Anda di halaman 1dari 35

Bab I

1.1 Definisi dan Teori Organisasi


1.1.1 Definisi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Organon”, sedangkan
dalam bahasa Latin yaitu “Organum” yang berarti alat, bagian, anggota, atau
badan. Menurut Cambridge Dictionary “organization in a group of people who
work together in an organized way for a shared purpose” yang pada intinya
organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama.
Organisasi dirumuskan sebagai struktur dan proses kelompok orang yang
bekerja sama yang membagi tugas-tugasnya diantara para anggota, menetapkan
hubungan-hubungan, dan menyatukan aktivitas-aktivitasnya ke arah tujuan
bersama. Pendapat ini dikemukakan oleh Joseph L Massie (1964) “Organization
will be defined as the structure and process by which a cooperative group of
human beings allocates its task among it members, identifies relationships, and
integrates its activities toward common objectives”.
Dalam organisasi terdapat suatu kunci yaitu organisasi tidak hanya
membangun atau kesepakatan kebijakan dan prosedur melainkan organisasi itu
sendiri terdiri dari orang-orang yang terhubung satu sama lain. Dimana manusia
dengan manusia lainnya pada dasarnya adalah makhluk sosial yang cenderung
untuk selalu hidup bermasyarakat. Sebutan sosial mengandung arti bahwa
manusia cenderung mengembangkan kerjasama dan hubungan yang saling
bergantung dengan manusia lain. Disamping itu, manusia mempunyai
kecenderungan untuk mengatur dan mengorganisasi kegiatan-kegiatannya dalam
mencapai suatu tujuan. Maka dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan
suatu wadah bagi sekelompok orang yang didalamnya terdapat proses kerjasama
dan kedudukan serta tugas yang jelas dari para anggotanya demi mencapai tujuan
untuk kepentingan bersama.

1
1.1.2Teori Organisasi

Organisasi tersebar secara luas dalam beberapa dekade, dalam buku The
History of Management Thought (1968) Claude S. George Jr mengatakan bahwa
terdapat berbagai unsur teori tentang organisasi yang telah dilahirkan selama
beberapa ribu tahun lalu (R.K Sapru, 2013). Teori organisasi adalah suatu
konsefsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat terhadap suatu masalah dalam
organisasi agar dapat berhasil dalam mencapai suatu sasaran yang telah
ditetapkan. Terdapat empat teori organisasi, yaitu teori klasik, teori neoklasik,
teori modern, dan teori post-modern. Berikut adalah penjelasan tentang teori teori
tersebut:

A. Teori Organisasi Klasik


Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah berkembang mulai
tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik
(classical theory). Dampak teori klasik pada organisasi telah dan masih
dirasakan sangat besar. Sebagai contoh, organisasi yang didasarkan pada
birokrasi dan banyak bagian lain dari teori klasik, telah ada ribuan tahun yang
lalu seperti yang dikenal dalam kerajaan Mesir, Cina, dan kekaisaran
Romawi. Konsep-konsep klasik dan penarapannya berkembang di banyak
negara dalam waktu yang sudah cukup lama.
Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan,
kekuasaan, tujuan, peranan, kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang
terjadi bila orang bekerja sama. Organisasi secara umum digambarkan oleh
para teoritisi klasik sebagai hal yang tersentralisasi dan tugasnya
terspesialisasi. Teori klasik banyak menitikberatkan pembahasannya pada
struktur, tata tertib, organisasi formal, faktor-faktor ekonomi, dan rasionalitas
tujuan.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran, yaitu birokrasi, administrasi,
dan manajemen ilmiah. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga aliran
tersebut.
1. Teori birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya The
Protesant Ethic and Spirit of Capitalism dan buku lain yang berjudul

2
The Theory of Social and Economic Organization. Kata birokrasi
berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam
penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan
tersebut; organisasi itu legal karena wewenangnya berasal dari
seperangkat aturan, prosedur dan peranan yang dirumuskan secara
jelas.
Menurut Weber bentuk organisasi birokratik secara kodratnya
adalah bentuk organisasi yang paling efisien. Weber juga
mengemukakan karakteristik birokrasi, yaitu pembagian kerja yang
jelas, hierarki wewenang yang dirumuskan secara baik, program
rasional dalam pencapaian tujuan organisasi, sistem prosedur bagi
penanganan situasi kerja, sistem aturan yang mencakup hak dan
kewajiban posisi para pemegang jabatan, serta hubungan antar pribadi
yang bersifat impersonal. Jadi, bisa disimpulkan birokrasi adalah
sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur dalam
organisasi.
2. Teori administrasi
Teori administrasi berkembang sejak tahun 1900 dan sebagian
besar dikembangkan oleh Henri Fayol dan Lyndall Urwick, serta
Mooney dan Reiley di Amerika.
 Teori Administrasi yang dikembangkan Henri Fayol
Fayol sebagai seorang teoritisi organisasi memusatkan
pembahasannya tentang struktur organisasi. Dengan pusat bahasan
pada struktur yang berprinsip sentralisasi, yaitu struktur organisasi
yang terspesialisasi secara fungsional yang mana setiap orang
mempunyai suatu keduddukan tertentu secara (sering dikenal
sebagai struktur “mekanistik”).
 Teori administrasi yang dikembangkan Urwick, Mooney dan Reilly
Urwick melihat kesulitan-kesulitan administratif, penerapan
kaidah organisasi (terutama birokrasi) dalam praktiknya, sehingga
Urwick mengembangkan teknik-teknik penerapannya. Urwick juga
mengemukakan pentingnya rasionalitas dan efisiensi tujuan

3
organisasi. Di samping itu dalam organisasi perlu adanya
spesialisasi, koordinasi, dan alokasi tugas. Dasar-dasar teori
organisasi klasik, menurut Urwick, bersifat universal.
Mooney dan Reilly menyebut koordinasi sebagai faktor
terpenting dalam perencanaan organisasi. Mereka menekankan tiga
prinsip organisasi yang mereka teliti dalam organisasi-organisasi
pemerintahan, agama, militer, dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut
adalah prinsip organisasi dimana organisasi berjalan bila orang-
orang sebagai anggota mengombinasikan usaha mereka untuk
suatu tujuan tertentu, prinsip scalar atau prinsip hirarkis yang
berarti bahwa pembagian tugas dilakukan atas derajat wewenang
serta hubungan tanggung jawab, dan yang ketiga prinsip fungsional
yang berarti pembedaan di antara macam-macam tugas.
3. Teori manajemen ilmiah
Teori manajemen ilmiah dikembangkan mulai tahun 1900 oleh
Frederick Winslow Taylor. Teori ini masih banyak dijumpai dalam
praktik manajemen modern.

Menurut para pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu


organisasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum
“kesatuan kegiatan” (unity of action) itu mungkin terjadi. Kondisi-kondisi
tersebut adalah kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin. Dasar ini
diterapkan untuk merancang struktur dan bentuk organisasi. Para ahli teori
organisasi klasik percaya bahwa berbagai prinsip diatas merupakan “jalan
terbaik” untuk mencapai kondisi adanya organisasi.

B. Teori Organisasi Neoklasik


Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul setelah teori klasik
digambarkan sebagai teori neoklasik. Atas dasar anggapan ini teori neoklasik
mendefinisikan suatu organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan
bersama.
Sejak pembagian kerja dilakukan pada masa teori neoklasik, timbul
masalah yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana pedoman kerja
tidak ada dan disiplin diri menjadi berkurang. Di samping itu orang menjadi

4
bingung, takut bertanya dan merasa dirinya diabaikan. Ini mengakibatkan
timbulnya gejala depersonalisasi dan dysfuncion, sehingga tidak lagi
koorperatif. Dan akibat dari adanya pembagian kerja adalah spesialisasi yang
mengakibatkan orang terpecah belah, merasa iri dengan orang lain.
Oleh karena itu, teori neoklasik mengemukakan perlunya:
1. Partisipasi setiap orang dalam proses pengambilan keputusan.
2. Job enlargement agar orang tidak menjadi terlalu spesialis tapi dapat
memperluas kemampuan dan keahlian dalam bidang lain.
3. Management bottom-up yang memberi kesempatan para junior untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.

Neoklasik menyatakan bahwa rentang kendali atau rasio atasan-bawahan


adalah tidak selalu 1:8 dan sebagainya. Penerapan rasio penentuan fungsi
manusia yang pasti ini adalah tidak masuk akal, karena penentuan rentang
sangat tergantung pada perbedaan individu dalam kemampuan
manajemennya, tipe orangnya, efektifitas komunikasinya, fungsi pengawasan
formal, serta derajat sentralisasi, dimana neoklasik mengusulkan pengawasan
bebas demokratis, sedangkan teori klasik memilih pengawasan ketat. Rentang
yang pendek mengakibatkan pengawasan yang ketat, rentang yang luas
memerlukan pendelegasian yang baik dengan mengurangi pengawasan.
Karena individu dan organisasi kadang-kadang yang satu lebih baik dari yang
lain, maka rentang kendali tidak dapat diterapkan secara kaku.

C. Teori Modern
Aliran ketiga dalam teori organisasi adalah teori modern, yang kadang-
kadang disebut juga analisa sistem pada organisasi. Teori modern melihat
semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemumakan
bahwa interaksi dinamis antar proses dan bagian dalam suatu organisasi
maupun dengan organisasi lain, dan dengan lingkungan merupakan inti
pembahasan teori ini.
Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat
kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable, dan
probabilistic. Organisasi terdiri dari antar hubungan bagian-bagian dalam
suatu sistem. Dengan analisa sistem, teori organisasi modern mencoba untuk

5
mencari jawaban atas pertanyaan yang saling berhubungan, dimana hal ini
kurang ditekankan pada teori organisasi yang lainnya.
1. Teori sistem umum
Teori sistem umum merupakan suatu aspek analisis organisasi
yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah umum organisasi
yang berlaku universal. Tujuan teori sistem umum adalah penciptaan
suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan
menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh sistem
sebagai titik awal.
Konsep sistem ini menjadi dasar utama analisa organisasi dalam
teori organisasi modern. Teori organisasi modern mempunyai
kesamaan dengan teori sistem umum dalam cara memandang
organisasi sebagai sesuatu yang terintegrasi. Perbedaannya hanya
terletak pada tingkatan yang dicakup dalam bahasanya. Teori sistem
umum membicarakan setiap tingkatan sistem, sedangkan teori
organisasi modern pada tingkat organisasi manusia.
2. Teori organisasi dalam suatu kerangka sistem
Teori organisasi modern adalah multidisipliner yang konsep-
konsep dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang studi.
Teori modern berusaha untuk memberikan sintesa yang menyeluruh
bagian-bagian yang berhubungan dengan semua bidang studi untuk
mengembangkan suatu teori organisasi yang bersifat umum. Faktor-
faktor yang membedakan kualitas teori organisasi modern dengan
teori organisasi yang lainnya adalah dasar konsepsional-analitiknya,
ketergantungannya kepada riset empiris, dan diatas semuanya, sifat
pemaduan dan pengintegrasiannya. Kualitas-kualitas ini merupakan
kerangka filisofi yang diterima sebagai suatu cara untuk mempelajari
organisasi sebagai suatu sistem.

D. Teori Post Modern


Teori post modern berkembang pada tahun1975. Dalam teori ini lebih
ditekankan kepada organisasi politik. Teori post modern berpandangan bahwa
struktur bukanlah usaha yang rasional dari para manager untuk menciptakan

6
struktur yang paling efektif tetapi adalah hasil dari suatu koalisi beberapa
organisasi partai untuk memperoleh suatu kontrol yang baik. Teori ini
awalnya dibuat James March dan Herbert Simon, namun telah diperbaiki
secara intensif oleh Jeffrey Preffer. Dalam teori ini berisi tentang Model yang
dikembangkan yaitu teori organisasi yang mencakup koalisi kekuasaan,
konflik inherent atas tujuan, serta keputusan desain organisasi yang
mendukung kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan. Menurut
teori post modern, organisasi merupakan koalisi yang terdiri dari berbagai
kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda. Aliran post modern
memiliki pandangan bahwa suatu organisasi, yaitu:
1. Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas (tim) yang beragam namun
terhubung satu sama lain. Entitas-entitas tersebut mempunyai
kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya sendiri melalui
koordinasi yang bersifat polisentris.
2. Koordinasi dibangun melalui kebutuhan pekerjaan.
3. Entitas diorganisasikan dalam flat desain, pekerja sangat diberdayakan
dan dilibatkan dalam pekerjaan, dan informasi disebarluaskan.
4. Menekankan pada “continous improvement”.
1.2 Unsur-unsur Organisasi Secara Umum

1. Anggota (man)
Ini merupakan unsur terpenting didalam sebuah organisasi dimana masing
masing anggota memiliki tingkatan dan fungsi sendiri.
Kerjasama (team Work)
2. Organisasi bisa mencapai tujuan bersama bila para anggota melakukan tugas
dan tanggung jawab secara bersama sama.
3. Tujuan bersama (pupose)
Sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi, baik dari sisi prosedur,
program, pola , hingga hasil akhir dari pekerjaan organisasi tersebut.
4. Peralatan (equipment)
Untuk mencapai tujuan diperlukan sarana dan prasarana berupa kelengkapan
sebuah organisasi, seperti kantor, material, uang, SDM.
5. Lingkungan (environment)

7
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada sebuah organisasi.
misalnya sosbud, kebijakan, anggaran, peraturan, dan kondisi ekonomi.
6. Sumber Daya Alam
Selain lingkungan sumberdaya alam juga merupakan unsur penting yang
harus terpenuhi agar organisasi berjalan dengan baik. Contohnya: air, iklim,
cuaca, flora fauna.

1.3 Asas-asas Organisasi

Asas dapat diartikan sebagai suatu pernyataan atau ketentuan yang bersifat
mendasar yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
dalam suatu organisasi contohnya dalam pengaturan anggota organisasinya.
Menurut James D. Money mengemukakan dua asas fundamental organisasi,
yaitu:
1. Asas koordinasi
Dengan adanya departementasi dalam tubuh organisasi dalam unit-
unit kerja tertentu, maka timbul suatu kecenderungan timbulnya suatu
kekuatan untuk memisahkan diri dari induknya (centrifugal). Untuk
mengatasi kekuatan centrifugal ini diperlukan suatu kekuatan lain yang
bersifat menyatukan dan menyelaraskan usaha atau operasi bersama dari
masing-masing unit kerja tadi guna mencapai tujuan induknya. Kekuatan
ini disebut sebagai kekuatan centripetal yaitu koordinasi. Supaya
kekuatan koordinasi tersebut dapat berjalan dengan baik, diperlukan
adanya:
 Authority atau kekuasaan dalam organisasi,
 Mutual Service atau pelayanan bersama, dan
 Doktrin.
2. Asas hirarki
Hirarki adalah rangkaian anak tangga berjenjang daripada
pembatasan wewenang, tugas, kewajiban, dan tanggung jawab. Hierarki
diperlukan juga untuk merealisasi asas koordinasi dengan baik. Agar
hierarki organisasi dapat dijalankan dengan lancar, maka diperlukan
adanya:

8
 Leadership atau kepemimpinan,
 Delegasi kekuasaan, dan
 Penentuan serta pembatasan tugas.

Sedangkan menurut Warren Hayness dan Joseph Massey, menekankan


terdapat empat asas penting dalam organisasi, yaitu:

1. Asas kesatuan komando (unity of command)


Setiap bawahan hanya mempunyai satu atasan langsung dan diantara
mereka terjadi komunikasi timbal balik dalam bentuk perintah, tanggung
jawab, dan sebagainya.
2. Asas rentang kembali
Terdapat batasan atau limit dari seorang atasan untuk mengawasi
pekerjaan anggota unit kerjanya. VA Graicuna mengutarakan bahwa
jumlah maksimal bawahan yang dapat diawasi langsung oleh pimpinan
adalah 5-8 orang.
3. Asas perkecualian (exception)
Asas ini menghendaki bahwa keputusan atau pekerjaan yang selalu
berulang-ulang dan bersifat rutin, dianggap merupakan tugas rutin
bawahannya. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi suatu masalah penting
yang bersifat perkecualian dari pengamatan atau perhatian oleh atasan.
Atasan hanya melakukan penetapan standar atau norma yang diterapkan
terhadap hal tersebut.
4. Asas saklar (scalar principle)
Asas saklar yaitu kebutuhan akan adanya hierarki dalam organisasi.
Organisasi mutlak memerlukan suatu hierarki dalam hubungan atasan
bawahan.

Dalam asas organisasi terdapat tiga aspek organisasi yaitu,

1) Basic structure (struktur dasar) adalah sebuah alokasi manusia dan sumber
daya pada tugas serta penentuan mekanisme kerja (koordinasi)
2) Operating mecanism (mekanisme kerja) adalah dalam operating
mekanism terdapat beberapa hal yang diharapkan dari setiap individu

9
dalam tugasnya yaitu p rosedur kerja, kriteria penilaian hasil (evaluasi),
dan prosedur kontrol
3) Decisions mecanism (mekanisme putusan) adalah penyediaan sarana dan
prasarana dalam pembuatan keputusan.

1.4 Bentuk, Struktur, dan Bagan Organisasi

1.4.1 Bentuk-bentuk Organisasi

Organisasi memiliki dua bentuk yaitu organisasi formal dan organisasi


informal, di bawah ini adalah penjelasan dari kedua bentuk organisasi tersebut.

A. Organisasi Formal
Organisasi formal merupakan organisasi yang terdiri dari struktur
dengan pembagian kerja serta adanya tujuan dan sasaran yang disusun
dengan jelas. Pengertian lain menyatakan bahwa organisasi formal
merupakan organisasi yang tersusun dari struktur dengan bagan yang
mendeskripsikan keterkaitan kerja antar unit, kekuasaan, wewenang, dan
tanggung jawab antar elemen di dalam organisasi. Perencanaan di dalam
organisasi formal disusun secara sengaja yang meliputi struktur dan
tujuan. Organisasi memiliki unsur dan dasar yang melekat pada
keberjalanan organisasi. Berikut unsur di dalam organisasi formal:
 Sistem yang saling terintegrasi dan terkoordinasi.
 Adanya kelompok orang.
 Kejasama dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi

Dasar pada teori organisasi formal:

 Pembagian tugas atau kerja atau tanggung jawab di antara individu


maupun unit atau departemen.
 Adanya hirarki organisasi dan fungsional
 Terdapat struktur organisasi perusahaan.
 Rentang kendali

Selain itu organisasi formal memiliki ciri-ciri yang berada di dalamnya.


Berikut ciri-ciri organisasi formal:

10
1. Organisasi formal meliputi keterkaitan antara posisi-posisi yang telah
ditetapkan. Dasar dari organisasi formal adalah posisi atau jabatan
tersebut.
2. Tujuan besar yang ditentukan dalam perencanaan organisasi dibagi
menjadi beban kerja yang lebih mudah ditangani tiap departemen dan
individu ke dalam tugas-tugas, kewajiban, dan tanggung jawab.
Penugasan didistribusikan sesuai dengan spesialisasi dari tiap
departemen atau individu.
3. Pada organisasi formal, kewenangan seseorang dalam organisasi
melekat pada kekuasaan atau kedudukan sah yang diperolehnya.
Dengan kata lain kewenangan dalam organisasi formal selalu
beriringan dengan tanggung jawab yang diemban oleh seseorang.
4. Hirarki pada organisasi formal mengatur garis komando atau
kewenangan. Tatanan hirarki pada organisasi formal biasanya
berbentuk piramida yang menggambarkan setiap individu memiliki
tanggung jawab terhadap atasannya atas tindakan dan keputusan yang
dilakukan oleh bawahannya dan diri sendiri.
5. Terdapat prosedur, aturan, dan kebijakan yang tegas yang mengatur
segala aktivitas dan fungsi setiap jabatan di dalam organisasi.
6. Peraturan dan prosedur yang diterapkan di dalam organisasi bersifat
formal dan personal yaitu berlaku pada setiap individu. Oleh
karenanya pada organisasi diharapkan setiap elemen di organisasi
formal memiliki keterkaitan personal antar unit, individu baik di
dalam maupun luar organisasi.
7. Penerapan sistem disiplin pada setiap peraturan, prosedur, dan
kebijakan merupakan bagian dari organisasi.
8. Setiap anggota organisasi tidak diperkenankan mencampurkan urusan
pribadi dengan tanggung jawab organisasi.
9. Proses perekrutan dan seleksi karyawan di organisasi formal
berdasarkan kualifikasi yang dimiliki dibandingkan adanya hubungan
politik, keluarga maupun koneksi lainnya.

11
10. Walaupun tanggung jawab dan penugasan dalam birokrasi berkaitan
dengan keahlian teknis namun promosi jabatan biasanya diterapkan
berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Penyusunan dan penetapan organisasi formal dirumuskan berdasarkan


beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi
formal, yaitu (1) metode dalam pencapaian tujuan organisasi, (2) kondisi
lingkungan organisasi, (3) teknologi, (4) kompleksitas dan ukuran
organisasi, dan (5) anggota yang terlibat di dalam organisasi. Adapun
contoh organisasi formal adalah perseroan terbatas, lembaga milik negara,
lembaga pendidikan dan sebagainya.

B. Organisasi Informal
Organisasi Informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang
telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Organisasi informal memiliki berbagai ciri, yaitu: (1) terjadi secara
spontan, (2) anggotanya tidak menentu, (3) dapat bubar kapan saja, (3)
dinamis, (4) tidak terencana, (5) lamanya lokasi, dan (6) tidak ada
wewenang format yang terstruktur. Dari ciri – ciri tersebut dapat kita
simpulkan bahwa, organisasi informal terjadi secara spontan atau tidak
terduga dikarenakan tidak adanya program yang terstruktur dan biasanya
terjadi pada saat momen – momen tertentu saja.
Organisasi informal tidak memiliki anggota tertentu dan dapat berubah
kapan saja dikarenakan para anggotanya tidak memiliki tujuan bersama
yang berkelanjutan. Organisasi informal dapat bubar kapan saja
dikarenakan batasan waktu dan tidak adanya agenda acara kedepannya
secara lama. Dan tidak ada sanksi bagi mereka yang tidak mengikuti
agenda selanjutnya.
Organisasi informal bersifat dinamis dikarenakan para anggotanya
tersebut tidak memiliki bahasan yang pasti, biasanya organisasi informal
hanya melakukan percakapan yang ringan. Organisasi informal tidak
terencana dikarenakan anggota organisasi informal dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Organisasi informal tidak memiliki wewenang yang
terstruktur dikarenakan mereka tidak sadar akan hal ini. Oleh karena itu

12
sering terjadi label bahwa seseorang dalam organisasi informal tersebut
sebagai pemimpin atau panutan anggota organisasi informal yang lain.
C. Perbedaan Organisasi Formal dan Organisasi Informal

Ciri Organisasi formal Organisasi informal


Hubungan antar- Jelas, harus ditentukan
Tergantung kebutuhan
pribadi sebelumnya
Kepemimpinan Ditetapkan dan ditunjuk Muncul dan dipilih
Pengendalian
Penghargaan dan hukuman Pemenuhan kebutuhan
perilaku
Sama atau tidak
Ketergantungan Lebih tergantung
tergantung

1.4.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan pembagian tugas,


wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi. Struktur organisasi
merupakan komponen dasar dan paling penting dari pelaksanaan suatu
organisasi. Hal ini dapat diumpamakan dalam pembangunan bahwa struktur
merupakan suatu fondasi, dimana jika dalam sebuah pembangunan tidak
terdapat fondasi yang kokoh maka pembangunan tersebut tidak akan sampai
pada tujuannya.

Pada dasarnya struktur organisasi menggambarkan mekanisme untuk


mengatur organisasi tersebut. Menurut Alferd D. Chandler, mekanisme ini
harus meliputi garis wewenang dan komunikasi antara berbagai kantor
administrasi beserta petugasnya serta informasi dan data yang mengalir melalui
garis wewenang dan komunikasi tersebut. Selain itu, Drukers mengatakan
bahwa “Good organization does’t by itself produce good performance. But a
poor organization structur makes good performance impossible, no matter how
good individual managers maybe. To improve organization structur ... will
therefor always improve performance”.

13
Berdasarkan pola hubungan kerja dan aktivitasnya, wewenang serta tanggung
jawabnya, maka bentuk-bentuk organisasi dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Struktur lini atau organisasi garis


Organisasi bentuk garis ini diciptakan oleh Henry Fayol. Dalam
organisasi, garis tugas-tugas perencanaan, pengendalian, dan pengawasan
berada pada satu jalur garis kewenangan langsung dari pimpinan kepada
bawahan (line authority) atau dapat dikatakan bahwa struktur organisasi
garis memiliki struktur yang apabila wewenang dari atasan disalurkan
secara vertikal kepada bawahan.
Ciri-ciri organisasi lini, yaitu: (1) tujuan organisasi masih sederhana, (2)
organisasinya relatif kecil dan sederhana, (3) jumlah karyawan sedikit dan
saling mengenal, (4) pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan, (5)
bentuk organisasi ini tergantung pada satu pemimpinnya, dan (6)
hubungan antara atasan dengan bawahan masih bersifat langsung melalui
garis wewenang terpendek.

Pimpinan

Supervisor Supervisor

Pekerja Pekerja

2. Struktur atau organisasi garis dan staf


Struktur organisasi ini merupakan struktur organisasi gabungan yang
dikembangkan oleh Harrington Emerson. Dalam organisasi garis dan
staff terdapat mekanisme fungsi lini dan fungsi staf yang jelas.
Dikarenakan struktur ini umumnya digunakan oleh organisasi yang besar,
daerah kerja luas, bidang tugas yang beraneka ragam dan jumlah bawahan
yang banyak sehingga pimpinan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan
memerlukan bantuan staf. Staf adalah orang ahli dalam bidang tertentu

14
yang bertugas memberi nasihat dan saran kepada pimpinan dalam
organisasi tersebut.
Ciri-ciri struktur garis dan staf, yaitu: (1) organisasinya bersifat besar
dan kompleks, (2) jumlah karyawannya banyak, (3) daerah kerjanya luas,
(4) hubungan kerja yang bersifat langsung tidak mungkin dilaksanakan,
(5) pimpinan dan sesama karyawan tidak lagi saling mengenal, (6)
spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan dipergunakan secara
maksimal, dan (7) terdapat 3 komponen utama, yaitu pimpinan, pembantu
pimpinan atau staf, dan pekerja atau karyawan

Manajemen

Keuangan Personalia Perencanaan Pengawasan

Unit I Unit II Unit III

Pekerja-Pekerja Pekerja-Pekerja Pekerja-Pekerja

3. Struktur atau organisasi fungsional


Struktur organisasi fungsional diciptakan oleh F. W. Taylor.
Struktur organisasi ini ditandai dengan adanya pengelompokan atas dasar
fungsi-fungsi yang homogen. Ciri-ciri dari struktur fungsional, yaitu: (1)
pembidangan tugas secara tegas dan jelas, (2) pembagian unit organisasi
didasarkan atas fungsi yang spesialisasi tugas, (3) pelaksanaan bawahan
pada tiap bidang fungsi tugas kebawah umumnya tidak memerlukan
banyak koordinasi, (4) para direktur fungsional mempunyai wewenang
komando pada unit-unit yang dibawahinya tanpa atas nama direktur
utama.

Menteri Kesehatan

Dirjen P3M
Dirjen POM Dirjen
Dirjen
Yankes
Binkesmas 15
4. Struktur organisasi panitia (committes organization)
Ciri-ciri dari struktur ini, yaitu: (a) seluruh unsur pimpinan duduk
dalam panitia, baik sebagai ketua ataupun anggota, (b) tugas
kepemimpinan dilakukan secara kolektif dan menjadi tanggung jawab
kolektif pula, (c) semua anggota atau pimpinan mempunyai hak,
wewenang, dan tanggung jawab yang umumnya sama pula, (d) para
pelaksana dikelompokkan menurut bidang tugas tertentu yang harus
dilaksanakan dalam bentuk task force (tugas-tugas khusus), dan (e)
umumnya tugasnya tertentu dan jangka waktunya terbatas

1.4.3 Lima Elemen Dasar Henry Mintzberg

Henry Mintzberg mengemukakan bahwa terdapat lima elemen dasar dalam


membentuk organisasi, yaitu: (1) Strategic apex, (2) Operating core, (3) Middle
line, (4) Techno structure, (5) Support staff.

Henry Mintzberg menjelaskan bahwa organisasi dimulai dari orang atau


sekelompok orang yang mempunyai suatu ide atau cita-cita. Mereka kemudian
membentuk suatu kesatuan di tingkat puncak organisasi yang kemudian disebut
sebagai strategic apex atau puncak strategis.

Kelompok ini kemudian mempekerjakan sekelompok orang lain sebagai


pelaksana operasional dasar organisasi yang kemudian disebut sebagai operating
core atau inti operasional. Apabila organisasi terus berkembang, mungkin
membutuhkan sekelompok orang lain yang bertindak sebagai penghubung antara
strategic apex dan operating core, mereka kemudian disebut sebagai manajer
tingkat menengah atau middle line.

Bila organisasi terus bertumbuh dan berkembang, mungkin dibutuhkan dua


kelompok unsur bantauan pemimpin atau staff, yaitu:

16
 Techno structure atau staff teknis yaitu kelompok pembantu pimpinan
organisasi dalam bidang atau fungsi manajemen seperti biro perencanaan
dan biro pengawasan.
 Support staff atau staff penunjang, yaitu kelompok pembentuk pimpinan
di bidang layanan penunjang yang secara tidak langsung dibutuhkan
untuk kepentingan organisasi seperti biro hubungan masyarakat (public
relation) dan biro hukum.

Kelima kelompok tersebut kemudian disebut sebagai lima elemen dasar suatu
organisasi. Lima elemen dasar tersebut digambarkan dalam model sebagai
berikut:

Selanjutnya Henry Mintzberg juga mengutarakan lima macam konfigurasi


sebagai pengembangan dari kelima elemen dasar organisasi tersebut, berupa:

a) Simple structure atau struktur sederhana


Struktur organisasi ini hanya terdiri dari dua elemen dasar organisasi yaitu
strategic apex dan operating core. Organisasi jenis ini berstruktur
sederhana, berjumlah anggota kecil, dan merupakan jenis usaha atau upaya
bersifat enterpreneur klasik.
b) Professional Bureaucracy atau birokrasi professional
Struktur organisasi ini terdiri dari elemen dasar strategic apex, operating
core, support staff, dan techno structure yang berproporsi kecil. Organisasi
jenis ini lebih mengutamakan pelaksanaan kerja ketrampilan profesional
seperti Fakultas, Rumah Sakit, dan sebagainya.
c) Machine Bureaucracy atau birokrasi permesinan
Organisasi jenis ini membutuhkan pengembangan kelima elemen dasar
organisasi secara lengkap dan luas. Hal ini menunjukkan dalam organisasi

17
jenis ini membutuhkan proporsi administrasi yang besar dan luas dan
mempunyai jumlah karyawan yang banyak. Organisasi seperti ini
merefleksikan proses pekerjaan yang besar seperti pada industri.
d) Divisionalized form atau organisasi divisional
Struktur organisasi jenis ini mirip dengan organisasi birokrasi
professional, tetapi penambahan atau pengembangan yang luas dari
elemen middle line. Elemen middle line terbagi dalam banyak divisi,
sehingga jenis ini disebut sebagai jenis divisional.
e) Adhocracy atau structure ad hoc
Struktur ini adalah struktur yang sulit dijelaskan dengan lima elemen dasar
organisasi. Yang khas dari struktur ini adalah pembentukan organisasi ad
hoc sebagai pelaksana suatu tugas khusus. Sebagai contoh struktur ini
adalah organisasi yang menangani jasa konsultan.

1.4.4 Bentuk Bagan Organisasi

Henry G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organisasi, yaitu:

1. Bentuk piramid
Bentuk ini yang paling banyak digunakan, karena sederhana, jelas, dan
mudah dimengerti.
2. Bentuk vertikal
Bentuk vertikal yaitu bentuk bagan dengan suatu sistem organisasi pimpinan
sampai penjabat yang lebih rendah digarikan atau digambarkan
kekuasaannya dari atas ke bawah secara vertikal.

3. Bentuk horizontal atau bagan mendatar

18
Yaitu bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah
disusun dari kiri kearah kanan atau sebaliknya.

4. Bentuk lingkaran
Bagan Lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya
dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang
terendah disusun dari pusat lingkaran ke arah bidang lingkaran. Bagan ini
menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain.

(Henry G. Hodges, Management Principles, Practices and Problems, The


Riberside Press, Cambridge, Mass., 1956, halaman 138-139)

1.5 Tujuan, Fungsi, dan Tugas Pokok Organisasi

1.5.1 Tujuan Organisasi

Tujuan organisasi dapat didefinisikan secara luas sebagai hasil organisasi yang
diinginkan sehingga dapat digunakan untuk memandu kinerja dan menilai kinerja
organisasi (mis. Mohr 1973), tetapi berbeda dari target yang dapat diukur (Maret
dan Simon 1958). Tujuan Organisasi secara konkret dapat dijabarkan sebagai
berikut

 Organisasi menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang


diperlukan, termasuk manusia sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat

19
dilaksanakan dengan berhasil (pengorganisiran) membantu orang-orang
bekerja sama secara efektif (organizing).
 Digunakan untuk mengevaluasi kinerja karyawan, dan output strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajer. Ekonomi industri
(Porter, 1980).
 Untuk merealisasikan keinginan dan cita-cita bersama anggota organisasi.
 Untuk mencapai hasil akhir yang di inginkan diwaktu yang akan datang
sesuai dengan target.
Tujuan Normatif Organisasi

a) Growth
Growth dapat diartikan sebuah pertumbuhan. Dalam suatu organisasi, growth
menjadi salah salah tujuan normatifnya, dimana dalam sebuah organisasi
pasti menginginkan adanya suatu perubahan yang signifikan seperti
tercapainya suatu target tertentu. Contoh bidang marketing yaitu adanya
swalayan, swalayan ini mengalami suatu perubahan pertumbuhan berupa
suatu kuantitas yang jumlahnya akan terus bertambah seiring waktu.
b) Efisiensi
Efisiensi adalah suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya
sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari suatu organisasi yang
diinginkan. Efisiensi disebut juga dengan menghitung besarnya ongkos untuk
pengadaan suatu input, dalam hal ini dapat ditulis dengan rumus:
Efisiensi =
rasio output
rasio input
c) Efektivitas
Efektifitas merupakan suatu hal yang dianggap sebagai keberhasilan dalam
pencapaiaan target atau tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan, arti dari
efektifitas dalam organisasi itu sendiri adalah tingkat keberhasilan atau
pencapaian tujuan organisasi berupa target yang dapat dinyatakan dengan
rumus: R
E= T

d) Produktifitas
Produktifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.produktifitas
ini dapat diwujudkan apabila sumber daya yang ada diberdayakan.

20
input
Produktifitas = target
Produktifitas dapat mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input),
dalam hal ini dapat ditulis dengan rumus:

1.5.2 Fungsi Organsasi

Fungsi dari dibentuknya suatu organisasi terdapat bentuk kekuasaan berupa


tugas dan hak yang dimiliki seseorang dalam kedudukannya di dalam organisasi
untuk melakukan fungsi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Fungsi
organisasi secara umum antara lain:

 Memberikan arahan dan pemusatan mengenai tugas yang akan dilakukan


dan yang tidak dilakukan
 Meningkatkan kemampuan anggota organisasi untuk mendapatkan sumber
daya
 Mendapatkan pengetahuan yang baru kepada setiap anggotanya.

Terdapat pula dua fungsi utama dalam organisasi, yaitu fungsi lini dan fungsi
staf. Fungsi lini adalah fungsi yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas
pokok organisasi yang bersangkutan serta fungsi ini dijalankan secara hierarki
dari tingkat atas, tingkat menengah, dan tingkat bawah. Sedangkan, fungsi staf
adalah fungsi yang bersifat menunjang atau membantu pelaksanaan tugas pokok
atau pencapaian organisasi.

1.5.3 Tugas Pokok Organisasi

Tugas pokok merupakan suatu kewajiban yang harus dikerjakan dan menjadi
tanggung jawab untuk melakukan tindakan demi tercapainya tujuan dalam suatu
organisasi. Tugas pokok dimaknai sebagai suatu aktivitas dan rutinitas utama
yang dilakukan oleh anggota dalam organisasi berfokus pada tujuan yang telah
disepakati sejak awal.

Contoh pembagian fungsi dan tugas pokok menurut lima elemen dasar
pembentuk organisasi, yaitu:

1. Dalam strategic apex

21
Strategic apex merupakan bagian yang berisi pimpinan tertinggi dari suatu
organisasi. Strategic apex adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
organisasi secara keseluruhan. Tanggung jawab utama strategic apex adalah
untuk memastikan organisasi menjalankan misi dengan efektif dan
mempertangungjawabkannya pada pihak luar yang menjadi share holder
utama, seperti pemerintah, pemegang saham, pemilik, atau masyarakat. Untuk
menjalankan tanggung jawab tersebut strategic apex memiliki tiga paket tugas
utama.
Tugas pertama berkaitan dengan mekanisme direct supervision, yaitu
melakukan alokasi sumber daya, memerintahkan bawahan untuk melakukan
pekerjaan, melakukan pengambilan keputusan yang penting dan strategis,
menyelesaikan konflik, mendesain organisasi dan menempatkan staff yang
sesuai, memonitor kinerja karyawan, serta memotivasi karyawan melalui
sistem reward yang memadai.
Tugas kedua adalah pengelolaan lingkungan agar memperlancar jalannya
organisasi. Pimpinan pada posisi strategic apex harus meluangkan waktu
yang cukup banyak untuk menyediakan informasi tentang aktivitas organisasi
kepada pihak-pihak luar yang memiliki pengaruh kuat terhadap kelangsungan
hidup organisasi. Mereka juga harus menjaga hubungan tingkat tinggi dengan
orang-orang di luar organisasi.
Tugas ketiga adalah untuk mengembangkan strategi organisasi. Strategi
bisa dikatakan sebagai kekuatan yang menjembatani organisasi dengan
lingkungan. Oleh karena itu, dalam merumuskan strategi diperlukan kepekaan
terhadap kondisi dan situasi lingkungan, termasuk tuntutan lingkungan
terhadap organisasi. Di samping itu untuk menjalankan strategi dengan efektif
perlu kemampuan untuk mengambil keputusan yang tidak mengganggu pola
serta elan kerja organisasi, sehingga bisa adaptif terhadap lingkungan
sekaligus sesuai dengan gaya organisasinya. Walaupun proses pengembangan
strategi ini bukan monopoli strategic apex, tetapi merekalah yang paling
banyak berperan.
Secara umum, tugas strategic apex paling abstrak dan memiliki ruang
lingkup paling luas, paling fleksibel dan bervariasi, serta melibatkan proses

22
pengambilan keputusan untuk jangka panjang. Oleh karena itu, mekanisme
koordinasi yang paling tepat di antara mereka yang termasuk kelompok
strategic apex adalah mutual adjustment.
2. Dalam operating core
Operating core dari sebuah organisasi adalah mereka yang melakukan
tugas pokok dari organisasi tersebut dan berkaitan langsung dengan produk
maupun jasa dari organisasi. Misalnya, di rumah sakit atau puskesmas, orang
yang menjadi operating core adalah dokter dan perawat yang langsung
menangani pasien yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat.
Ada empat tugas pokok dari operating core ini, yaitu (1) menangani input
dari produksi atau jasa organisasi, misalnya di rumah sakit adalah bagian
pendaftaran pasien, (2) melakukan transformasi dari input menjadi output,
misalnya melakukan treatment untuk menyembuhkan penyakit pasien, (3)
mendistribusikan output, misalnya dengan menjual produk atau
mempromosikan jasa kepada masyarakat luas, dan (4) memberikan support
langsung pada pengelolaan input, transformasi, dan output, misalnya bagian
maintenance atau bagian rekam medis, atau perawat yang membantu tugas
dokter.
3. Dalam middle line
Middle line merupakan penghubung antara strategic apex dan operating
core yang memiliki kewenangan yang ditandai dengan mekanisme direct
supervision dan hubungan satu dengan yang lainnya bersifat scalar, yaitu
berada pada jalur tunggal dari atas ke bawah, yang berarti bahwa setiap
bawahan hanya akan memiliki satu atasan. Keberadaan middle line sebagai
kepanjangan tangan strategic apex untuk alasan praktis karena semakin besar
suatu organisasi, maka semakin sulit bagi strategic apex untuk bisa
mengendalikan semua operating core secara langsung.
Sebagai penghubung, tugas middle line adalah menyalurkan informasi dari
atas ke bawah atau sebaliknya. Dari bawah dia mengumpulkan informasi,
dapat berupa permasalahan yang dialami unit kerjanya, proposal untuk
perubahan, dan keputusan yang membutuhkan persetujuan atasan yang lebih
tinggi. Dari atas dia membawa alokasi sumber daya yang diperuntukkan pada

23
unitnya, peraturan dan rencana yang harus diterjemahkan, dan proyek tertentu
yang harus dikerjakan oleh unitnya.
Di samping tugas-tugas yang terkait dengan mekanisme direct supervision
tersebut, middle line juga memiliki tugas untuk membangun network antara
sesama middle line karena kebanyakan tugas mereka interdependen satu sama
lain. Mereka juga bertanggung jawab untuk memformulasikan strategi untuk
unit kerja mereka, walaupun harus tetap sejalan dengan strategi organisasi
secara keseluruhan. Semakin ke bawah tugas middle line ini akan semakin
konkret dan semakin fokus pada alur kerja dari operating core.
4. Dalam techno structure
Technostructure adalah bagian dari organisasi yang berperan sebagai
analis, yang pekerjaannya akan mempengaruhi pekerjaan bagian lain dari
organisasi tersebut. Mereka adalah orang-orang yang merancang,
merencanakan, dan melatih orang untuk menjalankan operating core dari
organisasi, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya secara langsung.
Technostructure menjamin kualitas pekerjaan operating core melalui
standardisasi, baik proses, output, maupun skills. Posisi mereka sering disebut
dengan istilah analis, yang bisa digolongkan menjadi tiga, yaitu: workstudy
analyst, yang melakukan standardisasi proses kerja, planning dan control
analyst, yang melakukan standardisasi output, dan personnel analyst yang
melakukan standardisasi skills (misal dengan pelatihan-pelatihan).
Technostructure ini bisa berada pada tingkat bawah sampai atas. Pada
tingkat bawah mereka melakukan standardisasi proses kerja dari operating
core, sedangkan pada tingkat menengah mereka melakukan standardisasi
ketrampilan terhadap middle line. Terakhir, pada tingkat atas mereka bisa
berperan sebagai desainer dari sistem atau proses perencanaan strategis, atau
menyusun sistem keuangan yang bisa mengontrol pencapaian tujuan dari
unit-unit kerja yang pokok. Walaupun tugas mereka berkisar pada proses
standardisasi, tetapi mekanisme koordinasi mereka lebih banyak dengan
mutual adjustment. Mereka lebih banyak terlibat dengan bagian-bagian lain
dari organisasi melalui hubungan informal, seperti layaknya konsultan
internal dari organisasi tersebut.

24
5. Dalam support staff
Support staff adalah bagian dari organisasi yang relatif mandiri
dibandingkan bagian-bagian yang lain. Mereka berfungsi sebagai support
yang tidak langsung terhadap kehidupan organisasi tersebut. Peran support
staff, seperti halnya techno structure, tersebar mulai pada tingkat bawah
sampai dengan tingkat atas (legal counsel atau public relation). Karena variasi
fungsi yang begitu banyak, tidak mudah untuk menentukan mekanisme
koordinasi apa yang layaknya diterapkan pada bagian support staff ini.
Namun, karena kebanyakan mereka adalah orang-orang yang memiliki
spesialisasi pada bidangnya masing-masing (ahli hukum sebagai legal
counsel, ahli masak pada kafetaria, industrial relation specialist, dan
sebagainya), maka bisa dikatakan bahwa standardisasi ketrampilan umum
dipakai dalam mekanisme koordinasi bagian support staff ini

1.6 Tahap penyusunan

Organisasi dimulai sebagai ide dalam alam pikiran manusia. Persoalan pertama
manusia dalam setiap organisasi adalah proses tentang bagaimana seseorang atau
lebih mengubah gagasan itu menjadi seperangkat kegiatan yang mau dijalankan
oleh dua orang atau lebih. Misalnya, seorang montir yang ingin mempekerjakan
lima orang pekerja dalam bengkelnya, seorang organisator sosial yang mendirikan
suatu organisasi politik, seorang pemuka agama yang melalui khotbahnya
memperoleh pengikut dan sekali waktu mendirikan gereja atau seorang guru yang
berpikiran hendak mendirikan sekolahan sendiri, semua itu adalah orang-orang
yang menciptkan organisasi baru.

Bila organisasi itu berhasil mencapai tujuannya memperoleh pengikut atau


berhasil menciptakan permintaan bagi suatu produk atau jasa baru, maka
organisasi itu akan dapat bertahan, tumbuh dan menjadi suatu kenyataan. Para
pendiri yang mendirikan suatu organisasi dapat berjalan terus atau meninggal
dunia, atau dipaksa keluar oleh para manajer baru yang mempunyai pandangan
baru tentang bagaimana seharusnya organisasi itu berjalan. Bila organisasi itu
terus berhasil dengan baik, maka organisasi akan berlanjut ke beberapa generasi
pemimpin berikutnya. Kemantapan akan tercapai bila organisasi itu dapat

25
melampaui tujuannya semula dan memenuhi fungsi-fungsi yang lebih luas,
memberikan keanggotaan dan identitas. Bila suatu organisasi tidak dapat
mempertahankan fungsi utamanya maka, organisasi itu tidak akan bertahan lama,
walaupun anggota-anggotanya dapat mengorganisasikan kembali dalam wadah
yang baru. Demikian pula, organisasi-organisasi sosial, agama, atau politik akan
lenyap bila kehilangan banyak pengikut atau kalah dalam persaingan dengan
organisasi lain yang lebih kuat.

Apa yang perlu dicatat ialah bahwa kebanyakan dari kita menjumpai
organisasi-organisasi yang telah dibentuk, kelompok-kelompok yang berkembang
secara rutin. Seperti norma-norma, cara-cara mengerjakan sesuatu, tradisi,
peraturan-peraturan, uraian pekerjaan, perbendaharaan kata yang unik, dan pola-
pola lain yang harus dipelajari oleh anggota lain. Karena organisasi itu sudah
merupakan sesuatu "yang diberikan", maka salah satu proses utamanya adalah
perekrutan, pelatihan, dan penerimaan karyawan baru. Dari sudut pandang
individu, ini adalah suatu proses untuk mempelajari bagaimana bergaul,
menyesuaikan diri dengan kebudayaan organisasi, atau seperti yang dikatakan
oleh para ahli sosiologi-"menerebos" kedalam organisasi (Van Maanen, 1976).

1.7 Job Description dalam Organisasi

Job description atau uraian pekerjaan adalah suatu catatan yang sistematis
tentang tugas, wewenang, dan tanggung jawab suatu jabatan tertentu, yang
didefinisikan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Bagian penting dari job
description adalah adanya sistem pengembangan Sumber Daya Manusia yang
diibaratkan sebagai navigator, di mana job description adalah peta yang
menentukan arah, kemana harus berbelok, berapa kecepatan yang diperlukan, dan
sebagainya.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu contoh struktur organisasi dapat
dilihat pada dinas kesehatan yang memiliki tupoksi kerja pada masing-masing
bagiannya, yaitu:

a. Kepala Dinas

26
Kepala dinas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf A mempunyai
tugas memimpin, merencanakan, mengatur, memberi petunjuk, membagi tugas,
mengoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan, dan melaporkan
penyelenggaraan sebagian urusan pemerintah daerah dibidang kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana yang dimaksud,
kepala dinas mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
1) Merumuskan teknis di bidang kesehatan.
2) Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi dinas kebijakan untuk
mendukung visi dan misi kabupaten dan kebijakan bupati.
3) Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA)
dinas kesehatan.
4) Merumuskan program dan kegiatan pada Sekretariat, Bidang Kesehatan
Masyarakat, Bidang Pencegahan, dan Pengendalian Penyakit, Bidang
Pelayanan Kesehatan, serta Bidang Sumber Daya Kesehatan.
5) Mengoordinasikan dan merumuskan LPPD (Laporan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah), LKPJ (Laporan Keterangan Penanggung Jawaban),
SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah), dan segala
bentuk laporan lainnya sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Sekretariat
Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dipimpin oleh
seorang Sekretaris, mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur,
memberi petunjuk, membagi tugas, mengoordinasikan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan penyeleng -garaan tugas Sekretariat Dinas
Kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana yang
dimaksud, Sekretariat mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
1) Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis administrasi kepegawaian,
administrasi keuangan, perencanaan, pelaporan dan urusan rumah tangga;
2) Mengoordinasikan penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) dan
Rencana Kinerja (RENJA) dinas;
3) Mengoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan tugas
pada Sekretariat Dinas Kesehatan;
4) Merumuskan program dan kegiatan lingkup secretariat

27
5) Mengkoordinasikan penyusunan analisis jabatan, analisa kebutuhan
pegawai, evaluasi jabatan dan standar kompetensi jabatan lingkup dinas.
c. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sebagaimana dimaksud dalama Pasal 3 huruf b angka 1 dipimpin oleh
seorang Kepala Sub Bagian mempunyai tugas memimpin, merencanakan,
mengatur, memberi petunjuk, membagi tugas, mengoordinasikan,
melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan penyelenggaraan tugas Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian.Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Pembinaan dan pembagian tugas pada Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian.
4. Pengoordinasian, pengendalian dan pengawasan kegiatan Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian.
d. Kepala Sub Bagian Keuangan
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b angka 2 dipimpin oleh
seorang Kepala Sub Bagian mempunyai tugas memimpin, merencanakan,
mengatur, memberi petunjuk, membagi tugas, mengoordinasikan,
melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan penyelenggaraan tugas Sub
Bagian Keuangan.Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan.
2. Pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan.
3. Pembinaan dan pembagian tugas pada Sub Bagian Keuangan.
4. Pengoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan lingkup
Sub Bagian Keuangan.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Keuangan.
e. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan

28
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b angka 3 dipimpin oleh
seorang Kepala Sub Bagian mempunyai tugas memimpin, merencanakan,
mengatur, memberi petunjuk, membagi tugas, mengoordinasikan,
melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan penyelenggaraan tugas Sub
Bagian Perencanaan dan Pelaporan.Untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Sub Bagian Perencanaan dan
Pelaporan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan;
2. Pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan;
3. Pembinaan dan pembagian tugas pada Sub Bagian Perencanaan dan
Pelaporan;
4. Pengoordinasian, pengendalian, pengawasan kegiatan Sub Bagian
Perencanaan dan Pelaporan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Perencanaan dan
Pelaporan.
f. Bidang Kesehatan Masyarakat
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur,
memberi petunjuk, membagi tugas, mengoordinasikan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan penyelenggaraan tugas Bidang Kesehatan
Masyarakat.Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat.
2. Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat.
3. Pembinaan dan pembagian tugas pada Bidang Kesehatan Masyarakat.
4. Pengoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan lingkup
Bidang Kesehatan Masyarakat.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan Bidang
Kesehatan Masyarakat.

1.8 Organisasi Sebagai Suatu Sistem

Organisasi adalah sistem sosial yang sangat kompleks yang berinteraksi


dengan lingkungan mereka untuk menanggapi umpan balik dan beradaptasi

29
dengan perubahan. Ketika kami melihat secara khusus organisasi kesehatan, ada
ketegangan terus-menerus antara kebutuhan akan keteramalan, keteraturan, dan
efisiensi yang bersaing dengan kebutuhan akan keterbukaan, kemampuan
beradaptasi, dan inovasi menurut Shortell dan Kaluzny. Untuk membantu lebih
memahami kompleksitas ini dan dinamika terkaitnya, Kettl dan Fesler, dalam
Politics of the Administrative Process, memberikan berbagai cara menarik untuk
menggambarkan organisasi.

Teori umum sistem awalnya dipelopori oleh ahli biologi Ludwig Von
Bertalanffy yang menulis bahwa “A system is characterized by interactions of its
components and the nonlinearity of those interaction”. Von Bertalanffy
membentuk suatu perkumpulan untuk pengembangan teori sistim kemudian
mempublikasikan General System Theory : Foundation, Development, and
Applications yang menulis bahwa “Systems theory is a transdisciplinary
approach that abstracts and considers a system as a set of independent and
interactions part”.

Teori sistem memiliki dua konsep dasar yaitu: konsep subsistem yang melihat
hubungan antar bagian sebagai hubungan sebab akibat. Konsep kedua
memandang sebab jamak (multiple causation) sebagai hubungan yang saling
berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap faktornya
saling berkaitan (Owens; 1987). Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-
bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau
utuh (Tatang M. Amirin, 1992:10). Sistem juga dapat diartikan sebagai gabungan
sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan
dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-
sistem), dan sistem atau organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan.

Model sistem sebagaimana digambarkan oleh Bertalanffy yang terkenal dengan


General System Theory (GST). Karakteristik GTS, yaitu:

(1) Input organisasi (indikator masukan)

30
Segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan
produknya, baik jasa atau barang yang meliputi SDM, informsai, dan
kebijakan.
(2) Proses transformasi
Sesuatu yang dilaksanakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan di mana
kegiatan dalam organisasi ini meliputi sistem produksi, pengendalian,
administrasi.
(3) Output (indikator keluaran)
Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa
fisik ataupun nonfisik.
(4) Outcomes atau feedback
Segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam sistemnya


yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari teori-teori
sistem guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik
manajerialnya. Sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam sistem
suatu organisasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sistem terbuka: Sistem terbuka berarti sistem yang berinteraksi dengan


lingkungan. Sebaliknya sistem tertutup adalah sistem yang tidak berinteraksi
dengan lingkungan. Semua organisasi merupakan sistem terbuka, meskipun
dengan tingkat berbeda

2. Sub-sistem: Sub-sistem merupakan bagian dari sistem. Dalam sistem, sub-sub


sistem saling mempengaruhi. Sehingga agar dapat mengendalikan sistem
dengan seksama dan sinergis, maka sistem harus dilihat secara komprehensif,
artinya sistem dapat terbangun bila sub-sub sistem berfungsi secara sempurna.

3. Sinergi: Jika sub-sub sistem bekerjasama, maka hasil yang diperoleh akan
lebih efektif dibandingkan bekerja secara sendiri-sendiri. Sinergi sering
dikaitkan dengan merger dimana dua organisasi yang bersatu akan lebih
efisien dibandingkan dengan jika dua organisasi berjalan sendiri-sendiri,
terutama pada organisasi-organisasi yang mengelola produk.

31
4. Batasan sistem: Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya.
Dalam sistem yang terbuka, biasanya batas tersebut fleksibel, berbeda dengan
sistem tertutup, batas tersebut kaku.

5. Aliran: Input akan mengalir ke sistem, kemudian diproses oleh sistem, dan
keluar sebagai output serta outcome.

6. Entropi: Entropi adalah proses di mana sistem menuju kehancuran. Jika satu
organisasi tidak mampu memproses feedback dengan baik dan tidak bisa
menyesuaikan perubahan selera stakeholders, maka mengalami kebangkrutan
dan mati.

1.9 Peran Organisasi dalam Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas merupakan organisasi kesehatan fungsional yang menjadi


pusat pengembangan kesehatan masyarakat serta membina peran masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat di wilayah
kerjanya. Di mana peran organisasi dalam puskesmas tersebut untuk mencapai
tujuan bersama yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam
menjalankan organisasi yang dilihat sebagai sebuah sistem maka dapat diterapkan
adanya Input, Proses, dan Output. Input sendiri dalam puskesmas dapat berupa
adanya tenaga kesehatan yang mencukupi serta yang berkewajiban dalam
melakukan penanganan kesehatan, sedangkan prosesnya berupa adanya upaya
preventif melalui program imunisasi dan posyandu serta program-program
lainnya. Dari proses yang sudah dijalankan, maka dapat dihasilkan keberhasilan
program kesehatan yang juga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
disebut output.

32
Conclusion

Explanation above it can be concluded that organization is any group of


individuals that is working toward some common. The function is to provide
direction on the tasks to be carried out together. Meanwhile concept of
organization has developed since 1800M until now. There are three theory of
organization namely classical theory, neoclassical theory and modern theory. The
organization also have five important phenomenon that is organization have
goals, have many program and method to achive the goals, have a responsible
leader, consist of two or more people, there must be cooperation. The
organization has characteristics, elements, and structure that produce various
organizations. Man is the most decisive thing in the organizations, because
without man there is no work process. Basically mans are work creatures
therefore it is very important to study organization

33
Daftar Pustaka

1. Daft, L Richard. 2015. Organization Theory and Design 12th Edition.


South Western College Pub
2. Laurie J Mullins, Hospitality Management and Orgamization Behaviour,
4th edition. 2001. England:britist library cataloguing-in publication data,
p:179
3. Child, John. 2015. Organizational structure environment and performance:
the role of strategic choice. Article in sociology from the SAGE social
science Collections.
4. Bolman, G. Lee dan Terrence, E. Deal. 2017. Refarming Organization 6th
aedition. San Fransisco USA
5. R. K Sapru. 2013. Administrative theories and management thought.
https://books.google.com/books/about/ADMINISTRATIVE_THEORIES_

34
AND_MANAGEMENT_T.html?id=8F9v9vVPLoAC. Diakses pada 22
Februari 2019 pukul 18.27 WIB
6. Staw, Barry M. 2016. Stumbling toward a social a psycology of
organization. https://www.annualreviews.org/doi/full/10.1146/annurev-
orgpsych-041015-062524. Diakses pada 22 februari 2019 pukul 19.30
WIB
7. Panchal, dhiren d. 2011. The Social Psychology of Organization.
http://sites.idc.ac.il/dice/files/activity2.pdf. Diakses pada 23 februari 2018
pukul 14.11 WIB
8. Feigenbaum, Eric 2018. Purpose of Organization Structure.
http://smallbusiness.chron.com/purpose-organizational-structure-
3812.html. Diakses pada 23 Februari 2018 pukul 14.53 WIB

35

Anda mungkin juga menyukai