Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Dosen Pengampuh:

Muh. Nasri Katman.SE.,M.AK

Di Susun Oleh:

Kelompok 10

 Harfianingsih (90100120101)
 Sebrina (90100120119)
 Andi Alung Mappatunru (90100120111)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pajak
Penghasilan Pasal 26”
Makalah Tentang pajak penghasil pasal 26 disusun guna memenuhi tugas
dari dosen pada mata kuliah dari Perpajakan di UIN Alauddin Makassar. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Konsep danTeori Perpajakan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang sudah membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
yang ingin mengetahui tentang pajak penghasilan pasal 26
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Limbung,Jum’at 20 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .........................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................


A. Pengertian pajak penghasilan Pasal 26 ................................................
B. Tarif pajak dan penerapannya .............................................................
C. Pemotongan pajak penghasilan pasal 26 ..............................................
D. Contoh perhitungan dan sifat pemotongan PPh pasal 26 ....................

BAB 3 PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang berasal baik dari Indonesia maupun luar negeri yang dapat digunakan untuk
konsumsi atau tidak menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Dengan demikian,maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,
honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

Pajak penghasilan pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas


penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia, selain Bentuk
Usaha Tetap (BUT) di Inonesia. Pajak Penghasilan pasal 26 ini mengatur
kebijakan mengenai pajak yang berhubungan dengan wajib pajak luar negeri.
Badan usaha apapun di Indonesia yang melakukan transaksi pembayaran (gaji,
bunga, dividen, royalti, dan lain sejenisnya) kepada wajib pajak luar negeri
diwajibkan untuk membayar PPh 26 atas transaksi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1) Apakah yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26


2) Bagaimanakah tariff pajak dan penerapannya
3) Bagaimanakah pemotongan pajak penghasilan pasal 26
4) Bagaimana contoh perhitungan dan sifat pemotongan PPh pasal 26
C. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui pajak penghasilan pasal 26
2) Untuk mengetahui tariff pajak dan penerapannya
3) Untuk mengetahui pemotongan pajak penghasilan pasal 26
4) Untuk mengetahui perhitungan dan sifat pemotongan PPh pasal 26
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Pengertian PPH pasal 26

Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008, PPh pasal 26 adalah


pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar
negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal balik (kontapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum . Berdasarkan UU No.
28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. Tarif Pajak dan Penerapannya

Besarnya tarif PPh pasal 26 dibedakan atas kelompaok objek PPh pasal 26
seperti berikut:

1) Atas penghasilan yang berupa :


1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang.
3. Royalti,sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta.
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5. Premi swap dan trsanksaksi lindung nilai lainnya.
6. Keuntugan karena pembebasan utang.
Dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan, untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20%
dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.

PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20 %

2) Atas penghasilan yang berupa:


a) Penghasilan dari penjualan harta di Indoseia.
b) Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Dipotong PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.

PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20%

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25% dari harga
jual.Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi reasuransi yang dibayarkan
pada perusahaan asuransi luar negeri adalah sebagai berikut :

a) Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar


negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari
jumlah premi yang dibayar .
b) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar.
c) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi dibayar.
3) Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20%
Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual`
4) Atas penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia.
C. PEMOTONG PPh Pasal 26
Berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 7Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang undang Nomor 36 Tahun
2008 (Undang-undang Pajak Penghasilan 1984), pemotong Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 26 ayat (1) adalah :
 Badan Pemerintah
Tidak ada penjelasan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan tentangarti
Badan Pemerintah ini. Namun demikian, tidak sulit untukmengartikan bahwa
yang dimaksud dengan Badan Pemerintah adalah pemerintah negara Republik
Indonesia beserta instansi- instansi di bawahnya.
 Subjek Pajak Badan dalam negeri
Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) huruf b Undang-undang PajakPenghasilan 1984,
subjek pajak badan dalam negeri adalah badan yangdidirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia. Istilah didirikan mengandung arti bahwa badan
tersebut didirikan berdasarkan ketentuan hukum di Indonesia. Sementara itu
istilah bertempa t kedudukan menunjukkan bahwa badan tersebut memiliki
efektif manajemen di Indonesia dimana pengambilan keputusan-
keputusan penting tentang badan tersebut dilakukan di Indonesia. Pengertian
badan sendiri berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-undangPajak
Penghasilan 1984 adalah sekumpulan orang dan / atau moda lyang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroa n komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma,kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulam, yayasan,organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya,lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektifda n bentuk usaha tetap.
 Penyelenggaraan kegiatan
Penyelenggara kegiatan bisa berbentuk badan, orang pribadi ataukepanitiaan
yang melakukan suatu event atau kegiatan.Contoh penyelenggara kegiatan ada
lah orang pribadi atau badan yang mengorganisir suatu acara seperti pertunjuk
an, perlombaan, seminar dan lain-lain

 Bentuk Usaha Tetap (BUT)


BUT adalah bagian dari Subjek Pajak luar negeri yang melakukankegiatan di
Indonesia sehingga menerima atau memperoleh penghasilam yang bersumber
dari Indonesia. Walaupun termasukWajib Pajak luar negeri, pemenuhan hak
dan kewajiban BUT disamakan dengan pemenuhan hak dan kewajiban Wajib
Pajak dalamnegeri. Pengertian BUT bisa kita temukan dalam Pasal 2 ayat
(5)Undang-undang Pajak Penghasilan, yaitu bentuk usaha yangdipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal diIndonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat di Indonesi auntuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, yangdapat berupa tempat kedudukan manajemen,
cabang perusahaan,kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel dan
lain-lain.
 Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT yang ada diIndonesia
juga merupakan pemotong PPh Pasal 23. Contohnya adalah Representative
office (RO) dari perusahaan-perusahaan asing.

D. Contoh Penghitungan dan Sifat Pemotongan PPh Pasal 26

1 ) Contoh penghitungan pemotongan PPh pasal 26

Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult.Mike


bertempat tinggal kurang dari 138 hari . Mike sudah beristri dan memunyai
seorang anak. Dalam bulan April 2018, Mike memperoleh gaji US$5,000
sebulan. kurs yang berlaku adalah Rp 13.500,- per US$ 1.

Penghitungan PPh Pasal 26:


Penghasilan bruto berupa gaji sebulan :

5.000 x Rp 13.500,00 = Rp 67.500.000,00

Penerapan tariff:

20% x Rp 57.500.000,00 = Rp 13.500.000,00

PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2018 adalah Rp 11.500.000,00.

2) Sifat Pemotongan
 Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,
penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.
 Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26
yang diterima atau diperoleh kantor pusat,sepanjang terdapat hubungan
efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud.
 Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam
negeri atau BUT.
BAB 3
KESIMPULAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil simpulan


sebagai berikut:

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak


atas penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan
pajakuntuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak
untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya
dimulaiatau berakhir tahun pajak.

Pajak penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan atas


penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia. Bentuk usaha tetap
merupakan subjek pajak yang perlakuan pajaknya dipermasakan dengan subjek
pajak badan. Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia, adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar
negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial
owner).

B. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,bentuk
penyusunan maupun materinya memiliki kekurangan dan masih memerlukan
tambahan dari para pembaca.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk lebih baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA.,CFrA., CA. Perpajakan.Yogyakarta:Andi


(2019)h.329-334.
Alda Endyan Kristiana.(2018),PPh pasal 26,
https://www.academia.edu/36321277/PPh_Pasal_26_MAKALAH_Untuk_memen
uhi_tugas_Semester_UTS (diakses 22 Mei 2022).

Anda mungkin juga menyukai