Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PATOLOGI ORGANISASI DAN PENYEHATAN ORGANISASI

DOSEN :

PAUL ADRYANI MOENTO, S.Sos.,M.Si

Di Susun Oleh :

Sunny Boy Hiskia Suruklusi

2019 63 2011 20

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU AMDMINISTRASI NEGARA

UNIVERITAS MUSAMUS

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Merauke, 20 Mei 2022

Sunny Boy Hiskia Suruklusi

2
DAFTAR ISI

MAKALAH PATOLOGI ORGANISASI DAN PENYEHATAN ORGANISASI 1


KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Definisi Patologi Organisas.......................................................................6
B. Jenis-Jenis Patologi Organisasi.................................................................6
C. Jenis Patologi Pelaku Organisasi...............................................................7
D. Gejala, Sebab Akibat, dan Penyehatan Patologi Organisasi...................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya, istilah “patologi” hanya dikenal dalam ilmu kedokteran
sebagai ilmu tentang penyakit. Namun belakangan hari analogi ini dikenal
dalam birokrasi, dengan makna agar birokrasi pemerintahan mampu
menghadapi berbagai tantangan yang mungkintimbul, baik yang bersifat
politis, ekonomi, sosio kultural dan teknologi, berbagai penyakit yang
mungkin sudah dideritanya atau mengancam akan menyerangnya perlu
diidentifikasi untuk kemudian dicarikan terapi pengobatan yang paling
efektif. Harus diakui bahwa tidak ada birokrasi yang sama sekali bebas dari
patologi birokrasi. Sebaliknya tidak ada birokrasi yang menderita “penyakit
birokrasi sekaligus”(Teruna,2007).
Dalam paradigma Actonian dinyatakan power tends to corrupt, but
absolute power corrupt absolutely (kekuasaan cenderung korup, tapi
kekuasaan yang absolut pasti korup) secara implisit juga menjelaskan
birokrasi dalam hubungannya dengan kekuasaan akan mempunyai
kecenderungan untuk menyelewengkan wewenangnya (Ismail, 2009). Dalam
hal tersebut, selain sistem, bisa juga aparaturnya. Contoh konkrit dari masalah
tersebut, yaitu kasus yang lagi hangat-hangatnya dibicarakan publik dewasa
ini tentang bagaimana Gayus Tambunan sebagai Pegawai Negeri Sipil
Golongan III a dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan
mendadak menjadi orang yang terkenal saat ini di Indonesia. Bukan karena
prestasinya di birokrasi meningkatkan penerimaan pajak, melainkan justru
karena perbuatannya telah memperkokoh keyakinan tentang buruknya
birokrasi di Indonesia.
Tidak semua birokrat seperti Gayus Tambunan, tetapi kelemahan sistem
organisasi seperti dituliskan oleh Caiden, seorang pakar ternama reformasi
administrasi, bahwa gejala tersebut mengidentifikasikan telah terbentuk citra
menyeluruh mengenai buruknya birokrasi di Indonesia(Eko Prasojo,2010).
Mal-administrasi yang saat ini mungkin dapat disebut GAYUISME atau
nama lain yang barangkali akan segera muncul sebenarnya bukanlah
kesalahan yang bersifat individual, tetapi timbul karena kelemahan sistematik
dari organisasi birokrasi. Yaitu kelemahan dan kegagalan organisasi dalam
membentuk sistem yang mencegah terjadinya penyakit-penyakit birokrasi
(patologi birokrasi), sehingga menyebabkan munculnya perilaku menyimpang
yang diterima secara kolektif.
Fenomena Gayus, dan nama-nama birokrat lain yang akan muncul serta
menjadi bagian dari sindrom gayuisme adalah patologi birokrasi yang sudah
menahun dan sistemis. Patologi ini seperti gurita, merusak sel-sel produktif
dalam birokrasi dan melibatkan hampir semua pejabat dalam semua strata.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Patologi Organisasi?
2. Apa fungsi Patologi Organisasi ?
3. Apa itu penyehatan organisasi

C. Tujuan
Penyusuan Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori Organisasi
2. Untuk mengetahui pengertian dari Paralogi Organisasi
3. Untuk mengetahui \penyehatan Patalogi Organisasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Patologi Organisas


Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki
arti “ilmu tentang penyakit”.Risman K. Umar (2002) mendefinisikan bahwa
patologi organisasi adalah penyakit atau bentuk perilaku organisasi yang
menyimpang dari nilai-nilai etis, aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Prof.
Dr. Sondang P. Siagian, MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya
patologi ialah agar diketahui berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita
oleh manusia.
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama.
Organisasi juga dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi
organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang-barang dan jasa.
Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian
tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap
organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan
dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi
tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang
matang dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara
menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan
main) yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan
kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan
itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun
juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik. Ada beberapa
penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas
akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini
ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak.
Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh organisasi maka akan
mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-
penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan
kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.

B. Jenis-Jenis Patologi Organisasi


1. Tujuan organisasi telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas
dan rinci (tidak membumi).
2. Aturan dan tujuan telah ditetapkan, namun individu masa bodoh atau tidak
patuh pada aturan.
3. Pembagian tugas dan wewenang yang tidak tuntas, atau tidak jelas.
4. Para pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan
Organisasi

6
5. Mekanisme pengambilan keputusan yang tidak matang, masih bersifat
subyektif.
6. Perasaan bahwa bidang atau divisinya yang paling penting.
7. Tidak seimbangnya tanggung jawab dg wewenangnya.
8. Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama antar
9. Divisi atau bidang.
10. Merasa pintar alias sok tahu, hanya menjadi penonton
11. Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik, tetapi
12. malah menjadi penonton dan komentator
13. Terlalu banyak anggota atau bawahan hingga sulit diawasi
14. Bawahan diberi satu tugas dari atasan yang berbeda dengan perintah yg
berbeda

C. Jenis Patologi Pelaku Organisasi


1. Penyakit Nepotisme
Penyakit nepotisme pada mulanya lebih banyak di terjadi di
organisasi, kemudian berkembang lebih lanjut kedalam berbagai aspek
kehidupan pada manusia lainnya. Mengapa terjadi nepotisme dalam
organisasi, karena tidak tercapainya kepuasan yang diharapkan semula
yang dikarena tidak terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam organisasi
Penyakit nepotisme dalam administrasi juga menciptakan suatu
perubahan dalam sebuah bentuk kerja sama, tetapi perubahan yang
diciptakan tersebut berorientasi kepada perubahan negative. Penyakit
nepotsime dalam administrasi sangat berpengaruh negative dalam
pengembangan konseptual teoritis, actual empiris, dan etika administrasi
sehingga wawasan keilmuan untuk menciptakan kecerdasan beripikir dan
keterampilan untuk menciptakan kemahiran bertindak akan menjadi kabur
serta suatu saat akan terkubur.
Penanganan virus penyakit nepotisme dalam administrasi seharusnya
dilakukan secara terus menerus, karena kemungkinan akan berkembang
apabila kita tidak waspada. Tindakan yang dilakukan itu merupakan suatu
permulaan karena diawali oleh pemikiran yang dilandasi wawasan
keilmuan, ketangguhan moralitas, dan keteguhan iman. Oleh sebab itu
kita semua harus senantiasa menjunjung tinggi niali kebenaran sehingga
virus-virus penyakit nepotisme itu tidak akan mengancam kehidupan kita
setiap saat. Sebaikanya semua manusia yang terlibat dalam kerja sama
untuk melakukan aktivitas adminsitrasi saling mengontorol dan
mengingatkan antara satu dengan yang lainnya tentang bahanya virus
penyakit nepotisme.
2. Penyakit Korupsi
penyakit atau patologi korupsi dalam organisasi merupakan suatu
penyakit yang sangat ditakuti oleh semua ikatan bentuk kerjasama manusia
melalui organisasi internasional , Negara, pemerintah, sampai kepada
organisasi swasta pun, semuanya ketakutan bila terjangkit virus-virus
penyakit atau patologi korupsi yang dapat mematikan aktivitas

7
administrasi. Penyakit korupsi yang begitu ditakuti oleh semua pihak
mulai dari anggota ikatan kerjasama yang terendah sampai kepada anggota
yang tertinggi, atau mulai dari anggota masyarakat terendah sampai
kepada anggota masyarakat yang tertinggi.
Korupsi adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau beberapa
orang baik statusnya sebagai bawahan maupun pejabat dalam suatu
organisasi yang melakukan pelanggaran etika, moralitas, rasionalitas,
keyakinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
mendapatkan sesuatu keuntungan dalam rangka memenuhi keinginan dan
kebutuhan seseorang atau beberapa orang yang dapat berakibat merugikan
orang lain atau Negara.
3. Penyakit Stres
Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang
dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Stres juga
merupakan penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan
interpretasi atau suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda
seorang individu. Kita sering mendengar bahwa stres merupakan akibat
negatif dari kehidupan modern. Orang-orang merasa stres karena terlalu
banyak pekerjaan, ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban informasi
yang terlalu bserat atau karena mengikuti pekerbangan zaman.
Penyebab stres Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi
lingkungan tempat penampungan fisik dan emosional pada seseorang.
Terdapat banyak stressor dalam organisasi dan aktifitas hidup lainnya.
Stresor yang berhubungan pekerjaan terbagi menjadi beberapa tipe salah
satunya organisasi, banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber
dari organisasi pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu
penyebab stres yang tidak hanya untuk mereka kehilangan pekerjaan,
namun juga untuk mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang
masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak
aman, dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja.
Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan
kebijakan perusahaan yang berpotensi memunculkan stres. Para pekerja
harus mengahadapi peningkatan ketidak amanan dalam bekerja, bimbang
dalam tuntunan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru
dari konflik antar pribadi.
Akibat dari stres bisa dilihat pada 3 aspek yaitu: fisik, psikis, dan
perilaku. Akibat stres bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah,
naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan,
tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi ditempat kerja.
4. Penyakit Egoisme
penyakit atau patologi egois terhadap pelaksanaan kegiatan di
organisasi adalah sifat-sifat manusia yang terkait dalam bentuk kerjasama
yang selalu ingin menang sendiri ketika mendiskusikan sesuatu pemikiran,
baik secara ilmiah maupun pemikiran terhadap suatu penyelesaian
permasalahan atau kegiatan. Egoisme sebenarnya adalah suatu virus
penyakit atau patologi dalam pelaksanaan organisasi. Jika terlalu kuat

8
pengaruh manusia yang memiliki sifat egoisme sangat memungkinkan
aktivitas dalam organisasi yang dilakukan dalam bentuk kerjasama itu
akan bersifat negative dan tidak mustahil dapat mematikan atau
membubarkan suatu bentuk kerjasama yang dituntuk oleh administrasi.
Contohnya dalam penyakit emosi, penyakit emosi seseorang adalah
keadaan yang dicirikan oleh rangsangan psikologis dan perubahan ekspresi
wajah, gerakan tubuh, dan perasaan subjektif. Kata emosi memiliki arti
“bergerak”. Tubuh secara fisik dirangsang selama pengerahan emosi.
Alasan yang mendasari pemeriksaan emosi adalah titik dimana emosi
saling dihubungkan dengan periaku adaktif dasar seperti membantu orang
lain, mengasingkan diri, mencari wilayah kerja yang nyaman, dan
menyerang sesorang secara verbal karena memulai rumor yang tidak
benar. Akan tetapi emosi memiliki efek negatif. Rasa benci dan takut dapat
merusak perilaku dalam hubungan organisasi.
Dalam organisasi kerja emosional mungkin melibatkan dan
meningkatkan, pemasukan, atau menekan ke emosi untuk memodifikasi
ekspresi emosional. Aturan atau norma berkenaan dengan ekspektasi
mengenai ekspresi emosional dapat diperoleh dengan mengamati rekan
kerja atau dinyatakan dalam seleksi atau pelatihan.
Dalam dunia kerja atau organisasi sering terjadi peristiwa negatif,
terdapat kemungkinan lebih banyak kerja emosional. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak peraturan-peraturan kerja maka semakin besar
stres. Walau kerja emosional bisa efektif secara organisasi, mungkin
terdapat efek terhadap karyawan. Untuk mengtasi emosional beberapa
peneliti berasumsi bahwa mengelola emosi memerlukan usaha, waktu, dan
energi. Organisasi yang berusaha untuk mengatur emosi, sesuatu yang
sangat pribadi dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam diri
karyawan mereka.
5. Penyakit Keserakahan
penyakit atau patologi keserakahan dalam organisasi adalah suatu
metode teknik dan taktik yang dilakukan seseorang anggota yang terkait
dalam ikatan bentuk kerjasama berpikir dan bertindak untuk dapat
menguasai sebagian atau bahkan kalau bisa keseluruhan factor-faktor
kenikmatan khususnya yang berupa material dengan mengorbankan orang
lain.
Misalnya penyakit mata duitan pada pelaku organisasi, organisasi
yang memiliki penyakit mata duitan sering mendapat manfaat dari suatu
pemahaman yang jelas akan tujuan serta kemampuan untuk memobilisasi
sumber daya dengan cepat untuk mencapai tujuan. Akan tetapi penyakit
mata duitan ini ada manfaatnya juga salah atunya dalam bisnis organisasi
yang beroperasi di dalam ekonomi pasar kompetitif adalah jelas. Tetapi
banyak sisi gelapnya lagi dari penyakit mata duitan ini. Kcendrungan dari
penyakit ini adalah hanya menfokuskan diri pada kinerja yang dapat
diukur dan mengabaikan hal-hal yang tidak dapat diukur. Solusi terhadap
penyakit mata duitan ini adalah menciptakan peluang untuk
menghubungkan aktivitas, memberikan imbalan secara terbuka,

9
menganalisis strategik untuk masa depan, mengintrospeksi diri, dan
memberikan pelatihan kepada karyawan dalam ketrampilan menyelesaikan
konflik.
Penyakit atau patologi keserakahan manusia sebenarnya adalah suatu
penyakit yang sangat kejam karena dapat menghancurkan ikatan
kerjasama dan bahkan mematikannya. Penyakit atau patologi keserakahan
bukan semata mata hanya mengumpulkan harta benda yang melimpah
untuk memenuhi kebutuhan, tetapi lebih banyak diarahkan kepada
pemenuhan keinginan. Keinginan yang berlebihan hanya menimbun harta
benda saja dengan memperolehnya tidak wajar.
Penanganan virus patologi keserakahan dalam organisasi diperlukan
ketegasan dan kejujuran secara individual disamping harus pula
diperlakukan atau dengan katalain dispesialisasikan untuk dapat
memahami bahwa keserakahan dengan merampas hak orang lain
disamping mendapat hukuman moral juga mendapatkan jeratan hukum
yang berlaku.

D. Gejala, Sebab Akibat, dan Penyehatan Patologi Organisasi


1. Gejala Patologi Organisasi diantaranya adalah:
a. Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti
b. Tidak adanya saling percaya
c. Kebiasaan mudah memecat anggota
d. Kebiasaan suka menipu klien/supplier
e. Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji
f. Kelesuan yang dirasakan oleh seluruh anggota
g. Banyaknya korupsi, membudayanya kolusi dan nepotisme
h. Maraknya SARA di dalam organisasi
i. Adanya perlakuan deskriminasi di antara karyawan
j. Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan
k. Sulitnya memperoleh komitmen atasan
2. Penyehatan Patologi Organisasi
Dalam buku Dr. Sopiah mengatakan penyehatan organisasi dapat
dilakukan dengan cara yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan seleksi karyawan organisasi yang objektif
b. Penempatan karyawan dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan
dan bidangnya
c. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman dan
d. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
Penyehatan adalah suatu proses penghilangan perbedaan atau
ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang
diinginkan (Hunsaker, 2005). Berikut rinciannya:
a. Definisikan Masalah
 Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif
dipisahkan dari
 persepsi

10
 Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber
informasi
 Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas.
 Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya
 ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah
ditetapkan
 sebelumnya dan kenyataan yang terjadi
 Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak
yang
 terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah
 Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar
b. Buat alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi
yang muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang
c. Evaluasi alternatif-alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang dipilih bila tingkat kemungkinan untuk dapat
menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah lain, diterima
oleh semua orang yang terlibat, tingkat kemungkinan penerapannya
dan tingkat kesesuaian dengan tujuan dan batasan yang ada di dalam
organisasi.
d. Terapkan Solusi dan Tindak lanjutidengan strategi “sedikit demi
sedikit” untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan meningkatkan
dukungan, ada proses umpan balik berhasil tidaknya penerapan
solusi, adanya sistem monitoring untuk memantau secara
berkesinambungan, dan adanya penilaian thd keberhasilan penerapan
solusi didasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan
karena manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi
ini.
Beberapa upaya juga yang dilakukan untuk penyehatan patologi
organisasi yaitu:
a. Untuk mengatasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme selain hal diatas
diharapkan pemerintah menetapkan perundangan dibidang infomatika
(IT) sebagai bagian pengembangan dan pemanfaatan untuk organisasi
b. Peran kualitas sumber daya aparatur sangat mempengaruhi kualitas
suatu organisasi, untuk itu kemampuan kognitif yang bersumber dari
intelegensi dan pengalaman,skill atau ketrampilan, yang didukung
oleh sikap (attitude) merupakan faktor yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah patologi atau penyakit organisasi. Untuk itu
pelatihan diharapkan mampu menjadi program yang berkelanjutan
agar sumber daya organisasi memeliki kecerdasan inteltual,emosional
dan spiritual sebagai landasan dalam pelayanan publik.
c. Participation Melalui prinsip ini karyawan terlibat dalam pembuatan
keputusan yang di bangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan
berbicara serta berpartsipasi secara konstruktif, sehingga dengan
demikian maka menejer tidak menjadi otoriter dalam mengambil
keputusan. Keputusan yang dihasilakan merupakan representasi dari

11
keinginan karyawan dan tidak dapat diintervensi oleh pihak-pihak
yang ingin memanfaatkan menejer.Rule of law. Supremasi hukum
merupakan langkah yang harus diambil untuk meminimalisir atau
menghilangkan praktek-praktek patologi dalam organisasi. Dengan
penegakan hukum yang baik maka indikasi untuk melakukan
kesalahan akan terhapus karena para karyawan akan merasa takut
dengan ancaman hukum.Transparansi :. Melalui prinsip transparansi
maka segala hal yang dilakukan oleh menejer dan karyawan dapat di
kontrol melalui informasi yang terbuka dan bebas diakses.
d. Transparansi ini mendorong organisasi untuk senantiasa menjalankan
aturan sesuai ketentuan dan perundang-undangan, karena bila tidak
sasuai masyarakat pasti mengetahui dan melakukan penututan.
Effectiveness and efficiency. Pemborosan yang terjadi dalam praktek
pengelolaanorganisasi dapat diminimalisir oleh prinsip ini.
e. Accountability
f. Strategic vision. Melalui straegi visi maka akan tumbuh dalam setiap
karyawan maupun menejer akan nilai-nilai idealisme dan harapan-
harapan organisasi untuk masa yang akan datang. Nilai-nilai dan
harapan-harapan ini akan memeberikan kesan praktek pelaksaan
pekerjaan organisasi
g. memberikan motivasi kepada karyawan. Memberikan motivasi
karyawan itu sangat penting. Karena dengan motivasi yang tinggi
karyawan akan lebih giat bekerja. Untuk itu, baik anda sebagai bos
atau pun sebagai karyawan sendiri, ada baiknya untuk selalu
memotivasi diri. Sebagaimana saya pernah menuliskan pentingnya
motivasi itu sendiri. Memiliki motivasi bisa membantu Anda
mencapai keberhasilan dalam karir. Tidak hanya untuk pebisnis saja
termasuk juga untuk karyawan.
Berikut ini adalah cara memberikan motivasi karyawan seperti dikutip
dari Forbes.
a. Menjadi atasan yang Dapat Dipercaya
Jadilah atasan yang dapat dipercaya. Seorang pemimpin yang
memperlakukan para karyawannya dengan layak dan selalu
mendukung para karyawannya, bisa dipercaya dan dapat
memotivasi karyawannya tersebut untuk memenuhi harapan
perusahaan. Menjadi pemimpin yang yang bersifat terbuka dengan
bawahannya juga bisa memicu mereka untuk berhasil.
b. Mengakui pekerjaan karyawan Mengakui pekerjaan yang
dilakukan karyawan termasuk cara memberikan motivasi karyawan.
Dengan cara ini, pekerjanya pun akan berusaha untuk bisa bekerja
lebih baik lagi, baik itu untuk mencoba hal yang baru atau
meningkatkan keterampilan yang ada.
c. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatan
Karir Dengan memberikan kesempatan karyawan untuk
meningkatkan karir, itu merupakan salah satu faktor yang dapat

12
memotivasi karyawan. Jadi, berikanlah karyawan kesempatan untuk
meningkatkan karir. Buatlah program-program peningkatan karir.

d. Buatlah Karyawan Bahagia Atasan yang baik akan membuat


karyawannya bahagia dan puas dengan pekerjaan mereka. Pekerja
yang bahagia, juga akan memiliki rasa percaya diri, sehingga
mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik. Cara
membuat karyawan bahagia bisa dengan memberikan bonus atau
kejutan pada karyawan.
e. Kenaikan Gaji Uang tidak diragukan lagi merupakan cara yang
terbaik untuk memotivasi siapa saja yang bekerja. Tetapi jika uang
tambahan menjadi satu-satunya motivator utama, itu tentu tidak
akan bertahan lama. Para pegawai pernah mengatakan usaha terbaik
untuk membuat mereka maju, jika pekerjaan menghasilkan
beberapa tambahan uang. Lebih dari itu para pegawai merasa harus
ada sesuatu yang lebih yaitu perasaan bahwa mereka sedang
melakukan pekerjaan penting.
f. Memberikan rasa Takut Menakuti pegawai atau mencoba
membuat mereka berada pada keadaan yang paling sulit dengan
memarahi atau mengancam, kadang-kadang bisa efektif untuk
sementara waktu. Tapi langkah ini lebih banyak kelemahannya.
Anda tidak akan memiliki loyalitas pegawai ketika sedang
membutuhkan. Karyawan yang takut, bukanlah karyawan yang
inovatif. Lebih buruk lagi mereka memilih pindah ke perusahaan
lain. Bisa jadi orang yang paling berbakat ini kabur ke perusahaan
pesaing Anda.
g. Mengadakan Kompetisi Sebagian tambahan untuk memberikan
motivasi karyawan adalah dengan mengadakan kompetisi. Namun,
sebaiknya kompetisi ini harus di adakan dengan tepat sebagai
langkah untuk memotivasi karyawan saja, karena bisa saja ini malah
akan membuat perpecahan sebagai satu tim seharusnya saling
membantu untuk mencapai tujuan bersama. Pesaing sesungguhnya
adalah perusahaan lain. Kompetisi tidak pernah ada di dalam tim
Anda sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama.
Organisasi juga dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi
organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang-barang dan jasa.
Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian
tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap
organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan
dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi
tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang
matang dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara
menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan
main) yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan
kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan
itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun
juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini
berkembang dan meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya
penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung
terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh
organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan
kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa
meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-
penyakit ini sudah menular. Banyak patologi organisasi yaitu korupsi,
nepotisme, keserakahan, stress, dan lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pace, Wayne dan Don Faules. 2001. Komunikasi Organisasi: Strategi


Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gibson, Ivancevich,dkk. 1985. Organisasi: Prilaku, Struktur, Proses. Jakarta:
Erlangga.
Ivancevich, M. John, Robert Konopaske, dkk. 2007. Prilaku dan Manajemen
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sopiah, 2008. Prilaku Organisai. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1985 Prilaku dalam Organisasi, Jakarta:
Erlangga.
Subir Chowdhury. 2003. Organisasi Abad 21. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
H.Makmur, M.si Prof. 2011.Patologi Serta Terapinya Dal Ilmu Administrasi Dan
Organisasi. Jakarta: PT Gramedia.
Kusdi. 2011. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
Hmiznthi.2015.Penyakit-Penyakit Organisasi http:// documents. tips/documents/
penyakit-penyakit-organisasi.html. diakses pada 15 Desembar 2015
Parassetya,Aridha.2011.Prilakumanajemen(penyakitorganisasi).http://
www.papanputih. com/2011/01/penyakit-organisasi-psychological.html

15

Anda mungkin juga menyukai