Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI ORGANISASI

Dosen Pengampuh : Paul A. Moento S.Sos M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Reksy Rinaldy Pawarrangan

NPM : 202063201054

KELAS :A

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Berkat-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berjudul tentang
“Teknologi Organisasi” sebagai salah satu tugas kuliah Teori Organisasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan
makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau
tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis,

Reksy R. Pawarrangan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki arti
“ilmu tentang penyakit”.Risman K. Umar (2002) mendefinisikan bahwa patologi
organisasi adalah penyakit atau bentuk perilaku organisasi yang menyimpang dari
nilai-nilai etis, aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta
norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Prof. Dr. Sondang P. Siagian,
MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya patologi ialah agar diketahui
berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita oleh manusia.
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama.
Organisasi juga dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi
organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang-barang dan jasa.
[1]Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian
tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap
organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan
dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi
tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang
dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara menghindari,
menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan patologi organisasi?
2. Apa yang di maksud dengan penyehatan organisasi?

1.3. Tujuan Makalah


Dalam penulisan makalah ini memiliki tujuan :
1. Supaya penulis dan pembaca mengetahui bahwa apa itu patologi
organisasi.
2. Penulis dan pembaca dapat memahami manfaat patologi organisasi.
3. Supaya penulis dan pembaca mengetahui bahwa apa itu penyehatan
organisasi.
4. Penulis dan pembaca dapat memahami manfaat penyehatan organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Patologi Organisasi


Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main)
yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan
ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak
saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun juga menawarkan
solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik. Ada beberapa penyakit dalam
organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas akan menjadi
penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-
gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini
sudah mengidap di tubuh organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada
organisasi, bahkan kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga
bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-
penyakit ini sudah menular.

2.2. Jenis Patologi Pelaku Organisasi


A. Penyakit Nepotisme
Penyakit nepotisme pada mulanya lebih banyak di terjadi di organisasi,
kemudian berkembang lebih lanjut kedalam berbagai aspek kehidupan pada
manusia lainnya. Mengapa terjadi nepotisme dalam organisasi, karena tidak
tercapainya kepuasan yang diharapkan semula yang dikarena tidak
terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam organisasi.
Penyakit nepotisme dalam administrasi juga menciptakan suatu
perubahan dalam sebuah bentuk kerja sama, tetapi perubahan yang diciptakan
tersebut berorientasi kepada perubahan negative. Penyakit nepotsime dalam
administrasi sangat berpengaruh negative dalam pengembangan konseptual
teoritis, actual empiris, dan etika administrasi sehingga wawasan keilmuan
untuk menciptakan kecerdasan beripikir dan keterampilan untuk menciptakan
kemahiran bertindak akan menjadi kabur serta suatu saat akan terkubur.
Penanganan virus penyakit nepotisme dalam administrasi seharusnya
dilakukan secara terus menerus, karena kemungkinan akan berkembang
apabila kita tidak waspada. Tindakan yang dilakukan itu merupakan suatu
permulaan karena diawali oleh pemikiran yang dilandasi wawasan keilmuan, 
ketangguhan moralitas, dan keteguhan iman. Oleh sebab itu kita semua harus
senantiasa menjunjung tinggi niali kebenaran sehingga virus-virus penyakit
nepotisme itu tidak akan mengancam kehidupan kita setiap saat. Sebaikanya
semua manusia yang terlibat dalam kerja sama untuk melakukan aktivitas
adminsitrasi saling mengontorol dan mengingatkan antara satu dengan yang
lainnya tentang bahanya virus penyakit nepotisme.

B. Penyakit Korupsi
Penyakit atau patologi korupsi dalam organisasi merupakan suatu
penyakit yang sangat ditakuti oleh semua ikatan bentuk kerjasama manusia
melalui organisasi internasional , Negara, pemerintah, sampai kepada
organisasi swasta pun, semuanya ketakutan bila terjangkit virus-virus penyakit
atau patologi korupsi yang dapat mematikan aktivitas administrasi. Penyakit
korupsi yang begitu ditakuti oleh semua pihak mulai dari anggota ikatan
kerjasama yang terendah sampai kepada anggota yang tertinggi, atau mulai
dari anggota masyarakat terendah sampai kepada anggota masyarakat yang
tertinggi.
          Korupsi adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau beberapa
orang baik statusnya sebagai bawahan maupun pejabat dalam suatu organisasi
yang melakukan pelanggaran etika, moralitas, rasionalitas, keyakinan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mendapatkan sesuatu
keuntungan dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan seseorang atau
beberapa orang yang dapat berakibat merugikan orang lain atau Negara.

C. Penyakit Stres
Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang
dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Stres juga
merupakan penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan
interpretasi atau suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda seorang
individu. Kita sering mendengar bahwa stres merupakan akibat negatif dari
kehidupan modern. Orang-orang merasa stres karena terlalu banyak pekerjaan,
ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu bserat atau
karena mengikuti pekerbangan zaman.
Penyebab stres Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi
lingkungan tempat penampungan fisik dan emosional pada seseorang.
Terdapat banyak stressor dalam organisasi dan aktifitas hidup lainnya. Stresor
yang berhubungan pekerjaan terbagi menjadi beberapa tipe salah satunya
organisasi, banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari
organisasi pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres
yang tidak hanya untuk mereka kehilangan pekerjaan, namun juga untuk
mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal
mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman, dan tidak
nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi,
privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan
perusahaan yang berpotensi memunculkan stres. Para pekerja harus
mengahadapi peningkatan ketidak amanan dalam bekerja, bimbang dalam
tuntunan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari konflik
antar pribadi.
Akibat dari stres bisa dilihat pada 3 aspek yaitu: fisik, psikis, dan
perilaku. Akibat stres bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya
tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi
kerja tinggi, dan agresi ditempat kerja.

D. Penyakit Egoisme
Penyakit atau patologi egois terhadap pelaksanaan kegiatan di
organisasi adalah sifat-sifat manusia yang terkait dalam bentuk kerjasama
yang selalu ingin menang sendiri ketika mendiskusikan sesuatu pemikiran,
baik secara ilmiah maupun pemikiran terhadap suatu penyelesaian
permasalahan atau kegiatan. Egoisme sebenarnya adalah suatu virus penyakit
atau patologi dalam pelaksanaan organisasi. Jika terlalu kuat pengaruh
manusia yang memiliki sifat egoisme sangat memungkinkan aktivitas dalam
organisasi yang dilakukan dalam bentuk kerjasama itu akan bersifat negative
dan tidak mustahil dapat mematikan atau membubarkan suatu bentuk
kerjasama yang dituntuk oleh administrasi.
Contohnya dalam penyakit emosi, penyakit emosi seseorang adalah
keadaan yang dicirikan oleh rangsangan psikologis dan perubahan ekspresi
wajah, gerakan tubuh, dan perasaan subjektif. Kata emosi memiliki arti
“bergerak”. Tubuh secara fisik dirangsang selama pengerahan emosi. Alasan
yang mendasari pemeriksaan emosi adalah titik dimana emosi saling
dihubungkan dengan periaku adaktif dasar seperti membantu orang lain,
mengasingkan diri, mencari wilayah kerja yang nyaman, dan menyerang
sesorang secara verbal karena memulai rumor yang tidak benar. Akan tetapi
emosi memiliki efek negatif. Rasa benci dan takut dapat merusak perilaku
dalam hubungan organisasi.
Dalam organisasi kerja emosional mungkin melibatkan dan
meningkatkan, pemasukan, atau menekan ke emosi untuk memodifikasi
ekspresi emosional. Aturan atau norma berkenaan dengan ekspektasi
mengenai ekspresi emosional dapat diperoleh dengan mengamati rekan kerja
atau dinyatakan dalam seleksi atau pelatihan.
Dalam dunia kerja atau organisasi sering terjadi peristiwa negatif,
terdapat kemungkinan lebih banyak kerja emosional. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak peraturan-peraturan kerja maka semakin besar stres.
Walau kerja emosional bisa efektif secara organisasi, mungkin terdapat efek
terhadap karyawan. Untuk mengtasi emosional beberapa peneliti berasumsi
bahwa mengelola emosi memerlukan usaha, waktu, dan energi. Organisasi
yang berusaha untuk mengatur emosi, sesuatu yang sangat pribadi dan akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam diri karyawan mereka.

E. Penyakit Keserakahan
Penyakit atau patologi keserakahan dalam organisasi adalah suatu
metode teknik dan taktik yang dilakukan seseorang anggota yang terkait
dalam ikatan bentuk kerjasama berpikir dan bertindak untuk dapat menguasai
sebagian atau bahkan kalau bisa keseluruhan factor-faktor kenikmatan
khususnya yang berupa material dengan mengorbankan orang lain.
Misalnya penyakit mata duitan pada pelaku organisasi, organisasi yang
memiliki penyakit mata duitan sering mendapat manfaat dari suatu
pemahaman yang jelas akan tujuan serta kemampuan untuk memobilisasi
sumber daya dengan cepat untuk mencapai tujuan. Akan tetapi penyakit mata
duitan ini ada manfaatnya juga salah atunya dalam bisnis organisasi yang
beroperasi di dalam ekonomi pasar kompetitif adalah jelas.[9] Tetapi banyak
sisi gelapnya lagi dari penyakit mata duitan ini. Kcendrungan dari penyakit ini
adalah hanya menfokuskan diri pada kinerja yang dapat diukur dan
mengabaikan hal-hal yang tidak dapat diukur. Solusi terhadap penyakit mata
duitan ini adalah menciptakan peluang untuk menghubungkan aktivitas,
memberikan imbalan secara terbuka, menganalisis strategik untuk masa
depan, mengintrospeksi diri, dan memberikan pelatihan kepada karyawan
dalam ketrampilan menyelesaikan konflik.
Penyakit atau patologi keserakahan manusia sebenarnya adalah suatu
penyakit yang sangat kejam karena dapat menghancurkan ikatan kerjasama
dan bahkan mematikannya. Penyakit atau patologi keserakahan bukan semata
mata hanya mengumpulkan harta benda yang melimpah untuk memenuhi
kebutuhan, tetapi lebih banyak diarahkan kepada pemenuhan keinginan.
Keinginan yang berlebihan hanya menimbun harta benda saja dengan
memperolehnya tidak wajar.
Penanganan virus patologi keserakahan dalam organisasi diperlukan
ketegasan dan kejujuran secara individual disamping harus pula diperlakukan
atau dengan katalain dispesialisasikan untuk dapat memahami bahwa
keserakahan dengan merampas hak orang lain disamping mendapat hukuman
moral juga mendapatkan jeratan hukum yang berlaku.

2.3. Gejala, Sebab Akibat, dan Penyehatan Patologi Organisasi


1. Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti
2. Tidak adanya saling percaya
3. Kebiasaan mudah memecat anggota
4. Kebiasaan suka menipu klien/supplier
5. Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji
6. Kelesuan yang dirasakan oleh seluruh anggota
7. Banyaknya korupsi, membudayanya kolusi dan nepotisme
8. Maraknya SARA di dalam organisasi
9. Adanya perlakuan deskriminasi di antara karyawan
10. Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan
11. Sulitnya memperoleh komitmen atasan

2.4. Penyehatan Patologi Organisasi


Dalam buku Dr. Sopiah mengatakan penyehatan organisasi dapat dilakukan
dengan cara yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan seleksi karyawan organisasi yang objektif
2. Penempatan karyawan dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan
bidangnya
3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman dan
4. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.

Penyehatan adalah suatu proses penghilangan perbedaan atau


ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan
(Hunsaker, 2005). Berikut rinciannya:

A. Definisikan Masalah
Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan
dari persepsi.
a. Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
b. Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas.
c. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya
d. ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan kenyataan yang terjadi
e. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak
yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah
f. Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar
B. Buat alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang
muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang

C. Evaluasi alternatif-alternatif Pemecahan Masalah


lternatif yang dipilih bila tingkat kemungkinan untuk dapat
menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah lain, diterima oleh semua
orang yang terlibat, tingkat kemungkinan penerapannya dan tingkat
kesesuaian dengan tujuan dan batasan yang ada di dalam organisasi.

D. Terapkan Solusi dan Tindak lanjuti


Dengan strategi “sedikit demi sedikit” untuk meminimalkan terjadinya
resistensi dan meningkatkan dukungan, ada proses umpan balik berhasil
tidaknya penerapan solusi, adanya sistem monitoring untuk memantau secara
berkesinambungan, dan adanya penilaian thd keberhasilan penerapan solusi
didasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena
manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini.
Beberapa upaya juga yang dilakukan untuk penyehatan patologi
organisasi yaitu:
1. Untuk mengatasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme selain hal diatas
diharapkan pemerintah menetapkan perundangan dibidang
infomatika (IT) sebagai bagian pengembangan dan pemanfaatan
untuk organisasi
2. Peran kualitas sumber daya aparatur sangat mempengaruhi
kualitas suatu organisasi, untuk itu kemampuan kognitif yang
bersumber dari intelegensi dan pengalaman,skill atau ketrampilan,
yang didukung oleh sikap (attitude) merupakan faktor yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah patologi atau
penyakit organisasi. Untuk itu pelatihan diharapkan mampu
menjadi program yang berkelanjutan agar sumber
daya organisasi memeliki kecerdasan inteltual,emosional dan
spiritual sebagai landasan dalam pelayanan publik.
3. Participation. Melalui prinsip ini karyawan terlibat dalam
pembuatan keputusan yang di bangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartsipasi secara konstruktif,
sehingga dengan demikian maka menejer tidak menjadi otoriter
dalam mengambil keputusan. Keputusan yang dihasilakan
merupakan representasi dari keinginan karyawan dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan menejer.
4. Rule of law. Supremasi hukum merupakan langkah yang harus
diambil untuk meminimalisir atau menghilangkan praktek-praktek
patologi dalam organisasi. Dengan penegakan hukum yang baik
maka indikasi untuk melakukan kesalahan akan terhapus karena
para karyawan akan merasa takut dengan ancaman hukum.
5. Transparansi Melalui prinsip transparansi maka segala hal yang
dilakukan oleh menejer dan karyawan dapat di kontrol melalui
informasi yang terbuka dan bebas diakses. Transparansi ini
mendorong organisasi untuk senantiasa menjalankan aturan sesuai
ketentuan dan perundang-undangan, karena bila tidak sasuai
masyarakat pasti mengetahui dan melakukan penututan.
6. Effectiveness and efficiency. Pemborosan yang terjadi dalam
praktek pengelolaan organisasi dapat diminimalisir oleh prinsip ini.
7. Accountability
8. Strategic vision. Melalui straegi visi maka akan tumbuh dalam
setiap karyawan maupun menejer akan nilai-nilai idealisme dan
harapan-harapan organisasi untuk masa yang akan datang. Nilai-
nilai dan harapan-harapan ini akan memeberikan kesan praktek
pelaksaan pekerjaan organisasi
9. Dan memberikan motivasi kepada karyawan.Memberikan motivasi
karyawan itu sangat penting. Karena dengan motivasi yang tinggi
karyawan akan lebih giat bekerja. Untuk itu, baik anda sebagai bos
atau pun sebagai karyawan sendiri, ada baiknya untuk selalu
memotivasi diri. Sebagaimana saya pernah menuliskan pentingnya
motivasi itu sendiri. Memiliki motivasi bisa membantu Anda
mencapai keberhasilan dalam karir. Tidak hanya untuk pebisnis
saja termasuk juga untuk karyawan. Berikut ini adalah cara
memberikan motivasi karyawan seperti dikutip dari Forbes.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama.
Organisasi juga dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi
organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang-barang dan jasa.
Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian
tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap
organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan
dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi
tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang
dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara menghindari,
menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.  
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main)
yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan
ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak
saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun juga menawarkan
solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini
berkembang dan meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit-
penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun
tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh organisasi maka akan
mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-penyakit
ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti
ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular. Banyak patologi
organisasi yaitu korupsi, nepotisme, keserakahan, stress, dan lainnya.

3.2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Pace, Wayne dan Don Faules.  2001. Komunikasi Organisasi: Strategi


Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gibson, Ivancevich,dkk. 1985. Organisasi: Prilaku, Struktur, Proses.
Jakarta: Erlangga.
Ivancevich, M. John, Robert Konopaske, dkk. 2007. Prilaku dan
Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sopiah, 2008. Prilaku Organisai. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1985 Prilaku dalam Organisasi, Jakarta:
Erlangga.
Subir Chowdhury. 2003. Organisasi Abad 21.  Jakarta: PT Indeks
Kelompok Gramedia.
H.Makmur, M.si Prof. 2011.Patologi Serta Terapinya Dal Ilmu
Administrasi Dan Organisasi. Jakarta: PT Gramedia.
Kusdi.  2011. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba
Humanika

Hmiznthi.2015.Penyakit-Penyakit Organisasi http:// documents.


tips/documents/ penyakit-penyakit-organisasi.html. diakses pada 15 Desembar
2015
Parassetya,Aridha.2011.Prilakumanajemen(penyakitorganisasi).http://ww
w.papanputih. com/2011/01/penyakit-organisasi-psychological.html

Anda mungkin juga menyukai