I
START
Pasal 4
Ayat (2)
Ariya Yuda Viziza AP3A | 224202005
01 Pengecualian Pengenaan Pajak
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh adalah:
• orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
• (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
• orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan;
• badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
02
5. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah
ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;
orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan
6. dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah
guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau
bangunan; atau
orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
7. pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan.
03 Pembebasan atas pengenaan PPh ini dilakukan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).
Ketentuan Lain
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional hanya mengeluarkan surat keputusan
pemberian hak, pengakuan hak, dan peralihan hak atas tanah apabila permohonannya dilengkapi dengan SSP
atau hasil cetak sarana administrasi lain n yang disamakan dengan kecuali permohonan yang ketentuan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunannya dibebaskan dari pengenaan PPh.
Contoh kasus
PT Prima Propertindo menjual 1 unit rumah dengan tipe 45/150 kepada ibu Mega seharga Rp750.000.000. Ibu
Mega membayar uang muka sebesar Rp250.000.000 pada tanggal 25 Agustus 2016 dan selisihnya akan
diangsur sebanyak 4x sebesar Rp125.000.000 per bulan yang dibayar setiap tanggal 25 mulai September 2016.
Maka atas transaksi ini, meskipun belum dilakukan penandatanganan akta jual beli tetap terutang PPh Final
sebesar 2,5% pada saat diterimanya uang muka atau angsuran sebagai berikut:
05
06 PPh atas Penjualan Saham di Bursa Efek
PPh = 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham; bersifat final
Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan dan bersifat final sebesar 0,5% dari nilai saham.
Besarnya nilai saham adalah:
A. nilai saham pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996 atau pada tanggal 30 Desember 1996,
apabila saham tersebut telah diperdagangkan di bursa efek dalam tahun 1996 atau sebelumnya;
nilai saham perusahaan pada saat penawaran umum perdana (Initial Public Offering). apabila
B. saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek pada/setelah 1 Januari 1997.
Tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,5% dikenakan terhadap pemilik saham pendiri. Penyetoran tambahan
Pajak Penghasilan dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro selambat-lambatnya:
A. enam bulan setelah tanggal 29 Mei 1997, apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di
bursa efek sebelum tanggal tersebut;
B. satu bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa efek, apabila saham perusahaan baru
diperdagangkan di bursa efek pada atau setelah tanggal 29 Mei 1997.
07
Tambahan Pajak Penghasilan tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya bagi emiten dan emiten wajib
menyampaikan laporan tentang penyetoran tambahan Pajak Penghasilan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak tempat ia terdaftar sebagai Wajib Pajak selambat- lambatnya tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya
setelah bulan penyetoran.
Penyelenggara bursa efek wajib memungut Pajak Penghasilan yang terutang untuk transaksi penjualan saham,
menyetor kepada bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 20 (dua puluh) setiap
bulan atas transaksi penjualan saham yang dilakukan dalam bulan sebelumnya dan menyampaikan laporan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) pada bulan
yang sama dengan bulan penyetoran.
Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan
Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum Pernyataan Pendaftaran yang
diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran umum perdana ("initial
public offering") menjadi efektif. Termasuk dalam pengertian pendiri adalah orang pribadi atau badan yang
menerima pengalihan saham dari pendiri karena:
08 A. warisan;
B. hibah yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 Undang-Undang PPh:
C. cara lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan pada saat pengalihan tersebut.
A. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah
penawaran umum perdana ("initial public offering");
B. saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.
A. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen dalam bentuk saham;
B. saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana ("initial public offering") yang berasal dari
pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu (right issue), waran, obligasi konversi, dan efek konversi
lainnya;
C. saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana.
09 PPh atas Dividen yang Diterima Orang Pribadi
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar
10% dan bersifat final.
Yang dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan" untuk dividen adalah:
13 Contoh Kasus
PT Cartenz (tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 1 Mei 2016 mengumumkan pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Pada tanggal 11 Juli 2016 perusahaan membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya, yang mana dividen tersebut
berasal dari cadangan laba yang ditahan. Total jumlah dividen yang dibagikan adalah sebesar Rp500.000.000. Susunan pemegang saham beserta
persentase kepemilikan sahamnya adalah sebagai berikut:
Jawaban :
A. sebesar 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) per bulan; atau
B. sebesar 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000 (dua
ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi, wajib
memotong Pajak Penghasilan yang bersifat final pada saat pembayaran. Penghasilan berupa bunga simpanan
adalah imbalan berupa bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan
anggota koperasi orang pribadi pada koperasi tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota. Tidak termasuk
dalam pengertian ini adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi yang merupakan
bagian dari sisa hasil usaha.
15
PPh atas Selisih Lebih Revaluasi Aset Tetap
A. membayar PPh Final atas revaluasi aset tetap sebesar 10% dari selisih antara harga pasar
dan nilai buku aset,
B. meningkatkan biaya penyusutan aset tetap di masa datang sehingga biaya di masa datang
semakin besar dan beban Pajak Penghasilan semakin kecil,
B. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum dilakukan
revaluasi, yaitu telah melaporkan SPT masa PPh dan PPN dan membayar semua tunggakan pajak,
seperti STP, SKPKB, maupun SPPT PBB.
1. seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau
2. seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek
Pajak.
D. Revaluasi tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
18 penilaian kembali aset tetap
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri yang berlaku
pada
F. Tambahan PPhkembali
saat penilaian Final tidak berlaku
dikurangi apabila:
10%.
1. pengalihan aset tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau kebijakan Pemerintah atau keputusan
pengadilan;
2. pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan; atau
3. penarikan aset tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi.
Penilaian aset tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan 2016
A. Wajib Pajak dapat melakukan penilaian kembali aset tetap untuk tujuan perpajakan dengan mendapatkan perlakuan khusus apabila
permohonan penilaian kembali diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.
B. Perlakuan khusus berupa PPh yang bersifat final:
1. sebesar 3% untuk permohonan yang diajukan sampai dengan tanggal 31 Desember 2015
2. sebesar 4% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 s.d. 30 Juni 2016 atau
sebesar 6% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 s.d. 31 Desember 2016, yang dikenakan atas selish lebih nilai aset tetap hasil
3. penilaian kembali atau hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak, di atas nilai sisa buku fiskal semula.
C. Nilai aset tetap hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak harus dilakukan penilaian kembali dan ditetapkan oleh kantor jasa penilai
20 publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah, paling lambat:
1. pada 31 Desember 2016, untuk permohonan yang diajukan sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;
2. pada 30 Juni 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 s.d. 30
PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima/diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran Bruto tertentu
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final dan Kriteria WP yang Dikenakan PPh Final
A. WP yang memiliki peredaran bruto tertentu ini adalah W yang memenuhi kriteria berikut:
1. WP OP atau WP badan tidak termasuk BUT; dan
2. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak
B. melebihi
Peredaran Rp4.800.000.000
bruto yang (empat
tidak melebihi miliar delapan
Rp4.800.000.000 ratus miliar
(empat juta rupiah) dalam
delapan ratus1juta
Tahun Pajak.
rupiah) ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari
usaha seluruhnya termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari:
1. jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:
21 • tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri atas pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
• pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain
• drama, dan penari;
• olahragawan;
• penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
• pengarang, peneliti, dan penerjemah;
• agen iklan;
• pengawas atau pengelola proyek;
• perantara;
• petugas penjaja barang dagangan;
• agen asuransi; dan
• distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
4. tersendiri;
penghasilan dan
yang dikecualikan sebagai objek pajak.
C. Tidak termasuk WP OP yang atas penghasilannya dikenai PPh Final adalah WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam
usahanya:
1. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan
2. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
D. Tidak termasuk WP badan yang atas penghasilannya dikenai PPh Final adalah:
1. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau
2. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000 (empat
PPh terutang = 1% x jumlah peredaran bruto setiap bulan, untuk setiap tempat kegiatan usaha.
B.
Pengenaan PPh didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang
C. bersangkutan.
Jika peredaran bruto kumulatif WP pada suatu bulan telah melebihi jumlah Rp4,8 miliar dalam suatu Tahun Pajak, W tetap
D. dikenai tarif PPh final 1% sampai dengan akhir Tahun Pajak yang bersangkutan. Jika peredaran bruto WP telah melebihi jumlah
Rp4,8 miliar pada suatu Tahun Pajak, penghasilan yang diterima atau diperoleh W pada Tahun Pajak berikutnya dikenai tarif PPh
berdasarkan ketentuan UU PPh.
WP wajib menyetor PPh final ini ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan SSP atau
E. sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan SSP, yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan
Negara, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh final ini wajib menyampaikan SPT Masa PPh paling lama 20 hari setelah Masa
F.
Pajak berakhir.
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang dikenakan PPh final ini yang berdasarkan ketentuan UU
G.
PPh dan peraturan pelaksanaannya wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final, dapat
dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain.
Contoh :
PT Olee merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub-bidang Bangunan-Bangunan
Non-perumahan lainnya dengan kualifikasi besar Gred 6.
PT Olee pada 2014 ditunjuk oleh CV Ela selaku pemilk Rumah Sakit "Siti Khodijah" untuk membangun gedung baru yang akan digunakan
sebagai unit kesehatan ibu dan anak dengan nilai kontrak sebesar R25.000.000.000 (tidak termasuk PPN).
PT. Olee menerima uang muka kontrak sebesar Rp5.000.000.000 pada saat dimulai pembangunan, tanggal 15 Juli 2014. Termin pembayaran akan
dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
6Bagaimana
bulan. kewajiban pemotongan PPh yang dilakukan oleh CV Elaa terkait pembayaran:
pajak,
1. penghasilan
Pembayaran uangdari
mukausaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh pemotong pada saat pembayaran bagian nilai
kontrak.
Pemotongan PPh
kontrak jasa yang bersifat final atas penghasilan dari jasa kontruksi adalah:
konstruksi
PPh Pasal 4 ayat (2) = 3% × R5.000.000.000 = Rp150.000.000.
Kewajibanmelakukan
CV Elaa sebagai pengguna
pemotongan PPhjasa
yangadalah:
bersifat final atas penghasilan dari saha jasa konstruksi sebesar Rp150.000.000
A.
dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT
B. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
Olee
tersebut paling lambat tanggal 10 Agustus 2014,
melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT
2. Pembayaran termin pertama
Pemotongan PPhPPh
Masa yang bersifat
Pasal final
4 ayat (2)atas
Masapenghasilan dari jasa
Pajak Juli 2014 kontruksi
paling lambatadalah : 20 Agustus 2014.
tanggal
Terima
Kasih....