Anda di halaman 1dari 6

Nama: Elisa Margareta M P

Tanggal: 03/11/2023

Nama Topik: UU NO.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Ringkasan Topik:
PPh Pasal 21
Subjek Pajak: Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
 pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai;
 bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
 dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
 badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan
 penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Objek Pajak:

1. Penghasilan Tetap Dan Teratur Setiap Bulan Yang Di Terima Oleh Pegawai, Seperti
Gaji Tunjangan
2. Penghasilan Tidak Tetap Dan Teratur Yang Diterima Oleh Pegawai, Bukan Pegawai,
Dan Peserta Kegiatan, Seperti : Honor Kegiatan, Honor Narasumber, Dan
Sebagainya

Tarif Pajak:
(Ayat 5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 ayat (1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lampiran Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% (lima persen)
(lima puluh juta rupiah)
Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh 15%
juta rupiah) sampai dengan (lima belas persen)
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah)
Diatas Rp 250.000.000,00 (dua ratus 25%
lima puluh juta rupiah) sampai dengan (dua puluh lima persen)
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
(lima ratus juta rupiah) (tiga puluh persen)

b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua
puluh delapan persen).
Pasal 17 ayat (2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 17 ayat (2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua
puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
(Ayat 5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
PPh Pasal 22
Subjek Pajak:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang;
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.endahara pemerintah, badan-badan, dan wajib pajak
Objek Pajak:
 Pembayaran pembelian barang (PPh 22 Bendahara)
 Impor dan ekspor barang
 Pembayaran harga pembelian
Tarif Pajak:
1. Atas impor:
 yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
 non-API = 7,5% x nilai impor;
 yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, yaitu:
 Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
 Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
 Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
 Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
 Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API = 0,5% x nilai impor.
7. Atas penjualan
 Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
 Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
 Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
 Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih
dari 400 m2.
 Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv),
minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima
miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5%
dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
PPh Pasal 23
Subjek Pajak: pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau
hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Objek Pajak: transaksi dividen, royalti, bunga, hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan
lain yang terkait dengan penggunaan aset selain tanah atau transfer bangunan atau jasa.
Tarif Pajak:
 15 % untuk dividen, royalti, bunga, hadiah dan penghargaan.
 2 % untuk objek pajak lainnya.
 100 % atau dua kali lipat tarif standar jika wajib pajak tidak memiliki NPWP.
Sehingga menjadi menjadi 30 % untuk dividen, royalti, bunga, hadiah dan
penghargaan dan 4 % untuk objek pajak lainnya. Jumlah transaksi yang akan
dikenakan oleh angka ini, adalah jumlah bruto sebelum PPN (Pajak Pertambahan
Nilai).

Tarif Khusus:
 Hadiah undian atau lotere dianggap sebagai penghasilan dan akan dikenakan tarif
pajak sebesar 25%;
 Hadiah lainnya dan penghargaan, termasuk penghargaan karir akan dikenakan tarif
yang sama seperti halnya tarif pajak yang berlaku menurut PPh Pasal 21;
 Jika penerima adalah ekspatriat, dan bukan termasuk Bentuk Usaha Tetap
internasional, tarif pajak sebesar 20% akan diberlakukan;
 Jika penerima adalah sebuah organisasi, termasuk Bentuk Usaha Tetap, tarif sebesar
15% akan diberlakukan.
PPh Pasal 25
Subjek Pajak:
1. wajib pajak orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha, seperti pedagang atau
penyedia jasa.
2. wajib pajak badan yang melakukan kegiatan usaha, seperti pedagang atau penyedia
jasa.
Objek Pajak: Wajib Pajak Orang pribadi dan Badan dari kegiatan usaha
Tarif Pajak:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan
usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau
lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing
tempat usaha.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja
bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri.
PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a
UU PPh (12 bulan).
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:
 Sampai Rp 50.000.000 = 5%
 Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
 Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
 Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak
(PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).
PPh Pasal 26
Subjek Pajak: subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap di indonesia
Objek Pajak:
 dividen;
 bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
 royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
 imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
 hadiah dan penghargaan;
 pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
 premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
 keuntungan karena pembebasan utang.
Tarif Pajak:

tarif 20% (bersifat final) atas penghasilan atau laba bersih yang diperoleh WPLN, meliputi:

 Penghasilan atas kegiatan atau transaksi jual aset di Indonesia.


 Premi asuransi serta reasuransi yang dibayarkan secara langsung ataupun dengan
pialang terhadap perusahaan asuransi luar negeri.

Adapun, yang perlu diperhatikan mengenai pengenaan tarif. Berikut beberapa kriterianya:

 20% atas laba bersih belaku juga atas pengalihan atau penjualan saham yang
dibangun/berada di negara yang memiliki perlindungan pajak, termasuk BUT di
Indonesia.
 20% atas penghasilan kena pajak yang dikurang pajak, termasuk dalam BUT yang
dibangun/berada di Indonesia. Namun, tidak berlaku bagi wajib pajak yang
menanamkan kembali penghasilannya di Indonesia.
 Tax treaty yang dilakukan atas kesempatan bersama (Indonesia dengan negara lainnya).
Dimana tarifnya dapat berkurang dari 20%, atau bahkan bisa mencapai 0%.

PPh pasal 4 ayat 2 (diubah)


Subjek Pajak: Pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang bersifat final
dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Objek Pajak:
 Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1
tahun masa pajak;
 Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan obligasi negara,
dan bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota masing-
masing;
 Hadiah berupa lotere/undian;
 Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif perdagangan di bursa,
dan transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang
diterima oleh perusahaan modal usaha;
 Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau bangunan; dan
 Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah.

Tarif Pajak:
1. Sewa Tanah/ Bangunan
10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)
2. Pengalihan Tanah/ Bangunan
 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau
kantor/instansi pemerintah
 1% x jumlah bruro (Nilai Pengalihan) bagi Rumah sederhana atau rusun
sederhana
 2,5% x jumlah bruto (nilai pengalihan) untuk lainnya
3. Kontraktor Pelaksana
 1,75% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
kecil
 2,65% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
menengah / besar
 4% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi
usaha
4. Kontraktor perencana/pengawas
 3,5% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
 6% x nilai kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi
usaha

Nama Topik: UU NO.7 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan


Ringkasan Topik:

Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) Nomor 7 Tahun 2021.


Peraturan tersebut telah merevisi lapisan pajak mulai dari lapisan 1 hingga 4, serta
menambahkan 1 lapisan pajak, sehingga menjadi:

 Lapis I (5%) = PKP ≤ Rp60juta


 Lapis II (15%) = Rp60 juta < PKP ≤ Rp250 juta
 Lapis III (25%) = Rp250 juta < PKP ≤ Rp500 juta
 Lapis IV (30%) = Rp500 juta < PKP ≤ Rp5 miliar
 Lapis V (35%) = PKP > Rp5 miliar.

Apakah saya sudah paham? Paham

Anda mungkin juga menyukai