Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Pajak Internasional Dosen : Dr. Richard Eddy Tampubolon, M.M., M.B.A.

KELOMPOK 4 : 1. Agussalim Jamaluddin 2. Dedy Taryoko 3. Fajar Adi Nugraha 4. Elfira Karlina Saira 5. I Made Nur Ansari

PPh

pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap.

Menurut psl.2 ayat 4b UU PPh:


Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia

Objek PPh pasal 26 ayat (1):


a. dividen; b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; e. hadiah dan penghargaan; f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya; g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau h. keuntungan karena pembebasan utang.

1. 2. 3. 4. 5.

Badan Pemerintah Subjek Pajak Dalam Negeri Penyelenggara Kegiatan Bentuk Usaha Tetap Perwakilan Perusahaan Luar Negeri lainnya

PPh oleh pihak sebagaimana dimaksud dalam Psl 26 ayat (1) UU PPh,dilakukan pada akhir bulan : * dibayarkannya penghasilan * disediakan untuk dibayarkan * jatuh tempo pembayaran penghasilan yang bersangkutan Tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu
Pemotongan

Saat terutangnya PPh pasal 26 : Saat pembayaran Saat disediakan untuk dibayarkan Jatuh tempo Saat yang ditentukan dalam kontrak/perjanjian/faktur

*Yang dimaksud dengan saat disediakan untuk dibayarkan: - untuk perusahaan yang tidak go public,adalah saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan,yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian pula apabila perusahaan yang bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan dividen sementara (dividen interim),maka PPh psl 26 terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan. -untuk perusahaan yang go public,adalah pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date).Dengan kata lain,pemotongan PPh atas dividen sebagaimana diatur dalam Psl 26 UU PPh baru dapat dilakukan setelah para pemegang saham yang berhak menerima atau memperoleh dividen tersebut diketahui,meskipun dividen tersebut belum diterima tunai. *Yang dimaksud dengan saat jatuh tempo pembayaran adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan,baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.

Pada bulan Oktober 2009,A Corp memberikan pinjaman kepada PT B sebesar Rp.1.000.000.000 dengan tingkat bunga 10% per tahun.Jatuh tempo pembayaran bunga setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober. Pada 1 April 2010,PT B membayar bunga sebesar Rp.50.000.000 kepada A Corp. Sesuai ketentuan,PT B melakukan pemotongan PPh psl 26 ayat (1),pada saat jatuh tempo pembayaran pada tanggal 1 April 2010 sebesar Rp 15.000.000 (20% x Rp 50.000.000) dan kepada A Corp diberikan bukti potong. Sesuai dengan accrual basis atas bunga pinjaman ini,PT B mengakui sebagai biaya di tahun 2009 sebesar Rp 25.000.000 (bunga selama Oktober s.d. Desember 2009)

Pemotong

PPh Pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 26 rangkap 3: - Lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri; - Lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak; -Lembar ketiga untuk arsip Pemotong PPh Pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti pemotongan lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

(1a) Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). (2). Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,kecuali yang diatur dalam Pasal 4(2),yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain BUT di Indonesia,dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,dipotong pajak 20 % dari perkiraan penghasilan neto.

Atas

penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,kec yang diatur dalam Psl 4 ayat(2) UU PPh,yg diterima atau diperoleh WPLN selain BUT,dipotong PPh psl 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto dan bersifat final. Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25% dari harga jual sehingga besarnya pajak yang terutang adalah 5% x harga jual.

Penghasilan

dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia yang diterima atau diperoleh WPLN,dipotong PPh psl 26 oleh pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak dan kepada WPLN selaku penjual diberikan bukti pemotongan PPh Psl 26. Kepala KPP tempat OP WPDN terdaftar menerbitkan Surat Keputusan Penunjukan Orang Pribadi WPDN sebagai pemotong PPh psl 26

Perhiasan

mewah,berlian,emas,intan Jam tangan mewah Barang Antik,Lukisan Mobil,motor Kapal pesiar dan/atau Pesawat terbang ringan Bagi WP OP LN yang menerima atau memperoleh penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta yang besarnya tidak melebihi Rp 10.000.000 untuk setiap jenis transaksi,dikecualikan dari pemotongan PPh psl 26.

1. 2. 3. 4.

5.

Badan Pemerintah Subjek Pajak Badan dalam negeri Penyelenggara kegiatan Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya,dan Orang pribadi sebagai WPDN yang ditunjuk sebagai pemotong pajak. *Pengacara,Akuntan,Dokter,Konsultan,Notaris,Penilai, Aktuaris yang melakukan pekerjaan bebas; *Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.

Memotong

PPh psl 26 yang terutang pada saat dilakukan pembayaran atau saat terutangnya penghasilan,tergantung mana yang terjadi terlebih dahulu Menyetorkan PPh psl 26 dengan menggunakan nama WPLN yang menjual atau mengalihkan harta,paling lama tgl 10 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi,ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menkeu. Melaporkan PPh psl 26 yang dipotong dengan SPT Masa kepada KPP tempat WP terdaftar paling lama tgl 20 bulan berikutnya.

Atas pembayaran premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi di luar negeri dikenakan pemotongan PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto. Besarnya Perkiraan Penghasilan Neto,adalah: *Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang,sebesar 50 % dari jumlah premi yang dibayar. *Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang,sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar. *Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang,sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.

Jenis Premi
Premi yang dibayarkan perusahaan asuransi di LN Premi yang dibayarkan kpd perush asuransi LN oleh Perush asuransi yg berkedudukan di Ind

Pemotong
Tertanggung atau Pemegang polis yang membayar premi ke perush asuransi LN Perush di Indonesia yang mereasuransikan sebagian atau seluruh tanggungannya kepada perusahaan asuransi di luar negeri Perusahaan reasuransi di Indonesia yang mereasuransikan kembali sebagian atau seluruh tanggungannya kepada perusahaan asuransi di LN

Premi yg dibayarkan kpd perush asuransi LN oleh perush reasuransi yg berkedudukan di Ind

(2a). Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c) dipotong pajak sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.

Pasal 18 ayat (3c): Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara(Conduit Company atau Special Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Heaven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia dapat ditetapkansebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia.
Contoh: X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara,sebuah negara yang bebas pajak (Tax Heaven Country),memiliki 100% saham PT X yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. X Ltd adalah suatu perusahaan antara (Conduit Company) yang didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Y Corp,sebuah perusahaan di negara B,dengan tujuan sebagai perusahaan antara dalam kepemilikannya atas seluruh saham PT X

(3). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 4). Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia dikenakan pajak sebesar 20%,kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia,yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Contoh: Penghasilan Kena Pajak BUT di Indonesia thn 2010 sebesar Rp 35.000.000.000 PPh tarif Pasal 17 : 25% x Rp 35.000.000 Rp 8.750.000.000 Penghasilan Kena Pajak setelah PPh Rp 26.250.000.000 Branch Profit Tax sesuai Psl 26 ayat (4) Rp 5.250.000.000

Branch Profit Tax sebesar Rp 5.250.000.000 dapat tidak dikenakan jika penghasilan kena pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia,sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/2011.

5). Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2),dan ayat (4) bersifat final,kecuali: a.Pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c. b.Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi WPDN atau BUT. Contoh: A sebagai tenaga asing orang pribadi membuat perjanjian kerja dengan PT B sebagai WPDN,untuk bekerja di Indonesia untuk jangka waktu 5 bulan terhitung mulai tgl 1Januari 2009.Pada tgl 20 April 2009,perjanjian kerja diperpanjang menjadi 8 bulan sehingga akan berakhir 31 Agustus 2009. Dengan diperpanjangnya perjanjian kerja tersebut maka status A berubah dari WPLN menjadi WPDN terhitung sejak tgl 1 Januari 2009,sehingga atas PPh psl 26 yang telah dipotong dan dipotong oleh PT B atas penghasilan A(JanuariMaret),dapat dikreditkan.

Pengertian

Yang dimaksud dengan standar gaji karyawan asing adalah besaran penghasilan bruto dalam satu bulan sehubungan dengan pekerjaan berupa gaji dan imbalan lain yang diterima atau diperoleh karyawan asing yang bekerja dalam bidang-bidang di luar bidang pengeboran minyak dan gas bumi.

Pedoman standar gaji karyawan asing digunakan dalam hal: 1. Terdapat petunjuk bahwa pembukuan wajib pajak tidak benar,sehingga tidak dapat dihitung besarnya pajak yang seharusnya terhutang. 2. Diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa terdapat pembayaran gaji karyawan asing yang tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan pajak penghasilan 21 atau 26 yang terutang. 3. Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang digunakan untuk menentukan jumlah gaji karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah pajak penghasilan pasal 21 atau pasal 26 yang terutang.

Kebangsaan

dari karyawan asing yang bersangkutan Jenis usaha dari perusahaan tempat karyawan asing memeroleh penghasilan (pemberi kerja) Kedudukan atau jabatan karyawan asing dalam perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja.

General Manager sebesar US $ 11.275 per bulan Manager sebesar US $ 9.350 per bulan Supervisor/Tool Pusher US $ 5.830 per bulan Assistance Supervisor/Ass.Tool Pusher US $ 4.510 per bulan Crew lainnya US $ 3.245 per bulan

Anda mungkin juga menyukai