Anda di halaman 1dari 3

Tarif PPh WP Badan dan Fasilitas Pajak UMKM

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

Berdasarkan ketentuan UU Perpajakan tahun 2008 pasal 17 ayat 1, tarif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak
Badan adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan
persen) berkahir tahun 2009.

Tarif 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

Contoh:
Jumlah peredaran bruto dalam Tahun Pajak 2010 Rp 54.000.000.000,00 Jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam Tahun
Pajak 2010 Rp 4.000.000.000,00

PPh yang terutang


= 25% x Rp 4.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. PPh terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan Penghasilan Kena Pajak.

Contoh:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam Tahun Pajak 2010 Rp 1.250.000.000,00

PPh yang terutang


= (25%-5%) x Rp1.250.000.000,00= Rp 250.000.000,00.

Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan
Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka.

Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh.

Fasilitas UMKM

Berdasarkan UU Pajak Penghasilan No 36 th 2008 Pasal 31E, Wajib Pajak badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Besarnya
bagian peredaran bruto dapat dinaikkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Penghitungan PPh terutang dapat dibedakan menjadi dua


yaitu:

Jika peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00, maka penghitungan PPh terutang yaitu sebagai
berikut:

PPh terutang = 50% X 25% X seluruh Penghasilan Kena Pajak

Jika peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00, maka penghitungan
PPh terutang yaitu sebagai berikut:

PPh terutang = (50% x 25% x Penghasilan Kena Pajak dari Bagian Peredaran Bruto Yang Mendapat Fasilitas) + (25% x
Penghasilan Kena Pajak dari Bagian Peredaran Bruto Yang Tidak Mendapat Fasilitas)

dimana

Penghasilan Kena Pajak dari Bagian Peredaran Bruto Yang Mendapat Fasilitas adalah sebesar =

(4.800.000.000/ Peredaran Bruto) x Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak dari Peredaran Bruto Yang Tidak Mendapat Fasilitas Pajak sebesar =

Penghasilan Kena Pajak - Penghasilan Kena Pajak dari bagian Peredaran Bruto yang Mendapat Fasilitas

Contoh Perhitungan

Contoh 1: Bila Peredaran Bruto Kurang dari atau sama dengan 4,8 Milyar

Peredaran bruto PT ARYA dalam tahun pajak 20xx sebesar Rp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta
rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penghitungan pajak yang terutang:

Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT ARYA tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Pajak Penghasilan yang terutang:


(50% x 25%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

Contoh 2: Bila Peredaran Bruto Lebih Besar dari 4,8 Milyar


Peredaran bruto PT SOROS dalam tahun pajak 20xx sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah)
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:


- (50% x 25%) x Rp480.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
- 25% x Rp2.520.000.000,00 = Rp630.000.000,00(+)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp690.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai