Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah Perilaku Organisasi

Case Incident 1: “You Are All Fired, But You Are Hired”

KELOMPOK 4 PARTISIPAN (A)

Disusun oleh Kelompok 4:

Rizky Andri Kurniawan 041811233080

Syahri Nur Rachmat 041811233166

Tri Afni Agustin 041811233181

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
URAIAN CASE INCIDENT 1 : You Are All Fired, But You Are Hired
John Lewis, seorang retailer terkemuka di UK, meluncurkan skema John Lewis
Partnership dengan tujuan untuk mempromosikan pengambilan tindakan dan pencarian fakta
pada tingkat kemitraan. Ini secara aktif berusaha untuk mempromosikan manajer menengah
ke posisi eksekutif karena kemampuan mereka untuk mengidentifikasi masalah dan
membawanya ke permukaan. Pendekatan ini bertentangan dengan argumen yang mengklaim
bahwa konflik dihasilkan antara tanggung jawab pengambilan tindakan dan pencarian fakta,
mempertaruhkan kinerja tim dan efektivitas perusahaan. Pada kenyataannya, efektivitas
tergantung pada kombinasi tugas pencarian fakta dan pengambilan tindakan yang perlu
dikelola dengan baik, didelegasikan dengan baik, dan ditugaskan dengan baik. Dalam
pengaturan kelompok, tugas-tugas ini dapat diberikan kepada manajer menengah dan
eksekutif yang sesuai. tapi tidak selalu. Selain itu, kita perlu memperhitungkan efisiensi dan
mempertimbangkan trade-off antara efektivitas dan efisiensi dalam hal kinerja kelompok.
John Lewis telah mengakui pentingnya dan kekuatan dari beragam masukan
kelompok pada efektivitas dan dengan demikian mempromosikan heterogenitas dalam
pengambilan keputusan organisasi. Manusia berbeda, tidak hanya berdasarkan jenis kelamin,
budaya, ras, dan sifat-sifat sosial, tetapi juga dalam perspektif, prasangka, keterampilan, dan
kemampuan mereka. Jadi, dengan mempromosikan manajer menengah ke posisi eksekutif,
dan dengan demikian memanfaatkan kreativitas dan keterampilan penelitian mereka, mereka
juga meningkatkan motivasi, antusiasme, dan dorongan di tempat kerja. Pada saat yang sama,
melalui skema kemitraannya, John Lewis membuka peluang yang beragam dengan
melibatkan mitra individu dalam inisiatif pencarian fakta dan inisiatif pengambilan tindakan
dan kemudian berbagi keuntungan darinya. Visinya adalah untuk mengarahkan pada
penerimaan solusi yang lebih luas dan peningkatan kinerja yang mempromosikan
kesejahteraan dan dampak sosial. Pemecatan dan perekrutan tidak boleh menjadi keputusan
semata-mata didorong oleh hasil akhir tetapi juga berdasarkan distribusi, delegasi, dan
kombinasi keterampilan dan tanggung jawab pencarian fakta dan pengambilan tindakan
dalam tim.
PERTANYAAN KASUS
1. Can fact-finding and action-taking duties polarize the individual and thus the
group's dynamics? 1f so, why?
Pada nomor ini kami setuju dengan pernyataan penyanggah. dimana
penyanggah berpendapat bahwa polarisasi merupakan pembagian atas dua bagian
(kelompok orang yang berkepentingan dan sebagainya) yang saling bertentangan.
Dimana polarisasi ini adalah kecenderungan suatu kelompok diskusi dalam
mengambil sebuah keputusan hingga mengubah pandangan dan sikap anggota
kelompok tersebut terhadap kelompok lain. Individu dalam kelompok tersebut tidak
mampu bersifat netral, apabila sebelum ia berdiskusi menentang suatu pandangan,
hingga akhir diskusi ia akan tetap teguh dengan pandangan tersebut dan menentang
pandangan yang lainnya. Dengan penjelasan tersebut, individu yang sudah
terpolarisasi akan tetap berpegang pada pendiriannya sehingga akan susah
mendapatkan keputusan akhir yang bulat.
Dengan adanya fact-finding dan action-taking maka akan mengurangi
polarisasi individu itu sendiri. Karena ketika sudah ditemukan sebuah fakta yang
sesuai, maka kemungkinan terjadinya polarisasi akan berkurang. Kemudian, jika telah
diambil tindakan, maka individu terkait harus mematuhi atau mengikuti hasil atau
keputusan yang telah dibuat, dan polarisasi pun akan berkurang. Sehingga kami
menyimpulkan bahwa fact-finding dan action-taking tidak dapat mempolarisasi
individu dan dinamika kelompok. Dan justru sebaliknya, dengan adanya fact-finding
dan action-taking akan mengurangi polarisasi individu dan dinamika kelompok.
Selain itu, pada case juga telah disebutkan bahwa pada kenyataannya, keefektifan
tergantung pada kombinasi tugas fact-finding dan action-taking yang perlu dikelola
dengan baik, didelegasikan dengan baik, dan ditugaskan dengan baik pula.

2. What are the weaknesses in group decision-making in the case of John Lewis?
Berdasarkan kasus John Lewis, apa yang dituliskan oleh kelompok penyaji
dan penyanggah mengenai kelemahan dari group decision-making John Lewis adalah
benar. Bahwa apabila seorang atasan atau orang yang memiliki pengetahuan lebih
berpartisipasi dalam diskusi kelompok, akan ada kecenderungan bahwa orang tersebut
akan mendominasi proses berjalanya diskusi dan anggota lain yang tidak sekompeten
dirinya akan cenderung bersikap pasif selama diskusi bahkan adanya kemungkinan
pendapatnya tidak didengar.
Dalam hal ini, kami mendukung pernyataan penyanggah yang menambahkan
salah satu kekurangan dari pengambilan keputusan secara berkelompok adalah
ketidakefektifan pengambilan keputusan karena banyaknya perbedaan yang timbul
dari keberagaman dan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Benar bahwasanya
penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan yang dilakukan secara
berkelompok dapat menghasilkan keputusan yang dinilai lebih adil bagi semua orang,
namun kondisi tersebut cenderung sulit untuk dicapai. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan pandangan yang timbul dari setiap anggota diskusi yang mengakibatkan
pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan dengan cepat atau menyamakan
persepsi antar anggota dalam diskusi memerlukan waktu.
Mengenai pengambilan keputusan, ada beberapa jenis cara pengambilan
keputusan yang dapat digunakan. Tidak semua pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan dapat diselesaikan melalui group decision-making, hendaknya dapat
diidentifikasi terlebih dahulu terkait urgensi dari pengambilan keputusan, apakah
harus diambil dalam waktu dekat, apakah harus mendapat masukan dari seluruh
entitas di perusahaan dan lain sebagainya. Sehingga, dapat ditetapkan cara
pengambilan keputusan yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

3. How could diversity assist with group performance based on fact-finding and
action-taking duties?
Berdasarkan kasus, pencarian fakta didefinisikan sebagai tugas di tingkat
manajemen menengah dan di sisi lain, pengambilan tindakan sebagai tanggung jawab
eksekutif. Bila keduanya digabungkan, maka polarisasi individu dapat dengan mudah
dilakukan sehingga menimbulkan dinamika dan perubahan kelompok, hal ini terutama
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan membantu pekerja serta merespon
perubahan dan dinamika dengan cepat serta beradaptasi dengan lingkungan.
perubahan tersebut.
Kami setuju dengan penyanggah dalam hal ini. Keanekaragaman adalah
orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, jenis kelamin, ras, dll.
berkumpul di tempat kerja untuk mencapai tujuan bersama. Akibatnya, mereka
masing-masing dapat memberikan ide yang berbeda untuk menyelesaikan masalah
dan mencapai hasil terobosan. Selanjutnya, mereka berkontribusi terhadap inovasi
yang lebih tinggi dan memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pertumbuhan
yang tidak terduga.
Dalam hal kombinasi pencarian fakta dan pengambilan tindakan dapat
memberikan dampak positif yang sangat signifikan. Misalnya, meningkatkan kualitas
organisasi, mempromosikan pengambilan keputusan yang baik, juga meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan manajer menengah di antara semua pihak pekerja dan
karyawan, maka semua konsep ini akan sangat berguna dan signifikan dalam banyak
hal.

Anda mungkin juga menyukai