Stephen P Robbins
Bab 9 “ Power-Control”
Bab 13 “Managing Organizational Culture”
Pengendalian Kekuasaan
Pilihan yang tepat
a) Pembuat keputusan memiliki otonomi yang lebih besar daripada
yang tersirat oleh mereka yang berdebat untuk dominasi
lingkungan, teknologi atau kekuatan lain.
b) Efektivitas organisasi harus ditafsirkan sebagai rentang bukannya
sebuah titik
c) Organisasi sering memiliki kekuatan untuk memanipulasi dan
mengendalikan lingkungan mereka
d) Persepsi dan evaluasi peristiwa merupakan hubungan intervensi
penting antara lingkungan dan tindakan organisasi
Pilihan strategis menegaskan kembali bahwa pengambil keputusan
organisasi memiliki gelar discretionary lintang dalam memilih strategi
dan pasar domain
1
Proses pengambilan keputusan yang tidak mengikuti prinsip-prinsip deduksi logis
2
Kemampuan seorang individu untuk mempengaruhi sebuah keputusan
Pemisahan kewenangan dan kekuasaan yang jelas penting untuk
memahami kekuatan kontrol perspektif dan untuk membedakan dari
pilihan strategis.
Budaya Organisasi
Budaya Organisasi mengacu ke suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut
dari organisasi yang lain. Tujuh karakteristik primer budaya organisasi
menurut Robbins, 2001:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana para karyawan
didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian ke rincian. Sejauh mana para karyawan diharapkan
memperhatikan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada
rincian.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian
pada hasil bukannya teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil itu.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang didalam
organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar
tim-tim, bukannya individu-individu.
6. Keagresifan. Sejauh mana orang-orang tersebut itu agresif dan
kompetitif dan bukannya santai-santai.
3
Kelebihan sumber daya yang memungkinkan sebuah organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan
7. Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Karakteristik tersebut menjadi dasar untuk perasaan pemahaman
bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagai
mana urusan dapat diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota
diharapkan berperilaku.
Sementara itu Robbins, 2001 mengemukakan Fungsi Budaya
Organisasi, sebagai berikut :
1. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi laiannya.
2. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi.
3. Mempermudah tumbuhnya komitmen .
4. Meningkatkan kemantapan system social, sebagai perekat social,
menuju integrasi organisasi.
5. Pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk
sikap perilaku karyawan.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi mungkin sulit untuk didefinisikan oleh semua
organisasi. Ketika berbicara tentang budaya mempunyai arti,
pemahaman, nilai, sistem kepercayaan, atau pengetahuan, tersimpan di
pikiran bahwa budaya tergantung antara masyarakat dan
keanekaragaman setempat. Budaya juga membolehkan kesamaan,
tetapi juga mendukung dan menyokong perbedaan.
Model Schein
Dalam teori schein, budaya ada atas 3 level : artifak, nilai, dan
anggapan.
Kepercayaan dan anggapan
Menurut schein, kepercayaan dan anggapan berasal dari inti budaya
organisasi. Anggapan menggambarkan apa yang karyawan percaya
menjadi realitas dan dengan demikian mempengaruhi perasaan
karyawan dan bagaimana karyawan berfikir dan bertindak. Anggapan
selalu diterima secara benar. Dari pandangan budaya anggapan,
kumpulan dari dasar anggapan selalu benar, dan apa yang karyawan
asumsikan atau dipercaya menjadi kenyataan umumnya tidak menjadi
perdebatan.
Norma dan nilai
Nilai merupakan prinsip sosial, tujuan, dan standart pegangan dalam
budaya yang mempunyai nilai hakekat. Nilai dari sebuah organisasi
memperhatikan, seperti kebebasan, demokrasi, tradisi, kesejahteraan,
atau loyalitas. Nilai mendasarkan dasar untuk membuat peraturan
tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, yang mana nilai selalu
menjunjung moral dan kode etika. Karena nilai selalu digunakan sebagai
standart untuk membuat peraturan moral, nilai selalu terkait dengan
emosi yang kuat.
Norma tidak terkait dengan nilai. Norma merupakan peraturan tidak
tertulis yangmana karyawan mengikuti budaya untuk mengetahui apa
yang diharapkan dari sebuah norma dalam situasi yang bermacam-
macam. Nilai mendefinisikan apa itu nilai, meskipun begitu norma
membuat kejelasan apa yang harus dipertimbangkan dalam
memutuskan normal atau tidak normal.
Artifak
Artifak dapat dilihat, dipegang, dan dapat didengarkan merupakan
kebiasan yang didasarkan dalam norma budaya, nilai-nilai, dan
anggapan. Kategori dari artifak termasuk : fisik benda yang dibuat oleh
karyawan, perwujudan lisan terlihat pada tulisan dan gaya bahasa, dan
ritual, upacara, dan perwujudan kebiasaan lainnya.
Symbol
Symbol merupakan apapun yang dapat menggambarkan sebuah
kejelasan sebuah organisasi dengan beberapa konsep dan arti yang
luas. Jadi, symbol terdiri dari dua bentuk nyata dan arti yang luas dari
organisasi. Symbol datang dari banyak bentuk, tetapi semua symbol
mendasarkan atas tiga kategori : fisik benda, kejadian yang
berhubungan dengan sejarah, dan ekspresi lisan. Ini karena dimana
hubungan teoritis antara symbol budaya dan artifak. Artifak budaya
dapat menjadi symbol, tetapi tidak semua artifak dapat dilakukan. Artifak
menjadi sebuah symbol budaya hanya ketika karyawan sebuah
organisasi dapat mengartikan sebuah symbol dan menggunakan symbol
tersebut untuk membuat pengertian komunikasi diantara karyawan.
Interpretasi symbol
Asumsi : Organisasi memproduksi situasi lingkungan atau budaya atau
realitas sosial melalui pemaknaan atas interaksi dalam organisasi.
Organisasi terbentuk karena adanya interaksi (komunikasi) yang terjadi
antar anggota melalui pemaknaan atas simbol-simbol, baik simbol verbal
maupun non verbal.
BAB III
Analisa Pengambilan Keputusan Dalam Budaya Organisasi
Pengambilan Keputusan4
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu
masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa
ini dan suatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan
arah tindakan alternatif. Kualitas keputusan yang manajer ambil adalah
tolok ukur efektivitas mereka.
4
Proses pengambilan keputusan dimulai dari identifikasi masalah, analisis lingkungan,
mengembangkan alternatif keputusan, memilih alternatif terbaik, implementasi, dan monitor
pelaksanaan keputusan tersebut, Memilih alternatif terbaik dari serangkaian alternatif terbaik dari
serangkaian alternatif keputusan
Implementasi Merupakan tahap yang paling sulit dalam proses
pengambilan keputusan.
Follow Up dan Evaluasi, Monitor dan evaluasi dilakukan untuk
memastikan pelaksanaan keputusan mengenai sasaran atau
tujuan yang dituju. Jika tidak, peraikan harus dilakukan.
STEPHEN P. ROBBINS
Bab 9 “ Power-Control”
Bab 13 “Managing Organizational Culture”
MARY JO HATCH
Bab 9 “ Organizational Decision Making, Power, and Politics”
Bab 7 “ Organizational Culture “
Oleh
Mulia.Kurniawan
0906612730
Depok
2009