Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

“KONFLIK SEBAGAI KONSEKUENSI MASYARAKAT MAJEMUK”

Disusun oleh :

Aditya Rahmadani Sonella 19331002

Athallah Nasywa Fadhilla 19331014

Chesa Andoly 19331023

Muhammad Arif 19331078

Yusran Rizky Ananda Delta 19331127

Dosen Pengampu : Lailatur Rahmi, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Konflik Sebagai Konsekuensi
Masyarakat Majemuk”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar Mata Kuliah Studi Masyarakat
Indonesia yaitu Lailatur Rahmi, S.Pd, M.Pd dan juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami. Oleh karena itu
jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi negati penulisan, maupun dari isi, maka
kami memohon maaf.

Kritik dan saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita Bersama.

Padang, 17 Oktober 2021

Penulis
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4

C. Tujuan.......................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

2.1 Konsep Pertikaian, Konflik Dan Kekerasan.........................................................................5

2.2 Sikap Pemicu Konflik Dalam Masyarakat Majemuk.........................................................12

2.3 Primordialisme dan Etnosentisme......................................................................................14

2.4 Resolusi Konflik dalam Masyarakat Majemuk..................................................................19

BAB III..........................................................................................................................................22

PENUTUP.....................................................................................................................................22

A. KESIMPULAN......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang
berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa
Indonesia menjadi kekayaan tersendiri dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kemajemukan akan menjadi pengikat dan jembatan yang
mengakomodasi perbedaan-perbedaan, termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa
dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi baik di tempat-tempat
umum, seperti tempat kerja dan pasar, serta sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara
pendidikan, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Perlu disadari bahwa pada masyarakat majemuk
terdapat perbedaanperbedaan yang disebabkan oleh sosio-kultur yang berbeda-beda.
Kemajemukan ini menjadikan berbagai perbedaan kebiasaan masyarakat-masyarakatnya, namun
berpotensi menimbulkan berbagai macam masalah sosial.

Salah satunya perbedaan pandangan suatu suku atau budaya terhadap budaya lain,
perbedaan pandangan ini dapat memicu perselisihan dan konflik. Pada dasarnya
perbedaanperbedaan ini tidak semata hanya berpotensi menimbulkan konflik sosial dan
desintregrasi sosial, Perbedaan seperti ini meskipun dianggap sebagai celotehan biasa tetapi jika
sering dilakukan akan mengakibatkan perpecahan dan pertikaian kecil yang lambat laun akan
menjadi masalah besar antar individu. Hal seperti ini akan mengakibatkan persatuan menjadi
kurang. Namun juga dapat memberikan hal baik pada komunitas masyarakat yang berbeda,
seperti halnya ikatan religi, mengembangkan silaturahmi, melahirkan kesadaran untuk saling
bekerja sama sebagai unsur bangsa, kesadaran untuk saling menghormati, bertoleransi,
pengendalian diri, yang menjadi dasar tumbuhnya semangat kebangsaan yang disebut dengan
nasionalisme.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep pertikaian, konflik dan kekerasan?
2. Bagaimana sikap yang memicu konflik dalam masyarakat majemuk?
3. Apa yang dimaksud dengan primordialisme dan etnosentisme?
4. Bagaimana resolusi konflik dalam masyarakat majemuk?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Memahami konsep pertikaian, konflik dan kekerasan


2. Memahami sikap yang memicu konflik dalam masyarakat majemuk
3. Memahami tentang primordialisme dan etnosentisme
4. Memahami resolusi konflik dalam masyarakat majemuk
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pertikaian, Konflik Dan Kekerasan


A. Pertikaian

Istilah pertikaian sejatinya termasuk dalam bagian daripada konflik sosial yang terjadi


lantaran adanya perbedaan antara kepentingan dalam pemenuhan arti kebutuhan dalam
masyarakat. Sehingga realitas sosial ini dianggap merugikan secara langsung, bahkan memiliki
dampak psikologis yang mendalam.

Oleh karena itulah setidaknya untuk mengindarinya diperlukan upaya penyelesaian


konflik dalam masyarakat dengan tindakan preventif maupun represif.

a) Pengertian

Pertikaian adalah bentuk tindakan sosial yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk


mengalahkan pihak lain yang terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan
tertentu dalam masyarakat yang akhirnya mengakibat kan amarah dan rasa benci untuk kemudian
mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak lain.

Adapun definisi pertikaian menurut para ahli. Antara lain;

1. Asep Mulyana (2017), Pertikaian adalah bagian daripada proses sosial yang terjadi
dengan cara menjatuhkan  dengan disertai tindakan kekerasan mapun acaman.
2. Sri Sudarmi (2009), Pengertian pertikaian adalah terjadinya perselisihan dengan sifat
terbuka dengan diseratai kekerasan dan ancaman guna memenuhi kebutuhan serta
keinginan yang didapatkan.
3. Mahmud, Pertikaian adalah adanya ketegangan yang terjadi antara individu dan
kelompok dengan langkah menentang yang disertai dengan ancaman mapun kekerasan.
b) Jenis Pertikaian

Adapun untuk jenis pertikaian sendiri terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Pertikaian Individu

Pertikaian ini dilakukan secara individu yang berarti di dasar pada masalah pribadi,
dalam ruang lingkup kecil yang sehingga pertikaian seperti ini jarang terjadi, dan
tentusaja terjadinya pertikaian lebih dekat masalah-masalah keluarga yang
menyebabkan disorganisasi keluarga.

Adapun untuk contoh adanya pertikaian individu misalnya saja antara adik dan kakak
dalam satu anggota keluarga berebut untuk mempergunakan mobil. Dimana pada saat
terjadi perebutan tersebut adik maupun kakaknya saling memukul yang menyebabkan
orangtuanya menjadi marah sekaligus menengahi.

2. Pertikaian Kelompok

Pertikaian kelompok ruang lingkupnya cukup besar dibandingkan dengan pertikaian


lainnya. Pertikaian kelompok biasanya dipicu oleh masalah sara, masalah sara ini
termasuk agama, budaya, ras, atau adat istiadat yang riskan kepada perpecahan
masyarakat.

Misalnya saja kasus mengenai adanya persaingan yang sangat tajam antara anak-anak
geng motor satu dengan anak-anak geng motor lainnya, dalam hal ini pertiakian terjadi
atas landasan untuk mendapat eksistensi lebih di dalam masyarakat.

Pengakuan secara berlebihan dan keinginan untuk menang dari pihak lain secara
langsung dapat menimbulkan pertikaian antar geng motor. Fenomena sosial ini acapakali
kita temui dan mudah untuk ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Faktor Penyebab Pertikaian

Bisanya teradinya pertikaian karena ada beberapa faktor yang menjadi pendorong, antara
lain :

1. Adanya perbedaan kepentingan, pendapat, maupun tujuan yang tidak disertain dengan
sikap penghormatan atas perbedaan yang ada.
2. Terjadinya bentuk perubahan sosial secara cepat karena pergeseran nilai
sosial dan norma sosial yang tidak diterima kelompok atau inidvidu lainnya. Oleh
karena itulah kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif dibandingkan dengan
dampak postif yang didapatkanya.
3. Terdapatnya perbedaan dalam sifat kebudayaan yang tidak disertai dengan adanya arti
tolerasi sehingga pada akhirnya mengarah pada disintegrasi antarindividu ataupun
kelompok

d) Dampak Pertikaian

Akibat adanya pertikaian memebrikan dampak negatif dalam menjalankan kehidupan,


yakni :

1. Merusak kerukunan antar hidup manusia


2. Mendorong adanya konflik dalam kehidupan masyarakat
3. Merugikan kedua belah pihak, baik secara material ataupun non material
4. Memicu terjadinya disintegrasi masyarakat
B. Konflik
a) Pengetian

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama
dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya istilah konflik sosial
mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari
konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.

 Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan
pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber
pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.
 Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial
yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
dikehidupan.3 Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
 Dalam pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses sosial yang berlangsung
dengan melibatkan orang-orang atau kelompokkelompok yang saling menantang dengan
ancaman kekerasan.
 Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang
langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik
itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untk menundukkan pesaingnya.
 Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok
dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik,
sosial dan budaya) yang relatif terbatas.6

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah
percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan
tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman
kekerasan.
b) Bentuk-Bentuk Konflik
 Berdasarkan Dampaknya
1. Konstruktif : perbedaan pendapat dan cara berpikir menimbulkan dampak positif
bagi semua pihak atau bersifat membangun menuju yang terbaik.
2. Destruktif : bersifat merusak atau menghancurkan. Ciri-cirinya terjadi kekerasan,
terjadi kerusakan dan kerugian, serta menmbulkan keresahan masyarakat. Contoh:
tawuran, bentrok dan konflik antar suku.
 Berdasarkan Cakupannya
1. Vertikal : konflik yg terjadi antara pihak yg memiliki derajatkedudukan berbeda
dlm struktur masyarakat. Contoh : demo hari buruh. Penyebab: diskriminasi,
persepsi negative, ketidakpuasan terhadap kebijakan.
2. Horizontal : konflik antarindividu atau kelompok yg memiliki kedudukan sejajar.
Contoh: konflik antar suku, antar pelajar, dll. Penyebab : kecemburuan sosial,
adanya provokator, etnosentrisme, dll.
 Berdasarkan Skala Wilayah
1. Lokal : konflik antarindividu atau kelompok dlm lingkup relative sempit, spt satu
desa, kota, kecamatan dll. Penyebab : konflik individu/kelompok dlm politik,
ekonomi, sosial, budaya, atau ideologi.
2. Nasional : konflik yang terjadi dalam satu Negara dan melibatkan masa yang
lebih luas dari konflik lokal. Penyebab : perbedaan agama, suku, ras, dan bisa jg
krn lanjutan dari konflik lokal.
3. Internasional : konflik antar dua Negara atau lebih karena perbedaan tujuan dan
kepentingan. Contoh : perang dunia, invasi Negara lain. Dll.
 Berdasarkan subjeknya
1. Intrapersonal : konflik pada diri seseorang dengan dirinya sendiri atau konflik
batin yg biasanya karena hrs menentukan pilihan.
2. Interpersonal : konflik yg terjadi antara seseorang dgn orang lain. Contoh :
konflik antara kakak dan adik dll.
3. Individu dan Kelompok : konflik yg terjadi antara sesorang dengan suatu
kelompok. Contoh : konflik antara seorang pendatang dan masyarakat asli daerah
setempat. Antarkelompok: konflik yg tjd antara kelompok satu dgn kelompok yg
lain. Contoh: tawuran antar supporter, antar suku, dll.
C. Kekerasan

Pada hakekatnya tindakan kekerasan menunjukan tindakan sosial yang agresif dan


bersifat merusak. Seseorang atau sekelompok orang melakukan tindak kekerasan sebagai reaksi
atas apa yang mereka rasakan.  Meski demikian, untuk salah satu faktor penyababnya adanya
pelampiasan emosi  yang sering menjadi alasan melakukan tindakan kekerasan baik terhadap
orang lain maupun terhadap orang lain.

a) Pengertian
“violence”: kekuasaan atau berkuasa. “vis”: kekuatan dan “Latus”: membawa.
Menurut kamus sosiologi : suatu ekspresi baik fisik maupun verbal yg dilakukan individu
atau kelompok berupa agresi dan penyerangan pd kebebasan atau martabat.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal (yang bersifat,berciri) keras,
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan arti kekerasan menurut para ahli, antara lain sebagai
berikut;

1. Tomb, Pengertian kekerasan merupakan tindakan yang sulit untuk diprediksi. Orang
yang memeiliki resiko paling tinggi melakukan tindak kekerasan adalah pria berusia 15
sampai dengan 25 tahun, orang kulit hitam, orang kota, subgroup, dengan budaya
kekerasan, orang yang suka meminum minuman keras.
2. Audi, Definisi kekerasan merupakan serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap
seseorang maupun binatang atau tindkan penghancuran, perusakan, kejam, keras, atau
secara potensial dapat merebut milik orang lain dengan paksa.

b) Bentuk-Bentuk Kekerasan
 Berdasarkan caranya
1. Langsung : tindakan menyerang fisik/psikolosig melalui kontak langsung.
Contoh: pembunuhan, penganiayaan, ancaman, dll.
2. Tidak langsung : kekerasan yg dilakukan kpd orang lain menggunakan
perantara/media tertentu.
 Berdasarkan subjeknya
1. Individual : kekerasan yg dilakukan scr langsung maupun tdk langsung oleh
seorang kepada sesorang lain.
2. Kolektif : kekerasan yang dilakukan oleh kelompok satu thd individu/kelompok
lainnya.
 Berdasarkan bentuknya
1. Fisik : kekerasan yg melibatkan sentuhan fisik antara pelaku dan korban.
Mengakibatkan adanya luka fisik, cacat, bahkan meninggal dunia.
2. Nonfisik : kekerasan yg tdk dpt dilihat karena dilakukan tanpa adanya sentuhan
fisik antara pelaku dan korban. Berbentuk serangan psikis (kekerasan yg
menjadikan jiwa dan mental seseorang sbg sasaran biasanya melalui bullying,
ancaman, fitnah.dll.) atau verbal (kekerasan lisan dengan kata-kata seperti gosip,
menghina dll.)
3. Struktural : kekerasan yg terjadi tdk langsung krn telah terbentuk dalam suatu
system sosial tertentu. Bisa juga dilakukan melalui kebijakan,hokum, ekonomi,
dll. Akibatnya, ketidakadilan, terbatasnya akses sumber daya, rasa tdk aman krn
tekanan, kebijakan yg menindas dll.
4. Kultural : kekerasan yg disebabkan oleh budaya suatu masyarakat. Contoh: adat
yg memperbolehkan untuk melakukan kekerasan.
2.2 Sikap Pemicu Konflik Dalam Masyarakat Majemuk
Konflik sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “configure” yang memiliki arti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik berarti sebagai sebuah proses sosial yang terjadi diantara
dua orang atau bahkan lebih (bisa juga dalam bentuk kelompok). Pada umumnya, konflik dikenal
sebagai suatu bentuk pertentangan atau perbedaan ide, pendapat, faham, atau juga kepentingan
yang terjadi diantara dua pihak atau lebih.

Terdapat beberapa yang dapat memicu terjadinya konflik, yaitu:

a. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam
menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian
yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya
diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar
untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik
sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional
yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahanperubahan ini, jika terjadi secara cepat atau mendadak,
akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan
masyarakat yang telah ada.
2.3 Primordialisme dan Etnosentisme
A. Primordialisme
a) Pengertian

Primordialisme merupakan pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang


teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan
agama. Berikut Ini Merupakan Pengertian Primordialisme Menurut Para Ahli :

 William G. Sumner

bahwa di dalam in groups terdapat persamaan persaudaraan yang ditunjukkan dengan


keraja sama, yang saling membantu dan saling menghormati serta memiliki persamaan
solidaritas, kesetian terhadap kelompoknya dan kesedian berkorban demi kelompok.

 Charles Horton Cooley

in groups atau kelompok primer sangat penting peranannya dalam menentukan


kepribadian manusia. Yang pada kelompok primer inilah manusia belajar mengenal kasih
sayang, kebebasan, keadilan, fan play, persamaan, patuh kepada orang tuas dan
keluarganya, serta kesedian berkorban untuknya.

 Sumner

menurutnya setiap in groups atau kelompok primer memiliki sifat etnosentris. Sikap
padangan anggota-anggota in groups menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk
kelompoknya ialah yang terbaik, paling istimewa dan paling hebat.

Istilah primordialisme berasal dari kata Bahasa Latin “primus” yang artinya pertama dan
“ordiri” yang artinya tenunan atau ikatan. Dengan demikian, kata primordial(isme) dapat berarti
ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan hal-hal yang dibawanya sejak
lahir seperti suku bangsa, ras, klan, asal usul kedaerahan, dan agama.
b) Latar Belakang Terjadinya Primordilaisme :

Berikut Ini Merupakan Latar Belakang Terjadinya Primordilaisme :

 Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau
perkumpulan sosial.
 Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan
sosial dari ancaman luar.
 Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai keagamaan dan
pandangan hidup.

c) Jenis – Jenis Primordialisme

Berikut Ini Merupakan Jenis – Jenis Primordialisme :

 Primordialisme Suku

Primordialisme suku adalah seseorang yang terikat dengan sukunya sendiri daripada suku
yang lain. Contoh: Kelompok suku Bugis yang keras, tidak mau mengalah, menganggap
kepercayaannya paling sempurna dan mau menang sendiri terhadap suku Jawa.

 Primordialisme Agama 

Primordialisme agama adalah seseorang yang mempercayai atau berpegang teguh pada
agamanya sendiri dan cenderung fanatik. Contoh: Sekelompok orang yang menganggap
agamanya paling benar dan unggul dari agama lain dan menyebabkan konflik karena
pemikirannya.

 Primordialisme Kedaerahan 

Primordialisme kedaerahan adalah seseorang yang terikat dengan daerahnya sendiri


ketimbang daerah lainnya. Contoh : Pemikiran yang beranggapan kepentingan kelompok suatu
daerah tertentu harus mengalahkan kepentingan daerah lain atau lebih mementingkan daerahnya
sendiri.
d) Dampak Terjadinya Primordialisme

Dampak Negatif

Dampak negatif primordialisme antara lain:

 Menggangu kelangsungan hidup suatu bangsa


 Menghambat modernisasi dan proses pembangunan
 Menghambat hubungan antarbangsa
 Menghambat proses asimilasi dan integrasi
 Mengurangi bahkan menghilangkan objektivitas ilmu pengetahuan
 Penyebab terjadinya diskriminasi
 Merupakan kekuatan terpendam terjadinya konflik antara kebudayaan suku-suku
bangsa
Dampak Positif

Selain berdampak negatif, primordialisme juga berdampak positif. Berikut dampak


positif tersebut:

 Meneguhkan cinta tanah air


 Mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa
 Mempertinggi semangat patriotisme
 Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya

e) Contoh Perilaku Primordialisme

Berikut Ini Merupakan Beberapa Contoh perilaku primordialisme :

 Membentuk partai politik berdasarkan paham, ideologi, atau keterikatan pada faktor-
faktor seperti suku bangsa , agama, dan ras.
 Memberikan perioritas atau perilaku istimewa kepada orang-orang yang berasal dari
daerah, suku bangsa, atau ras tetentu.
B. Etnosentrisme
a) Pengertian

Etnosentrisme adalah suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-


norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan
sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain. Berikut ini terdapat
beberapa pendapat dari para ahli mengenai etnosentrisme, yakni sebagai berikut :

 Menurut Matsumoto

Menurut pendapat dari Matsumoto, Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk


melihat dunia hanya melewati perspektif budaya sendiri.

 Menurut Daft

Menurut pendapat dari Daft, Etnosentrisme merupakan kepercayaan bahwa semua


kelompok, semua budaya dan subkultur pada hakekatnya sama.

 Menurut Sumnel

Menurut pendapat dari Sumnel, Etnosentrisme merupakan kecenderungan manusia yang


mengikuti naluri biologinya yang mementingkan diri sendiri lebih unggul dari orang lain
dan menjadi seorang Individualistik.

 Menurut Hariyono

Menurut pendapat dari Hariyono, Etnosentrisme merupakan suatu perasaan In group dan
Out group dalam suatu dasar sikap yang dijalankan oleh seseorang.

 Menurut Coleman dan Cressey

Menurut pendapat dari Coleman dan Cressey, Etnosentrisme merupakan seseorang yang
berasal dari kelompok etnis yang cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik
dibandingkan dengan kebudayaan yang lain.
b) Faktor Penyebab Etnosentrisme

Berikut ini terdapat dua faktor penyebab terjadinya etnosentrisme, yakni sebagai berikut:

1. Budaya Politik

Budaya politik yang terdapat di dalam suatu masyarakat cenderung lebih tradisional, dan
tidak rasional. Budaya politik jenis ini subjektif dan penuh ikatan emosional dan ikatan
primordial, yang cenderung menguasai mayarakat. Masyarakat yang terlibat di dalam politik
juga sering mementingkan kepentingan mereka sendiri, mulai dari etnis, suku, agama, dan lain
sebagainya.

2. Pluralitas Bangsa Indonesia

Dengan jumlah suku, agama, ras dan golongan yang banyak di Indonesia, menyebabkan
beragam persoalan sosial dan juga konflik dapat muncul dengan lebih mudah. Setiap suku,
agama, ras, golongan akan berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dan menguasai kelompok
lainnya.

c) Faktor Yang Mempengaruhi Etnosentrisme

 Prasangka sosial : merupakan sikap negatif yang diarahkan pada seseorang, atas
perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
 Stereotip : adalah suatu keyakinan seseorang pada orang lain, karena dipengaruhi
oleh adanya pengetahuan dan pengalaman.
 Jarak sosial : aspek lainnya prasangka sosial yang menunjukkan tingkat penerimaan
dari seseorang, pada orang lain di dalam hubungan yang terjadi diantara mereka

d) Dampak Etnosentrisme

Dampak positif etnosentrisme :

 Bisa meningkatkan semangat patriotisme


 Bisa menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan
 Bisa meningkatkan rasa cinta pada bangsa sendiri.

Dampak negatif etnosentrisme :

 Bisa menimbulkan konflik sosial antar suku bangsa


 Adanya suatu aliran politik tertentu.
 Dapat menghambat proses asimilasi dan integrasi
 Dapat mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
 Dapat menghambat pertukaran suatu budaya

e) Contoh Sikap Etnosentrisme


 Adanya konflik antara suku
 Tindakan bullying jika ada teman yang berasal dari luar pulau.
 Kebiasaan memakai pakaian adat di beberapa daerah di Indonesia.
 Terjadinya perang antara suku

2.4 Resolusi Konflik dalam Masyarakat Majemuk


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang dipersatukan karena berbagai
keragamannya. Kita memiliki keragaman budaya, suku bangsa, adat istiadat, bahasa, keadaan
geografis, keyakinan dan lain-lainnya, yang secara tidak langsung sesungguhnya mengandung
unsur-unsur keragaman konflik yang ada di dalamnya. Meskipun demikian, ada perekat dan
pemersatu bangsa Indonesia dari berbagai kemajemukan yang dimilikinya yaitu semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Berbagai perbedaanperbedaan dan kepentingan yang terkandung dalam
kondisi suatu masyarakat majemuk memiliki variasi dan bentuk tertentu. Artinya, masyarakat
kita sejak dari awal terbentuknya sebenarnya sudah kaya dengan unsur-unsur konflik.

Di sepanjang sejarah bangsa Indonesia, kekerasan dan konflik memang kerap terjadi,
bahkan di beberapa tempat membentuk lapisan-lapisan kekerasan yang bahkan tumpang tindih
antara satu periode dengan periode yang lain. Oleh karena itu, praktik resolusi konflik penting
diterapkan di Indonesia. Apalagi, dimensi konflik di Indonesia sangat beragam. Dalam sejarah,
Indonesia pernah mengalami konflik bernuansa agama, etnis, pertikaian antarkelompok, hingga
negara vs masyarakat.

Resolusi Konflik, merupakan suatu bentuk usaha untuk menangani sebab-sebab konflik
dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-
kelompok yang bermusuhan. Pada hakikatnya resolusi konflik pun dipandang sebagai upaya
penanganan sebab-sebab konflik dan penyelesaian konflik dengan menciptakan hubungan baru
yang bisa bertahan lama dan positif di antara kelompok-kelompok atau pihak-pihak yang
bermusuhan.

Adapun macam-macam resolusi konflik menurut para ahli, diantaranya :

1. Menurut Ralf Dahrendorf ada 3 bentuk resolusi konflik.


 Konsiliasi : yakni pengendalian konflik dengan cara semua pihak yang terlibat
berdiskusi guna mencapai kesepakatan tanpa ada pihak ketiga yang memaksa atau
memonopoli pembicaraan.
 Mediasi : yakni upaya pengendalian konflik yang menggunakan pihak ketiga
seperti ahli atau pakar, lembaga, tokoh sebagai mediator, yang memberi nasihat
atau saran, tetapi bukan pemberi keputusan.
 Arbitrasi : yakni resolusi konflik dengan kedua belah pihak sepakat untuk
mendapat keputusan akhir yang bersifat legal dari arbiter sebagai jalan keluar
untuk menyelesaikan konflik.
2. Menurut William Ury, resolusi konflik bisa dilakukan dalam tiga bentuk langkah.
Ketiganya ialah sebagai berikut:
 Menyalurkan berbagai ketegangan yang bersifat laten (tidak begitu nampak) agar
tidak terjadi akumulasi ketegangan yang bisa membuat konflik jadi makin besar
dan sulit untuk diselesaikan.
 Segera menyelesaikan bentuk-bentuk konflik di permukaan. Resolusi dilandasi
asumsi proses penyelesaian konflik secara dini, akan menutup kemungkinan
proses menguatnya konflik.
 Mencegah potensi-potensi konflik melalui kebijakan yang responsif dan
komprehensif.
3. Menurut Johan Galtung, terdapat beberapa bentuk resolusi konflik yang digunakan dalam
proses penyelesaian konflik. Galtung menawarkan beberapa model resolusi konflik,
yakni peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding. Ketiga model resolusi konflik
yang ditawarkan Galtung itu memiliki dimensi dan target yang tidak sama. Akan tetapi,
rangkaian pelaksanaan ketiga model itu sama-sama memiliki tujuan akhir berupa
mewujudkan perdamaian jangka panjang.
 Peacemaking ialah sesegara mungkin menciptakan suatu perdamaian pada tahap
awal, atau sebelum konflik semakin besar.
 Peacekeeping adalah menerapkan perjanjian perdamaian untuk menjaga
perdamaian.
 Peacebuilding yaitu membangun kembali landasan perdamaian dan menyediakan
berbagai perangkat untuk membangun sesuatu yang lebih dari sekadar tidak
adanya kekerasan. Peacebuilding merupakan proses yang berjalan jangka panjang
memperkuat elemen pemersatu semua pihak dalam farmasi baru dan bertahan
lama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Konflik, pertikaian dan kekerasan merupakan konsekuensi sebagai masyarakat majemuk.
2. Sikap pemicu konflik dalam masyarakat majemuk diantaranya : adanya perbedaan
individu, perbedaan latar belakangan, perbedaan kepentingan individu dan kelompok
serta perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
3. Primodialisme dan Etnosentrisme terjadi dikarenakan adanya berbagai macam perbedaan
didalam masyarakat.
4. Resolusi konflik dipandang sebagai upaya penanganan sebab-sebab konflik dan
penyelesaian konflik dengan menciptakan hubungan baru yang bisa bertahan lama dan
positif di antara kelompok-kelompok atau pihak-pihak yang mengalami pertikaian.
DAFTAR PUSTAKA
https://simposiumjai.ui.ac.id/wp-content/uploads/20/2020/03/Pleno5-Parsudi-Suparlan.pdf

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1182/6/098400219_file6.pdf

https://pakdosen.co.id/etnosentrisme-adalah/

https://dosensosiologi.com/pengertian-pertikaian-bentuk-dan-contohnya-lengkap/

http://digilib.uinsby.ac.id/314/5/Bab%202.pdf

http://blog.unnes.ac.id/najib23/materi-sosiologi-sma-kelas-xi-konflik-kekerasan-dan-upaya-
penyelesaiannya/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-primordialisme/

https://tutorialbahasainggris.co.id/etnosentrisme-pengertian-dampak-faktor-penyebab-dan-
contohnya-lengkap/

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/penyebab-konflik-dalam-masyarakat-11312/

https://tirto.id/macam-macam-resolusi-konflik-menurut-para-ahli-dan-bentuknya-gbn1

https://www.neliti.com/publications/97408/manajemen-dan-resolusi-konflik-dalam-masyarakat

Anda mungkin juga menyukai