Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN WALIKOTA MEDAN

STUDI KASUS : BOBBY NASUTION

ASSESMENT KELOMPOK

NAMA / NIM / AB-45-05


Afwin Purnama Putra / 1501228422
Astriyani Sijabat / 1501228407
Novita Salmanissa Dwiyanti / 1501228278
Fayra Biyatni P / 1501228420
Rizki Rama Pratama / 1501228421

S1 ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii


BAB I DESKRIPSI DAERAH ........................................................................................... 1
1.1 Profil Kota Medan............................................................................................... 1
1.2 Potensi Daerah .................................................................................................. 1
1.3 Biodata Bupati / Walikota ................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 4
2.1 Filosofi dan Konsep Dasar Kepimpinan ............................................................. 4
2.2 Peran dan Fungsi Kepemimpinan ...................................................................... 4
2.3 Gaya Kepemimpinan .......................................................................................... 5
2.4 Kewenangan dan Delegasi ................................................................................ 5
2.5 Kepemimpinan dan Konflik ................................................................................ 6
BAB III ANALISIS OBYEK STUDI KASUS ...................................................................... 7
3.1 Analisis SWOT ................................................................................................... 7
3.2 Analisis Gaya Kepemimpinan Saat Ini dan yang diharapkan ............................. 7
3.3 Analisis Kewenangan dan Delegasi ................................................................... 8
3.4 Analisis Konflik yang dihadapi dan Solusinya .................................................... 8
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
BAB I DESKRIPSI DAERAH

1.1 Profil Kota Medan


Kota Medan merupakan ibu kota dari Sumatera Utara (Sumut), bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kota Medan menjadi kota terbesar ketiga
setelah Jakarta dan Surabaya, dan mendapat predikat sebagai kota metropolitan.
Kota Medan merupakan sebuah kota metropolitan dengan luas sekitar
265,10 kilometer persegi. Secara administratif, Kota Medan terbagi menjadi dua
puluh satu kecamatan.
Berdasarkan letak astronomisnya, Kota Medan berada di antara 3°27’ -
3°47’ Lintang Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur. Merujuk lokasinya, Kota
Medan masuk ke dalam zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Sementara menurut
letak geografisnya, Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di
sebelah utara, selatan, barat dan timur. Adapun untuk batas laut, Kota Medan
berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara.
Jumlah penduduk Kota Medan di tahun 2021 mencapai 2.460.858 jiwa.
Adapun kepadatan penduduk Kota Medan pada tahun 2021 adalah 9.283 jiwa per
kilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan antara tahun 2020-
2021 adalah 0,79 persen. Penduduk Kota Medan didominasi Suku Batak meliputi
Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan
Batak Mandailing. Walau begitu, Kota Medan memiliki budaya heterogen dengan
adanya penduduk dari Suku Minang, Suku Jawa, dan masih banyak lagi.

1.2 Potensi Daerah


Sektor Unggulan
DPMPTSP Kota Medan (2019) telah melakukan penelitian potensi
unggulan menggunakan analisis share sektor PDRB. Dari analisis tersebut,
diketahuilah bahwa sektor unggulan di Kota Medan adalah industri pengolahan,
konstruksi, Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dan
real estate. Keempat sektor ini memberikan kontribusi terbesar rata-rata selama
lima tahun (2014-2018). Pengembangan sektor-sektor ini akan mempengaruhi
pertumbuhan sektor lain yang terkait (linkage sector).
1. Industri pengolahan.
Industri pengolahan makanan terlihat diminati di Kecamatan Labuhan
(Lamhotma) dan Medan Deli (KIM). Industri komputer, percetakan, dan jasa
lainnya dikonsentrasikan di Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan
Medan Deli, Medan Tembung, dan Medan Amplas. Industri rumah tangga/kecil
seperti perikanan tangkap dan perikanan budidaya terdapat di Kecamatan
Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Marelan. Sementara Kawasan
Ekonomi Khusus untuk industri dan perdagangan ekspor di Kecamatan Medan
Belawan dan Medan Labuhan.
2. Konstruksi.
Selain konstruksi jalan, beberapa rencana pengembangan juga menjadi
potensi di Kota Medan seperti angkutan dan penyeberangan sungai di
Kecamatan Medan Labuhan. Rencana lain adalah pengembangan transportasi
laut di Pelabuhan Belawan.
3. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
Aktivitas perdagangan tersebar di jalan-jalan besar Kota Medan seperti di
Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Polonia, Medan Barat,
Medan Maimun, Medan Kota, dan Medan Area.
4. Real estate.
Bisnis hunian menggeliat dalam satu dekade terakhir, termasuk di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan pergeseran gaya hidup mendorong
kebutuhan tempat tinggal di tengah kota. Konsep hunian vertikal pun
diperkirakan masih akan bertumbuh dalam dekade berikutnya.

1.3 Biodata Bupati / Walikota

2
Muhammad Bobby Afif Nasution atau yang dikenal dengan nama Bobby
Nasution, lahir di Medan pada 5 Juli 1991. Pria keturunan Tapanuli ini merupakan
putra dari Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (Persero) IV, Almarhum
Erwin Nasution dan Ade Hanifah Siregar.
Bobby menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02,
Pontianak pada 1998. Lalu dia melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Bandar
Lampung, tepatnya di SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada 2003 dan di SMA
Negeri 09 Bandar Lampung pada 2006. Setelah menyelesaikan pendidikan
menengahnya, Bobby melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2009. Dia pun langsung
meneruskan pendidikan master di Magister Manajemen, Institut Pertanian Bogor
pada 2015.
Karier perdana Bobby Nasution di dunia politik bermula saat dirinya menjadi
calon Walikota Medan pada Pilkada serentak 2020. Saat itu, dia menggandeng
politikus Gerindra, Aulia Rachman. Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota
Medan ini terpilih dan dilantik pada 26 Februari 2021. Ketika menjabat sebagai
orang nomor 1 di Medan, Bobby mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya
untuk memberikan yang terbaik. Dia telah menetapkan 5 Program prioritas utama
yakni, penanganan kesehatan, banjir, kebersihan, infrastruktur, dan penataan
heritage untuk segera dituntaskan demi kenyamanan masyarakat.

3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Filosofi dan Konsep Dasar Kepimpinan


Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan atau
applied sciences dari ilmu ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip, rumus-rumus serta
dalil-dalilnya bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.
Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam bukunya yang berjudul
Management of Organizational Behavior dalam buku Kepemimpinan Manajerial
Danang Sunyoto (2019:12) kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi
orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok.
Kepemimpinan sebagai pengaruh antarpribadi yang terjadi pada suatu keadaan
dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan
ataupun tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.

2.2 Peran dan Fungsi Kepemimpinan


Peranan tentang kepemimpinan diungkapkan oleh H.G Hicks dan C.R Gullett
dalam bukunya yang berjudul Organization; Theory and Behavior dalam buku
Kepemimpinan Manajerial Danang Sunyoto (2019: 115-118) yaitu bersikap adil,
memberikan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi dan mau
menghargai. Masing-masing peran dan fungsi tersebut secara singkat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Besikap adil (arbirating), ketika terjadi ketidak sesuaian diantara para bawahan
maka timbulah persoalan. Apabila diantara mereka tidak dapat memecahkan
masalah, maka pemimpin perlu turun tangan untuk menyelesaikan dan
memecahkan persoalan bawahan dengan cara bersikap adil dan tidak
memihak.
2. Sebagai wakil organisasi (representing), segala perilaku, perbuatan, dan kata-
katanya yang ada pada diri pemimpin akan selalu memberikan kesan tertentu
terhadap organisainya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang
pemimpin akan memberikan gambaran positif pula terhadap organisasi yang
dipimpinnya.

4
3. Bersikap menghargai (praising), setiap bawahan dalam organisai memerlukan
adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya. Maka dari itu, menjadi
kewajiban pemimpin harus mau memberikan penghargaan atau pengakuan
dalam bentuk apapun kepada bawahannya.
2.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut Deddy Mulyadi (2015:150-151 )gaya kepemimpinan adalah suatu
cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relatof ada tiga macam
gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis atau partisipatif,
dan laissez-faire.
1. Otokratis (authoritarian)
a. Penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin
b. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota
2. Demokratis (democratic)
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk teknis pemimpin menyarankan
dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok
3. Kebebasan (Laissez-Faire)
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau indvidu dengan partisipasi
minimal dari pemimpin
b. Kadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian
2.4 Kewenangan dan Delegasi
Menurut Suhardi (2018:136) menyatakan bahwa kewengan (authority)
pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaan yang seringkali
dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan merupakan kekuasaan
formal atau terlegitimasi.

5
Secara sederhana menurut Jones dalam buku Perilaku Organisasi dan
Kepemimpinan Pelayanan Dedi Mulyadi ( 2015:261 ) mengartikan kewenangan
adalah “ Authority is the power to hold people accountable for their actions and to
make decision about how to invest and use organizational resources “
Menurut suhardi (2018:145) berpendapat bahwa delegasi dapat didefinisikan
sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana
para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah, kepada orang – orang yang
melapor kepadanya. Menurut Hasibuan (2007:68) dalam Jurnal Irvan Pratama
Putra menyatakan bahwa pendelegasian wewenang adalah memberikan
Sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator ( Pemberi wewenang ) kepada
gelegate ( penerima wewenang ) untuk dikerjakan atas nama delegator. Berkaitan
dengan pendelegasian, menurut hasibuan (2007:12) terdapat tiga unsur yaitu:
Tugas, kekuasaan, dan Pertanggungjawaban.

2.5 Kepemimpinan dan Konflik


Menurut Robbins (1996) dalam jurnal Brata menyatakan bahwa konflik
adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara
dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak – pihak yang terlibat
baik pengaruh positif maupun pengaruh negative. Sedangkan menurut Luthans
(1981) menyatakan bahwa konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya
kekuatan yang saling bertentangan.
Menurut Robbins dalam Buku Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan
Pelayanan Dedi Mulyadi (2015:352) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses
dimana upaya secara sengaja dilakukan oleh si A untuk mengimbangi si B dengan
berbagai bentuk hambatan yang akan mengakib atkan si B frustasi dalam
mencapai tujuan dan kepentingannya.

6
BAB III ANALISIS OBYEK STUDI KASUS

3.1 Analisis SWOT


Untuk kota medan terdapat beberapa hal – hal untuk dianalisis daerah
kota medan. Analisis SWOT pada kota medan yaitu sebagai berikut :
1. Strength ( kekuatan )
a. Kota perdagangan Indonesia
b. Penghasil produk perkebunana unggulan
c. Memiliki wisata yang indah dan menarik
d. Jumlah penduduk yang banyak
2. Weakness ( Kelemahan )
a. Moda transportasi yang sulit berkembang
b. Banyaknya pungutan liar pada beberapa sector industry
c. Sulitnya berkembang perusahaan industry
3. Opportunity ( Peluang )
a. Pariwisata yang bagus dapat menunjang potensi sector ekonomi
b. Dapat melakukan ekspor dan impor atas hasil perkebunan
4. Threats ( Ancaman )
a. Kerusakan yang dilakukan oleh masyarakat
b. Persaingan perebutan daerah kekuasaan

3.2 Analisis Gaya Kepemimpinan Saat Ini dan yang diharapkan


Walikota Medan Bobby Nasution adalah salah satu kepala daerah yang
menerapkan gaya kepemimpinan visioner, gaya kepemiminan visioner merupakan
suatu karakteristik kepemimpinan yang dimiliki individu dalam merumuskan,
mencipatakan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mengaplikasikan serta
melakukan perubahan sebagai hasil dari interaksi sosial antara pemerintah dan
masyarakat yang disepakati merupakan impian masa depan bersama yang harus
dicapai melalui komitmen pemerintah selaku pelaksana dan masyarakat selaku
pendukung.
Bobby melalui program kerjanya berkomitmen melakukan pemberdayaaan
tidak hanya pada lingkungan internal pemerintahan, namun ia juga ingin

7
memastikan bahwa potensi masyarakatnya dapat dikelola dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan yang baik pada kota medan.Pada dasarnya
masyarakat tidak mengaharapkan kepemimpinan dengan gaya tertentu, sejauh
kepemimpinan itu membawa dampak yang positif pada perkembangan daerahnya
serta pemimpin berlaku adil, arif dan bijaksana masyarakat akan mengakui dan
mendukung pemimpinnya. Bobby Nasution melalui karakteristik
kepemimpinannya telah banyak membenahi Kota Medan, masyarakat Kota
Medan tentunya bangga memiliki pemimpin layaknya Bobby Nasution.

3.3 Analisis Kewenangan dan Delegasi


Pelaksanaan pemerintahan yang terjadi di Kota Medan menerapkan ketiga
hukum administrasi ini, Bobby selaku pemimpin tertinggi melakukan delegasi dan
mandat demi dapat mewujudkan pemerintahan yang efektif bagi kota medan. Hal
ini dapat tercermin pada program kerja, penyelesaian masalah dan proses
administrasi pemerintahan yang dilakukannya.
Seperti halnya pada kasus adanya dugaan penyelewangan proyek lampu
jalan yang baru saja terjadi di Kota Medan saat ini, Bobby langsung memberikan
mandat kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kota Medan untuk melakukan
inspeksi terhadap kecurigaan kecurangan pada proyek tersebut. Selain itu Bobby
juga kerap melakukan pendelegasian tugas sepertihalnya pada program
empowerment digitigal at 4.0 revolution era iya mempercayakan Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Medan untuk bertanggung jawab penuh memberdayakan UMKM
di kota medan.

3.4 Analisis Konflik yang dihadapi dan Solusinya


Penulis merangkum terdapat dua jenis konflik besar yang dihadapi oleh
Bobby Nasution selama menjabat sebagai Walikota Medan yaitu konflik yang
bersifat kepentingan masyarakat dan konflik yang besifat struktural.

1. Konflik yang bersifat demi kepentingan masyarakat


Penertiban parkir liar di Kota Medan yang merupakan imbas dari laporan
masyarakat yang resah akan pungli dan tarif parkir yang berubah – ubah
menyebabkan pemerintah Kota Medan dihadang oleh oknum ormas dan

8
preman, hal ini seolah menciptakan dua kubu yang saling bertentangan,
setelah perdebatan panjang konflik ini berhasil diselesaikan dimana kedua
belah pihak membuat kesepakatan, bahwa agar semua pihak tidak dirugikan
juru parkir beralih ke parkir elektronik dimana tarifnya bersifat tetap dan
menyediakan pembayaran elektronik untuk menghindari pungli.
2. Konflik Struktural
Pencabutan beberapa jabatan jajaran Pemerintah Kota Medan menjadi
sorotan publik, beberapa pencabutan ini dilakukan dengan alasan terjadinya
tindak pidana didalamnya, namun juga beberapa diantaranya terjadi karena
kinerja pejabat terkait tidak dapat dipertimbangkan. Terjadi dua konflik pada
kasus ini, pertama adalah konflik internal antar jabatan terkait dan kedua
adalah konflik yang merupakan imbas dari keputusan Bobby untuk melakukan
pencabutan beberapa jabatan jajaran Pemerintah Kota Medan tersebut.

Dari konflik di atas dapat disimpulkan bahwa Bobby Nasution selaku


walikota memiliki metode penyelesaian konflik yang fleksibel, ia menyadari bahwa
jika ada sesuatu yang berpotensi akan mengganggu maka harus diselesaikan
dengan cara kompetisi yaitu dengan merelakan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu dalam hal ini Bobby memotong atau membuang oknum yang berpotensi
menghalangi atau merusak kinerja pemerintahan. Bobby juga menerapakan
metode kompromi untuk memaslahatkan pihak yang terlibat konflik dalam hal ini
bobby mengajak pihak tersebut untuk menerima gagasannya dengan win – win
Solustion, metode kolaborasi juga diterapkan pada penyelesaian konflik
kepemimpanan Bobby sepertihalnya masalah penanganan banjir dengan
berkolaborasi dengan pemerintah provinsi dan organisasi terkait. Pada
pengeloaan sumber daya masyarakat Bobby mengutamakan alokasi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi di kota medan.

9
BAB IV KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Bobby Nasution adalah seorang walikota yang memiliki
gaya kepemimpinan visioner yang berorientasi pada perubahan yang positif dan
pemberdayaan masyarakat. Bobby Nasution diakui oleh masyarakat sebagai pemimpin
yang adil, arif, dan bijaksana karena berhasil membenahi kondisi Kota Medan.
Pelaksanaan pemerintahan di Kota Medan menerapkan ketiga hukum administrasi, yaitu
hukum kepastian, hukum keadilan, dan hukum kemanfaatan. Bobby Nasution sebagai
pemimpin tertinggi melakukan delegasi dan mandat untuk mewujudkan pemerintahan
yang efektif bagi Kota Medan. Hal ini tercermin pada program kerja, penyelesaian
masalah, dan proses administrasi pemerintahan yang dilakukan. Bobby Nasution selaku
Walikota Medan menghadapi dua jenis konflik selama menjabat, yaitu konflik yang
bersifat kepentingan masyarakat dan konflik yang bersifat struktural. Bobby Nasution
memiliki metode penyelesaian konflik yang fleksibel, dengan menerapkan metode
kompetisi, kompromi, dan kolaborasi. Dalam menyelesaikan konflik, Bobby Nasution
berusaha menciptakan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak (win-win solution).

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :

Brata. (2011). Peran Kepemimpinan Dalam Mengendalikan Konflik. Malang: Media


Wahan Ekonomika.
Drs. Danang Sunyoto, F. E. (2019). Kepemimpinan Manajerial. Jakarta: CAPS.
Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyadi, D. (2015). Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan. Bandung:
Alfabeta.
Putra, I. P. (2019). Pengaruh Pendelegasian Wewenang Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Bandung: Telkom University.
Suhardi, D. (2018). Pengantar Manajemen dan Aplikasinya . Yogyakarta: GAVA MEDIA.

10

Anda mungkin juga menyukai