Anda di halaman 1dari 25

Bab 2

Pajak Penghasilan Umum


dan PPh 21
Pengertian
Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Para Ahli :
Resmi (2017)
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atau penghasilan yang diterima atau diperbolehkan dalam satu tahun pajak.

Supramono dan Damayanti (2015)


Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam tahun pajak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
Negara.

Purwono (2010)
Pajak penghasilan merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang
berasal dari pendapatan rakyat, merupakan wujud kewajiban kenegaraan dan
peran serta rakyat dalam pembiayaan dan pembangunan nasional 2
“Pajak penghasilan dapat diartikan sebagai
iuran wajib atas penghasilan yang diperoleh
dari wajib pajak, yang diberikan kepada
negara sebagai bentuk tanggungjawab
kepada negara“

3
Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak yaitu segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan
Berdasarkan pasal 2 ayat (2) UU No. 36 tahun 2008, subjek pajak dapat dibedakan
menjadi dua :
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Mengacu pada UU
perpajakan, yang dimaksud badan ialah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer dan sebagainya,
BUMN, BUMD, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial, politik atau sejenisnya, bentuk usaha
tetap dan badan lainnya.
c) Warisan yang belum terbagi sebagai bentuk satu kesatuan menggantikan yang
berhak. 4
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia

5
Perbedaan WP Dalam Negeri dan Luar Negeri
Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar Negeri

Pajak dikenakan berdasarkan Pengenaan pajak hanya


perolehan penghasilan dari dalam berdasarkan penerimaan
dan atau dari luar negeri. penghasilan yang diperoleh dari
Indonesia
Pengenaan pajak berdasarkan Pengenaan pajak dari
penghasilan netto penghasilan bruto
Penggunaan tarif pasal 17 UU HPP Menggunakan tarif sesuai UU PPh
(Harmonisasi Peraturan 26
Perpajakan) Tahun 2021
Penyampaian SPT bersifat wajib Tidak wajib menyampaikan SPT

6
Objek Pajak Penghasilan
Objek PPh dalam UU PPh dirincikan sebagai berikut:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang industri, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
▫ Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
▫ Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya.
▫ Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apapun.
7
▫ Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk industri, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

▫ Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian


atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan.
8
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi.
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi.
9
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak.
17. Penghasilan dari usaha berbasis industri.
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.
19. Surplus Bank Indonesia.

10
Tidak Termasuk Subjek Pajak

Berikut yang tidak termasuk subjek pajak adalah :


1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
Negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat :
a) Bukan warga negara Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya di Indonesia
b) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
3. Organisasi-organisasi Internasional, dengan syarat :
a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuaran anggota
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat :
a) Bukan warga negara Indonesia
b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia

11
Pajak Penghasilan Pasal 21
(PPh 21)
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)

Pengertian PPh 21 menurut para ahli :


Mardiasmo (2013) menyatakan PPh Pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi.

Resmi (2017) PPh 21 yaitu pajak yang dilewatkan terhadap wajib


pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lainnya.

13
“PPh 21 dapat diartikan sebagai : iuran yang
dikenakan atas penghasilan yang diterima
oleh seorang Wajib Pajak Orang Pribadi
(WPOP) dalam negeri atas pekerjaan, jasa,
“ atau kegiatan yang dilakukannya, berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran dengan nama lain dalam
bentuk apapun”

14
Pemotong PPh Pasal 21
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan;
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun
dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka
pensiun;
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
15
Wajib Pajak PPh Pasal 21
Wajib Pajak atas PPh Pasal 21 adalah pegawai, penerima uang
pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, jaminan hari tua, ahli waris
dan Wajib Pajak kategori bukan pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa. Wajib
pajak yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
akuntan, arsitek, pengacara, dokter, konsultan, aktuaris, penilai,
dan notaris.
2. Bintang film, pemain musik, penyanyi, pembawa acara, bintang
iklan, bintang sinetron, peragawan, kru film, sutradara, foto
model, pelukis, pemain drama, penari, pemahat, dan seniman
lainnya.
3. Olahragawan, pelatih, penyuluh, pengajar, penasihat,
moderator, dan penceramah.
16
4. Peneliti, pengarang, dan penerjemah.
5. Penyedia jasa komputer dan sistem aplikasi, fotografi, teknik,
telekomunikasi, ekonomi, elektronika, sosial dan penyedia jasa
kepanitiaan.
6. Petugas dinas luar asuransi, direct selling, distributor perusahaan
multi-level marketing, petugas penjaja barang dagangan.
7. Dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap
perusahaan atau anggota dewan komisaris. Penerima
penghasilan atas keikutsertaan dalam kegiatan seperti peserta
perlombaan dan seni dalam segala bidang termasuk perlombaan
olahraga,ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ketangkasan dan
jenis perlombaan lainnya.
8. Peserta pertemuan, sidang, konferensi, kunjungan kerja, dan
peserta rapat. Peserta pendidikan dan pelatihan, peserta
kegiatan lainnya.
9. Mantan pegawai. 17
Objek PPh Pasal 21
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran
lain sejenis.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
18
Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,
merupakan penerimaan.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
5. Beasiswa
19
Tarif PPh Pasal 21
Tarif pajak yang dimuat pada PPh Pasal 21 dibebankan kepada Wajib Pajak yang telah
berpenghasilan. Namun, sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu tentang
besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP) PPh Pasal 21 yang diatur dalam peraturan
Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut:
1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
a. Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-32/PJ/2015
Penghasilan Kena Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala dikenakan PKP sebesar Penghasilan Netto dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru. Sementara pegawai tidak tetap dikenakan
PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) terbaru.
b. Sedangkan untuk bukan pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat
Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c (Bukan Pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian
jasa) dikenakan sebesar 50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP dalam satu bulan.

20
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan PMK No.101/PMK.010/2016, Wajib Pajak tidak akan dikenakan pajak
penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak lebih dari
Rp54.000.000,-.
Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak :

a. Rp 54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi.


b. Rp 4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
c. Rp 54.000.000,- untuk istri yang memiliki jumlah penghasilan tersebut digabung
dengan penghasilan suami.
d. Rp 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga kandung serta keluarga
dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga. (Jadi maksimal tanggungan yg dicatat 3
21
orang, kalau misalkan tanggunganya 5 orang yg dicatat hanya 3 orang)
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan :
a) Bagi karyawati menikah dan suaminya bekerja, besarnya
PTKP hanya untuk dirinya sendiri.
b) Bagi karyawati tidak menikah, sebesar PTKP untuk dirinya
sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
c) Dalam hal karyawati menikah dapat menunjukkan
keterangan tertulis dari PEMDA setempat, yang menyatakan
bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan,
besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya ditambah PTKP
status menikah, dan PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.

22
Tarif Progresif PPh Pasal 21

Dari penjelasan di atas, maka diketahui bahwa perubahan tarif PPh


21 terbaru 2022 kini terdapat 5 lapisan sedangkan sebelumnya hanya
ada 4 lapisan. Pemerintah menambah lapisan akhir dengan tarif 35%
yang mana penghasilan wajib pajak mencapai lebih dari Rp5 miliar.
Selanjutnya, lapisan pertama yang tadinya Rp0 – Rp50 juta/tahun
dikenakan tarif 5%, kini diubah menjadi Rp0 – Rp60.000.000 dengan
tarif yang sama, yakni 5%.
23
Rumus dan Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21
Perhitungan PPh 21 dilakukan dengan mengalikan tarif pajak
dengan Dasar Pengenaan Pajak atau jumlah bruto dari
penghasilan yang ditetapkan. Umumnya penghasilan yang diterima
atau diperoleh tersebut akan dikurangi dengan unsur pengurang
yang juga ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Rumus cara menghitung PPh 21 sebagai berikut:

PPh 21 = Tarif Pajak x (Penghasilan – Pengurang)

Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP,


perhitungan dilakukan dengan mengalikan 120% dengan total pajak
yang terutang.

PPh 21 yang harus dibayar = 120% x PPh 21 Terutang


24
Contoh Soal dan Latihan :
END
Minggu Depan

25

Anda mungkin juga menyukai