Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Putri Yulistianti

NIM : 01012213030
JURUSAN : Manajemen (Hybrid)
MATKUL : Perpajakan

Quiz perpajakan Pasal 21 Pph 21 terbaru

1. Sebutkan pengertian Subjek pajak & objek Pajak penghasilan

Jawab :

a) Definisi Objek PPh 21

Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Maka, jika berkenaan dengan PPh 21, objek
pajak penghasilan PPh 21 merupakan semua jenis penghasilan yang dikenai PPh pasal
21. Pemerintah menetapkan jenis penghasilan yang dikenai PPh 21 dengan
dasar Peraturan Menteri Keuangan No 252/PMK.03/2008 Pasal 5. Bentuknya terdiri
diri dari segala jenis penghasilan yang diterima karyawan yang bersifat teratur seperti
gaji dan tunjangan tetap. Penghasilan pegawai yang tidak teratur seperti tunjangan
kehadiran, tunjangan hari raya (THR) keagamaan, dan bonus juga merupakan objek
pajak penghasilan PPh 21. Begitu pula dengan tunjangan pajak karyawan yang
diberikan perusahaan.

Jenis Objek PPh 21

1. Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:

a. Penghasilan yang diperoleh karyawan tetap baik berupa penghasilan yang teratur
maupun tidak teratur.

b. Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur. Bentuknya bisa
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

c. Penghasilan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja dan dengan pensiun
yang diterima secara sekaligus. Contohnya berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, serta tunjangan hari tua.

d. Penghasilan karyawan tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang berbentuk upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.

e. Imbalan kepada bukan karyawan, antara lain seperti honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagai bayaran sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
f. Bayaran yang diberikan kepada peserta kegiatan seperti uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.

2. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:

a. Bukan wajib pajak.

b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma penghitungan


khusus (deemed profit).

Definisi Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak merupakan orang pribadi atau badan yang dikenakan pajak sesuai
dengan ketetapan yang telah diatur oleh Undang-Undang. Namun, kewajiban setiap
subjek pajak dalam membayar dan melaporkan pajak berbeda-beda. Begitu pula
dengan hak-hak yang diperolehnya.

Berdasar pemahaman tersebut, secara ringkas, subjek pajak penghasilan adalah orang
pribadi, harta warisan yang belum dibagi, badan, dan Badan Usaha Tetap (BUT).
Namun, hal tersebut masih dibagi berdasarkan domisili yakni, subjek pajak
penghasilan dalam negeri dan luar negeri.

Pemerintah menggunakan dua dasar hukum untuk menetapkan subjek pajak


penghasilan. Pertama adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Lalu yang kedua adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
215/PMK.03/2008 tentang Penetapan Organisasi-Organisasi Internasional dan
Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk Subjek
Pajak Penghasilan.

Adapun kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai,
penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pekerja dan
peserta kegiatan.

Jenis Subjek Pajak Penghasilan

1. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

A. Subjek PPh Dalam Negeri

Subjek pajak penghasilan orang pribadi dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia
(WNI) atau Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja dan memperoleh penghasilan
serta berdomisili atau berkediaman tetap di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan. Selain itu, mereka yang berada di Indonesia dalam satu tahun pajak
dan mempunyai niat untuk tinggal di sini juga termasuk di dalamnya. Tetapi tidak
semua WNI atau WNA dengan kategori seperti yang dipaparkan masuk sebagai wajib
pajak penghasilan. Mereka tidak perlu membayar pajak penghasilan jika menerima
penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang senilai Rp 54
juta/tahun.

B. Subjek PPh Luar Negeri

Subjek pajak penghasilan orang pribadi luar negeri adalah WNI atau WNA yang tidak
berdomisili di Indonesia dan tinggal kurang dari 183 hari di Indonesia dalam jangka
waktu 12 bulan. Selama itu, mereka dapat berada di luar negeri atau menjalankan
usahanya di Indonesia dengan pergi-pulang.

Namun, selama mendapatkan penghasilan dari usahanya tersebut, wajib pajak orang
pribadi tersebut tetap dikategorikan sebagai subjek pajak penghasilan. Meski begitu,
bila menambah masa tinggalnya setelah 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, orang
tersebut bisa mengurus penggantian status subjek pajak ke Direktorat Jenderal
Pajak dan berhak memperoleh keuntungan seperti hak membayar pajak secara
angsuran selama satu tahun pajak.

2. Subjek Pajak Penghasilan Badan

A. Subjek PPh Badan Dalam Negeri

Subjek pajak penghasilan badan mencakup semua perusahaan yang melakukan


aktivitas usahanya di Indonesia. Badan tersebut akan langsung menjadi subjek pajak
penghasilan dalam negeri sejak didirikan atau mulai berkedudukan dan mendapat
penghasilan di Indonesia.

B. Subjek PPh Badan Luar Negeri

Subjek pajak penghasilan badan luar negeri merupakan badan yang tidak
berkedudukan atau didirikan di Indonesia tetapi menjalankan aktivitasnya dan
memperoleh penghasilan di Indonesia.

Misalnya perusahaan X dari Malaysia dan tidak punya kantor di Indonesia. Namun,
perusahaan tersebut memiliki karyawan yang secara berkala datang ke Indonesia
untuk berjualan dan mendapatkan penghasilan. Maka, perusahaan X akan tetap
menjadi subjek PPh badan luar negeri.

3. Subjek Pajak Penghasilan Warisan

Warisan yang belum dibagi juga bisa dikategorikan sebagai subjek pajak penghasilan.
Namun ada syaratnya. Warisan tersebut harus berpotensi menjadi penghasilan.

Contoh termudah adalah warisan berupa properti yang akhirnya disewakan. Karena
memberikan penghasilan, warisan tersebut dihitung sebagai subjek pajak penghasilan.
Lalu, berkaitan dengan kewajiban perpajakan, baik kewajiban bayar pajak dan lapor
pajak, dari subjek pajak warisan, pelaksanaannya dapat diwakili oleh salah satu ahli
waris, pengurus warisan, serta pelaksana wasiat.
4. Subjek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap

BUT juga menjadi subjek pajak penghasilan. Meski tempat usahanya tidak
berkedudukan di Indonesia, selama BUT tersebut melakukan aktivitas ekonomi yang
memberikan penghasilan maka akan dijadikan subjek pajak penghasilan.

Adapun contohnya adalah aset berupa tanah, gedung, mesin, peralatan, gudang dan
komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha
melalui internet.

2) Sebutkan yg tidak termasuk subjek dan objek pajak penghasilan

Jawab :

A. Subjek yang Tidak Termasuk Subjek Pajak

Sesuai dengan Pasal 3 Ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
yang tidak termasuk subjek pajak dalam negeri maupun luar negeri adalah:

a) Kantor perwakilan negara asing Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan


konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik
b) Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut


 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota

c) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional

Sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara


Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Dalam beleid ini pun disebutkan, untuk organisasi internasional yang tidak termasuk
subjek pajak pada huruf c tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
(KMK).
Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak Sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 ayat (3) UU PPh, :

1. Bantuan atau sumbangan

Ini termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia.

Juga yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak. Di mana
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan

2. Harta hibahan

Harta hibahan ini adalah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.

Di mana ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan


(PMK) sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Warisan

4. Harta termasuk setoran tunai

Harta termasuk setoran tunai ini adalah yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal.

5. Penggantian atau imbalan

Penggantian atau imbalan ini sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah. Kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit).

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi


Pembayaran dari perusahaan asuransi ini yakni ditujukan kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa.

7. Dividen atau bagian laba

Ketentuan adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan


 Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
8. Iuran

Iuran ini merupakan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai.

9. Penghasilan dari modal

Penghasilan dari modal ini termasuk yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan KMK.

10. Bagian laba

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura ini berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

 Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan


kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan PMK
 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
12. Beasiswa
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK.

13. Sisa lebih

Sisa lebih hasil usaha yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan,
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.

Kemudian ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan


pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama
4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK.

14. Bantuan atau santunan

Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK.

3) Apa yg dimaksud dengan norma perhitungan penghasilan neto

Jawab :

Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) merupakan suatu norma yang


bermanfaat dan dapat digunakan oleh semua wajib pajak guna untuk penghitungan
penghasilan netonya dalam satu tahun pajak sebagai dasar dalam perhitungan PPh
Terutang 25/29.

Diberlakukannya norma penghasilan neto ini bertujuan untuk menyederhanakan dan


mempermudah perhitungan untuk mencari penghasilan netonya. Setelah seorang
wajib pajak mendapatkan besaran penghasilan neto, maka wajib pajak sudah bisa
menghitung besaran PPh terutang untuk kebutuhan dalam pembayaran dan pelaporan
pajak terutangnya.

Perlu ditahu juga bahwa dalam norma penghitungan penghasilan neto ini diatur
dalam Undang-Undang RI No.36 tahun 2008 yang telah mendapati perubahan
keempat atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 pasal 14 yang membahas tentang
Pajak Penghasilan, serta diatur dalam Peraturan DJP No. Per-17/PJ/2015 yang
membahas Tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang memuat rangkaian
persyaratan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak untuk dapat menggunakan norma
penghitungan ini.

4. Apa yg dimaksud dengan PTKP dan besaran PTKP

Jawab :
PTKP adalah singkatan dari Penghasilan Tidak Kena Pajak yang besarannya
ditentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk menghitung PPh 21.
Ketahui PTKP terbaru yang berlaku tahun 2023 . Semakin besar PTKP yang
ditetapkan pemerintah, maka Pajak Penghasilan (PPh) menjadi semakin kecil,
demikian pula sebaliknya.

Ketentuannya, apabila penghasilan Wajib Pajak (WP) pribadi kurang dari PTKP,
maka WP tidak dikenakan PPh Pasal 21 sesuai tarif PPh 21. Sebaliknya, jika
penghasilan WP lebih dari nilai PTKP, maka pajak penghasilan yang akan
dikenakan yakni tarif pajak dikali penghasilan kena pajak. Di mana penghasilan
kena pajak adalah penghasilan neto setelah dikurangi nilai PTKP.

Berapa Besaran PTKP 2023?

Beberapa ketentuan mengenai Pajak Penghasilan telah diubah terakhir dalam UU


Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Namun beleid tersebut tidak mengubah besaran PTKP 2023 yang berlaku.

Besar PTKP terbaru masih sama dengan yang tercantum dalam PMK No. 101 Tahun
2016 tentang Penyesuaian PTKP.

Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk WP Orang Pribadi dengan status tidak
kawin dan tanpa tanggungan masih sebesar Rp54.000.000 per tahun atau sebesar
Rp4.500.000 per bulan.

Apabila WP memiliki penghasilan lebih dari Rp4.500.000 sebulan, maka WP harus


membayar PPh 21 karena penghasilan tahunannya melebihi ambang batas atau
PTKP.

Bagi WP yang penghasilannya kurang dari nilai tersebut, PPh 21-nya bernilai nihil,
namun WP tetap wajib melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
PPh.

Kewajiban ini berlaku hingga WP memperoleh status Non-Efektif (NE) atau NPWP
NE dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

5. Tarif PPh 21 Terbaru

Jawab :
Tarif PPh 21 terbaru 2022 kini telah berlaku. Pemerintah melakukan perubahan yang
cukup signifikan terkait ketentuan perpajakan melalui Undang-Undang Harmonisasi
Perpajakan atau biasa dikenal pula UU HPP. Adapun perubahan ketentuan perpajakan
yang cukup menonjol adalah tarif pajak orang pribadi yang sebelumnya diatur dalam
Pasal 17 UU Pajak Penghasilan (UU PPH). Berikut ini adalah dafar tarif PPh 21
terbaru 2022 yang berlaku:

 Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp0 – Rp60.000.000/tahun


dikenakan tarif 5%.
 Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp60.000.000 –
Rp250.000.000/tahun dikenakan tarif 15%.
 Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp250.000.000 –
Rp500.000.000/tahun dikenakan tarif 25%.
 Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp500.000.000 –
Rp5.000.000.000/tahun dikenakan tarif 30%
 Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan di atas Rp5.000.000.000/tahun
dikenakan tarif 35%.

6. Bagaimana cara menghitung pph ps 21 ?

Jawab :

Rumus Cara Perhitungan PPh 21 Pribadi

Perhitungan PPh 21 dilakukan dengan mengalikan tarif pajak dengan Dasar


Pengenaan Pajak atau jumlah bruto dari penghasilan yang ditetapkan.

Umumnya penghasilan yang diterima atau diperoleh tersebut akan dikurangi dengan
unsur pengurang yang juga ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Rumus cara menghitung PPh Pribadi atau PPh 21 yang punya NPWP berapa persen
sesuai bracket penghasilan kena pajak dalam RUU HPP sebagai berikut:

PPh 21 = (Tarif PPh Pribadi x Penghasilan Kena Pajak)


Contoh:

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp90.000.000 dan memiliki NPWP.

Maka perhitungan PPh Pribadi yang harus dipotong bagi wajib pajak yang memiliki
NPWP adalah:

5% x Rp60.000.000 = Rp3.000.000
15% x Rp40.000.000 = Rp6.000.000 (+)

Jumlah PPh 21 Terutang = Rp9.000.000

Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP, perhitungan


dilakukan mengalikan 120% dengan tarif PPh Pribadi dan layer penghasilan kena
pajak dalam RUU HPP, yaitu:

PPh 21 yang harus dibayar = ( Tarif PPh Pribadi x 120% x


Penghasilan Kena Pajak )
Contoh:

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp90.000.000 tapi tidak punya NPWP.

Maka perhitungan PPh Pribadi yang harus dipotong bagi wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP adalah:

5% x 120 x Rp60.000.000 = Rp3.600.000

15% x 120 x Rp40.000.000 = Rp7.200.000 (+)

Jumlah PPh 21 Terutang = Rp10.800.000

Anda mungkin juga menyukai