Anda di halaman 1dari 4

TARIF PAJAK PENGHASILAN

A. Kebijakan Tarif Pajak


Pengenaan besarnya pajak yang harus dibayarkan subjek pajak atas objek
pajak yang menjadi tanggungannya, tarif pajak umum-nya dinyatakan
dengan persentase. Semua jenis pajak mempunyai tarif yang berbeda-beda.
Perbedaan tarif pajak disesuaikan dengan sistem pajak Indonesia yang
menggunakan sistem tarif pajak pro-gresif yang disusun sesuai kebijakan
pemerintah sesuai keadaan ekonomi negara dan program pembangunan.

B. Macam-Macam Tarif Pajak


1. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif
pajak yang presentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar
pengenaan pajak. Dengan begitu, seberapa besarnya jumlah objek
pajak, persentasenya akan tetap.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
2. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak
akan selalu tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajaknya (tidak berubah-ubah).
Contoh : Bea Meterai dengan nilai Rp10000
3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak
akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan
pajak. Contoh Pajak Pengahsilan
Dasar pengenaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 (Pasal
17) yaitu dengan lapisan-lapisan pengenaan pajak penghasilan
sebagai berikut :
a) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi atau Perorangan
Contoh :
1) Jumlah penghasilan kena pajak Tuan Abdul adalah Rp
42.000.000
Pajak penghasilan terutang :
5% x Rp 42.000.000 = Rp 2.100.000
2) Jumlah penghasilan kena pajak Tuan Burhan adalah Rp
90.000.000
Pajak penghasilan terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 45.000.000 = Rp 6.000.000 (+)
Rp 8.500.000
3) Jumlah penghasilan kena pajak Nyonya Sarah adalah
Rp 300.000.000
Pajak penghasilsan terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 50.000.000 = Rp 12.500.000 (+)
Rp 45.000.0000
4) Jumlah penghasilan kena pajak Nyonya Sasfir adalah
Rp 600.000.000
Pajak penghasilan terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp 100.000.000 = Rp 30.000.000 (+)
= Rp 125.000.000
b) Untuk Wajib Pajak Badan atau Badan Usaha Tetap
Besarnya tarif pajak untuk Badan dan Bentuk Usaha Tetap
sesuai Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) Undang-
undang PPh adalah sebesar 25%, kecuali BUT tertentu yang
penghasilannya dihitung dengan menggunakan Norma
Penghitungan Khusus, maka tarifnya adalah tarif khusus
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
4. Tarif degresif (a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan
pajaknya semakin meningkat. Dengan begitu apabila persentasenya
semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Akan
tetapi, bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.

C. Pengurangan Tarif Pajak


Khusus Wajib Pajak Badan diberikan fasilitas pajak berupa pengurangan
tarif pajak sebagaimana diamanatkan pada Pasal 31 E Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
Pengaturan ditujukan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam 17 ayat (1) huruf b
dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari peredaran
bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
Sebagai contoh:
1. PT Amal karya tahun pajak 2011 memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto sebesar Rp 4.700.000.000,00 dan Penghasilan
Kena Pajaknya Rp 600.000.000,00. Karena peredaran bruto masih
di bawah atau kurang dari Rp 4.800.000.000,00.
Pajak Penghasilan Terutang = 50% x 25% (Rp 600.000.000,00) =
Rp 75.000.000,00.
2. Peredaran usaha PT. jaya tahun pajak 2011 sebesar Rp
40.000.000.000,00 dan diperoleh Penghasilan Kena Pajak Rp
4.500.000.000,00.
Tata cara penghitungan PPh Terutang sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas: 4.800.000.000,- x Rp
4.500.000.000,00 : Rp 40.000.000.000,- = Rp
540.000.000,00
b. Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak mendapat fasilitas:
(Rp 40.000.000.000,00 - Rp 540.000.000,00) = Rp
39.460.000.000,00

PPh Terutang:
a. 50 % x 25 % (Rp 540.000.000,00) = Rp 67.500.000,00
b. 25% x (Rp 39.460.000.000,00) = Rp 9.865.000.000,00
Total PPh Terutang Rp 9.932.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai