Anda di halaman 1dari 8

- SUBJEK PAJAK PPH 21

jenis Subjek Pajak Penghasilan 


Subjek pajak penghasilan terbagi menjadi empat jenis. Namun, setiap jenisnya masih
terbagi menjadi dua, yakni dalam negeri dan luar negeri. Berikut ini perinciannya
lebih lanjut.
1. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
A. Subjek PPh Dalam Negeri
Subjek pajak penghasilan orang pribadi dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia
(WNI) atau Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja dan memperoleh penghasilan
serta berdomisili atau berkediaman tetap di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan. Selain itu, mereka yang berada di Indonesia dalam satu tahun pajak
dan mempunyai niat untuk tinggal di sini juga termasuk di dalamnya.
Akan tetapi, tidak semua WNI atau WNA dengan kategori seperti yang dipaparkan
masuk sebagai wajib pajak penghasilan. Mereka tidak perlu membayar pajak
penghasilan jika menerima penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang senilai Rp 54 juta/tahun. 
B. Subjek PPh Luar Negeri
Subjek pajak penghasilan orang pribadi luar negeri adalah WNI atau WNA yang tidak
berdomisili di Indonesia dan tinggal kurang dari 183 hari di Indonesia dalam jangka
waktu 12 bulan. Selama itu, mereka dapat berada di luar negeri atau menjalankan
usahanya di Indonesia dengan pergi-pulang. 
Namun, selama mendapatkan penghasilan dari usahanya tersebut, wajib pajak orang
pribadi tersebut tetap dikategorikan sebagai subjek pajak penghasilan. Meski begitu,
bila menambah masa tinggalnya setelah 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, orang
tersebut bisa mengurus penggantian status subjek pajak ke Direktorat Jenderal
Pajak dan berhak memperoleh keuntungan seperti hak membayar pajak secara
angsuran selama satu tahun pajak.
2. Subjek Pajak Penghasilan Badan
A. Subjek PPh Badan Dalam Negeri
Subjek pajak penghasilan badan mencakup semua perusahaan yang melakukan
aktivitas usahanya di Indonesia. Badan tersebut akan langsung menjadi subjek pajak
penghasilan dalam negeri sejak didirikan atau mulai berkedudukan dan mendapat
penghasilan di Indonesia.
B. Subjek PPh Badan Luar Negeri
Subjek pajak penghasilan badan luar negeri merupakan badan yang tidak
berkedudukan atau didirikan di Indonesia tetapi menjalankan aktivitasnya dan
memperoleh penghasilan di Indonesia.
Misalnya perusahaan X dari Malaysia dan tidak punya kantor di Indonesia. Namun,
perusahaan tersebut memiliki karyawan yang secara berkala datang ke Indonesia
untuk berjualan dan mendapatkan penghasilan. Maka, perusahaan X akan tetap
menjadi subjek PPh badan luar negeri.
3. Subjek Pajak Penghasilan Warisan
Warisan yang belum dibagi juga bisa dikategorikan sebagai subjek pajak penghasilan.
Namun ada syaratnya. Warisan tersebut harus berpotensi menjadi penghasilan. 
Contoh termudah adalah warisan berupa properti yang akhirnya disewakan. Karena
memberikan penghasilan, warisan tersebut dihitung sebagai subjek pajak penghasilan.
Lalu, berkaitan dengan kewajiban perpajakan, baik kewajiban bayar pajak dan lapor
pajak, dari subjek pajak warisan, pelaksanaannya dapat diwakili oleh salah satu ahli
waris, pengurus warisan, serta pelaksana wasiat.
4. Subjek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap
BUT juga menjadi subjek pajak penghasilan. Meski tempat usahanya tidak
berkedudukan di Indonesia, selama BUT tersebut melakukan aktivitas ekonomi yang
memberikan penghasilan maka akan dijadikan subjek pajak penghasilan. 
Adapun contohnya adalah aset berupa tanah, gedung, mesin, peralatan, gudang dan
komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha
melalui internet.
Kalkulator PPh 21 Karyawan di Gadjian
Setelah paham subjek pajak penghasilan dan objek pajak penghasilan PPh 21, Anda
bisa melakukan perhitungannya. Hal ini harus dilakukan oleh perusahaan terhadap
para karyawannya. Namun, melakukan penghitungan PPh 21 secara manual jelas
merepotkan. Banyak komponen yang terkait sehingga rawan human error.
- OBJEK PAJAK

1. Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:


a. Penghasilan yang diperoleh karyawan tetap baik berupa penghasilan yang teratur
maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur. Bentuknya bisa
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
c. Penghasilan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja dan dengan pensiun
yang diterima secara sekaligus. Contohnya berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, serta tunjangan hari tua.
d. Penghasilan karyawan tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang berbentuk upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.
e. Imbalan kepada bukan karyawan, antara lain seperti honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai bayaran sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
f. Bayaran yang diberikan kepada peserta kegiatan seperti uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.
- 2. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:
a. Bukan wajib pajak.
b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.
c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit).
2. PPH 23

- subjek PPh Pasal 23

Sesuai dengan pengertian pajak penghasilan pasal 23 di atas, maka yang


menjadi subjek atau orang yang dikenakan tarif PPh 23 atau besaran PPh 23
adalah:

 Wajib pajak dalam negeri


 BUT

- Objek PPh 23

Objek PPh 23 berdasarkan Pasal 23 UU PPh di antaranya:

1. Dividen
2. Bunga
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
21
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta yang telah dikenai
PPh 4 ayat 2
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh 21

- Tarif pph 23

1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :

 Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final,


bunga dan royalti;
 Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi dan jasa konsultan.

4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada
tanggal 24 Agustus 2015.

5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
PPh Pasal 23.

6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk


dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap

3.PPH 26

- subjek Pajak PPh Pasal 26?

1. Pengoperasian Usaha di Indonesia

Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang
tidak didirikan atau berada di Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

2. Memperoleh Penghasilan dari Indonesia

Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang
tidak didirikan atau berada di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak melalui menjalankan usaha melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia.

- Objek pajak pph 26

Objek PPh 26 atau Pajak Penghasilan Pasal 26 di antaranya:

1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
3. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5. Imbalan dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
8. Keuntungan karena pembebasan utang

- Tarif PPH 26

1. Tarif 10% dari jumlah bruto


2. Tarif 20% dari perkiraan penghasilan neto
3. Tarif  20% dari laba bersih penjualan atau pengalihan saham perusahaan
4. Tarif 20% dari Penghasilan Kena Pajak Setelah Dikurangi Pajak dari
BUT di Indonesia (PPh Pasal 26 ayat 4)
4.PPH 22

- Subjek pajak PPH 22

o Badan Usaha meliputi industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi
o Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
o Produsen atau importir bahan bakar minyak
o Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja
o Pedagang pengumpul (pengumpul hasil hutan, perkebunan, pertanian, dsb).

- Objek pajak pph 22

o Badan Usaha meliputi industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi
o Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
o Produsen atau importir bahan bakar minyak
o Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja
o Pedagang pengumpul (pengumpul hasil hutan, perkebunan, pertanian, dsb).
- Tarif
1. Tarif PPh 22 sebesar 2,5% dan 7,5% atas Impor
2. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% atas Pembelian
3. Tarif PPh 22 atas Penjualan Hasil Produksi Tertentu
 Kertas: 0.1% dari DPP PPN
 semen: 0.25% dari DPP PPN
 Baja: 0.3% dari DPP PPN
 Otomotif: 0.45% dari DPP PPN
 Semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN
4. Tarif PPh Pasal 22 Hasil Produksi Migas
5. Tarif PPh 22 sebesar 0,25% atas Pembelian Bahan untuk Industri
6. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,5% atas Impor Komoditas
7. Tarif PPh 22 sebesar 1,5% atas Ekspor Komoditas Tambang
8. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Kendaraan Bermotor
9. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Emas BatanganTarif PPh
10. Pasal 22 Barang Mewah
  Tarif PPh 22 sebesar 1% atas Penjualan Barang Mewah
 Tarif PPh Pasal 22 sebesar 5% atas Penjualan Barang Mewah

5. PPH 29
- Subjek pajak
o wajib Pajak Pribadi
o Wajib Pajak Badan
- Objek pajak
o penghasilan yang kurang bayar pajak dari SPT Tahunan WP Pribadi dan
Badan bersangkutan.
- Tarif
o Tarif WP Orang Pribadi PPh 29 yaitu menggunakan rumus: PPh Pasal 25 yang
sudah lunas = 0,75 x omset setiap bulan/jumlah penghasilan setiap bulan. PPh
Pasal 29 yang harus dibayar/dilunasi = PPh terutang – PPh 25 yang sudah
lunas.

6. PPH 15

- Subjek pajak
o WP Pekerja asing di perusahaan pengeboran migas di Indonesia. WP yang
melakukan investasi dalam bentuk BOT. WP Perusahaan dagang asing luar
negeri yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia. WP Perusahaan jasa
maklon internasional di bidang produksi mainan anak-anak.
- Objek pajak
o 0bjek pajak dalam jenis PPh Pasal 15 ini lebih kepada biaya pabrikan langsung
dan tidak langsung, serta terkait biaya umum dan juga administrasi sesuai
dengan pembukuan komersial dari Wajib Pajak, selain biaya yang merupakan
bahan baku miliki prinsipal.
- Tarif

PPh Pasal 15 atas Pelayaran Dalam Negeri

- Merupakan Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri. PPh terutang =


30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto. Sehingga menghasilkan tarif
efektif untuk PPh terutang = 30% x 4% x Peredaran Bruto = 1,2% x
Peredaran Bruto dan bersifat final.

7. PPH 25
- Subjek pajak
Pertama, wajib pajak orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha, seperti pedagang
atau penyedia jasa. Kedua, wajib pajak badan yang melakukan kegiatan usaha, seperti
pedagang atau penyedia jasa.

- Objek pajak

- penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak baik itu pribadi maupun badan dari
kegiatan usaha yang mereka lakukan.
- Tarif
o jika penghasilan antara 4,8 miliar hingga 50 miliar rupiah, maka tarif PPh
yang dikenakan pada badan tersebut sebesar 25% – (0,6 Miliar ÷ penghasilan
kotor) x PKP. Apabila penghasilan lebih dari 50 miliar rupiah, maka
perhitungan PPh-nya dikenakan tarif sebesar 25% x PKP

8. PPH Pasal 4 ayat 2

- Subjek pajak

Subjek pemotong PPh 4 ayat (2)/PPh Final


- Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu.

- Objek pajak

o penghasilan dari transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi


derivatif perdagangan bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
mitra perusahaan yang diterima oleh perusahaan modal usaha.11 Nov 2022

- Tarif

Tarif PPh Pasal 4 Ayat (2)

- Tarif sebesar 20% dikenakan atas bunga deposito/tabungan, diskonto


Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta jasa giro. Ketentuan tarif ini diatur lebih
lanjut dalam PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK Nomor 51/KMK.04/2001.

Anda mungkin juga menyukai