Disusun oleh :
1. Adi Pratama (226120110126)
2. Gusti Aryadi Sofiansayah (226120110121)
3. M. Irwan Al Anshori (226120110118)
4. Nasywa
5. Shinta
6. Elli
7. Dwi Shepia Nabila Putri
Hormat kami,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang.........................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................iii
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................iii
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
2.1 Subjek Pajak ...............................................................................................
2.2 Objek Pajak ................................................................................................
2.3 Tarif Pajak Penghasilan...............................................................................
2.4 Cara Menghitung Pajak ..............................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Kritik dan Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Subjek Pajak juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang dituju oleh
Undang-Undang Perpajakan untuk dikenakan pajak, sehingga subjek pajak
penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai penghasilan untuk dijadikan
sasaran pengenaan pajak. Penghasilan yang akan dikenakan pajak adalah
penghasilan dalam bentuk dan nama apapun yang memenuhi syarat objektif
maupun syarat subjektif untuk dipotong pajak. Pasal 2 ayat (1) dan ayat (1a)
Dalam UU Pajak Penghasilan, ditentukan bahwa yang menjadi Subjek Pajak
adalah:
1. Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat tinggal atau berada di
Indonesia atau berada di luar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari
warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
3. Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
BUMN dan BUMD merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama
dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan pemerintah.
Misalnya, lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak. Dalam
pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan,
atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
4. Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha tetap (permanent establishment) merupakan subjek pajak
yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Bentuk usaha tetap dapat berupa:
1) Tempat kedudukan manajemen;
2) Cabang perusahaan;
3) Kantor perwakilan;
4) Gedung kantor;
5) Pabrik;
6) Bengkel;
7) Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran
yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;
8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
9) Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
10) Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan;
11) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas:
12) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi atau
menanggung resiko di Indonesia.
Rp 20.000.000,00
+
Rp 590.200.000,00
2. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dan badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 UU PPh dihitung dengan
menggunakan norma penghitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 UU PPh dan untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) UU PPh.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang berhak untuk tidak
menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan
contoh sebagai berikut.
- Peredaran bruto Rp4.000.000.000,00
- Penghasilan neto (menurut Norma Penghitungan)
3. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan
dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)UU PPh
dengan memerhatikan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPh dengan
pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3),
Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf
e, dan huruf g UU PPh.
Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, cara
penghitungan Penghasilan Kena Pajaknya pada dasarnya sama dengan
cara penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan
dalam negeri. Karena bentuk usaha tetap berkewajiban untuk
menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung
dengan cara penghitungan biasa.
Contoh :
- Peredaran bruto
Rp10.000.000.000,00
Rp 2.000.000.000,00
Rp 500.000.000,00
Rp3.550.000.000,00
1. Untuk peredaran bruto sampai Rp. 4,8M dalam satu tahun pajak
Karena Peredaran bruto tahun 2014 di bawah Rp. 4,8M maka tahun
pajak 2015 perusahaan ini harus melaksanakan kewajiban pajaknya
sesuai PP NO.46/2013. Misalkan pada januari 2015 peredaran brutonya
Rp.420.000.000,. maka pajak yang terutang pada bulan Januari
=Rp.4.200.000,. Pajak terutang sebesar Rp. 4.200.000,- disetorkan ke
Bank persepsi pajak.
2. Untuk peredaran bruto Rp. 4.8M s/d Rp. 50M dalam satu tahun
pajak
Peredaran Bruto PT. Adi Warna tahun 2014 sebesar Rp. 5.500.000.000,-
peredaran
bruto pada tahun 2014 ini melebihi Rp. 4.8M maka pada tahun pajak
2015 Perusahaan tersebut dapat menggunakan fasilitas keringanan
pajak. Misalkan PT.Adi Warna pada tahun 2015 memiliki peredaran
bruto Rp. 6.500.000.000,- dan mendapat laba sebelum pajak (PKP)
sebesar Rp.1.500.000.000,-
PPh Terutang:
Rp. 138.461.537,50
Keterangan:
3. Untuk peredaran bruto dalam satu tahun pajak diatas Rp. 50M,
Contoh:
Diketahui selama tahun 2015 peredaran bruto Adi Warna sebesar Rp.
65.000.000.000,- besarnya laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak)
adalah Rp.15.000.000.000,-. Berapa Pajak Penghasilan (PPh) terutang
pada periode tahun 2015?
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha
dalam negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk
memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara
berkewajiban membayar pajak kepada negara.
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak,
sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib
pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga
kepadanya diwajibkan pajak.
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak
harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat.
Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA