Anda di halaman 1dari 10

Evolusi Teori Organisasi

Ilustrasi teori organisasi


Tahukah Anda bahwa, alam semesta ini tercipta sebagai suatu sistem
organisasi yang yang sangat besar dan sangat teratur. Kerapian
sisitem kehidupan dapat kita ketahui mulai dari tingkat
keseimbangan yang besar hingga pada tingkat keseimbangan yang
sekecil-kecilnya. Ruapanya melalui hal ini Tuhan mengajarkan kita
untuk membuat tatanan organisasi yang baik kepada manusia. Tuhan
tahu bahwa, manusia kelak akan hidup dalam perkembangan yang
sangat pesat sehingga membutuhkan teori organisasi yang baik.
Ketika manusia sudah semakin maju dan banyak hal yang harus
diurus, tentu kebutuhan pokoknya dalah organisasi yang baik.
Peradaban manapun membutuhkan keteraturan, tidak bisa acak dan
kacau. Kekacauan adalah kerusakan, itu berarti sistem yang tidak
berjalan dengan semestinya. Dalam dunia yang semakin komplek,
kebutuhan akan organisasi semakin menetukan kemajuan. Banyaknya
tantangan baru yang muncul dengan semakin luasnya instrumen
kehidupan, memberi manusia dorongan untuk mengelola segala
sesuatunya dengan suatu sisitem yang baik, maka teori organisasi
pun mengalami pertumbuhannya dari masa ke masa. Oleh sebab itu,
mari kita pelajari tentang evolusi teori organisasi berikut ini.
Teori organisasi merupakan teori yang mempelajari kinerja dalam
sebuah organisasi. Salah satu kajian teori organisasi, di
antaranya membahas tentang bagaimana sebuah organisasi menjalankan
fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi tersebut.
Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh orang-orang di dalamnya maupun lingkungan
kerja organisasi tersebut.
Teori organisasi pertama kali muncul pada abad ke-19 karena
pengaruh Revolusi Inggris. Secara umum, teori organisasi merupakan
rangkuman konsep, ikhtisar, tinjauan, dan pendapat yang berkaitan
dengan metode pemecahan masalah organisasi agar mampu mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan perkembangan yang dialaminya, teori organisasi selalu
mengalami evolusi dari masa ke masa. Secara garis besar, evolusi
teori organisasi bisa dibedakan ke dalam tiga kelompok, yakni
teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori
organisasi modern.
Teori Organisasi Klasik
Teori organisasi yang berkembang mulai awal abad ke-19 digolongkan
ke dalam teori organisasi klasik atau disebut juga "teori
tradisional" atau "teori mesin". Pada masa ini, organisasi
divisualisasikan sebagai sekelompok orang yang membentuk lembaga.
Tiap-tiap bagian organisasi tersebut memiliki spesialisasi dan
sentralisasi dalam tugas dan wewenang.
Dalam teori organisasi klasik ini, dinyatakan bahwa sebuah
organisasi terdiri atas empat unsur pokok, yakni sebagai berikut.
1. Kegiatan yang tersistem dan terkoordinasi.
2. Adanya sekelompok orang dengan spesialisasi tertentu.
3. Kerja sama antara sekelompok orang dengan spesialisasi yang
berbeda.
4. Adanya kekuasaan dan kepemimpinan yang mengendalikan sistem
tersebut.
Para penganut teori organisasi klasik meyakini bahwa organisasi
bergantung pada kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin.
Teori organisasi klasik kemudian berkembang menjadi tiga aliran,
yaitu teori birokrasi, administrasi, dan manajemen ilmiah.
Teori Organisasi Klasik 1 - Teori Birokrasi
Teori organisasi birokrasi berkembang dalam ranah ilmu sosiologi
dan menekankan pada aspek legal-rasional. Legal dalam hal ini
dimaknai sebagai bentuk wewenang yang dirumuskan dengan jelas
berkaitan dengan aturan prosedur dan peranan masing-masing elemen.
Sementara rasional, mengacu pada suatu tujuan yang jelas dan
ditetapkan bersama.
Salah satu tokoh pengusung teori organisasi klasik adalah Max
Weber (21 April 1864-14 Juni 1920), seorang ahli ekonomi politik
dan sosiolog Jerman. Dalam salah satu karyanya yang terkenal, The
Protestant Ethic and Spirit of Capitalismdan The Theory of Social
and Economic Organization, Weber menjelaskan mengenai
karakteristik birokrasi yang tersusun atas hal-hal berikut ini.
1. Pembagian kerja.
2. Hirarki wewenang.
3. Program rasional.
4. Sistem prosedur.
5. Sistem aturan hak kewajiban.
6. Hubungan antarpribadi yang bersifat impersonal.
Teori Organisasi Klasik 2 - Teori Administrasi
Teori administrasi dalam teori organisasi klasik menekankan pada
aspek makro dan praktik langsung manajemen. Beberapa tokoh
pengusung teori administrasi adalah Henry Fayol dan Lyndall Urwick
dari Eropa, serta James D. Mooney dan Allen Reily dari Amerika.
Dalam buku Admistration industrtrielle et Generale karya Henry
Fayol (terbit 1916), misalnya, industrialis asal Prancis itu
menyebutkan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi
menjadi 6(enam) kelompok, yakni:
1. kegiatan-kegiatan teknikal;
2. kegiatan-kegiatan komersial;
3. kegiatan-kegiatan financial;
4. kegiatan-kegiatan keamanan;
5. kegiatan-kegiatan akutansi; dan
6. kegiatan-kegiatan manajerial.
Selain itu, Fayol juga menyatakan bahwa terdapat 14 dasar yang
menjadi kaidah perkembangan teori administrasi. Kaidah manajemen
tersebut terdiri atas pembagian kerja, wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan,
mendahulukan kepentingan umum, balas jasa, sentralisasi, rantai
skalar, tata tertib, keadilan, kelanggengan personalia, inisiatif,
dan semangat korps.
Sementara itu, James D Mooney dan Allen Reilly berpendapat bahwa
koordinasi memegang peranan penting dalam sebuah perencanaan
organisasi. Sebuah organisasi harus menerapkan tiga prinsip utama,
yakni sebagai berikut.
1. Prinsip koordinasi.
2. Prinsip skalar dan hirarki.
3. Prinsip fungsional.
Teori Organisasi Klasik 3 - Teori Manajemen
Ilmiah
Berbeda dengan teori administrasi, manajemen ilmiah lebih
memusatkan teori organisasi pada aspek makro organisasi. Teori ini
banyak berkembang di Mesir, Cina, dan Romawi.Salah satu tokoh
pengusung teori ini, FW Taylor, memberi definisi teori manajemen
ilmiah sebagai seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efesiensi
kerja.
Lebih jauh, FW Taylor menjelaskan bahwa organisasi memiliki empat
kaidah, yaitu sebagai berikut.
Metode-metode kerja dalam praktik mulai digantikan dengan
berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan
tentang kerja ilmiah yang benar.
Agar memungkinkan para karyawan bekerja sebaik-baiknya sesuai
dengan spesialisasinya, perusahaan harus rutin mengadakan
seleksi, latihan-latihan, dan pengembangan para karyawan
secara ilmiah,
Agar para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai
tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan
biaya produksi menjadi rendah, pengembangan ilmu tentang
kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah
harus diintegrasikan.
Perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui
pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk
menimbulkan suasana kerja sama yang baik dan tercapainya
manfaat manajemen ilmiah.
Teori Organisasi - Teori Neoklasik
Aliran teori organisasi Neoklasik muncul sebagai akibat dari
ketidakpuasan terhadap teori organisasi klasik, ketiga teori
organisasi yang tergabung dalam teori organisasi klasik tersebut
dinilai sangat kaku dan mengabaikan hubungan manusiawi. Teori
organisasi neoklasik memberi perhatian khusus pada aspek
psikologis dan sosial pada diri anggota organisasi, baik sebagai
individu maupun kelompok kerja.
Salah satu pencetus teori ini adalah Hugo Munsterberg, tertuang
dalam bukunya, Psychology and Industrial Effeciency yang terbit
pada 1913, dan dinilai sebagai rantai penghubung evolusi teori
manajemen ilmiah menuju neoklasik.
Teori Organisasi - Teori Modern
Teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik ternyata
dinilai belum memuaskan untuk tuntutan manajemen modern. Banyak
kelemahan dan ketimpangan yang masih ditemukan sehingga mendorong
munculnya teori organisasi modern pada 1950.
Teori organisasi modern ini kemudian dikenal dengan nama "analisis
sistem" atau "teori terbuka" yang memandang organisasi sebagai
satu kesatuan dari berbagai unsur yang saling bergantung. Beberapa
perbedaan mencolok antara teori modern dengan teori klasik adalah
sebagai berikut.
1. Teori organisasi klasik menitikberatkan pada analisis dan
deskripsi, sementara teori organisasi modern menekankan pada
keterpaduan dan perancangan secara menyeluruh.
2. Teori organisasi klasik terfokus pada konsep, skalar, dan
hubungan vertikal, sementara teori organisasi modern
cenderung horizontal, dinamis, dan multidimensi.
Teori Organisasi di Indonesia
Berdasarkan teori organisasi yang elah dibeberkan di atas, kiranya
ada sedikit kesulitan untuk menentukan teori organisasi mana yang
banyak dipakai di Indonesia. Namun, secara kasat mana dapat
penulis simpulkan bahwa organisasi-organisasi di Indonesia saat
ini banyak dipengaruhi oleh teori organisasi modern.
Organisasi di Indonesia tidak menekankan analisis dan deskripsi
sendiri-sendiri. Selain itu, konsep dinamis, horizontal, dan
multidemensi yang ditunjukkan sebagian besar organisasi di
Indonesia semakin memperkuat pandangan penulis bahwa teori
organisasi yang diterapkan di Indonesia lebih banyak dipengaruhi
oleh teori organisasi modern. Dan itulah yang kita alami sekarang.
Nah, itulah sekelumit gambaran mengenai perkembangan atau lebih
tepatnya evolusi teori organisasi yang terjadi mulai dari awal
hingga keberadaannya saat ini. Untuk mencapai kesejahteraan
bersama antara karyawan dan perusahaan dan organisasi, maka teori-
teori tersebut bisa diaplikasikan. Semoga tulisan ini bisa
menambah pemahaman Anda mengenai teori-teori organisasi.

TAMBAHAN
Teori Organisasi dan Perkembangannya






Rate This


Salah satu kejadian paling penting sebelum abad ke duapuluh kaitannya dengan
perkembangan teori organisasi adalah revolusi industri. Dimulai pada abad ke delapan belas
di Inggris, revolusi tersebut menyebrangi samudra Atlantik dan ke Amerika pada akhir
perang dunia ke dua. Revolusi tersebut mempunyai dua elemen utama yaitu kekuatan mesin
telah menggantikan kekuatan manusia secara cepat, dan pembangunan sarana transfortasi
yang cepat mengubah metode pengiriman barang. Hasilnya adalah menyebarnya pendirian
pabrik-pabrik. Dampaknya terhadap desain organisasi jelas, yaitu pembangunan pabrik
membutuhkan penciptaan yang terus menerus dari struktur-struktur organisasi untuk
memungkinkan terjadinya proses produksi yang efesien. Pekerjaan harus dirumuskan, arus
pekerjaan harus ditetapkan, departemen diciptakan, dan mekanisme koordinasi
dikembangkan, dengan demikian struktur organisasi yang kompleks harus dirancang.
Perkembangan teori organisasi dimulai pada tahun 1919-an dengan lahirnya teori manajemen
ilmiah, dan berakhir pada tahun 1960-an dengan lahirnya teori modern yang mengakomodasi
segi manusia, mesin, teknolgi, dan lingkungan sebagai dasar peningkatan produktivitas
organisasi. Pendekatan mutakhir untuk memahami organisasi dipengaruhi oleh persfektif
sosial kerangka kerja sistem terbuka. Evolusi merupakan perubahan yang sangat cepat dalam
perkembangan organisasi dengan memberikan inovasi baru dalam bentuk keunggulan-
keunggulan dan keunikan-keunikan dari perkembangan awal sampai perkembangan yang
paling mutakhir dalam teori organisasi. Evolusi atau perkembangan teori organisasi
memunculkan berbagai macam pendekatan-pendekatan yang masing-masing dipengaruhi
oleh cara yang digunakan untuk meninjau masalah organisasi. Keseluruhan pendekatan ini
bisa dikelompokan menjadi tiga aliran utama, sesuai kurun waktu permunculan masing-
masing pendekatan tersebut, yaitu pendekatan teori klasik, pendekatan neo-klasik dan
pendekatan modern.
Pada perkembangannya organisasi memiliki sejarah yang sudah lebih dulu berkembang dan
memiliki unsur-unsur yang berlaku hingga sekarang, adapun teori organisasi yang masih
digunakan dari sejarah hingga sekarang yakni :
1. Teori Klasik
Awal terjadinya teori klasik sebagai pemerhati bidang manajemen dan organisasi
ditandai oleh terbitnya buku karya Frederick Taylor (1911) yang berjudul Principles of
Scientific Management yang lebih dikenal dengan istilah scientific management atau
manajemen ilmiah. Taylor berusaha memperbaiki pekerjaan dengan menggunakan
metode ilmiah terhadap tugas-tugas didalam organisasi. Keinginannya untuk
mendapatkan metode terbaik tentang bagaimana setiap pekerjaan harus dilaksanakan
dengan mengacu pada desain pekerjaan. Taylor mengusulkan empat prinsip scientific
management, yaitu: (1) penggantian metode untuk menentukan elemen pekerjaan
ditentukan secara ilmiah; (2) seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah; (3) kerjasama
antara pimpinan dan bawahan untuk mencapai tujuan sesuai dengan metode ilmiah; (4)
pembagian tanggung jawab yang lebih merata diantara manajer sebagai perencana dan
supervise dan para pekerja sebagai pelaksana. Teori klasik ini dikembangkan pula oleh
Henry Fayol. Fayol mencoba mengembangkan prinsip-prinsip umum yang dapat
diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi, dan menjelaskan
fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Sedangkan Taylor
memusatkan perhatian pada tingkatan yang paling rendah dari organisasi manajemen
yaitu aspirasi bawahan. Fayol mengusulkan empat belas prinsip-prinsip organisasi, yaitu
(1) pembagian kerja; (2) wewenang; (3) disiplin; (4) kesatuan komando; (5) kesatuan
arah; (6) mendahulukan kepetingan umum diatas kepentingan pribadi; (7) remunerasi
(gaji sesuai pekerjaan); (8) sentralisasi; (9) rantai scalar (garis wewenang); (10) tata
tertib; (11) keadilan; (12) stabilitas masa kerja para pegawai; (13) inisiatif; (14) esprit de
corps (persatuan dan kesatuan dalam organisasi). Teori ini juga dikembangkan oleh Max
Weber dengan istilah teori birokrasi. Weber telah mengembangkan sebuah model
structural yang ia katakana sebagai alat yang paling efesien bagi organisasi-organisasi
untuk mencapai tujuannya yang disebut dengan istilah birokrasi. Birokrasi ditandai
dengan adanya pembagian kerja, hierarkhi wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang
formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan
pribadi (impersonal) dalam organisasi. Tokoh terakhir dalam teori klasik adalah Ralph
C. Davis, ia lebih menekankan pada perspektif perencanaan rasional, dan mengatakan
bahwa struktur merupakan hasil logis dari tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan tujuan
utama perusahaan adalah pelayanan ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan
melalui aktivitas yang dilakukan oleh para anggotanya untuk menciptakan produk atau
jasa organisasi, aktivitas tersebut kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan
hasil yang dicapai organisasi. Perspektif perencanaan rasional menawarkan sebuah
model yang sederhana dan langsung untuk merancang sebuah organisasi. Perencanaan
organisasi dalam manajemen menentukan tujuan-tujuan organisasi, tujuan-tujuan
tersebut kemudian menentukan pengembangan struktur, arus wewenang dan hubungan
interrelasi.
2. Teori Neo-klasik
Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk aliran antar manusia
(human relation school), memandang organisasi sebagai sesuatu yang terdiri dari tugas-
tugas dari sisi manusia dibanding sisi mesin. Pada masa ini dilakukan percobaan yang
menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan panjangnya hari kerja dan waktu kerja
dalam seminggu, pengenalan waktu istirahat, serta rencana upah individual
dibandingkan dengan upah kelompok. Disimpulkan bahwa norma sosial kelompok
merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang. Kemudian Hawthorne
mempersatukan pandangan Taylor, Fayol, dan Weber dengan kesimpulan bahwa
organisasi merupakan sistem kerjasama. Organisasi terdiri dari tugas-tugas dan manusia
yang harus dipertahankan pada suatu keseimbangan. Pendapat yang sama dikemukakan
oleh Chester Barnard, yang menawarkan ide-ide dalam the functions of the executive,
yaitu ia menentang pandangan klasik yang mengatakan bahwa wewenang harus
didefinisikan sesuai dengan tanggapan dari bawahan, ia memperkenalkan peran dari
organisasi informal ke dalam teori organisasi dan mengusulkan agar peran utama
manager adalah memperlancar komunikasi dan mendorong para bawahan untuk
berusaha lebih keras. Tokoh lainnya Douglas McGregor, menyatakan bahwa ada dua
pandangan tentang manusia, teori X pandangan negative dan teori Y pandangan positif.
Kesimpulannya adalah pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan
atas pengelompokan asumsi tertentu, dan manusia cenderung untuk menyesuaikan
perilakunya terhadap bawahanya sesuai asumsi tersebut. Dengan demikian teori Y lebih
disukai dan asumsi tersebut harus dapat membimbing para manajer dalam merancang
organisasi dan memotivasi para pegawainya. Sedangkan Warren Benis mengatakan
bahwa pengambilan keputusan pada birokrasi yang disentralisasi, kepatuhan kepada
wewenang, serta pembagian kerja yang sempit diganti dengan struktur yang
didesentralisasi dan demokratis yang diorganisasi pada kelompok yang fleksibel.
Pengaruh yang diambil dari kekuasan diganti dengan pengaruh yang diambil dari
keahlian. Bentuk organisasi yang ideal adalah adhocracy yang fleksibel.
3. Teori Modern
Teori modern ditandai dengan lahirnya gerakan contingency yang dipelopori Herbert
Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang
dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang
dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing. Kemudian Katz dan Robert
Kahn dalam bukunya the social psychology of organization mengenalkan perspektif
organisasi sebagai suatu sistem terbuka. Buku tersebut mendeskripsikan keunggulan-
keunggulan perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari
sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah jika organisasi ingin tetap bertahan.
Pada tahun 1960, Joan Woodward dan Charles Perrow, menyampaikan alasan yang
disampaikan oleh James Thomson bahwa dalam menentukan struktur yang sesuai dalam
organisasi diperlukan adanya teknologi. Pendekatan paling mutakhir mengenai teori
organisasi memusatkan perhatian pada sifat politis organisasi. Teori ini mula-mula
dibuat James March dan Herbert Simon, namun telah diperbaiki secara intensif oleh
Jeffrey Preffer. Model yang dikembangkan yaitu teori organisasi yang mencakup koalisi
kekuasaan, konflik inherent atas tujuan, serta keputusan desain organisasi yang
mendukung kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan. Organisasi merupakan
koalisi yang terdiri dari berbagai kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda-
beda. Desain organisasi merupakan hasil dari pertarungan kekuasaan berbagai koalisi
tersebut. Jika kita ingin mengerti mengapa dan bagaimana organisasi tersebut dirancang,
maka kita harus menilai preferensi dan kepentingan dari mereka yang berada di dalam
organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan mengenai desain
organisasi. Pemikiran ini membangun atas dasar pengetahuan tentang pengambilan
keputusan berdasarkan perilaku dan ilmu politik yang telah meningkatkan kemampuan
kita untuk menjelaskan fenomena-fenomena organisasi.
Sumber :
Adam, Indrawijaya, (1983). Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Sinar Baru:
Bandung.
Etzioni Amitai, (1984). Organisasi-organisasi Modern. UPI Press: Bandung.
Hersey, Faul, Blanchard, (1982). Management of Organization Behavior. Terjemahan
Agus Darma. Erlangga: Jakarta.
Hick, Herbert, G. and Gullet, G. Ray, (1975). Organization Theory and Behavior.
Terjemahan Ali Saefullah. Usaha Nasional: Surabaya.
Lubis, Hari & Huseini, Martani, (1987). Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro.
Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI: Jakarta
Richard, Beckard, (1969). Organizational Development Strategis and Models.
Terjemahan Ali Saefullah. Usaha Nasional: Surabaya.
Tim Dosen MKDU, (2007). Pengelolaan Pendidikan. Jurusan Adpend UPI: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai