Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sholaeman Ali

NIM : 11210150000086
3A

Pajak Penghasilan Umum


PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan yang
dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
A. Subjek Pajak
• Orang pribadi adalah perseorangan yang tinggal atau tidak tinggal di Indonesia baik itu
WNI/WNA tetapi memiliki penghasilan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan di
Indonesia.
• Badan adalah semua badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia kecuali badan-
badan yang bersifat tidak komersil dan badan yang pembiayaannya berasal dari
APBN/APBD.
• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan adalah harta warisan dari pewaris yang
harus dibayarkan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum mereka membagi-baginya.
Kewajiban pajak bagi ahli waris dimulai saat timbulnya warisan yang belum terbagi
tersebut dan berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagi.
• Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha pribadi dari orang yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia seperti WNA atau WNI belum lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan berada di Indonesia, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
BUT dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan,
gedung, pabrik, bengkel, gudang, dan lain-lain.
Subjek pajak dibagi menjadi 2 yakni :
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak dalam negeri ditentukan berdasarkan domisili pendiriannya atau lamanya suatu
aktivitas bisnis dilakukan di Indonesia. Subjek pajak dalam negeri bisa berupa orang
perorangan, badan dan warisan yang belum dibagi. Jika orang perorangan lahir di Indonesia
atau telah tinggal selama lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau berniat untuk
tinggal lama di Indonesia, dia dapat disebut sebagai subjek pajak pribadi dalam negeri.
Begitu juga dengan badan. Suatu badan dapat disebut sebagai subjek pajak dalam negeri
ketika didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia selama lebih dari 183 hari. Namun,
unit tertentu dari badan pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan atau pembiayaannya bersumber dari APBN/APBDdikecualikan dari ketentuan ini.
Badan yang dikecualikan tersebut diatur oleh ketentuan subjek pajak khusus di bawah
kebijakan pemerintah pusat atau daerah. Contoh dari badan yang dikecualikan tersebut adalah
BUMN/BUMD.
Sementara itu, warisan yang belum terbagi dinyatakan sebagai subjek pajak dalam negeri
karena menggantikan satu kesatuan dari pewaris, mendapat perlindungan hukum Indonesia
dan melakukan aktivitas ekonomi di Indonesia.
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Subjek pajak luar negeri mencakup orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tapi tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan dan badan usaha tetap yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan bisnis di Indonesia.
B. Objek Pajak Penghasilan
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
• hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
• laba usaha;
• keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
• penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
• bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
• dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
• royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
• sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
• keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
• keuntungan selisih kurs mata uang asing;
• selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
• premi asuransi;
• iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
• tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
• penghasilan dari usaha berbasis syariah;
• imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
• surplus Bank Indonesia.
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
3. warisan;
4. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit);
6. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
7. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat: dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
8. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
9. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
10. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
11. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan
mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan sahamnya
tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
12. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
13. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
14. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

C. Pengurangan Penghasilan
Pengurangan penghasilan diatur dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1)
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
• Biaya pembelian bahan
• Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
• Bunga, sewa, dan royalti
• Biaya perjalanan
• Biaya pengolahan limbah
• Premi asuransi
• Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK 02/PMK.03/2010)
• Biaya administrasi
• Pajak kecuali Pajak Penghasilan
• Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
• Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
• Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan
• Kerugian selisih kurs mata uang asing
• Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
• Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat telah dibebankan sebagai
biaya dalam laporan laba rugi komersial, Wajib Pajak harus menyerahkan daftar
piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak dan telah
diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu. Syarat telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
• Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah
• Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
• Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga sesuai ketentuan
• Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan Biaya tersebut diatas didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
D. Menghitung Pajak Penghasilan
Setelah mengetahui besaran PKP, kemudian tentukan persentase perhitungan pajak
penghasilan (PPh) yang diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
• PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%
• PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15%
• PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25%
• PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 30%
Langkah selanjutnya dalam perhitungan pajak penghasilan yaitu dengan mengalikan antara
PKP yang sudah diperoleh dengan persentase sesuai ketentuan. Hasil perkalian tersebut
adalah PPh yang wajib dibayarkan dalam periode satu tahun.
E. Pelunasan Pajak Penghasilan
Setiap tahun, kita sebagai Wajib Pajak tentunya akan diminta untuk melakukan pelaporan
pajak penghasilan. Sebagai masyarakat yang baik, tentunya dalam melaporkan pajak tahunan,
wajib bagi kita untuk mengetahui hitungan pajak agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
pajak. Setiap kelebihan atau kekurangan pajak yang kita laporkan, harus
dipertanggungjawabkan agar tidak terjadi beban di kemudian hari.
Pajak Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam
Tahun Pajak, atau Bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.
Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak
dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.
Agar pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan mendekati jumlah pajak yang akan terutang
untuk tahun pajak yang bersangkutan, maka pelaksanaannya dilakukan melalui:
1. pemotongan pajak oleh pihak lain dalam hal diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak
dari pekerjaan, jasa atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, pemungutan
pajak atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan
pemotongan pajak atas penghasilan dari modal, jasa dan kegiatan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
2. pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dilakukan untuk setiap bulan atau masa lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada dasarnya pelunasan pajak dalam tahun berjalan
dilakukan untuk setiap bulan, namun Menteri Keuangan dapat menentukan masa lain, seperti
saat dilakukannya transaksi atau saat diterima atau diperolehnya penghasilan, sehingga
pelunasan pajak dalam tahun berjalan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali
untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.
Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak, setelah
ditambah dengan pajak yang dipungut oleh pihak lain dan dikurangkan dari seluruh pajak
terhutang termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang terhutang di luar negeri.
Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak yang
nantinya boleh diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat
waktu, dan pertimbangan lainnya, maka dapat diatur pelunasan pajak dalam tahun berjalan
yang bersifat final atas jenis-jenis penghasilan tertentu seperti dimaksud dalam Pasal 21,
Pasal 22, dan Pasal 23. Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut tidak dapat dikreditkan
dengan Pajak Penghasilan yang terutang.

Anda mungkin juga menyukai