PAJAK PENGHASILAN
74
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
Subjek Pajak Luar Negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia.
b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
77
Objek Pajak yang dikenakan PPh final
Atas penghasilan berupa:
• bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;
• penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
• penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
• penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah contoh Jasa Kontruksi dan UKM
Tidak Termasuk Objek Pajak
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang di terima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan
dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi Dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP Dalam Negeri,koperasi, BUMN atau BUMD dari
78
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
- dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
- bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
- merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan; dan
- sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
79
5.2 Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan.
6. Lain-Lain
83
1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik
diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang
pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima
Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
2. Pemotong Pajak PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap,
termasuk penerima pensiun bulanan dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun
takwim berakhir.
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun
takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2 ) diberikan
oleh pemberi kerja selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang
bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada
Pemotong Pajak PPh Pasal 21 yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga
pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak
dalam negeri.
5.2.1 Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tarif dan Penerapannya
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang
dan calon pegawai serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan
sejenis, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan
Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:
- Pegawai Tetap; Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,- setahun atau Rp 500.000,-
(sebulan); dikurangi iuran pensiun. Iuran jaminan hari tua, dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
- Penerima Pensiun Bulanan; Penghasilan bruto dikurangi biaya
jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,- setahun
84
atau Rp 200.000,- sebulan); dikurangi PTKP.
- Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai : Penghasilan bruto
dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang
disetahunkan.
- Distributor Multi Level Marketing/direct selling dan kegiatan sejenis;
penghasilan bruto tiap bulan dikurangi PTKP perbulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea
siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang
jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik
dananya pada dana pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-
undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.
Keterangan Setahun
No
1. Diri Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi Rp. 54.000.000
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp. 4.500.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang Rp. 58.500.000
penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
4. Tambahan untuk setiap anggota keturunan Rp. 4.500.000
sedarah semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat yang diatnggung
sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap
keluarga
86
K2 = KAWIN 2 ANAK, K3 = KAWIN 3 ANAK .
Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 15%
250.000.000,-
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 25%
500.000.000,-
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%
CONTOH : JIKA Penghasilan Kena Pajak ( PKP) = 60 Juta maka PPh Pasal 21 =
5% x 50 Juta = 2.500.000
Tarif Pajak PPh Badan Pasal 25/29 Untuk Tahun Pajak 2013
Tarif Pajak PPh Badan digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang bagi
Wajib Pajak Badan yang memperoleh penghasilan dari objek pajak non final.
Tarif Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2013 dibagi menjadi dua bagian,
yaitu sebagai berikut :
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan Pasal 17
dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan, yaitu sebagai berikut :
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan PP Nomor
46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Atas peredaran usaha bruto bulan Juli sampai dengan Desember
2013 dari Wajib Pajak Badan yang mempunyai kriteria tertentu
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh Final Pasal
4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran usaha bruto dan bersifat final.
II. Pengurang
Biaya Jabatan: = 5%x 6.000.000 = 300.000 ( Maksimum 500.000/bulan)
Iuran pensiun = 100.000
Total Pengurangan = 400.000
IV. PTKP
PTKP setahun: Status K0
WP sendiri = 54.000.000
Tambahan WP kawin = 4.500.000
Total PTKP = 58.500.000
Contoh 2.
89
Ketenagakerjaan dan membayar iuran masing-masing Rp. 100.000
dan Rp. 150.000.
Jawaban :
Contoh 3.
Latihan :
3. PKP > 250 JUTA – 500 JUTA ((PKP x 25%) – 30 JUTA) / 0,75
Latihan 1
92
Agus setuju bekerja di PT. Agung Sedayu, dengan gaji Rp. 6 Jt
sebulan net. Agus status K(1) dan membayar iuran pensiun
sebulan Rp. 200.000.
Peng Bruto = 6 jt
Pengurang = 5% x 6 jt = 300000
PTKP = 63 jt , PKP = 3 jt
Buktikan
Gaji = 6.000.000
Latihan 3.
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x 6.000.000 = Rp. 200.000 ( maksimum sebulan)
Penghasilan Netto sebulan = Rp. 5.800.000
Penghasilan Netto setahun = Rp. 69.600.000
94
PTKP(K/1) = Rp. 63.000.000
PKP = Rp. 6.600.000
PPh Ps. 21 setahun = 5% x 6.600.000 = Rp. 330.000
PPh Ps. 21 sebulan (Rp. 330.000 )/12 = Rp. 27.500.
Orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan
Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola Dana
Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan
dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang
pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah
95
Tarif PPh pasal 21 untuk penghasilan berupa uang pesangon
diberlakukan kumulatif bersifat final;
Pembayaran dianggap sekaligus jika sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka
1. Pembayaran sebanyak-banyaknya 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara sekaligus
2. Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah tertentu yang ditetapkan
dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan yang dibayarkan secara sekaligus
3. Pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara Dana Pensiun
Bila PPh yang terutang dibayar pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya, pemotongannya
dilakukan dengan menerapkan tarif pasal 17 UU PPh yang bersifat tidak final dan bagi pegawai
96
Bagi pegawai yang tidak mempunyai NPWP dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif pasal pasal 17
UU PPh. Contoh:
Pengurangan:
Biaya Jabatan: 5%x 65.000.000 = 3.250.000
Iuran pensiun 12x25.000 = 300.000
Total Pengurangan = Rp. 3.550.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan: 5%x 60.000.000 = 3.000.000
Iuran pensiun 12x25.000 = 300.000
Total Pengurangan = Rp. 3.300.000
97
PPh Pasal 21 atas THR = 1.122.500 – 885.000 = Rp. 237.500
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR - PPh Pasal 21 atas gaji:
= Rp. 409.500,00 - Rp. 379.500,00
= Rp. 30.000,00
5. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dagangan atau petugas dinas
luar asuransi.
Contoh:
Tri seorang penjaja barang dagangan hasil produksi PT Jaya, dalam bulan April 2015
menerima komisi sebesar Rp. 750.000,00
PPh Pasal 21 = 5% x Rp. 750.000,00 = Rp. 37.500,00
98
Contoh perhitungan PPh Pasal 21 atas jasa dokter yang praktik di rumah sakit
dan/atau klinik
dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan
praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas
setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak
rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar
80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP
pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat
dr. Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. dr.
Abdul Gopar, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada tahun 2009, jasa dokter
yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit
Harapan Jantung Sehat adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter yang dibayar Pasien
(Rupiah)
Januari 45,000,000.00
Februari 49,000,000.00
Maret 47,000,000.00
April 40,000,000.00
Mei 44,000,000.00
Juni 52,000,000.00
Juli 40,000,000.00
Agustus 35,000,000.00
September 45,000,000.00
Oktober 44,000,000.00
November 43,000,000.00
Desember 40,000,000.00
Jumlah 524,000,000.00
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2009:
Bulan Jasa Dasar Dasar Tarif PPh
Doketr Pemotonga Pemotongan Pasal 17 Pasal 21
yang n PPh Pasal 21 ayat (1) terutang
dibayar PPh Pasal Kumulatif huruf a (Rupiah)
Pasien 21 (Rupiah) UU PPh
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3)=50% x (4) (5) (6)=(3) x (5)
(2)
Januari 45,000,000 22,500,000 22,500,000 5% 1,125,000
Februari 49,000,000 24,500,000 47,000,000 5% 1,225,000
Maret 47,000,000 3,000,000 50,000,000 5% 150,000
———— —————– ——— ————-
—– 70,500,000 15% 3,075,000
20,500,000
99
April 40,000,000 20,000,000 90,500,000 15% 3,000,000
Mei 44,000,000 22,000,000 112,000,000 15% 3,300,000
Juni 52,000,000 26,000,000 138,500,000 15% 3,900,000
Juli 40,000,000 20,000,000 158,500,000 15% 3,000,000
Agustus 35,000,000 17,500,000 176,000,000 15% 2,625,000
Septemb 45,000,000 22,500,000 198,500,000 15% 3,375,000
er
Oktober 44,000,000 22,000,000 220,500,000 15% 3,300,000
Novemb 43,000,000 21,500,000 242,000,000 15% 3,225,000
er
Desemb 40,000,000 8,000,000 250,000,000 15% 1,200,000
er ———— —————– ——— —————
—– 262,000,000 25% 3,000,000
12,000,000
Jumlah 524,000,00 35,500,000
0
Apabila dr. Abdul Gopar Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 terutang
adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 terutang sebagaimana contoh di atas.
5% x 50 jt = 2,5
15%x 200 jt = 30 jt
100
Contoh 2
Arifin dengan status belum menikah. pada bulan Januari 2016 bekerja
sebagai buruh harian pada PT Jaya Makmur. Ia bekerja selama 20 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 200.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :
Upah sehari Rp 200.000,00 x 20 hari = 4.000.000 artinya dibawah
PTKP ( TK = 4.500.000)/ bulan. Maka tidak ada PPh Pasal 21.
Contoh 3
Bagus dengan status belum menikah. pada bulan Januari 2016 bekerja
sebagai buruh harian pada PT Jaya Makmur. Ia bekerja selama 25 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 200.000,00 x 25 hari = 5.000.000 , sudah
melebihi PTKP (4.500.000).
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah Sehari : Rp.
Sampai dengan hari ke-22, karena jumlah kumulatif upah yang
diterima belum melebihi Rp 4.500,000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang
dipotong.
Bagus bekerja selama 25 hari, maka pada hari ke 23, setelah jumlah
kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000 , maka PPh Pasal 21
terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang
sebenarnya.
Upah s.d. hari ke-23 (Rp 200.000,00 x 23) Rp 4.600.000
PTKP sebenarnya (Rp 54000000 x 23/360) Rp 3.450.000
Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-23 Rp 1.150.000
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-23
Rp 1.150.000 x 5% Rp 57.500
PPh Pasal 21 yang telah dipotong 24 hari Rp. 4.800.000
PTKP = 54 jt x 24/360 Rp. 3.600.000
PKP Rp. 1.200.000
PPh Pasal 21 = 1,2 jt x 5% = Rp. 60.000
Jadi pada hari ke 24 dia bayar pajak =
Rp. 60.000 - Rp. 57.500 = Rp. 2.500
101
Contoh 4
Ali bekerja di PT Bayu selama 2 hari dengan upah Rp. 1.000.000 dibayar
setiap hari. Hitung PPh Pasal 21.
Jawaban : 10000000/ 2 = 500000 ; Tarif : 5% x ( 500000- 450000) = 2500.
Latihan :
Agus status K1 bekerja di PT. Agung sebagai pegawai harian dengan upah
Rp. 280.000 . Bekerja selama 25 hari dalam sebulan.
Hitung : PPh Pasal 21 atas Agus.
Parto adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu
perusahaan elektronika, dia belum menikah. Upah yang dibayar
berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 150.000,00
per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari
kerja) dihasilkan sebanyak 20 buah TV dengan upah Rp 3.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Upah sehari adalah
Rp 3.000.000,00 : 6 Rp 500.000
Upah Rp 450.000,00 sehari tidak kena pajak.
Upah kena pajak adalah :
102
Rp 500.000,00 – Rp 450.000,00Rp 50.000
Upah seminggu terutang pajak (PKP)
6 x Rp 50.000,00 Rp 300.000
PPh Pasal 21 , Tarif pasal 17
5% : Rp 300.000,00 = Rp 15.000,00 (Mingguan).
103
9. Penghasilan berupa uang tebusan pensiun, Tunjangan Hari
Tua (THT), dan uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
oleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan.
Contoh :
Eko bulan Maret 2015 menerima tebusan pensiun dari Dana
Pensiun “ X” Rp. 70.000,000.
Penghasilan Bruto Rp.70.000.000,
Dikecualikan dari Pemotongan Rp.50.000.000
Penghasilan dikenakan pajak Rp.20.000.000,
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 1.000.000,-
Jumlah PPh Pasal 21 terutang = Rp. 1.000.000,-
104
10. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, dan
Anggota POLRI.
Penghitungan PPh Pasal 21 Masa atau Bulanan Selain Masa Pajak Desember atau Masa
Pajak Terakhir
1. Untuk menghitungg PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan,
terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima selama sebulan, yang
meliputi seluruh gaji dan tunjangan;
2. Selanjutnyaya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran pensiun;
3. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan
dikalikan 12 (dua belas);
4. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNl, atau Anggota POLRl mulai bekerja
setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan
penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNl, atau Anggota POLRI mulai bekerja sampai dengan bulan Descember;
5. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak yaitu sebesar Penghasilan neto setahun
sebagaimana dimaksud pada angka 3 atau angka 4, dikurangi dengan Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP);
6. PPh Pasal 21 terulang atas perkiraan penghasilan setahun dihitung dengan
mencrapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak;
7. Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah sebulan, yaitu:
1. Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada
angka 3 dibagi dengan 12 (dua belas);
2. Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada
angka 4 dibagi banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali sebagaimana
dimaksud pada angka 4.
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, dan
Anggota POLRI, Selain Masa Pajak Desember dan Masa Pajak Terakhir atas
penghasilan teratur.
105
106
107
108
109
11. Pemotongan PPh Pasal 21 bagi orang pribadi dalam negeri bukan pegawai.
a. Pemotongan PPh Pasal 21 bagi orang pribadi dalam negeri bukan pegawai, atas
imbalan yang bersifat berkesinambung.
Imbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan adalah imbalan kepada
bukan pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Bagi yang telah memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan
kerja dengan Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta tidak memperoleh
penghasilan lainnya.
o PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU
PPh atas jumlah kumulatif penghasilan kena pajak dalam tahun kalender yang
110
bersangkutan. Besarnya penghasilan kena pajak adalah sebesar 50% ( lima
puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
Bagi yang tidak memiliki NPWP atau memperoleh penghasilan lainnya selain dari
hubungan kerja dengan Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta
memperoleh penghasilan lainnya.
o PPh Pasal2 1 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU
PPh atas jumlah kumulatif 50% ( lima puluh persen) dari jumlah penghasilan
bruto ruto dalam tahun kalender yang bersangkutan.
Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Orang Pribadi Dalam Negeri Bukan Pegawai, atas
lmbalan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan.
PPh Pasal2 1 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat( 1) huruf a UU PPh atas
50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto.
PPh Pasal 21 Dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik
Dalam hal bukan pegawai adalah dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau
klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang
dibayarkan pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya
atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.
Jumlah Bruto Bagi Bukan Pegawai yang mempekerjakan karyawan dan terdapat
material.
Bagi Bukan Pegawai yang:
mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto
adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari
pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak
dapat dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka
besarnya .
111
Contoh perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh bukan
pegawai yang menerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan.
Contoh perhitungan PPh Pasal 21 atas jasa dokter yang praktik di rumah
sakit
dan/atau klinik
dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang
melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan
perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien
akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter
tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP pada setiap
akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr.
Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di klinik
pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada
tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul
Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat adalah sebagai
berikut:
Bulan Jasa Dokter yang dibayar
Pasien (Rupiah)
Januari 45,000,000.00
Februari 49,000,000.00
Maret 47,000,000.00
April 40,000,000.00
Mei 44,000,000.00
Juni 52,000,000.00
Juli 40,000,000.00
Agustus 35,000,000.00
September 45,000,000.00
Oktober 44,000,000.00
November 43,000,000.00
Desember 40,000,000.00
Jumlah 524,000,000.00
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2009:
Bulan Jasa Dasar Dasar Tarif PPh
Doketr Pemotonga Pemotongan Pasal 17 Pasal 21
yang n PPh Pasal 21 ayat (1) terutang
dibayar PPh Pasal Kumulatif huruf a (Rupiah)
Pasien 21 (Rupiah) UU PPh
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3)=50% x (4) (5) (6)=(3) x (5)
(2)
Januari 45,000,000 22,500,000 22,500,000 5% 1,125,000
Februari 49,000,000 24,500,000 47,000,000 5% 1,225,000
Maret 47,000,000 3,000,000 50,000,000 5% 150,000
———— —————– ——— ————-
112
—– 70,500,000 15% 3,075,000
20,500,000
April 40,000,000 20,000,000 90,500,000 15% 3,000,000
Mei 44,000,000 22,000,000 112,000,000 15% 3,300,000
Melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya atas
pemberian jasanya saja,k ecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara
pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk
pemberian jasa dan material atau barang.
13. SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Desember dan Contoh Pengisiannya
SPT Tahunan PPh Pasal 21 sudah tidak ada lagi. Fungsi utama SPT Tahunan PPh Pasal 21
adalah untuk melaporkan PPh Pasal 21 terutang dan PPh Pasal 21 yang sudah dibayar dalam
satu tahun. Untuk pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan, SPT Tahunan PPh Pasal 21
berfungsi untuk melakukan koreksi atas perhitungan yang telah dilakukan secara bulanan.
Koreksi ini dilakukan karena perhitungan bulanan didasarkan pada perkiraan, sedangkan
perhitungan tahunan sudah didasarkan pada jumlah riel imbalan yang dibayarkan.
Perhitungan PPh Pasal 21 setahun untuk pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan ini
dituangkan dalam formulir 1721 A1 atau 1721 A2, yang berfungsi juga sebagai bukti
pemotongan PPh Pasal 21 bagi keduanya.
Dengan dihilangkannya SPT Tahunan PPh Pasal 21 ini, maka peranannya digantikan oleh SPT
Masa PPh Pasal 21 bulan Desember. Dengan demikian, pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
bulan Desember adalah pelaporan PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu tahun kalender dari
Januari sampai Desember, dan pembayaran yang telah dilakukan selama Januari sampai
Nopember.
Formulir bukti pemotongan pegawai tetap dan penerima pensiun 1721 A1 dan A2 tetap ada,
tetapi sekarang menjadi bagian dari lampiran SPT Masa PPh Pasal 21 bulan Desember, bukan
SPT Tahunan lagi. Kalau dulu rekapan formulir 1721 A1 atau A2 ini dituangkan dalam formulir
1721 A, maka sekarang dituangkan dalam formulir 1721-I. Nah, dengan demikian maka
perbedaan utama antara SPT Masa PPh Pasal 21 Desember dengan SPT Masa PPh Pasal 21
bulan lainnya adalah bahwa untuk bulan Desember harus dilampiri dengan 1721-I dan 1721 A1
masing-masing pegawai tetap yang penghasilannya di atas PTKP, sedangkan bulan lainnya tidak
ada lampiran lain.
Apabila di bulan Desember, terdapat pemotongan PPh Pasal 21 terhadap non pegawai tetap atau
pensiunan, maka pelaporannya tetap dilakukan seperti biasa dengan melampirkan bukti potong
dan daftar bukti potong. Bedanya, kalau objek PPh Pasal 21 non pegawai tetap yang tidak final
113
akan dilaporkan digabung dengan objek PPh Pasal 21 bulan-bulan sebelumnya. Sementara objek
PPh Pasal 21 final dilaporkan cukup hanya untuk bulan Desember saja.
Untuk lampiran 1721 II, tidak ada perbedaan antara bulan Desember dan bulan-bulan
sebelumnya karena formulir ini hanya dilampirkan kalau ada pegawai tetap baru masuk, keluar
atau baru memiliki NPWP saja..
114