Anda di halaman 1dari 32

PAJAK

PENGHASILAN
Kelompok 6 - Perpajakan G
Anggota Kelompok
Felly Angelina Sianturi - 042111233014
Tio Zulfa Azimata Rusdi - 042111233106
Brian Errando Limanjaya - 042111233120
Muhammad Rizal Fauzi - 042111233135
Stefanus Efraim Santoso - 042111233138
Tegar Bayu Laksmana - 042111233146
Muthia Naila Putri Dharmawan - 042111233197
Yunica Vira Darmayanti - 042111233219
Angela Maharani Sarita Kusuma - 042111233224
Ahmad Habil Fada'il Ramadhan - 042111233270
Pengertian PPH
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dibebankan
atas suatu penghasilan yang diperoleh wajib pajak
(perorangan atau suatu badan usaha), baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pajak

PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya

Penghasilan pajak dikenakan karena ada subjeknya, yakni yang


telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam
peraturan perpajakan. Jadi, terdapat ketegasan bahwa
apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak
dapat dikenakan PPh.
UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No. 7 tahun 2021.

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan


badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu tahun pajak. (UU No. 7 tahun 1983 pasal 1)
Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh

Subjek Pajak Objek Pajak


Subjek pajak penghasilan
Objek Pajak didefinisikan sebagai setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang

adalah siapa pun yang


diterima atau diperoleh wajib pajak, baik

diwajibkan untuk membayar


yang berasal dari Indonesia maupun luar

Indonesia yang dapat dipakai untuk

pajak penghasilan.
konsumsi atau untuk menambah

kekayaan wajib pajak bersangkutan.


Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh


Contoh Objek Pajak Tarif PPh 21
PKP Rp60 juta dikenai tarif PPh 5 persen
Gaji, tunjangan, insentif, bonus, atau

gratifikasi, uang pensiun PKP Rp60 juta-Rp250 juta dikenai tarif

Honorarium, hadiah undian dan penghargaan. PPh 15 persen


Laba bruto usaha. PKP Rp250 juta-Rp500 juta dikenai tarif

Keuntungan karena penjualan atau karena


PPh 25 persen
pengalihan harta
PKP Rp500 juta-Rp5 miliar dikenai tarif

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang

telah dibebankan sebagai biaya pembayaran


PPh 25 persen
tambahan pengembalian pajak. PKP di atas Rp5 miliar dikenai tarif PPh

Bunga, termasuk premium dan diskonto. 35 persen


Dividen
Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh


Tarif PPh 22 Tarif PPh 22
Tarif PPh 22 sebesar 2,5% dan 7,5% atas Impor Tarif PPh Pasal 22 Hasil Produksi Migas
Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% atas Pembelian 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan

kepada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual

Tarif PPh 22 atas Penjualan Hasil Produksi


BBM yang dibeli dari Pertamina atau anak usaha Pertamina
Tertentu 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada

stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual bakar

Kertas: 0.1% dari DPP PPN minyak yang dibeli selain dari Pertamina atau anak perusahaan

Semen: 0.25% dari DPP PPN Pertamina


0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada

Baja: 0.3% dari DPP PPN


pihak yang dibeli dari Pertamina maupun selain dari Pertamina

Otomotif: 0.45% dari DPP PPN atau anak usaha Pertamina.


Semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk bahan bakar gas
0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk pelumas
Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh


Tarif PPh 22 Tarif PPh 23
Tarif PPh 22 sebesar 0,25% atas Pembelian
Tarif 15% untuk Dividen & Hadiah, penghargaan, bonus,

Bahan untuk Industri dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal 21
Tarif PPh 2% dari jumlah bruto untuk sewa dan

Tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,5% atas Impor

penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan

Komoditas harta, kecuali sewa tanah atau bangunan.


Tarif PPh 22 sebesar 1,5% atas Ekspor
Tarif PPh 2% dari jumlah bruto untuk imbalan jasa teknik,

Komoditas Tambang jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.


Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan
Tarif PPh 2% dari jumlah bruto untuk imbalan jasa lainnya

seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Kendaraan Bermotor
Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan tarif PPh 2% efektif

Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan


mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015.
Emas Batangan
Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh


Tarif PPh 23 Tarif PPh 25
Tarif PPh 23 Final 15% untuk fintech dalam

negeri Sejatinya, tidak ada istilah berapa tarif PPh Pasal 25

Tarif PPh 23 Final 20% untuk fintech luar negeri karena memang ini bukan pengenaan pajak pada suatu

Pada tarif kategori objek pajak hadiah dan


objek pajak, melainkan sebutan dari sebuah angsuran

pembayaran pajak penghasilan terutang.


penghargaan diterapkan ketentuan khusus,

Singkatnya, pajak terutang yang harus dibayar disebut

yakni: PPh Pasal 29, sedangkan PPh Pasal 25 adalah angsuran

25% dari DPP jika hadiah undian atau lotre


pembayaran pajak penghasilan terutang.
yang dianggap sebagai penghasilan
20% dari DPP jika penerima hadiah dan

penghargaan ekspatriat, dan bukan termasuk

BUT internasional
15% dari DPP jika penerima adalah sebuah

organisasi, termasuk BUT


Subjek, Objek, Tarif

& Pengecualian PPh


Tarif PPh 26 Tarif PPh 29
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 29 Orang Pribadi

Tarif umum PPh pasal 26 adalah 20% Pengusaha Tertentu


Tarif 10% dari jumlah bruto PPh Pasal 25 yang sudah dilunasi = 0,75% x jumlah

penghasilan/omzet per bulan


Tarif 20% dari perkiraan penghasilan neto
PPh Pasal 29 yang harus dilunasi = PPh yang masih

Tarif 20% dari laba bersih penjualan atau


terutang – PPh Pasal 25 yang sudah dilunasi
pengalihan saham perusahaan Tarif Pajak Penghasilana Pasal 29 WP Badan
Tarif 20% dari Penghasilan Kena Pajak Setelah
Angsuran PPh Pasal 25 = PPh Terutang tahun lalu x 12

Dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia (PPh


(bulan)
Pasal 26 ayat 4) PPh Pasal 29 yang harus dilunasi = PPh yang terutang

– angsuran PPh Pasal 25


Pengecualian PPh

1. PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP): Wajib pajak yang memiliki penghasilan di

bawah batas PTKP tertentu (Rp 54 juta per tahun) tidak dikenakan PPh Pasal 21.
2. PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito pada Bank: PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dikenakan pada

bunga deposito di bank yang jumlahnya kurang dari Rp 10 juta dalam satu tahun pajak.
3. PPh Pasal 22 atas barang kena cukai atau barang impor tertentu yang telah ditentukan oleh

pemerintah: Beberapa barang tertentu yang masuk dalam kategori barang kena cukai atau

barang impor tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah dapat dibebaskan dari PPh Pasal 22.
4. PPh Pasal 23 atas penghasilan dari luar negeri yang dikenakan pajak di luar negeri: Penghasilan

dari luar negeri yang telah dikenakan pajak di luar negeri dapat dikecualikan dari PPh Pasal 23.
Pengecualian PPh

1. PPh Pasal 25 atas penghasilan yang diperoleh oleh lembaga sosial atau agama:

Penghasilan yang diperoleh oleh lembaga sosial atau agama yang bersifat

non-profit dan digunakan untuk kepentingan umum dapat dikecualikan dari

PPh Pasal 25.


2. PPh Pasal 26 atas penghasilan yang diterima oleh pegawai pemerintah atau

anggota TNI/Polri: Penghasilan yang diterima oleh pegawai pemerintah atau

anggota TNI/Polri dari negara dapat dikecualikan dari PPh Pasal 26.
Biaya yang boleh dan tidak diperbolehkan
Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 6
(1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak 1. biaya pembelian bahan;
bagi Wajib Pajak dalam negeri dan 2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
bentuk usaha tetap, ditentukan
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dalam bentuk uang;
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan 3. bunga, sewa, dan royalti;
memelihara penghasilan, termasuk: 4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
a. biaya yang secara langsung atau tidak
6. premi asuransi;
langsung berkaitan dengan kegiatan 7. biaya promosi dan penjualan yang diatur
usaha, antara lain: dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
memperoleh harta berwujud dan amortisasi syarat:
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan 1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
atas biaya lain yang mempunyai masa komersial;
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun 2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
Pasal 11A 3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
c. iuran kepada dana pensiun yang
menangani piutang negara; atau adanya perjanjian
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan
Keuangan
utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
d. kerugian karena penjualan atau atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
mendapatkan, menagih, dan memelihara 4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
penghasilan; berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur
e. kerugian selisih kurs mata uang asing; kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
f. biaya penelitian dan pengembangan huruf k;
perusahaan yang dilakukan di Indonesia; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan
(2) Apabila penghasilan bruto setelah
bencana nasional yang ketentuannya diatur
pengurangan sebagaimana dimaksud
dengan Peraturan Pemerintah;
pada ayat (1) didapat kerugian,
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan
kerugian tersebut dikompensasikan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia
dengan penghasilan mulai tahun
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
pajak berikutnya berturut-turut
Pemerintah;
sampai dengan 5 (lima) tahun.
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
(3) Kepada orang pribadi sebagai
Pemerintah;
Wajib Pajak dalam negeri diberikan
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang
pengurangan berupa Penghasilan
ketentuannya diatur dengan Peraturan
Tidak Kena Pajak sebagaimana
Pemerintah; dan
dimaksud dalam Pasal 7.
m. sumbangan dalam rangka pembinaan
olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Biaya yang boleh dan tidak diperbolehkan
Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9
(1) Untuk menentukan besarnya b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
Penghasilan Kena Pajak bagi kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
Wajib Pajak dalam negeri dan anggota;
bentuk usaha tetap tidak boleh c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
dikurangkan: kecuali:
a. pembagian laba dengan nama 1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
dan dalam bentuk apapun seperti badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa
dividen, termasuk dividen yang guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
dibayarkan oleh perusahaan
piutang;
asuransi kepada pemegang polis,
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan
dan pembagian sisa hasil usaha
bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
koperasi; Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk d. premi asuransi kesehatan, asuransi
Lembaga Penjamin Simpanan; kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
4. cadangan biaya reklamasi untuk dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
usaha pertambangan; Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
5. cadangan biaya penanaman oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
kembali untuk usaha kehutanan; dan
bersangkutan;
6. cadangan biaya penutupan dan
e. penggantian atau imbalan sehubungan
pemeliharaan tempat pembuangan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
limbah industri untuk usaha
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
pengolahan limbah industri, penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau
yang ketentuan dan syarat-syaratnya imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
diatur dengan atau berdasarkan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
Peraturan Menteri Keuangan; pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

(2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan


yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A
Faktor Pengurang (Zakat)
Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 9
Pasal 4 Ayat (3) Ayat (1) huruf G
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
usaha tetap tidak boleh dikurangkan dengan
yang diterima oleh badan amil zakat atau harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,
lembaga amil zakat yang dibentuk atau dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal
disahkan oleh pemerintah dan yang 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
diterima oleh penerima zakat yang berhak sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)
atau sumbangan keagamaan yang huruf 1 sampai dengan huruf m serta zakat yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
diakui di Indonesia, yang diterima oleh zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk dan pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
disahkan oleh pemerintah dan yang
Indonesia, yang diterima oleh lembaga
diterima oleh penerima sumbangan yang
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
berhak, yang ketentuannya diatur dengan
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Faktor Pengurang (Kompensasi
Kerugian)

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat (2)


Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Faktor Pengurang (PTKP)
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Pasal 1
Besarnya penghasilan tidak kena pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut:
a. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin;
c. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suam1 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36
Tahun 2008;
d. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah clan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga
Harga perolehan/ harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli, tukar menukar, pengalihan,
peleburan, penggabungan dan pemekaran

1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat
hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
2. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
3. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

Pasal 10 UU Nomor 10 Tahun 1994


Metode Penilaian Persediaan

"Penilaian persediaan hanya diperbolehkan menggunakan


harga perolehan, yang didasarkan atas pemakaian
persediaan untuk penghitungan harga pokok yang
dilakukan secara rata-rata ataupun yang dilakukan
dengan mendahulukan persediaan yang didapat pertama."
UU No. 7 Tahun 1983

Metode yang digunakan:


1. FIFO: manajemen aset dan metode penilaian dengan skema aset yang diproduksi/diperoleh
lebih dulu juga akan dijual, digunakan, atau dibuang lebih dulu (Kenton, 2022).
2. WAC: Biaya rata-rata per unit dihitung dengan membagi total biaya dengan jumlah total unit
yang dibeli selama tahun tersebut.
Cara perhitungan PPh dengan NPPN

Toni merupakan salah satu dokter umum yang membuka klinik di Surabaya. Pada tahun 2022,
Toni mendapatkan penghasilan bruto sebesar Rp1.200.000.000. Hitunglah penghasilan neto dan
Pph pasal 21 terutangnya apabila status Toni tanpa tanggungan!
NPPN= Tarif * penghasilan bruto
Tarif penghasilan neto untuk dokter umum di Surabaya berdasarkan PER-17/PJ/2015 adalah 50%.
NPPN=50%*Rp1.200.000.000
NPPN=Rp600.000.000
PTKP (TK/0)=Rp54.000.000
Penghasilan kena pajak=Rp600.000.000-Rp54.000.000
Penghasilan kena pajak=Rp546.000.000
Cara perhitungan PPh dengan NPPN

Penghasilan kena pajak= Rp546.000.000

PPh 21 terutang:
5% x Rp50.000.000= Rp2.500.000
15% x Rp200.000.000= Rp30.000.000
25% x Rp296.000.000= Rp74.000.000

Total PPh 21 terutang 2022= Rp106.500.000


Perhitungan PPH bagi
pengusaha tertentu

Tarif PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah sebesar
0,75% dari jumlah peredaran bruto per bulan dari masing-masing tempat usaha.
Pajak ini bersifat tidak final sehingga dapat dikreditkan pada akhir tahun pajak.
Kode akun pajak yang digunakan untuk penyetoran adalah 411125 dengan kode
jenis setor 101. Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lama tanggal
15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tujuan dari pengenaan PPh 25
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah untuk simplifikasi
Perhitungan PPh bagi
Pengusaha Tertentu
Mekanisme PPh OP secara Umum

Rumus PPh atau mekanisme umum ini berlaku bagi WP OP yang menjalankan usaha dan/atau
pekerjaan bebas dengan melakukan pembukuan.

Pembukuan di sini adalah proses pencatatan keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut.

Perhitungan pajak bagi orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan ini dilakukan dengan
menggunakan mekanisme perhitungan biasa sesuai ketentuan tarif pada UU PPh Pasal 17.
Perhitungan PPh bagi
Pengusaha Tertentu
Mekanisme PPh Final PP 23/2018

Rumus Pph atau mekanisme perhitungan PPh OP ini berlaku bagi wajib pajak pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun.

WP OP ini hanya menyelenggarakan pencatatan saja dalam satu tahun pajak. Rumus PPh atau
perhitungan PPh OP ini tidak menyelenggarakan pembukuan, sehingga akan dikenakan PPh yang
bersifat final sesuai tarif dan ketentuan pada PP 23 UMKM Tahun 2018, yakni tarif PPh Final sebesar
0,5% dari omzet bruto.
Perhitungan PPh bagi
Pengusaha Tertentu
CONTOH
Pak Kelik punya usaha Tekstil. Status menikah dengan 2 tanggungan. Pada 2020, Pak Kelik
memiliki penghasilan bruto dari usahanya yang dicatatkan menggunakan metode
pembukuan sebesar Rp5.000.000.000. Biaya dari usaha tersebut mencapai
Rp2.500.000.000. Dari perusahaan tekstil yang dijalankannya ini, Pak Kelik menjabat
sebagai direktur dengan gaji Rp250.000.000 setahun, dan sudah dipotong untuk PPh Pasal
21 sebesar Rp5.389.450 per bulan oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaannya
menjadi sebesar Rp136.763.580.
Perhitungan PPh bagi
Pengusaha Tertentu
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai