Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DOMISILI FISKAL
SAMPUL

Di Susun Oleh Kelompok :


Andi Nur Indasari
Andi Rani Septininrum
Reza Dwi Putra B
Sitti Maryam

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


POLIKTENIK BOSOWA
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

!3
SAMPUL.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
A. Pengertian Domisili Fiskal.............................................................8
B. Subjek Pajak Dalam Negeri...........................................................8
C. Subjek Pajak Luar Negeri..............................................................9
D. Bentuk Usaha Tetap....................................................................10
E. Penghasilan BUT (Bentuk Usaha Tetap)......................................11
F. Perbedaan Subjek Wajib Pajak Luar Negeri dan Dalam Negeri. . .12
G. Tidak Termasuk Subjek Pajak......................................................12
H. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B).......................13
I. Surat Keterangan Domisili..........................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19

A. Pengertian Domisili Fiskal

Domisili fiskal (fiscal domicile) atau fiscal resident adalah


status kependudukan yang digunakan untuk tujuan perpajakan.
Perpajakan untuk penduduk umumnya dikenakan dengan prinsip
world wide income (pajak akan dikenakan dinegara domisili, baik
penghasilan yang diterima/diperoleh dari dalam negeri maupn
yang diterima/diperoleh dari luar negeri sedangkan pemajakan
untuk bukan penduduk, dikenakan di negara. Sesuai dengan
pasal 4 ayat (1) UU PPh).
Pemajakan bukan penduduk umumnya dikenakan di Negara
sumber hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari Negara tersebut.
UU PPh tidak melihat stats subjek pajak orang pribadi
berdasarkan kewarganegaraan, namun lebih kepada :
1. Tempat tinggal
2. Berapa lama berada di Indonesia, dan

!3
3. Adanya niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

B. Subjek Pajak Dalam Negeri

Sesuai pasal 2 ayat (3) UU PPh, kriteria dari subjek pajak


dalam negeri adalah sebagai berikut:
a. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak
apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang
besarnya melebihi PTKP. Orang pribadi bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
orang pribadi yang dalam sat tahun pajak berada di
Indonesia, dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia.
b. Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat
didirikan atau bertempatkedudukan di Indonesia.
c. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria :
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD)
3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara
d. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
C. Subjek Pajak Luar Negeri

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,


berada di indonesia tidak lebih darai 183 hari selama jangka
waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan di Indonesia
yang dapat menerima atau memeroleh penghasilan dari

!3
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri, baik orang pribadi maupun badan
sekaligus merpakan wajib pajak karena menerima dan/atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau
menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia melalui nbentk usaha tetap di Indonesia.
Wajib pajak luar negeri hanaya akan dikenakan pajak atas
penghasilan yang diterima tau diperoleh bersumber dari
Indonesia saja. Pasal 26 UU PPh mengatur tentang potongan
pajak sebesar 20% dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarkan. Penghasilan wajib pajak luar negeri yang menjadi
objek pemotongan PPH Pasal 26 antara lain :
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan,
sehubungan dengan jaminan pengambilan utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain, sehubungan dengan
penggunaan harta
d. Imbalan, sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi linung dan nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang
Selain itu, PPH Pasal 26 juga dikenakan pada penghasilan
penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur
dalam pasal 4 ayat (2) dan penghasilan dari penjualan atau
pengalihan saham yang diterima atau diperoleh dari wajib pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi
asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri. Besarnya PPH Pasal 26 yang dipotong adalah 20% dari
perkiraan penghasilan netto.
D. Bentuk Usaha Tetap

!3
Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh SPLN (baik orang pribdai atau badan) untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya
suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat
berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan,
gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan
otomatis (automated equipment) yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan aktivitas usaha melalui internet.
Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

Perwujudan BUT dapat berupa tempat kedudukan


manajemen, cabang, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik,
bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah
kerja pertambangan minyak dan gas bumi, perikanan,
peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan, gudang,
ruang untuk promosi dan penjualan, proyek konstruksi, instalasi,
atau proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apa pun
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60
(enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai dari perusahan
asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung
risiko di Indonesia; dan komputer, agen elektronik, atau
peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh

!3
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
E. Penghasilan BUT (Bentuk Usaha Tetap)

Penghasilan yang menjadi objek pajak bagi BUT, sebagaimana


di dalam Pasal 5 ayat (1) UU PPh, terdiri dari tiga jenis yaitu ;
1. penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap
tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai.

2. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,


penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang
sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh
bentuk usaha tetap di Indonesia

3. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang


diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta
atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

Penghasilan BUT yang pertama adalah penghasilan


sebenarnya BUT dari harta yang dimiliki atau dikuasainya di
Inonesia. Penghasilan yang kedua merupakan penerapan force of
attraction rule di mana walaupun penghasilan ini adalah
penghasilan kantor pusat BUT di luar negeri, tetapi karena
berasal dari penjualan atau pemberian jasa yang sejenis dengan
yang dilakukan BUT, maka penghasilan ini ditarik sebagai
penghasilan BUT nya di Indonesia.
Penghasilan yang ketiga merupakan penerapan atribusi
karena hubungan efektif di mana jika kantor pusat BUT
menerima atau memperoleh penghasilan berupa bunga, dividend
dan royalty dari suatu perusahaan di Indonesia dan perusahaan
ini mempunya hubungan efektif dengan BUT, maka penghasilan

!3
ini akan diatribusi juga kepada BUT di Inonesia. Tidak ada definisi
kelas tentang hubungan efektif ini namun demikian, hubungan
yang efektif ini bisa digambarkan sebagai hubungan
ketergantungan atau hubungan yang saling menguntungkan
antara BUT dan perusahaan yang memberikan dividen, bunga
atau royalty kepada kantor pusat BUT.

F. Perbedaan Subjek Wajib Pajak Luar Negeri dan Dalam Negeri

a. WPDN dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima


atau diperoleh di Indonesia maupun dari luar Indonesia,
WPLN dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal
dari sumber penghasilan di Indonesia.
b. WPDN dikenai pajak berdasarkan tarif neto dengan tarif
umum, WPLN dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto
dengan tarif sepadan.
c. WPDN wajib menyampaikan SPT PPh, WPLN tidak wajib
menyampaikan SPT PPh karena kewajiban pajaknya
dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
G. Tidak Termasuk Subjek Pajak

Orang pribadi atas instansi yang tidak termask objek pajak


menurut ketentuan UU PPh adalah:
a. Kantor perwakilan Negara asing
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau
penjabat-penjabat yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bkan warga
Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan diluar jabatan atau kerjaannya
tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik .
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

!3
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan untuk
memperoleh penghasilan dari indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran anggota.
3. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional
dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha,
kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
H. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Dengan tujuan untuk menghilangkan pengenaan pajak


berganda internasional dan juga untuk mencegah terjadinya
penghindaran pajak (tax avoidance), diperlukan suatu perjanjian
perpajakan dengan Negara lain.
Undang-undang PPh, telah memberikan mandat kepada
pemerintah untuk melakukan perjanjian dengan Negara lain.
Dalam penjelasan Pasal 32A UU PPh yang mengatur hal ini
dijelaskan bahwa perjanjian perpajakan berlaku sebagai
perangkat hukum yang berlaku khusus (lex-spesialis). Dengan
demikian, ketentuan dalam UU Pajak Penghasilan tidak berlaku
jika di dalam perjanjian perpajakan diatur lain.
Masing-masing negara berhak untuk menentukan pajak
dalam batas kenegaraannya yang mengakibatkan perbedaan
perpajakan di tiap-tiap negara, selain juga disebabkan perbedaan
budaya dan pemaksaan pajak. Perbedaan tersebut meliputi
perbedaan dalam penentuan pajak dan penentuan biaya.
Keseimbangan dan netralitas Prinsip equity menyatakan
dalam kondisi sama pembayar pajak hendaknya dibebankan
pajak yang sama sedang netrality menyatakan pengaruh pajak
hendaknya tidak memiliki imbas dalam pengambilan keputusan
bisnis. Sumber pendapatan Sumber pendapatan dikelompokkan

!3
dalam dua kelas yaitu sumber pendapatan dalam negeri dan luar
negeri.
Sumber pendapatan luar negeri adalah hasil ekspor barang
dan jasa termasuk dari cabang di luar negeri dan dikenai pajak
pada saat pendapatan diakui. Pajak cabang LN dapat dikenakan
dengan menggunakan dua metode yaitu pendekatan teritorial
dan worldwide. Pendekatan teritorial berprinsip pajak dikenakan
di negara asal di mana pendapatan di dapat. Pendekatan
worldwide dikenakan baik pada penghasilan dalam maupun luar
negeri (pajak berganda).
Penentuan biaya Penentuan biaya berpengaruh pada besar
pajak. Jika R dan D dikapitalisasi maka pajak penghasilan akan
berlangsung selama masa pengakuan nilai sampai habis dalam
penghapusannya. Jika diperlakukan sebagai biaya hanya
berpengaruh pada periode tertentu sehingga berdampak pada
pajak langsung. Perbedaan penentuan umur aset akan
menentukan besar biaya. Aset didepresiasi lebih pendek
berakibat pada biaya menjadi lebih besar dan pajak lebih kecil.
Tipe-tipe pajak :
1. Corporate Income Tax, dua pendekatan yang digunakan
sistem klasik yaitu pajak dikenakan jika penghasilan sudah
diterima dan dicatat subyek pajak. Dan sistem integral yaitu
mengeliminasi pajak berganda lewat dua metode yakni split
rate dan imputansi
2. With Holding Tax, penghasilan yang dihasilkan perusahaan
anak di LN dikenakan pajak negara itu, sedang dividen yang
dikirim ke perusahaan dikenakan pajak negara tempat
perusahaan induk berada.
3. Indirect Tax, pajak tidak langsung dikenal sebagai pajak
pertambahan nilai. Konsep mendasari adalah bahwa pajak
dikenakan pada tiap tahap produksi. Pertambahan nilai

!3
didapat dari penghasilan barang dikurang nilai input, tetapi
PPn bukan pajak penjualan. Penghindaran pajak berganda
Permasalahan pengenaan pajak terhadap anak perusahaan
di LN adalah kemungkinan terjadi pengenaan pajak ganda
yaitu saat penghasilan diakui dikenai pajak nnegara
tersebut dan dikenai pajak negara perusahaan induk saat
penghasillan diakui oleh perusahaan induk.penghindaran
pajak dapat menggunakan metode :
1. Kredit pajak, perusahaan dapat mengurangi beban
pajak dengan dollar for dollar basis.
2. Traktat pajak, perbedaan filosofi pembebanan pajak
menimbulkan treaty untuk meminimisasi pajak
berganda, melindungi hak amsing-masing negara
dalam memungut pajak dan menyediakan acuan untuk
memutuskan suatu masalah. Perpajakan USA untuk
sumber pendapatan luar negeri, Pendapatan dibagi
dua :
a. Pendapatan dari impor dan ekspor barang jasa
perusahaan induk
b. Pendapatan dari cabang di luar negeri
Prinsip terkait adalah prinsip penangguhan dan
prinsip kredit pajak.
Konsep Tax Haven, ialah tempat orang asing menerima
pendapatan atau aset tanpa membayar tarif pajak tinggi.
Controlled Foreign Corporation, perusahaan USA dapat memilih
untuk memproduksi, menjual melalui perusahaan anak di LN.
Pendapatan Cabang, hukum pajak di USA memiliki qualified
business unit yang dibagi dua bagian yaitu penghasilan
didistribusikan ke kantor pusat dan penghasilan ditahan di LN
tempat QBU berada. Insentif Pajak
1. Insentif untuk menarik eksportir agar ekspor dapat bersaing
di LN

!3
2. Insentif bagi investor asing agar menanamkan modal
karena ada keringanan pajak.
3. Insentif lain adalah zero rate namun bukan berarti tak
dikenai pajak. Jika sektor telah kompetitif maka tarif
dinaikkan.
Perusahaan penjualan luar negeri
Foreign sales corporation harus memenuhi tuntutan :
a. Berbentuk korporasi dan memiliki kantor pusat di LN
b. Perusahaan secara substantif ekonomis bukan hanya
legal
c. Memiliki min.25 pemegang saham
Ekspor dilakukan di luar USA Perencanaan pajak internasional
Ekspor, FSC memberi kesempatan dan menyediakan keuntungan
pajak. Jika perusahaan menentukan lisesnsi untuk teknologi LN
harus memperhatikan with holding tax dan tax treaty. Cabang,
kerugian umum terjadi pada tahun pertama dan digunakan
perusahaan induk untuk mengurangi beban pajak. Perusahaan
anak, keuntungan anak perusahaan belum dikenakan pajak
sebelum dibagikan dalam bentuk pendapatan ke perusahaan
induk tapi kerugian tak dapat dikompensasi ke perusahaan induk.
Lokasi untuk operasi LN, berhubungan dengan insentif pajak,
tarif pajak, dan tax treaty.
I. Surat Keterangan Domisili
Dalam suatu negara untuk membuktikan bahwa seseorang
tersebut adalah warga negara tersebut yaitu dengan
mengunakan Surat keterangan domisili. Surat keterangan
domisili adalah surat yang menerangkan dimana seseorang itu
tinggal ataupun berasal. Dengan Surat Keterangan Domisili ( SKD
), maka seseorang ataupun badan tersebut mendapat
perlindungan pajak sesuai persetujuan P3B,. Surat Keterangan
Domisili dibedakan menjadi 2, yaitu :

!3
1. Surat Keterangan Domisili ( SKD ) Wajib Pajak Luar Negeri
Ketentuan Surat Keterangan Domisili Wajip Pajak Luar neger,
SKD adalah formulirnyang dikeluarkan atau diterbitkan oleh
Direktorat Jendral Pajak, dan yang telah disi lengkap dan di
tanda tanggani oleh wajib pajak luar negeri.dan di sahkan oleh
( P3B ).Peraturtan mengenai wajib pajak luar negeri bukan hanya
di atur dalam PER -61/PJ./2009jo.PER-24/PJ./2010 saja tetapi juga
ada peraturan terdahulu yaitu SE-03/PJ.101/1996. Dari peraturan
Peraturan tersebut ada perbedaan ketentuan ketentuannya
yaitu :
SE-03/PJ.101/1996 PER-61/PJ.2009jo. PER-24/PJ./2010
1. Bahwa wajib pajak luar negeri tersebut adalah penduduk /
resident dari negara mitra P3B.
2. Tanggal SKD diterbitkan atau disahkan.
3. Terdapat tanda tanggan pejabat yang berwenag dari penerbit
SKD. 1. Perbedaan form yang digunakan untuk membedakan
sesuai dengan kebutuhan atau golongannya.
2. Surat Keterangan Domisili ( SKD ) Wajib pajak dalam Negeri.
Surat Keterangan Domisili wajib pajak dalam negeri ini
mengunakan Formulir SKD Form DGT 7 yang digunakan sebagai
bukti domisili pajak warga negara Indonesia. Selai mengunakan
Form-DGT7 wajib pajak dalam negeri juga bisa mengunaka SKD
wajib pajak yang diterbitkan oleh negara mitera P3B. Wajib pajak
dalam negeri yang dapat memperoleh SKD adalah wajib pajak :
a. Yang bersetatus subjek pajak dalam Negeri Indonesia UU Pph
Pasal 2 (3).
b. Memiliki NPWP
c. Bukan berstatus sebagau wajib pajak luar negeri UU Pph pasal
2 (4).

!3
Di Indonesia SKD diterbitkan oleh Direktur Jendral pajak yang
disalurkan melalui KPP Domisili. Permohonan Wajib pajak haru
sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Selai
syarat syarat yang telah diberikan oleh direktur Jendral Pajak,
ada juga syarat lainnya yang harus di penuhi oleh wajib pajak
dalam negeri. Antara lain yaitu wajib pajak yang telah terdaftar
sebagai wajib pajak maka di wajibkan untu menyampaikan SPT
Tahunan pribadi maupun badan/ Instansi.

!3
DAFTAR PUSTAKA

http://pemeriksapajak.blogspot.co.id/2015/07/perpajakan-
international.html?m=1

!3

Anda mungkin juga menyukai