biaya program pelatihan pendidikan karyawan.
c. Investasi dalam penggantian equipment (replacement
investment).
Investasi yang meliputi pengeluaran untuk pengganian mesin dan ekuipmen yang
ada. Biasanya digunaan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya atau
kenaikan produktivitas dengan adanya penggantian biaya tersebut.
d. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment).
Merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi sehinnga operasi
menjadi lebih besar dari sebelumnya.

22
2.5 Pengaruh Pencatatan dan Sistem Akuntansi dalam Manajemen Dan
Perencanaan Pajak
Sebuah perusahaan harus mempunyai catatan yang perlu jika perencanaan pajak
yang baik ingin diwujudkan, jika manajemen ingin mempunyai pandangan yang jelas
tentang situasi perpajakan, atau jika tingkat penentu dari pengendalian
administratif ingin sukses. Sifat dari catatan akan ditentukan oleh kerumitan relatif
dari masalah pajak. Tetapi, secara umum, catatan tertentu diperlukan untuk
kepentingan pengendalian administratif, untuk mendukung pengembalian pajak, dan
untuk memenuhi kewajiban spesifik dari undang-undang. Catatan pajak dapat
dikelompokkan ke dalam empat klasifikasi utama :
1. Kalender pajak
Sebuah sarana administratif yang dibutuhkan dalam kebanyakan perusahaan adalah
kalender pajak. Ini merupakan jadwal yang berfungsi sebagai alat pengingat bagi
mereka yang bertanggung jawab atas tanggal jatuh tempo dari pemberkasan
pengembalian pajak, penyiapan berbagai laporan, pernbayaran tagihan pajak,
tanggal pemeriksaan, tanggal audit, tanggal penetapan, dan semua peristiwa pajak
yang penting.
2. Catatan informasi
Jenis pokok catatan yang lain dapat disebut “catatan informasi pajak” dan ini
merupakan ikhtisar dari undang-undang pajak dan masalah-masalah yang berkaitan
yang mempunyai pengaruh terhadap jalannya usaha. Catatan ini digunakan sebagai
referensi ketika menyiapkan pengembalian pajak dan sebagainya.
3. Berkas kertas kerja (working paper files)
Catatan-catatan lain dapat dianggap sebagai berkas kerja dan memuat angka-angka
dan fakta peristiwa SPT dari tahun ke tahun. Berkas/arsip operasional ini
tidak terbatas macamnya dan barangkali dapat dibandingkan dengan berkas
permanen dan berkas kertas kerja pada suatu audit. Pokok yang penting
adalah catatan yang lengkap dan teratur mengenai bagaimana jumlah pajak
ditentukan setiap tahun, tanggal pembayaran, dan lain-lain.
4. Buku besar pendukung (sorting ledger)
Metode akuntansi terbaik yang akan dipergunakan oleh Wajib Pajak, sangat
bergantung kepada bentuk usaha dan ukuran perusahaan yang bersangkutan
serta

23
sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Untuk kepentingan perpajakan, Wajib
Pajak harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tanpa mempersoalkan
prinsip pembukuan apa yang dipergunakan. Pada umumnya semua
laporan keuangan dipersiapkan untuk memenuhi tujuan tertentu, dan tujuan ini
pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk dan isi dari laporan keuangan tersebut
dengan segala keterbatasannya. Misalnya, laporan keuangan yang dipersiapkan
untuk digunakan oleh para manajer akan sangat berbeda sekali dengan laporan
yang dipersiapkan untuk keperluan pasar modal dan instansi lainnya.
Perbedaan tersebut tidak saja disebabkan oleh siapa pemakainya, tetapi juga
tergantung pada metode akuntansi apa yang digunakan, misalnya metode
penyusutan atau metode penilaian persediaan yang berbeda, sehingga dapat
dipastikan bahwa penghitungan laba yang menjadi dasar untuk menentukan
besarnya pajak terutang akan berbeda.
Dapat diambil sebuah contoh bahwa standar akuntansi kita menyediakan metode
penyusutan garis lurus dan metode penyusutan saldo menurun. Kedua metode
ini sah digunakan di setiap perusahaan, namun jika untuk tujuan meringankan
beban pajak, perusahaan cenderung menggunakan metode penyusutan saldo
menurun karena pengenaan beban penyusutan dari awal periode umur aktiva tetap
akan tinggi namun akan mengecil di periode berikutnya. Hal ini dapat
meningkatkan biaya dari perusahaan yang akan mengurangi jumlah penghasilannya
dan secara langsung juga mengurangi jumlah beban pajak yang harus dibayar.
Metode lainnya adalah metode pencatatan persediaan barang untuk
menentukan harga pokok produksi. Yang lazimnya digunakan oleh perusahaan
untuk menekan beban pajak saat harga barang-barang turun adalah metode FIFO.
Yang akan memberikan efek penurunan laba bersih. Hal ini akan menyebabkan
beban pajak berkurang karena kecilnya laba yang diperoleh.

2.6 Etika dalam Manajemen Pajak


Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.

24
Secara administratif, pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak
langsung
(direct tax) dan pajak tidak langsung (indirect tax).
Walaupun pajak ditetapkan melalui undang-undang, namun tidak semua wajib
pajak rela membayar pajak. Para wajib pajak pun cenderung mencari cara lain agar
terhindar dari kewajiban untuk membayar pajak atau agar mereka tetap bisa
melaksanakan kewajiban mereka sebagai wajib pajak, namun mereka tidak dirugikan.
Salah satu cara yang digunakan adalah perencanaan pajak (tax planning). Bila
suatu transaksi tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan
atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang dimaksud
dapat ditunda pembayarannya dan lain sebagainya.
Setiap wajib pajak atau konsultan pajak yang bermaksud akan melakukan
penyelundupan pajak, hendaknya mempertimbangkan kemungkinan
dikenakannya sanksi pidana terhadap perbuatannya, disamping kode etik profesinya
bagi konsultan pajak dan etika praktik perpajakan bagi seorang wajib pajak.
Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on
Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai
berikut:
SRTP Nomor 1:
"Secara umum, akuntan pajak perlu mempunyai suatu good-faith kepercayaan bahwa
posisi keuntungan pajak direkomendasikan mempunyai suatu kemungkinan yang
realistis secara administratif atau secara hukum didukung atas baik buruknya
suatu tantangan."
SRTP Nomor 2:
"Seorang akuntan pajak perlu membuat suatu usaha yang layak untuk
memperoleh
informasi yang diperlukan dari seseorang wajib
pajak”
SRTP Nomor 3:
Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data pendukung, dapat mempercayakan
kepercayaan dari wajib pajak untuk menyediakan informasi yang akurat, dan akuntan
perlu membuat pemeriksaan yang layak apabila informasi yang disediakan oleh klien
ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
SRTP Nomor 4:

25
Penggunaan estimasi: seorang akuntan pajak boleh menggunakan perkiraan wajib pajak
untuk memperoleh data yang tepat.

26
SRTP Nomor 5:
Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu
kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan.
SRTP Nomor 6:
Kesalahan Pengetahuan: Apa yang harus dilakukan ketika seorang akuntan menyadari
akan suatu kesalahan yang dilakukan pada laporan wajib pajak? maka akuntan tersebut
harus segera menginformasikan kesalahan tersebut kepada wajib pajak yang
bersangkutan dan merekomendasikan tindakan koreksi.
SRTP Nomor 7:
Jika selama pembuatan laporan, akuntan mendeteksi adanya kesalahan, maka akuntan
perlu meminta persetujuan wajib pajak untuk melakukan koreksi. Namun jika wajib
pajak tidak menyetujui hal ini, wajib pajak dapat terkena sanksi administrasi karena
terdapat kesalahan pada pelaporan pajaknya.
SRTP Nomor 8:
Seorang akuntan memiliki kewajiban untuk merekomendasikan nasihat atau saran bagi
wajib pajak yang memerlukan dalam penyampaian laporan pajak mereka sebagai
cerminan dari kemampuan profesional yang dimiliki oleh akuntan tersebut.

2.7. Contoh Kasus


1. Perencanaan Pajak Sederhana Dalam Memilih Bentuk Badan
Usaha
 Pemilihan Bentuk Usaha
Asumsi:
 Seperti diketahui pembagian laba atau keuntungan dari PT kepada
anggota/pengurus yang berstatus orang pribadi disamakan atau dianggap
sebagai deviden (Pasal 4 ayat 1 huruf g UU PPh) merupakan objek PPh.
 Sebaliknya, bagian keuntungan yang diterima anggota/pengurus untuk CV
bukan merupakan objek pajak Pasal 4 ayat 3 huruf I UU PPh.
Penghasilan Rp. 1.000.000.000,00
Gaji Direktur Rp. 150.000.000,00
Laba Kena Pajak Rp. 850.000.000,00
PPh (25%) Rp. 212.500.000,00
Laba Setelah Pajak Rp. 637.500.000,00

27
A. Jika Berbentuk PT. ABC
Jika 50% dibagikan kepada pemegang saham (perseorangan), maka terutang
PPh Pasal 23 sebesar = 15% X 50% X Rp. 637.500.000,00 = Rp.
47.812.500,00
- PPh Pasal 21 atas Gaji Direktur
Gaji Direktur Rp. 150.000.000,00
Pengurangan Rp. 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp. 96.000.000,00
PPh (5%, 15%) Rp. 9.400.000,00

- Total Beban Pajak Bentuk PT


PPh Badan Rp. 212.500.000,00
PPh Psl 23 Deviden Rp. 47.812.500,00
PPh Psl 21 Rp. 9.400.000,00
Jumlah Beban PPh Rp. 269.712.500,00

269.712.500,00
Rasio = X 100% = 26.97%
1.000.000.000,00

B. Jika Berbentuk CV
Laba setelah pajak ini dibagi kepada pengurus CV. ABC, maka
bagian masing-masing pengurus bukan lagi objek pajak sehingga beban
pajak hanya
25%.
Penghasilan Rp 1,000,000,000.00
Gaji Direktur -
Laba Kena Pajak Rp 1,000,000,000.00
PPh (25%) Rp 250,000,000.00
Laba Setelah Pajak Rp 750,000,000.00

Perbandingan Beban Pajak bentuk PT dengan CV sebagai berikut:


PPh Badan 26.97%
PPh CV 25.00%
Penghematan 1.97%

28
2. Manajemen Pajak
Contoh Manajemen Pajak:
 Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor.
Sedangkan bahan baku banyak dibeli didalam negeri. Dengan demikian,
maka PPN masukan yang diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran,
akibatnya harus dilakukan restitusi. Mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus
dilakukan proses tersebut. Divisi perpajakan harus melakukan suatu proses Tax
Management berupa me-manage restitusi pajak yang berjalan.
 Misalnya: me-maintain suatu rekonsiliasi pajak antara Penjualan menurut
PPh badan dan menurut SPT masa PPN (SPM PPN), merapikan faktur
pajak masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang
diperlukan. Kita bisa bayangkan jika hal ini tidak ter-manage dengan baik,
maka restitusi akan membawa dengan dan hutang pajak yang materiil tentunya.

29
BAB III
KESIMPULAN

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, khususnya badan dalam
bentuk tax avoidance, memang dimungkinkan atau dalam hal ini tidak bertentangan
dengan undang-undang atau ketentuan hukum yang berlaku, karena dianggap praktek-
praktek yang berhubungan dengan tax avoidance lebih kepada pemanfaatan lubang-
lubang atau celah-celah atau bisa juga kekosongan-kekosongan dalam undang-undang
perpajakan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak tidak bisa berbuat
apa- apa –melakukan penuntutan secara hukum, meskipun praktek tax avoidance ini
akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktek tax avoidance ini
sebenarnya suatu dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan
jumlah pajak yang harus dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak
untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya seperti yang dikemukakan
oleh Sophar Lumbantoruan dalam bukunya akuntansi pajak ( 1996:489 ) yaitu :
 Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer beban pajak
dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian, orang atau badan yang
dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.
 Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
 Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
 Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan menlanggar ketentuan
peraturan perpajakan.
 Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009, Perpajakan. Jogjakarta: Andi

Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.03/2009

Sophar Lumbantoruan. 1996. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit


Gramedia.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP) dan peraturan pelaksanaannya.

Zain, Mohammad. (2005). Manajemen Perpajakan, Edisi Kedua, Penerbit Salemba


Empat, Jakarta.

http://www.pajak.go.id/

31

Anda mungkin juga menyukai