Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGEMBANGAN ORGANISASI

Dosen pengampu: Drs. Deden Faturohman

Oleh :

Maliqal Bulqis 22001091112

Fakultas Ilmu Administrasi

Prodi Ilmu Administrasi Publik

Universitas Islam Malang

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari

sebuah proses evolusi. Selama beberapa decade akademisi dan praktisi dari

berbagai latar belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Tema utama

dari penilaian kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada

pada saat ini mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif.

Berbagai teori diperkenalkan, dievaluasi, dan diperbaiki dari waktu ke

waktu.

Ada dua dimensi dasar dalam evaluasi teori organisasi, dan setiap

dimensi mempunyai perspektif yang saling bertentangan. Dimensi pertama

merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih

tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif tertutup.

Organisasi-organisasi dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari

lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi

secara jelas mulai menerima perspektif system terbuka. Analisis-analisis

sebelumnya hanya berfokus kepada karakteristik intern dari organisasi,

kemudian berubah menjadi pendekata yang menekankan pentingnya

organisasi memperhatikan pristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan

ekstren.

Definisi yang kedua berhubungan dengan hasil- hasil akhir dari

struktur organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa sruktur

organisasi dinyatakan dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan


khusus secara efektif.Sebaliknya, perspektif sosial menekankan bahwa

struktur adalah hasil utama dari kekuatankekuatan yang

salingbertentangan dari para pengikut organisasi yang mencari

kekuasaan dan kendali.

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Evolusi Teori Organisasi?

2. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe I ?

3. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe II?

4. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe III?

5. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe IV?

B. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Evolusi Teori Organisasi

2. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe I

3. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe II

4. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe III

5. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe IV


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evolusi Teori Organisasi

Evolusi merupakan perubahan yang sangat cepat dalam

perkembangan organisasi dengan memberikan inovasi baru dalam bentuk

keunggulan-keunggulan dan keunikan-keunikan dari perkembangan awal

sampai perkembangan yang paling mutakhir dalam teori organisasi. Evolusi

atau perkembangan teori organisasi memunculkan berbagai macam

pendekatan-pendekatan yang masing-masing dipengaruhi oleh cara yang

digunakan untuk meninjau masalah organisasi.

Ada dua dimensi dasar didalam evolusi teori organisasi, dan setiap

dimensi mempunyai perspektif yang saling bertentangan. Dimensi pertama

merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih

tahun 1960, teori organisasi cenderung didomonasi oleh perspektif tertutup.

Organisasi-organisasi dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari

lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi

secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis

yang sebelumnya hanya berfokus kepada karakteristik intern dari

organisasi, kemudian berubah menjadi pendekatan yang menekenken

pentingnya organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di

lingkungan ekstern.
Dimensi yang kedua berhhubungan dengan hasil-hasil akhir dari

struktur organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa struktur

organisasi dinyatakan dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan –

tujuan khusus secara efektif. Sebaliknya, perspektif sosial menekankan

bahwa strujtur adalah hasil utama dari

kekuaatan-kekuatan yang saling bertentangan dari para pengikut organisasi

yang mencari kekuasaan dan kendali.1

A . Teoritikus tipe I ( teori klasik )

Teori manajemen klasik dirumuskan oleh: Praktisi (Taylor & Fayol) &

Sosiolog (Weber). Hal-hal yang menjadi kata kunci mereka dalam

mengemukakan teori ini ialah : efisiensi, rasionalitas, kontrol, pertentangan

antara pemilik dan tenaga kerja. Akhirnya, mereka mampu

mengembangkan prinsip atau model universal yang dapat digunakan pada

semua keadaan.

1. Frederick taylor dan scientific manajemen

F.W. Taylor (1856-1915) adalah seorang insinyur mesin pada

perusahaan baja di Pennsylvania. Ia mendapatkan gelar Principal of

Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bekerja, ia dipengaruhi

oleh etika Protestan yakni kerja keras, rasionalitas, ekonomi, dan

individualisme.
Frederic mengusulkan empat prinsip scientific management yang

menurutnya akan menghasilkan kenaikan yang berarti dalam produktifitas :

1. penggantian metode kira-kira untuk menentukan

setiap elemen daari pekerjaan seorang pekerja yang ditentukan secara

ilmiah.

2. seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah;

3. kerjasama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan

pekerjaan yang sesuai dengan tujuan ilmiah; dan

4. pembagian yang lebih merata diantara para manajer dan para pekerja.

Jika ditinjau kembali, kita mengakui bahwa Taylor menawarkan fokus

yang terbatas mengenai organisasi. Namun demikian, usaha Taylor ini

mampu mempengaruhi perindustrian Amerika Serikat dan sebagian besar

Eropa.

2. Henry fayol dan prinsip organisasi

Fayol adalah seorang manajer perusahaan di Perancis. Teori yang

dikemukakan oleh Henry Fayol ini, beranjak dari pengalamannya yang

telah bertahun-tahun sebagai praktisi eksekutif di perusahaannya.Fayol

mencoba menggambarkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan

pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi dan menjelaskan

fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh semua manajer. Fayol


mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara

universal :

a. Pembagian kerja prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” adam smith.

Spesialisasi menambah hasil kerja dengan caara membuat para pekerja lebih

efisien.

b. Wewenang manajer harus dapat memberi perintah. Wewenang

memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring tanggung

jawab, jika wewenang digunakan, timbuulah tanggung jawab.

c. Disiplin, para pegawai harus menghormati dan menghargai peraturan

yang mengatur organisasi. Displin yang baik merupakan hasil

kepemimpinan yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara

manajemen dan para pekerja tentang pengaturan organosasi serta

penerapan hukum yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan

tersebut.

d. Kesatuan komando, pegawai seharusnya menerima perintah hanya darai

seorang atasan.

e. Kesatuan arah, setiap kelompok aktifitas organisasi yang mempunyai

tujuan yang sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan

menggunakan sebuah rencana.

f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu,

kepentingan seorang pegawai atau seorang kelompok, pegawai tidak


boleh mendahulukan kepentingan organisasi keseluruhan.

g. Remunerasi, bekerja sesuai dengan jasa yang mereka berikan.

h. Sentralisasi, ini merujuk kepada sejauhmana para bawahan terlibat

dalam pengambilan keputusan. Apakah pengembalian keputusan itu

disentralisasi (pada manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan)

adalah masalah proporsi yang tepat.

i. Rantai skalar, garis wewenang dari manajemen puncak sampai ketingkat

paling rendah merupakan rantai skalar komunitas yang mengikuti rantai ini.

Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta komunitas

silang dapat diijinkan bila disetujui semua pihak.

j. Tata tertib, orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu
yang tepat.

k. Keadilan, manajer harus selalu baik dan jujur kepada bawahan.

l. Stabilitas masa pekerja para pegawai, perputaran (turn over) pegawai

yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan

perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi

kekosongan harus selalu ada pengganti

m. Inisiatif, pegawai yang diijinkan menciptakan dan melaksanakan

rencana- rencana harus berusaha keras.

n. Esprit de corps, mendorong team spirit akan membangun keselarasan


dan persatuan dalam organisasi.

3. Max weber dan birokrasi

Kontribusi yang ketiga yang dibuat oleh para teoritikus tipe 1 adalah

struktur organisasi “tipe ideal“. Weber mengembangkan sebuah model

struktural yang ia katakan sebagai alat yang paling efisien bagi organisasi-

organisasi tujuannya. Ia menyebut struktural ideal ini sebagai birokrasi.

Birokrasi adalah model yg paling efisien dan efektif untuk organisasi yg

mempunyai tingat kompleksitas tinggi

seperti : perusahaan, pemerintah, dan militer. Max Weber berpegang pada

sebuah konsep yakni Rasional Legal, di mana konsep ini memberikan

penekanan pada Hak untuk melaksanakan berdasarkan kedudukan yang

ditetapkan secara legal. Struktur tersebut dicirikan dengan adanya

pembagian kerja, sebuah hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi

yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan

atas hubungan pribadi (impersonal).

4. Ralph C. Davis dan perencanaan rasional

Davis mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah

pelayanan ekonomis. Tidak ada perusahaan yang hidup jika tidak dapat

memberikan niai ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan melalui

aktivitas yang dilakukan oleh para anggota nya untuk menciptakan produk

atau jasa organisasi.


B. Teoritikus tipe II (Aliran Neoklasik)

Aliran klasik memunculkan banyak pertentangan, dan yang paling

menonjol ialah anggapan aliran klasik bahwa manusia itu tidak berubah

dalam berbagai kondisi organisasi ataupun keadaan bekerja. Namun pada

praktiknya, hal yang muncul justru bertentangan dengan pernyataan

tersebut, hingga akhirnya memunculkan pertanyaan “mengapa orang

berperilaku berbeda dalam setting organisasi yang berbeda?”. Dengan

berpegang pada teori sosiologi dan psikologi sosial, para teoritikus

membangun teori kedua ini.

Para teoritikus tipe 2 berasumsi dibawah sistem tertutup namun

menekankan hubungan informal dan motivasi–motivasi non ekonomis yang

beroperasi dibawah

0wrganisasi. Manajemen dapat merancang hubungan dan peraturan yang

formal dan sebagainya, namun diciptakan pula hubungan status, norma dan

persahabatan informal yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sosial

para anggota organisasi.

Tema utama diantara para teoritikus tipe 2 adalah pengakuan mengenai sifat

sosial dan organisasi. Teoritikus – teoritikus tersebut, yang sering kali

disebut sebagai yang membentuk aliran hubungan antara manusia (human

relation school).

1. Elton Mayo dan kajian hawthorne


Kajian Hawthrone dilaksanakan oleh Western Electronic Company

pada tahun 1921—1927 dan dilanjutkan pada tahun 1930. Kajian ini

mencoba membuktikan pengaruh penerangan pada produktivitas kerja.

Hipotesis awalnya, cahaya mempengaruhi. Namun hasilnya nihil. Maka

ditemukanlah bahwa factor sosial dan psikologi yang berupa penerimaan

kelompok dan rasa aman adalah hal-hal yang mempengaruhi produktivitas

kerja.

Pada umumnya para ahli manajemen sepakat bahwa kajian hawthrone

memberi dampak dramatis pada arah manajemen dan teori organisasi.

Kajian itu mengantarkan kita ke jaman humanisme organisasi, para manajer

selalu mempertimbangkan akibat terhadap kelompok kerja, sikap pegawai,

dan hubungan para pegawai dan hubungan antara manajemen dan pegawai.

Elton Mayo juga menghasilkan teori perilaku manusia dalam organisasi.

Terdapat 8 perilaku yang ia kemukakan :

1. Organisasi adalah sistem sosial disamping sistem teknis-ekonomis.

2. Individu dimotivasi faktor sosial dan psikologis, disamping motif


ekonomi.

3. Kelompok kerja informal adalah unit yang perlu mendapat perhatian.

4. Pola kepemimpinan berdasarkan struktur formal kedudukan –

perlu pertimbangan faktor psikososial ; lebih demokratis.


5. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas.

6. Saluran komunikasi yg efektif hendaknya dikembangkan dalam berbagai

level dalam hirarki. Berguna untuk pertukaran informasi; pentingnya

partisipasi.

7. Manajemen membutuhkan skill sosial yg efektif, disamping skill teknis.

8. Para anggota organisasi digerakkan oleh terpenuhinya kebutuhan sosio-

psikologis.

2. Chester BaJ.rnand dan sistem kerja sama

Mempersatukan pandangan taylor, fayol, dan weber sebagai hasil

kajian hawthorne membawa kita kepada kesimpulan bahwa organisasi

merupakan sistem kerjasama. Chester lebih menekankan aspek psikologis

daripada aspek teknis ekonomis. Ia mencetuskan teori “Organisasi sebagai

sistem sosial” yang merujuk pada kesimpulan yang ia dapatkan dari teori

klasik tersebut. Ia berpikir bahwa Organisasi terdiri dari tugas-tugas yang

harus dipertahankan pada suatu tingkat keseimbangan.

3. Douglas McGregor dan teori X- teori Y

Teori X ada empat asumsi yang dianut oleh para manajer :

a. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan jika mungkin,

berusaha menghindarinya.

b. Kaarena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa,


dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan –

tujuan yang akan diinginkan.

c. Para pegawai akan mengelakan tanggungjawab dan dan mencari

pengarahan yang formal sepanjang hal itu munkin.

d. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain

berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit

ambisi.

Kebalikan dari pandangan yang negative terhadap manusia McGregor

menempatkan asumsi lain yang disebut teori Y.

a. Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti

halnya istirahat atau bermain.

b. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika

mereka merasa terikat kepada tujuan-tujuan.

c. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, dan juga mencari tanggung
jawab.
d. Kreativitas yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang

baik tersebar luas pada seluruh populasi dan tidak selalu merupakan hak

yang menduduki fungsi manajerial.

4. Warren Bennis dan Birokrasi

Bennis mengatakan bahwa pengambilan keputusan pada birokrasi yang


disentralisasi, kepatuhan kepada wewenang, serta pembagian kerja yang

sempit diganti dengan struktur yang desentralisasi dan demokratis yang

diorganisasi disekitar kelompok yang fleksibel. Pengaruh didasakan atas

kekuasaan mulai diganti dengan pengaruh yang berasalkan dari keahlian.

Webber yang beragumentasi bahwa birokrasi adalah organisasi yang ideal

maka Warren Bennis menyatakan yang sebaliknya-kondisi saat ini

menunjukkan bahwa bentuk organisasi ideal yang fleksibel.

5. Abraham Maslow

Ia mengemukakan beberapa hal mengenai tingkat kebutuhan manusia. Yakni

– Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal).

– Kebutuhan akan keamanan.

– Kebutuhan sosial (berkumpul dan bergaul).

– Kebutuhan pengembangan diri (berkembang dan berkarya.

– Kebutuhan aktualisasi diri (berbeda dengan manusia lain).

C. Teoritikus tipe III (Aliran kontingensi/modern)

Inti dari teori kontingensi ini ialah :

1. Suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya.

2. Organisasi yg efektif adalah jika struktur. organisasinya mampu


menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.

3. Adaptabilitas dan fleksibilitas dalam proses pengambilan keputusan.

Pada teoritikus tipe 3, organisasi dilihat sebagai alat untuk mencapai

tujuan. mereka berkonsentrasi pada sasaran, teknologi, dan ketidakpastian

lingkungan sebagai variabel-variabel kontingensi utama yang menentukan

struktur yang tepat yang seharusnya berlaku bagi organisasi.

1. Herbert Simon dan Serangan Prinsip-Prinsip

Herbert menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-

prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan. Bagi suatu kajian

mengenai kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip-prinsip yang

simplistik-baik dalam keragaman mekanistik maupun humanistik.

2. Perspektif Lingkungan dari Katz dan Kahn

Dalam bukunya, The Social Psychology of Organizations, mereka

memberikan deskripsi yang meyakinkan tentang keunggulan-keunggulan

perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari

sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya menyesuaikan diri

terhadap lingkungan yang berubah jika mereka ingin bertahan hidup.

3. Kasus Teknologi, James Thompson

James Thompson menekankan hubungan antara teknologi, lingkungan, dan


struktur, tidak hanya pada organisasi bisnis saja. James Thompson, telah

memberi alasan yang kuat mengenai pentingya teknologi di dalam

menentukan struktur yang sesuai bagi sebuah organisasi. Seperti halnya di

lingkungan tidak ada diskusi pada masa kini mengenai organisasi yang

dapat dikatakan lengkap tanpa memperhitungkan teknologi dan kebutuhan

bagi para manajer untuk memadukan struktur dan teknologi

4. J. Woodward

Beranjak dari pengalamannya sendiri, J. Woodward berpendapat

bahwa prinsip yang dibangun aliran klasik kurang berhasil. Maka ia

melakukan sebuah studi mengenai pengaruh teknologi terhadap suatu

organisasi. Dari studi itu, ia menemukan sebuah teori yang mempengaruhi

bentuk dari organisasi itu sendiri. Perbedaan teknologi yang diterapkan oleh

suatu organisasi akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada

keahlian manusia. Manusia dituntut untuk memiliki kelebihan dalam

teknologi, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh kepada

perbedaan tuntutan setiap manusia. Dari perbedaan tuntutan terhadap

keahlian manusia ini, akan menimbulkan perbedaan struktur organisasi

yang kemudian akan menentukan ukuran dan kapasitas dari organisasi itu

sendiri di masyarakat.

5. Jay W. Lorsch & Paul R. Lawrence

Menekankan adanya pengaruh antara lingkungan dengan organisasi. Ia


berpendapat bahwa struktur dari suatu organisasi, harus disesuaikan dengan

lingkungannya karena dari penyesuaian itu, akan memunculkan diferensiasi

(keanekaragaman jenis tugas dan pekerjaan) dan integrasi (koordinasi

internal)

6. Kelompok Aston dan Besaran Organisasi

Selain para pendukung lingkungan dan teknologi, para teoritikus tipe 3

mencakup mereka yang mendukung besaran (size) organisasi sebagai

sebuah faktor penting yang mempengaruhi struktur.

D. Teoritikus tipe IV (Aliran Post Modern)

Pada teoritikus tipe 4, persepektif sosial digunakan kembali, namun

dalam kerangka sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur

bukanlah merupakan usaha yang rasional dari para manajer untuk

menciptakan struktur yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari suatu

pertarungan politis diantara koalisi- koalisi didalam organisasi untuk

memperoleh kontrol.

1. Batas Kognitif Rasionalitas March dan Simon

march dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan yang


rasional dan optimum, karena dianggapnya keputusan alternatif juga
memberi kepuasan sendiri, dan model yang diperbaiki ini mengakui
keterbatasan rasionalitas pengambilan keputusan

2. Pfeffer Sebagai Arena Politik


Berdasarkan karya Simon dan March, Pfeffer manciptakan teori

organisasi yang mencakup koalisi kekuasaan, konflik atas tujuan, serta

keputusan desain organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari

mereka yang berkuasa.2

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evolusi merupakan perubahan yang sangat cepat dalam

perkembangan organisasi dengan memberikan inovasi baru dalam bentuk

keunggulan-keunggulan dan keunikan-keunikan dari perkembangan awal

sampai perkembangan yang paling mutakhir dalam teori organisasi Evolusi

atau perkembangan teori organisasi memunculkan berbagai macam

pendekatan-pendekatan yang masing-masing dipengaruhi oleh cara yang

digunakan untuk meninjau masalah organisasi.

Ada dua dimensi dasar didalam evolusi teori organisasi, dimensi

pertama yaitu merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem.

Maksudnya Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung

didomonasi oleh perspektif tertutup. Organisasi-organisasi dipandang

berdiri sendiri dan tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar

tahun 1960, teori organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem
terbuka. Dimensi yang kedua berhhubungan dengan hasil-hasil akhir dari

struktur organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa struktur

organisasi dinyatakan dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

– tujuan khusus secara efektif. dan setiap dimensi mempunyai perspektif

yang saling bertentangan.


DAFTAR PUSTAKA

Http:Zeeftadetya.com/2013/10/evolusi-teori-organisasi.html?m-1

Stephen P. Robbins, Teori Organisasi, Struktur, Desain, dan Aplikasi,

(Jakarta : Arcan, 1994)

Anda mungkin juga menyukai