Anda di halaman 1dari 8

Modul Perpajakan I

PERTEMUAN 18:
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Bentuk Usaha Tetap
(BUT).Setelah membaca dan mempelajari materi ini, Anda harus mampu:
18.1Memahami pengertian dan jenis-jenis dari Bentuk Usaha Tetap (BUT)
18.2Memahami Subjek dan Objek Pajak dari Bentuk Usaha Tetap (BUT)
18.3Memahami penentuan laba dari Bentuk Usaha Tetap (BUT)

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 18.1:
Pengertian dan Jenis-Jenis BUT

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.

Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha
(place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung
termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen
elektronik atau peralatan otomatis (automated equipment) yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan aktivitas usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan


usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia.

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 137


Modul Perpajakan I

Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku
agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama
orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak
dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang
pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyai
kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya
bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri.

Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar


Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila
perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya di
Indonesia.Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang
mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia.Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, berada, atau bertempat
kedudukan di Indonesia.

Suat Bentuk Usaha Tetap dapat berupa:


1. Tempat kedudukan manajemen;
2. Cabang perusahaan;
3. Kantor perwakilan;
4. Gedung kantor;
5. Pabrik;
6. Bengkel;
7. Gudang;
8. Ruang untuk promosi dan penjualan;
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam;
10. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
11. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 138


Modul Perpajakan I

13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan;
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas;
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia; dan
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Tujuan Pembelajaran 18.2:

Subjek dan Objek Pajak BUT

Bentuk Usaha Tetap dikenakan pajak atas penghasilan baik yang berasal dari
usaha atau kegiatan, maupun yang berasal dari harta yang dimiliki atau
dikuasainya.Dengan demikian semua penghasilan tersebut dikenakan pajak
penghasilan di Indonesia.Subjek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap
adalahSubjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga
hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 139


Modul Perpajakan I

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di


Indonesia.

Subjek Pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi
Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia atau menerima dan/atau memperoleh penghasilan
yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif. Sehingga Wajib Pajak luar
negeri akan:
 Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber
penghasilan di Indonesia.
 Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto
 Tarif pajak yang dipergunakan adalah tidak sepadan (tarif UU PPh
pasal 26)
 Tidak wajib menyampaikan SPT

Subjek Pajak Luar Negeri melalui BUT dimulai saat menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui BUT dimulai
saat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia dan berakhir saat
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Yang menjadi objek pajak penghasilan BUT adalah:


1. Attribution Income, yaitu penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT
tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai.
Sebagai contoh, Telecom High Ltd. yang bergerak dalam usaha penjulan
satelit komunikasi mempunyai cabang di Jakarta dengan nama Telecom
High Indonesia. Apabila Telecom High Indonesia memperoleh laba
melalui usaha penjualan satelit komunikasi, maka atas laba penjualan
tersebut dikenakan Pajak Penghasilan sebagai pajak atas penghasilan
Wajib Pajak BUT.

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 140


Modul Perpajakan I

2. Force of Attraction Income, yaitu penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis
dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.
Sebagai contoh, Zurich Bank mempunyai cabang di Jakarta (Zurich Bank-
Indonesia).Apabila Zurich Bank memperoleh penghasilan berupa bunga
atas pinjaman yang diberikan tanpa melalui Zurich Bank-Indonesia, maka
penghasilan bunga tersebut tetap dianggap sebagai penghasilan BUT
(Zurich Bank-Indonesia).
3. Effectively Connected Income, yaitu penghasilan sebagaimana tersebut
dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang
terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.
Sebagai contoh, Tastez Inc. membuat perjanjian dengan PT Sedap untuk
menggunakan merek dagang Tastez Inc. Atas penggunaan hak tersebut
Tastez Inc. menerima imbalan berupa royalti dari PT Sedap. Dalam rangka
pemasaran produk, Tastez Inc. juga memberikan jasa manajemen kepada
PT Sedap melalui Tastez-Indonesia (BUT milik Tastez Inc. di
Indonesia).Dalam hal demikian, penggunaan merek dagang oleh PT Sedap
mempunyai hubungan efektif dengan BUT Tastez-Indonesia. Oleh karena
itu, penghasilan Tastez Inc. yang berupa royalti diperlakukan sebagai
penghasilan BUT (Tastez-Indonesia)

Tujuan Pembelajaran 18.3:


Penentuan Laba atas BUT

Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah
biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya
ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.
2. Pembayaran oleh BUT kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan
dibebankan sebagai biaya adalah:

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 141


Modul Perpajakan I

a. Royalti atau imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta, paten,


atau hak-hak lainnya
b. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya
c. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan

Sebagai konsekuensinya, atas pembayaran seperti tersebut di atas, yang


diterima atau diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Objek
Pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.

Perlakuan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (Branch
Profit Tax) yang bersifat final, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia. Penanaman kembali tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah
dikurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada
perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai
pendiri atau peserta pendiri;
2. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus secara aktif melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan akte pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun
sejak perusahaan tersebut didirikan;
3. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling
lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya
penghasilan tersebut; dan
4. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling
singkat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru
tersebut telah berproduksi komersial.

Bentuk Usaha Tetap yang melakukan penanaman kembali, wajib


menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk penanaman
yang dilakukan kepada Dirjen Pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh
tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan yang bersangkutan.

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 142


Modul Perpajakan I

Contoh:
Tastez-Indonesia yang merupakan bentuk usaha tetap mempunyai penghasilan
kena pajak dalam tahun 2012 sebesar Rp 1.000.000.000,00.
Perhitungan pajak atas BUT tersebut adalah sebagai berikut:
Penghasilan kena pajak Rp 1.000.000.000,00
PPh terutang:
25% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 250.000.000,00
Penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi
dengan pajak penghasilan Rp 750.000.000,00
Atas penghasilan tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar:
20% x Rp 720.000.000,00= Rp 150.000.000,00

Namun apabila atas penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi pajak
penghasilan tersebut (sebesar Rp 750.000.000,00) ditanamkan kembali di
Indonesia, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Jadi tidak ada
pemotongan pajak penghasilan sebesar 20% atau sebesar Rp 150.000.000,00.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan pengertian dari Bentuk Usaha Tetap (BUT)
2. Jelaskan objek pajak yang merupakan penghasilan dari Bentuk Usaha
Tetap (BUT)
3. New Yok Bank-Indonesia yang merupakan suatu bentuk usaha tetap
bergerak dalam bidang perbankanmempunyai penghasilan kena pajak
dalam tahun 2013 sebesar Rp 2.000.000.000,00. Apabila tariff pajak
penghasilan sebesar 25% dan tarif pajak atas BUT adalah 20%, hitunglah
pajak yang terutang atas BUT tersebut apabila:
 Penghasilan Kena Pajak BUT tidak ditanamkan kembali di
Indonesia
 Penghasilan Kena Pajak BUT ditanamkan kembali di Indonesia

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 143


Modul Perpajakan I

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Publishing.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 7 Buku I. Jakarta:
Salemba Empat.

Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Link and Sites:

http://www.pajak.go.id diakses tanggal 22 Agustus 2016

D3 Akuntansi Universitas Pamulang 144

Anda mungkin juga menyukai