DAN
PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2
(PPH YANG BERSIFAT FINAL )
DISUSUN OLEH :
• ADE IRMA
• NUR WIDYA SYAFITTRI
• MUHAMMAD FARRAS
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Ketentuan pasal 26, undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib pajak luar negeri (baik orang
maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap.
Yang dikenakan pemotongan pph pasal 26 adalah Wajib pajak luar negeri (orang
pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap
OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25% dari harga jual.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan
Pada perusahaan asuransi luar negeri adalah sebagai berikut :
a. Atas premi yang dibayarkan tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah premi yang dibayar.
b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi diluar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang,sebesar 10%
dari jumlah premi yang dibayar.
c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun malalui pialang, sebesar 5%
dari jumlah premi yang dibayar
3. Atas penghasilan yang berupa penjulan atau pengalihan saham dipotong pph pasal 26 sebesar 20% dari
perkiraan penghasilan neto.
4. Atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetapi di Indonesia dikenai pajak
sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
Penanaman kembali tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurang pajak penghasilan dalam
bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau
peserta pendiri.
b.Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a harus aktif
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akta pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan didirikan.
c.Penamanaan kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun pajak berikutnya dari tahun
pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut.
d.Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduksi komersial.
3. Atas bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia serta bunga dari deposito selain dari
deposito sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 dikenai pajak penghasilan yang bersifat final dengan
tarif sebagai berikut :
a.Tarif 20% dari jumlah bruto, terhadap wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
b.Tarif 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan perjanjian penghindaran pajak
berganda yang berlaku, terhadap wajib pajak luar negeri.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU
DISKONTO OBLIGASI
Menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2009 s.t.d.t.d. Peraturan Pemerintah No. 55
Tahun 2019, atas penghasilan yang diterima wajib pajak berupa bunga dan diskonto obligasi yang
diperdagangkan dan/atau dilaporkan di bursa efek dikenakan pajak penghasilan yang bersifat
final.
4.Bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh wajib pajak reksa
dana dan wajib pajak dana investasi insfrastruktur berbentuk kontrak investasi kolektif,
dana investasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif, dan efek beragam aset
berbentuk kontrak investasi kolektif yang terdaftar atau tercatat pada otoritas jasa
keuangansebesar :
a. 5% sampai dengan tahun 2020.
b. 10% untuk tahun 2021 dan seterusnya.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA SEWA TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan diatur dengan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2002.
Menurut ketentuan tersebut penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh yang bersifat
final. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 10% baik atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak
badan maupun orang pribadi dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.
Contoh 1 :
PT BDS menyewa sebuah ruko dari Tuan Wibawa untuk dijadikan kantor dengan nilai sewa sebesar Rp
40.000.000,00
PPh Pasal 4 Ayat 2 yang dipotong oleh PT BDS adalah :
5. Dikecualikan dari kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan :
a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah pecah
b. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penggunaan antara pihak pihak yang bersangkutan
c.Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dengan cara hibah kepada badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan PMK sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penggunaan
antara pihak pihak yang bersangkutan
d.Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena waris
e.Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau
pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku
f. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan
dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara
berupa tanah dan/atau bangunan.
g.Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan.
USAHA JASA KONTRUKSI
Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari usaha jasa kontruksi diatur dengan Peraturan Pemerintah
No. 51 Tahun 2008 s.t.d.t.d. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009.
Berikut ini adalah beberapa pengertian menurut Peraturan Pemerintah tersebut :
Jasa konstruksi
Add Text adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaanSimple
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
PowerPoint
Presentation
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan fisik lain.
Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang
Add Text
profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi
Simple
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan PowerPoint
menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya
pekerjaan konstruksi terintegrasi yaituPresentation
penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak
awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Penyedia Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas
konstruksi maupun sub-subnya.
Atas Penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya PPh
yang dipotong adalah sebagai berikut :
1. 2 % (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi
usaha kecil;
PPh (final) = 2% x Jumlah jasa
2. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha. Your Text Here
5. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa hadiah undian diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 132 Tahun 2000 Menurut ketentuan peraturan tersebut penghasilan berupa undian dengan nama dan
dalam bentuk apa pun dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat Final. Besarnya Pajak
Penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan berupa hadiah undian adalah sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari jumlah bruto hadiah undian.
Contoh 2 :
PT Dipta dalam rangka mempromosukan produk barunya menyelenggarakn undian dengan hadiah berupa
uang tunai senilai Rp 100.000.000,00.
PPh Pasal 4 Ayar 2 yang dipotong PT Dipta adalah :
25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
PPh FINAL ATAS PENGHASILAN DARI TRANKSAKSI DERIVATIF BERUPA
KONTRAK BERJANGKA YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari tranksaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang
01 di bursa diatur dalam
diperdagangkan 02 03
Peraturan Pemerintah Nomor 1704Tahun 2009. Atas05 penghasilan
yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari tranksaksi derivatif berupa kontrak
berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 2,5 %
( dua koma limah persen ) dari margin awal.
Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2011 tanggal 6 juni 2011 ketentuan
D
mengenai pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari tranksaksi derivatif dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB
PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Pengenaan Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu diatur dalam
01 Peraturan Pemerintah Nomor 23 02Tahun 2018. Atas Penghasilan
dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto
tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).
S W
Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan final disini merupakan :
1. Wajib Pajak orang pribadi
2. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas
O T
Yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp
4.800.000.000,00 (empat milliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
03 04
Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas, yang meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, PPAT, Penilai, dan aktuaris
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinteron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama dan penari.
c. Olahragawan, Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator, Pengarang, peneliti, dan
Penerjemah, Agen Iklan, Pengawas atau pengelola proyek, Perantara
d. Petugas Penjaja barang dagangan, Agen asuransi
e. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan kegiatan sejenis lainnya.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar
negeri.
3.Penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang
perundangan perpajakan tersendiri.
4
4.Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak
Contoh :
Tuan Adi seorang dokter dan memiliki sebuah apotek. Pada tahun pajak 2020, Tuan Adi memperoleh peredaran
bruto dari memberikan jasa dokter atas nama diri sendiri sebesar Rp2.000.000.000 dan dari usaha apotek
memperoleh peredaran bruto sebesar Rp3.000.000.000 dal 1 tahum pajak. Meskipun jumlah peredaran bruto
Tuan Adi sebesar Rp5.000.000.000, penentuan batas peredaran bruto hanya berdasarkan peredaran bruto dari
usaha apotek. Karena batasan peredaran bruto yag diterima oleh Tuan Adi dari usaha apotek tidak melebihi
Rp4.800.000.000 maka penghasilan dari usaha apotek dikenai ajak penghasilan final berdasarkan ketentuan
peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2018.
:
Besarnya PPh final yang disetorkan selama tahun 2020 sebesar Rp3.000.000.000 x 0,5% = Rp15.000.000.000
Sedangkan penghasilan dari jasa dokter dikenai Pjak Penghasilan berdasarka tarif Pasal 17 ayat (1) hueuf a UU
pajak penghasilan.
Pajak penhasilan terutang dilunasi dengan cara :
1. Disetorkan sendiri oleh wjip pajak yang memiliki pperedaran brutop tertemtu
2. Dipotong atau dipungut oleh pemotong tau pemngut pajak dalm hal wajib pajak bersangkutan melakukan
transaksi denan pihak yang ditunjuk sebagi pemptong atau pemungut pajak.
Contoh :
Tuan Rudi memperoleh penghasilan dari usaha menjual alat elektronik ddengan peredaran broto sebesar
Rp80.000.000. dari jumlah tersebut, penjuaklan dengan petedaran bruto sebesar Rp60.000.000, dilakiakn
pada september 2019 oleh dinas perhubunga propinsi DKI Jakarta yang merupakam pemotong atau
pemungut pajak, sisanya sebesar Rp 20.000.000 diperoleh dari penjualan dari pemneli orang pribadi yang
langsung datang ketoko milikmya. Tuan Rudi memiliki sura t keterang wajib pajak dikenaai pajak
pengahsialan yang persifat final berdasrka ketentuan peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2018. pajak
pehghasilan yang bersifat final yang terutang buan sepetember 2019 dihitung sebagai berikut:
01 02 03 04
Pajak penghasialn yang bersifat final yang dipotong oleh dinas perhub DKI Jakarta
=0,5% x Rp60.000.000
=Rp300.000