Disusun Oleh :
1. Sari Wahyuni Saragi (042111233134)
2. Muhammad Galang Revolusi Islam (042111233137)
3. Alfina Reza Amelia (042111233150)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
ANALISIS KASUS
Dua polisi yang bernama Sersan Jake Lehman dan Detektif Kevin Collins mengambil
peran sebagai polisi tersertifikasi keragaman budaya berkomitmen untuk menjalin kerja sama
dengan anggota polisi departemen lain untuk membantu memperbaiki hubungan antara polisi
dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan nyawa. Akademi Racial Intelligence Training
& Engagement (RITE) membantu polisi dalam pelatihan bersertifikasi keragaman budaya
dengan mempelajari cara-cara untuk memahami biasnya dan meningkatkan keterampilan
komunikasi dengan berfokus pada kecerdasan emosional dan sosial yang pada akhirnya
berusaha untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk mende eskalasi situasi bermuatan.
Bahkan, telah banyak polisi dan departemen keselamatan publik di seluruh Amerika
Serikat melihat dorongan pembaruan untuk mengimplementasikan program pelatihan
keberagaman karena adanya kontroversial perdebatan nasional seputar penggunaan kekuatan
yang berlebihan oleh polisi terhadap kalangan minoritas. Contoh kasusnya adalah adanya
kewajiban perekrutan monitor untuk menganalisis pola penangkapan dan kekuatan,
keragaman pelatihan untuk polisi, dan penggunaan kamera tubuh. Ketentuan tersebut muncul
setelah tragedi di mana Michael Brown, yaitu seorang pria kulit hitam tak bersenjata berusia
18 tahun yang ditembak mati pada tahun 2014.
Namun, pada kenyataannya seberapa efektif dalam meningkatkan pemahaman
keberagaman dan mengurangi prasangka? Review skala besar tentang lebih dari 250 studi
independen menemukan bahwa peserta pelatihan bereaksi positif terhadap pelatihan
keragaman dan tampaknya cukup efektif dalam meningkatkan cara berpikir peserta pelatihan
tentang keragaman, meskipun itu mempengaruhi perilaku ke tingkat yang lebih rendah.
Secara keseluruhan, pelatihan keragaman bekerja dengan baik ketika dibarengi dengan
pendekatan manajemen keragaman lainnya yang berfokus pada keduanya baik perkembangan
skill keragaman dan kesadaran, dan ketika terus diterapkan dari waktu ke waktu (bukan
hanya satu kali latihan).
Akan tetapi, di sisi lain program keragaman juga tidak sepenuhnya berjalan dengan
positif dilihat dari efektivitasnya. Contohnya, terdapat rintangan besar untuk diatasi: mereka
dipekerjakan untuk membuat interpretasi yang cepat dan penilaian otomatis. Beberapa
program keragaman juga ada yang telah gagal karena mereka begitu sering mencoba untuk
mengontrol perilaku manajer dan karyawan.
IDENTIFIKASI MASALAH
Pada hakikatnya manusia mempunyai berbagai macam ras, suku, budaya, agama, dan
bahasa. Hal tersebutlah yang menyebabkan individu satu dengan individu lainnya memiliki
perbedaan, keberagaman atau yang sering dikenal dengan istilah diversity. Diversity bukan
hanya terjadi dalam lingkup kenegaraan saja namun juga dalam suatu organisasi.
Keberagaman yang terjadi baik dalam bentuk keberagaman demografi hingga keberagaman
pendapat. Oleh karena itu manajemen keberagaman diperlukan oleh sebuah organisasi untuk
mengelola sumber daya manusia yang beragam dengan tujuan untuk memaksimalkan
keberagaman tersebut guna mencapai tujuan organisasi. Mengelola keberagaman sumber
daya manusia berarti memfasilitasi individu dengan berbagai latar belakang yang berbeda
untuk mau terlibat dalam setiap proses organisasi demi meraih tujuan organisasi. Bila
keberagaman tersebut dikelola dengan baik maka akan mudah untuk mencapai tujuan dari
suatu organisasi tersebut. Seperti halnya dalam kasus yang terjadi di Covington, Louisiana.
Dua orang polisi yaitu Sersan Jake Lehman dan Detektif Kevin Collins yang bersertifikasi
sebagai pelatih keberagaman budaya dari akademi Racial Intelligence Training &
Engagement ( RITE ) diberi tugas dan berkomitmen untuk bekerja sama dan melakukan
pelatihan dengan anggota kepolisian lain guna membantu meningkatkan hubungan antara
polisi dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan nyawa. Mengingat seperti yang kita
ketahui seringnya terjadi diskriminasi oleh polisi terhadap kalangan minoritas di Amerika
Serikat. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 silam, di mana seorang pria kulit hitam berusia
18 tahun Michael Brown yang tak bersenjata ditembak mati oleh kepolisian setempat. Dan
juga mungkin peristiwa yang baru baru saja ini terjadi tepatnya pada tahun 2020 silam di
mana George Floyd seorang pria kulit hitam juga yang tewas dibunuh dalam penangkapan
oleh seorang polisi tanpa dugaan dan juga bukti yang kuat. Berdasarkan hal tersebut lah yang
melatarbelakangi adanya dorongan untuk pelatihan keragaman budaya sehingga tidak ada
lagi kasus dimana polisi menggunakan kekuatannya dengan semena-mena terhadap
kelompok minoritas.
Permasalahan lain yang muncul dalam pelatihan ini yang menyebabkan manajer dan
karyawan terlalu dikontrol dalam bertindak. Hal tersebut menurut kami memaksakan pada
pihak manusinya sehingga kemungkinan besar di jika berada di luar pengawasan, mereka
(manajer dan karyawan) bisa saja tetap berperilaku diskriminatif terhadap kaum minoritas
yang tentu saja akan berdampak terhadap kinerja di dalam organisasi. Namun, jika organisasi
tersebut mengubah lingkungan tempat bekerja maka mau tidak mau para manajer dan
karyawan akan mengikuti bagaimana kebijakan yang telah diterapkan untuk membentuk
lingkungan yang tidak diskriminatif seperti yang diharapkan.