TOPIK 2 : ORGANISASI
DISUSUN OLEH :
1. Khansa Syahidah Kamiludin (102111133102)
2. Putri Anisah Faradila (102111133103)
3. Deya Shinta (102111133120)
4. Rr. Dya Ayu Riksa Pratiwi (102111133121)
5. Nasywa Putri Rahmadina (102111133233)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa, kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes, selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan
dukungan kepada kami dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada hal yang kurang,
baik dari segi penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, kami
berharap makalah ini dapat memberikan kebermanfaatan di masa mendatang.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................v
LAMPIRAN...........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.4 Manfaat di Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat......................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Definisi dan Teori Organisasi......................................................................................3
2.1.1 Definisi Organisasi.................................................................................................3
2.1.2 Teori Organisasi.....................................................................................................4
2.2 Fungsi Organisasi..........................................................................................................8
2.3 Status dan Struktur Organisasi...................................................................................8
2.3.1 Status Organisasi....................................................................................................8
2.3.2 Struktur Organisasi.............................................................................................10
2.4 Prinsip Organisasi.......................................................................................................13
2.5 Peran Organisasi bagi Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................16
2.6 Organisasi yang Berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat............................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Simpulan......................................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................22
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
c. Bagaimana status dan struktur organisasi?
d. Apa prinsip yang dimiliki oleh organisasi?
e. Bagaimana peran organisasi bagi lingkup kesehatan masyarakat?
f. Apa saja contoh organisasi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa definisi dan teori organisasi.
b. Untuk mengetahui apa saja fungsi dari organisasi.
c. Untuk mengetahui status dan struktur organisasi.
d. Untuk mengetahui prinsip yang dimiliki oleh organisasi.
e. Untuk mengetahui peran organisasi bagi lingkup kesehatan masyarakat.
f. Untuk mengetahui apa saja contoh dari organisasi yang memiliki hubungan dengan
kesehatan masyarakat.
viii
BAB II
PEMBAHASAN
ix
tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu sarana yang
digunakan untuk melakukan kerja sama bersama orang lain dengan adanya
kedudukan serta tugas yang jelas dalam rangka mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan sebelumnya.
x
berasal dari kata legal-rasional. Rasional dalam arti menetapkan tujuan
dan merancang suatu organisasi guna mencapai tujuan. Organisasi
termasuk hal yang legal karena adanya wewenang di dalamnya bermula
dari seperangkat aturan, prosedur, dan peranan yang dirumuskan secara
jelas.
Masyarakat perlu membangun organisasi baru (birokratik) dengan
karakteristik birokratik. Menurut Weber, bentuk organisasi birokratik
secara kodratnya adalah bentuk organisasi yang paling efisien.
Karakteristik birokrasi bekerja dengan tepat untuk kebutuhan era industri.
Walaupun istilah birokrasi memiliki konotasi negatif dalam organisasi,
birokrasi menekankan pentingnya perancangan dan pengelolaan melalui
wewenang, tanggung jawab, pencatatan formal, dan aturan yang standar.
Weber mengemukakan birokrasi memiliki karakteristik, yaitu
adanya spesialisasi pekerjaan, adanya hierarki wewenang atau rantai
perintah, memiliki aturan bersifat formal dan regulasi, hubungan yang
impersonal antar anggota, dan setiap anggota memiliki kompetensi
khusus, Dapat disimpulkan bahwa birokrasi merupakan suatu model
organisasi normatif yang lebih menekankan struktur dalam organisasi.
2) Teori Manajemen Ilmiah
Teori Manajemen ilmiah bermula pada sekitar abad ke-19 yang
dikembangkan oleh seorang kontributor utama, yaitu Frederick W.
Taylor. Manajemen ilmiah didasarkan pada ide yang tersistematisasi
untuk memperbaiki efektivitas melalui eksperimen dan analisis ilmiah.
Pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh Taylor menghasilkan empat
kaidah dasar manajemen, yaitu: mengganti mekanisme kerja dengan
metode yang berdasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang tepat dan
secara ilmiah; menyelenggarakan bimbingan kerja, seleksi, latihan dan
pengembangan karyawan secara ilmiah; peningkatan pengetahuan kerja;
dan menjalin hubungan yang baik antara karyawan dengan manajer untuk
membangun motivasi dan mental karyawan sehingga tercipta suasana
kerja yang baik.
Manajemen ilmiah memiliki dampak yang besar dan berkaitan
dengan praktik industri serta teoritis organisasi. Teori manajemen ilmiah
mendapatkan adanya kritikan karena dianggap mengesampingkan
xi
pandangan kemanusiaan, meskipun tetap dijadikan pedoman prosedur
teknis dalam sektor industri.
3) Teori Administrasi
Teori administrasi berkembang mulai abad ke-19 yang
dikembangkan oleh Henri Fayol dan Lyndall Urwick dar Eropa (Prancis),
serta Mooney dan Reilley di Amerika. Dalam bukunya yang berjudul
“General and Industrial Administration” Fayol mengembangkan teori
yang berpusat pada pemecahan fungsional kegiatan administrasi yang
dibagi menjadi lima fungsi, yaitu planning, organizing, command,
coordination, control. Semua fungsi tersebut menjadi elemen dasar bagi
fungsi dasar manajemen. Fayol menyampaikan terdapat empat belas
prinsip bagi manajer, yaitu pembagian kerja, wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, kesatuan dalam perintah, kesatuan arah, mengutamakan
kepentingan bersama, pemberian pesangon untuk pekerja, sentralisasi,
rantai perintah, ketertiban, kedilan, kestabilan jangka waktu pekerja,
inisiatif, semangat jiwa kesatuan.
Sedangkan Mooney dan Reilly mengungkapkan bahwa
perkembangan organisasi memiliki struktur yang pyramidal yang jelas.
Koordinasi dianggap sebagai induk dari berbagai prinsip lainya, terutama
dalam mendukung pelaksanaan fungsi yang berbeda tetapi saling terkait.
Prinsip organisasi menurut Mooney dan Reilly, yaitu prinsip koordinasi,
prinsip jenjang dalam susunan hierarkis, prinsip penyusunan tugas dan
fungsi organisasi, dan prinsip staf yang menunjukkan adanya perbedaan
tugas.
b. Teori Organisasi Neo Klasik
Teori berikutnya yang muncul setelah adanya perkembangan dari
teori klasik yang dianggap memiliki kelemahan adalah teori neoklasik. Pada
teori ini menitikberatkan pada gagasan tentang aspek psikologis dan sosial
manusia yang signifikan. Pendekatan pada aspek manusia inilah yang dikenal
dengan pendekatan perilaku (behavioral approach) atau pendekatan
hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach). Teori ini
menjelaskan bahwa norma dan kebiasaan suatu kelompok merupakan faktor
yang membangun tingkah laku dan berpengaruh terhadap produktivitas.
xii
Perkembangan teori neoklasik ditandai dengan percobaan yang
dilakukan oleh Hugo Munsterberg dan Elton Mayo dalam eksperimen
Hawthorne. Hasil temuan para ahli tersebut menunjukkan adanya faktor-
faktor individu dan sosial yang mempengaruhi perilaku para pekerja. Dalam
hal pembagian kerja, teori neoklasik mengemukakan pentingnya hal-hal
sebagai berikut:
1) Partisipasi setiap anggota dalam proses pengambilan keputusan.
2) Perluasan kerja (job enlargement).
3) Manajemen bottom up yang memberi kesempatan untuk junior agar ikut
serta dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
c. Teori Organisasi Modern
Aliran teori organisasi modern memandang sebuah organisasi sebagai
suatu sistem yang terbuka. Pendekatan system berpengaruh besar terhadap
evolusi perkembangan teori organisasi modern. Ludwig von Bertalanffy dan
Kenneth Boulding mengembangkan teori sistem umum atau “General System
Theory” yang menetapkan sistem sebagai dasar pemahaman organisasi dan
hubungan organisasi dengan lingkungannya. Konsep sistem umum menjadi
dasar utama analisis organisasi dalam teori organisasi modern. Perbedaan
antara teori sistem umum dan teori organisasi modern terletak pada cakupan
tingkatan dalam bahasanya. Teori sistem umum membahas mengenai setiap
tingkatan sistem, sedangkan teori organisasi modern pada tingkat organisasi
manusia.
d. Teori Organisasi Post Modern
Teori organisasi post modern berisi teori-teori yang telah berkembang
sejak tahun 1975 hingga sekarang. Aliran post modern merupakan teori yang
cenderung lebih memperhatikan politik dalam organisasi. Teori ini
menganggap bahwa struktur bukan merupakan usaha yang rasional dari para
manajer untuk menciptakan struktur yang efektif tetapi adalah hasil dari suatu
koalisi beberapa organisasi partai untuk memperoleh control yang baik.
Dalam aliran post modern, para ahli berkontribusi mengembangkan
teori. James March dan Herbert Simon berargumentasi bahwa mayoritas
pengambil keputusan memilih alternatif yang memuaskan dengan alternatife
yang cukup baik. Mereka menganjurkan agar teori organisasi diubah dan
menjadi suatu sistem kerjasama yang rasional. Kemudian muncul konsep
xiii
“organisasi sebagai arena politik” oleh Jeffrey Pfeffer yang berisi tentang
koalisi kekuasaan, konflik inherent pencapaian tujuan organisasi, dan
keputusan-keputusan yang diambil. Keputusan tersebut berupa bagaimana
mendesain organisasi yang mendukung kepentingan pribadi mereka yang
berkuasa. Beberapa isi teori yang masuk antara lain:
1) Suatu organisasi terdiri dari beberapa entitas tim yang beragam, tetapi
masih saling berhubungan. Entitas-entitas tersebut mempunyai
kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya sendiri melalui
sebuah koordinasi yang bersifat polisentris.
2) Koordinasi dibangun melalui kebutuhan pekerjaan.
3) Entitas diorganisasikan dalam desain yang sederhana, dimana pekerja
sangat diberdayakan dan dilibatkan dalam setiap pekerjaan, serta
informasi disebarluaskan.
4) Menekankan pada “continuous improvement” atau perbaikan yang
berkesinambungan.
Secara umum fungsi organisasi adalah untuk memberikan arahan dan aturan
serta pembagian kerja mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan para anggota
di dalam organisasi. Selain itu fungsi organisasi juga untuk meningkatkan kemampuan
dari setiap anggota organisasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari
lingkungan. Fungsi lainnya adalah memberikan pengetahuan serta mencerdaskan setiap
anggota di dalam organisasi tersebut.
xiv
organisasi formal disebut sebagai birokrasi. Hal ini disebabkan karena
memiliki tujuan yang ditetapkan secara jelas, menggunakan kalkulasi yang
akurat, dan mengeliminasi hal-hal yang dapat menghambat pencapaian tujuan
tersebut.
Karakteristik organisasi birokrasi secara ideal, yaitu: (1) adanya
pembagian tugas-tugas kompleks kepada setiap bagian; (2) prinsip hierarki
dengan rantai komando, yaitu unit-unit yang lebih rendah dikendalikan oleh
dan bertanggung jawab kepada unit yang lebih tinggi; (3) penyelenggaraan
tugas berdasarkan pada peraturan yang tegas; (4) pegawai melaksanakan
tugasnya secara formalistic, impersonal, dan keahliannya; (5) adanya
pemisahan tegas antara pendapatan pribadi dan organisasi.
Kelemahan organisasi formal, yaitu: (1) fleksibilitas terbatas; (2)
proses lambat; (3) hambatan komunikasi karena adanya ketidakefisienan,
dimana komunikasi memerlukan koordinasi dari berbagai departemen; (4)
kualitas keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak; (5) keterlambatan
dalam deteksi dan penangan masalah.
b. Organisasi Informal
Organisasi informal merupakan organisasi yang terbentuk karena
adanya hubungan antar pribadi Secara tidak sadar dan tidak didasarkan pada
hubungan wewenang formal pada struktur organisasi maupun tujuan
kesepakatan bersama. Untuk itu, kekuasaan dalam organisasi informal
terletak pada orang, bukan kepada posisi (jabatan) dan diberikan oleh
anggotanya.
Manfaat organisasi informal berkaitan erat dengan organisasi formal
yang ada, diantaranya adalah beban kerja manajemen semakin ringan,
kepuasan kerja kelompok, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara
emosional, adanya kohesi (persatuan) antar anggota akibat adanya rasa
kebersamaan, dan sebagainya.
Tabel 1 Perbandingan Organisasi Formal dan Organisasi Informal
Karakteristik Formal Informal
xv
Asal Sengaja oleh manajemen Spontan oleh anggota
puncak
xvi
bawahan (line authority). Pemberian perintah pada organisasi ini bergerak
secara vertikal (garis lurus) sehingga saluran perintah dan tanggung jawabnya
tegas. Untuk itu, organisasi lini sering disebut sebagai organisasi militer
karena susunannya sangat terstruktur dan bentuknya vertikal (Kompas,
2021). Struktur ini cocok digunakan di organisasi, misalnya Rukun Tetangga
(RT), warung makan, dan sebagainya.
Ciri-ciri organisasi lini, yaitu: (1) tujuan organisasi masih sederhana;
(2) organisasinya relatif kecil dan sederhana; (3) jumlah karyawan sedikit dan
saling mengenal; (4) pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan; (5)
bentuk organisasi ini tergantung pada satu pemimpinnya; dan (6) hubungan
antara atasan dengan bawahan masih bersifat langsung melalui garis
wewenang terpendek.
Kelebihan struktur lini untuk organisasi kecil, yaitu: (1) sederhana;
(2) penuh tanggung jawab; (3) dapat memanfaatkan tenaga kerja yang kurang
cakap; (4) proses pengambilan keputusan cepat; (5) rasa solidaritas tinggi; (6)
sifat disiplin biasanya masih tinggi. Sedangkan kelemahan struktur ini, yaitu:
(1) masalah dalam analisis pekerja; (2) kesempatan karyawan untuk
mengembangkan spesialisasi sangat terbatas; (3) organisasi sangat
bergantung kepada seseorang; (4) sukar diadakan koordinasi; (5) tujuan
organisasi sama, apalagi jika didasarkan kepada kepentingan pimpinan; (6)
kecenderungan pemimpin bertindak diktatoris.
xvii
struktur ini umumnya digunakan oleh organisasi yang besar, daerah kerja
luas, bidang tugas yang beraneka ragam dan jumlah bawahan yang banyak
sehingga pimpinan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan
staf. Staf adalah orang ahli dalam bidang tertentu yang bertugas memberi
nasihat dan saran kepada pimpinan dalam organisasi tersebut.
Ciri-ciri struktur garis dan staf, yaitu: (1) Besar dan kompleks; (2)
jumlah karyawannya banyak; (3) daerah kerjanya luas; (4) hubungan kerja
yang bersifat langsung tidak mungkin dilaksanakan, (5) pimpinan dan sesama
karyawan tidak lagi saling mengenal; (6) spesialisasi yang beraneka ragam
diperlukan dan dipergunakan secara maksimal; dan (7) terdapat 3 komponen
utama, yaitu pimpinan, pembantu pimpinan atau staf, dan pekerja atau
karyawan.
xviii
Kelebihan struktur organisasi ini, yaitu: (1) penggunaan sumber daya
efisien; (2) spesialisasi terus berkembang; (3) koordinasi yang luar biasa
dalam fungsi-fungsinya; (4) pemecahan masalah teknikal yang berkualitas;
(4) panduan dan pengendalian dari manajemen puncak. Sedangkan
kekurangannya, yaitu: (1) komunikasi lintas departemen fungsional buruk;
(2) keputusan terpusat pada hierarki puncak sehingga menciptakan
penundaan; (3) pelatihan manajemen umum yang terbatas bagi karyawan; (4)
tanggung jawab untuk masalah yang muncul sulit ditunjukkan secara tepat;
(5) pandangan terbatas mengenai sasaran organisasi daripada karyawan.
xix
Seluruh pekerjaan yang menjadi perhatian harus dibagi di antara bawahan
berdasarkan kualifikasi, kemampuan, dan keterampilan. Aktivitas setiap anggota
kelompok terorganisir mana pun harus dibatasi, sejauh mungkin, untuk kinerja satu
fungsi. Melalui pembagian spesialisasi kerja dapat menghasilkan organisasi yang
efektif.
c. Prinsip Definisi Fungsi (Functional Definition)
Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam suatu perhatian harus didefinisikan
secara lengkap dan jelas kepada para manajer dan bawahan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendefinisikan dengan jelas terkait tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hubungan orang-orang terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam hubungan
otoritas-tanggung jawab membantu dalam mencapai koordinasi sehingga organisasi
dapat berlangsung secara efektif. Contohnya, fungsi utama produksi, pemasaran,
dan keuangan, hubungan tanggung jawab otoritas di departemen ini harus
didefinisikan dengan jelas kepada setiap orang yang terkait dengan departemen itu.
Klarifikasi dalam hubungan otoritas-tanggung jawab membantu dalam organisasi
yang efisien. Klarifikasi ini dituangkan secara tertulis dan dipublikasikan kepada
semua pihak yang berkepentingan.
d. Prinsip Rentang Kendali/Pengawasan (Span of Control)
Dalam prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang
menggambarkan jumlah karyawan yang dapat ditangani dan dikendalikan secara
efektif oleh seorang manajer. Seorang manajer harus dapat menangani berapa
jumlah karyawan di bawahnya yang harus diputuskan. Keputusan ini dapat diambil
dengan memilih rentang yang lebar atau sempit. Ada dua jenis rentang kendali,
yaitu:
1) Rentang Kendali yang Luas
Seorang manajer dapat mengawasi dan mengendalikan secara efektif
dan efisien sekelompok besar orang pada satu waktu. Aspek dari rentang ini
adalah:
● Lebih sedikit biaya overhead pengawasan
● Respon cepat dari karyawan
● Komunikasi yang lebih baik
● Pengawasan yang lebih baik
● Koordinasi yang lebih baik
● Cocok untuk pekerjaan yang berulang.
xx
2) Rentang Kendali yang Sempit
Menurut rentang ini, pekerjaan dan wewenang dibagi di antara banyak
bawahan dan seorang manajer tidak mengawasi dan mengendalikan
sekelompok besar orang di bawahnya. Manajer menurut rentang sempit
mengawasi sejumlah karyawan yang dipilih pada satu waktu. Aspek dari
rentang ini adalah:
● Pekerjaan yang membutuhkan kontrol dan pengawasan yang ketat,
misalnya kerajinan tangan, pekerjaan gading, dll. yang membutuhkan
keahlian, rentang sempit lebih membantu
● Koordinasi sulit dicapai
● Kesenjangan komunikasi bisa datang
● Pesan dapat terdistorsi
● Pekerjaan spesialisasi dapat dicapai.
Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Rentang Kendali
● Kemampuan manajerial
● Kompetensi bawahan
● Sifat pekerjaan
● Pendelegasian wewenang
● Derajat desentralisasi.
e. Prinsip Rantai Skalar/Otoritas (Chain of Command/Authority)
Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir dari atas ke
bawah. Dengan rantai otoritas yang tersedia, pemborosan sumber daya dapat
diminimalisir, komunikasi terpengaruh, tumpang tindih pekerjaan dihindari, dan
organisasi mudah berjalan. Ketika wewenang mengalir dari atas ke bawah, dimana
menjelaskan posisi wewenang kepada manajer di semua tingkat yang memfasilitasi
organisasi berjalan efektif.
xxi
Gambar 2.4 Alur Otoritas dari Tingkat Atas ke Bawah
Berdasarkan diagram di atas, gubernur provinsi memiliki tingkat otoritas
tertinggi sebagai supra-supra sistem. Wewenang ini dibagi oleh bupati/ walikota
sebagai supra sistem yang berbagi wewenangnya dengan dinas kesehatan kabupaten/
kota sebagai sistem. Di bawah sistem, terdapat subsistem yang diperankan oleh
puskesmas dan terdapat pula sub-sub sistem, yaitu berupa program-program yang
dilakukan, seperti UKS, KIA, kesehatan lingkungan, farmasi, dan lainnya.
f. Prinsip koordinasi (Coordination)
Tujuan dari pengorganisasian yang dibedakan dari tujuan pengambilan
adalah untuk memfasilitasi koordinasi, yaitu kesatuan usaha.
g. Prinsip tanggung jawab (Responsibility)
Tanggung jawab atasan atas tindakan bawahan adalah mutlak.
h. Prinsip korespondensi (Correspondence)
Dalam setiap posisi, tanggung jawab dan wewenang harus sesuai.
i. Prinsip keseimbangan (Balance)
Sangat penting bahwa berbagai unit organisasi harus dijaga
keseimbangannya.
j. Prinsip kontinuitas (Continuity)
Reorganisasi adalah proses yang berkelanjutan, dimana dalam setiap
melakukan ketentuan tertentu harus dibuat untuk itu. Dua prinsip yang lebih spesifik
yang menjadi kepentingan umum dalam penataan organisasi adalah : (i) Prinsip
Rentang Kendali (Span of Control) dan (ii) Prinsip Rantai Komando (Chain of
Command).
xxii
2.5 Peran Organisasi bagi Lingkup Kesehatan Masyarakat
xxiii
2.6 Organisasi yang Berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat
xxiv
Setiap 50 negara bagian memiliki departemen Kesehatan masing-masing
yang memiliki tujuan untuk mempromosikan, melindungi, dan memelihara
Kesehatan dan kesejahteraan warganya. Memiliki 4 fungsi utama, yaitu
assessment, policy development, assurance, dan research. Merupakan
penghubung antara badan kesehatan lokal dan nasional.
4) Badan Kesehatan Lokal
Terdiri dari dinas kesehatan setempat yang terbagi menjadi dinas
kesehatan kota dan dinas kesehatan kabupaten.
b. Agensi Kesehatan Semu-Pemerintah
Merupakan organisasi yang memiliki beberapa tanggung jawab kesehatan
resmi tetapi beroperasi seperti organisasi kesehatan sukarela, contohnya adalah
Palang Merah Indonesia (PMI).
c. Agensi Kesehatan Non Pemerintah
Merupakan organisasi kesehatan yang independen terbebas dari campur
tangan pemerintah dengan ketentuan tertentu, seperti misalnya pajak.
1) Badan Kesehatan Sukarela
● Mothers Against Drunk Driving
● American Lung Association
● American Cancer Society
● American Heart Association
2) Organisasi/ Asosiasi Kesehatan Profesional
● Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
● Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
● Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
3) Yayasan Filantropi
● Rockefeller Foundation
● Ford Foundation
● Aga Khan Development Network
4) Organisasi Pelayanan Sosial dan Keagamaan
● Lions club
● Rotary club
● United Jewish Appeal
● Protestants’ One Great Hour of Sharing
● The Catholics’ Relief Fund
xxv
5) Keterlibatan Perusahaan dalam Kesehatan Masyarakat
xxvi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
● Organisasi digambarkan sebagai entitas sosial yang diarahkan pada suatu tujuan
tertentu, dibentuk sebagai sistem kegiatan yang tertata, dan memiliki struktur serta
terkoordinasi dengan dunia luar.
● Dalam buku Organization Theory and Design (2010) Richard L. Draft mengatakan
bahwa teori organisasi salah satu cara untuk mengkaji suatu organisasi dengan lebih
mutakhir dan mendalam yang didasarkan pada pola organisasi dan perilaku. Terdapat
empat teori organisasi, yaitu Teori Organisasi Klasik (Teori Birokrasi, Teori
Manajemen Ilmiah, dan Teori Administrasi), Teori Organisasi Neo Klasik, Teori
Organisasi Modern, dan Teori Organisasi Post Modern.
● Secara umum fungsi organisasi adalah untuk memberikan arahan dan aturan serta
pembagian kerja mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan para anggota di
dalam organisasi.
● Organisasi dalam statusnya dibedakan menjadi 2, yaitu organisasi formal (dibentuk
secara sadar dan mempunyai tujuan tertentu dan didasari pada prinsip organisasi) dan
informal (terbentuk karena adanya hubungan antar pribadi).
● Struktur organisasi merupakan komponen dasar dan paling penting dari pelaksanaan
suatu organisasi. Hal ini dapat kita analogikan sebagai struktur tubuh manusia terdiri
dari hubungan antara organ, tulang, darah, dan jaringan. Berdasarkan pola hubungan
kerja dan aktivitasnya, wewenang serta tanggung jawabnya, maka bentuk-bentuk
organisasi dibedakan menjadi Struktur Lini, Struktur Lini dan Staf, Struktur
Organisasi Fungsional, dan Struktur Organisasi Kombinasi.
● Prinsip-prinsip dalam organisasi, yakni prinsip tujuan (objective), prinsip spesialisasi
(specialization), prinsip definisi fungsi (functional definition), prinsip rentang
kendali (span of control), prinsip rantai skalar (chain of command), prinsip
koordinasi (coordination), prinsip tanggung jawab (responsibility), korespondensi
(correspondence), prinsip keseimbangan (balance), dan prinsip kontinuitas
(continuity).
xxvii
● Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat memiliki fungsi, diantaranya yaitu
menetapkan arah strategis, pemantauan kesehatan, perlindungan kesehatan, promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, serta penelitian kesehatan masyarakat. Lembaga
kesehatan masyarakat sebagai bentuk organisasi dalam kesehatan masyarakat terbagi
menjadi 3, yakni Lembaga Kesehatan Masyarakat Nasional, Lembaga Kesehatan
Masyarakat Daerah, dan Lembaga Kesehatan Masyarakat Setempat.
● Ada 3 tipe organisasi kesehatan, yakni Agensi Kesehatan Pemerintah (terdiri atas
Badan Kesehatan Internasional (WHO, UNICEF, Pan American Health
Organization), Badan Kesehatan Nasional (HHS, EPA, OSHA), Departemen
Kesehatan Negara, dan Badan Kesehatan Lokal), Agensi Kesehatan Semu-
Pemerintah (contohnya PMI), dan Agensi Kesehatan Non Pemerintah (terdiri atas
Badan Kesehatan Sukarela, Asosiasi Kesehatan Profesional, Yayasan Filantropi,
Organisasi Pelayanan Sosial dan Keagamaan, serta Keterlibatan Perusahaan dalam
Kesehatan Masyarakat).
3.2 Saran
xxviii
DAFTAR PUSTAKA
Carter, E. (2012). Party organization and leadership. The Extreme Right in Western Europe,
230(May), 64–100. https://doi.org/10.7228/manchester/9780719070488.003.0003.
Daft, R. L. (2010). Organization Theory and Design, Tenth Edition, South-Western,
Cengage Learning.
Johatch, M. (2014). Organization theory. Translated by Dr. Danayifard.H, Tehran. Mehban
publications.
Juneja, P. Principles of Organizing. https://www.managementstudyguide.com/organizing_
principles.htm [Online]. (Diakses pada 11 Maret 2022).
Mullins, L. J. (2005). Management and Organisational Behaviour. Pearson Education
Limited. Printed and bound by Mateu-Cromo, Artes Graficas, Spain.
Rechel, B., Jakubowski, E., & Nolte, E. (2018). The organization and financing of public
health services in Europe – key policy lessons. European Journal of Public Health,
28(suppl_4).
Yang, C. X., Liu, H. M., & Wang, X. X. (2013). Organization theories: From classical to
modern. Journal of Applied Sciences, 13(21), 4470–4476.
Zoller, H. M. (2010). What are health organizations? Public health and organizational
communication. Management Communication Quarterly, 24(3), 482–490.
xxix