ASSESMENT KELOMPOK
S1 ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI
ii
BAB I DESKRIPSI DAERAH
2
Muhammad Bobby Afif Nasution atau yang dikenal dengan nama Bobby
Nasution, lahir di Medan pada 5 Juli 1991. Pria keturunan Tapanuli ini merupakan
putra dari Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (Persero) IV, Almarhum
Erwin Nasution dan Ade Hanifah Siregar.
Bobby menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02,
Pontianak pada 1998. Lalu dia melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Bandar
Lampung, tepatnya di SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada 2003 dan di SMA
Negeri 09 Bandar Lampung pada 2006. Setelah menyelesaikan pendidikan
menengahnya, Bobby melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2009. Dia pun langsung
meneruskan pendidikan master di Magister Manajemen, Institut Pertanian Bogor
pada 2015.
Karier perdana Bobby Nasution di dunia politik bermula saat dirinya menjadi
calon Walikota Medan pada Pilkada serentak 2020. Saat itu, dia menggandeng
politikus Gerindra, Aulia Rachman. Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota
Medan ini terpilih dan dilantik pada 26 Februari 2021. Ketika menjabat sebagai
orang nomor 1 di Medan, Bobby mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya
untuk memberikan yang terbaik. Dia telah menetapkan 5 Program prioritas utama
yakni, penanganan kesehatan, banjir, kebersihan, infrastruktur, dan penataan
heritage untuk segera dituntaskan demi kenyamanan masyarakat.
3
BAB II LANDASAN TEORI
4
3. Bersikap menghargai (praising), setiap bawahan dalam organisai memerlukan
adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya. Maka dari itu, menjadi
kewajiban pemimpin harus mau memberikan penghargaan atau pengakuan
dalam bentuk apapun kepada bawahannya.
2.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut Deddy Mulyadi (2015:150-151 )gaya kepemimpinan adalah suatu
cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relatof ada tiga macam
gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis atau partisipatif,
dan laissez-faire.
1. Otokratis (authoritarian)
a. Penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin
b. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota
2. Demokratis (democratic)
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk teknis pemimpin menyarankan
dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok
3. Kebebasan (Laissez-Faire)
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau indvidu dengan partisipasi
minimal dari pemimpin
b. Kadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian
2.4 Kewenangan dan Delegasi
Menurut Suhardi (2018:136) menyatakan bahwa kewengan (authority)
pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan yang seringkali
dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan merupakan kekuasaan
formal atau terlegitimasi.
5
Secara sederhana menurut Jones dalam buku Perilaku Organisasi dan
Kepemimpinan Pelayanan Dedi Mulyadi ( 2015:261 ) mengartikan kewenangan
adalah “ Authority is the power to hold people accountable for their actions and to
make decision about how to invest and use organizational resources “
Menurut suhardi (2018:145) berpendapat bahwa delegasi dapat didefinisikan
sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana
para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah, kepada orang – orang yang
melapor kepadanya. Menurut Hasibuan (2007:68) dalam Jurnal Irvan Pratama
Putra menyatakan bahwa pendelegasian wewenang adalah memberikan
Sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator ( Pemberi wewenang ) kepada
gelegate ( penerima wewenang ) untuk dikerjakan atas nama delegator. Berkaitan
dengan pendelegasian, menurut hasibuan (2007:12) terdapat tiga unsur yaitu:
Tugas, kekuasaan, dan Pertanggungjawaban.
6
BAB III ANALISIS OBYEK STUDI KASUS
7
memastikan bahwa potensi masyarakatnya dapat dikelola dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan yang baik pada kota medan.Pada dasarnya
masyarakat tidak mengaharapkan kepemimpinan dengan gaya tertentu, sejauh
kepemimpinan itu membawa dampak yang positif pada perkembangan daerahnya
serta pemimpin berlaku adil, arif dan bijaksana masyarakat akan mengakui dan
mendukung pemimpinnya. Bobby Nasution melalui karakteristik
kepemimpinannya telah banyak membenahi Kota Medan, masyarakat Kota
Medan tentunya bangga memiliki pemimpin layaknya Bobby Nasution.
8
preman, hal ini seolah menciptakan dua kubu yang saling bertentangan,
setelah perdebatan panjang konflik ini berhasil diselesaikan dimana kedua
belah pihak membuat kesepakatan, bahwa agar semua pihak tidak dirugikan
juru parkir beralih ke parkir elektronik dimana tarifnya bersifat tetap dan
menyediakan pembayaran elektronik untuk menghindari pungli.
2. Konflik Struktural
Pencabutan beberapa jabatan jajaran Pemerintah Kota Medan menjadi
sorotan publik, beberapa pencabutan ini dilakukan dengan alasan terjadinya
tindak pidana didalamnya, namun juga beberapa diantaranya terjadi karena
kinerja pejabat terkait tidak dapat dipertimbangkan. Terjadi dua konflik pada
kasus ini, pertama adalah konflik internal antar jabatan terkait dan kedua
adalah konflik yang merupakan imbas dari keputusan Bobby untuk melakukan
pencabutan beberapa jabatan jajaran Pemerintah Kota Medan tersebut.
9
BAB IV KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Bobby Nasution adalah seorang walikota yang memiliki
gaya kepemimpinan visioner yang berorientasi pada perubahan yang positif dan
pemberdayaan masyarakat. Bobby Nasution diakui oleh masyarakat sebagai pemimpin
yang adil, arif, dan bijaksana karena berhasil membenahi kondisi Kota Medan.
Pelaksanaan pemerintahan di Kota Medan menerapkan ketiga hukum administrasi, yaitu
hukum kepastian, hukum keadilan, dan hukum kemanfaatan. Bobby Nasution sebagai
pemimpin tertinggi melakukan delegasi dan mandat untuk mewujudkan pemerintahan
yang efektif bagi Kota Medan. Hal ini tercermin pada program kerja, penyelesaian
masalah, dan proses administrasi pemerintahan yang dilakukan. Bobby Nasution selaku
Walikota Medan menghadapi dua jenis konflik selama menjabat, yaitu konflik yang
bersifat kepentingan masyarakat dan konflik yang bersifat struktural. Bobby Nasution
memiliki metode penyelesaian konflik yang fleksibel, dengan menerapkan metode
kompetisi, kompromi, dan kolaborasi. Dalam menyelesaikan konflik, Bobby Nasution
berusaha menciptakan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak (win-win solution).
DAFTAR PUSTAKA
10