Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Konflik Sebagai Konsekuensi
Masyarakat Majemuk”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar Mata Kuliah Studi Masyarakat
Indonesia yaitu Lailatur Rahmi, S.Pd, M.Pd dan juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami. Oleh karena itu
jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi negati penulisan, maupun dari isi, maka
kami memohon maaf.
Kritik dan saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita Bersama.
Penulis
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
A. KESIMPULAN......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang
berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa
Indonesia menjadi kekayaan tersendiri dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kemajemukan akan menjadi pengikat dan jembatan yang
mengakomodasi perbedaan-perbedaan, termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa
dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi baik di tempat-tempat
umum, seperti tempat kerja dan pasar, serta sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara
pendidikan, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Perlu disadari bahwa pada masyarakat majemuk
terdapat perbedaanperbedaan yang disebabkan oleh sosio-kultur yang berbeda-beda.
Kemajemukan ini menjadikan berbagai perbedaan kebiasaan masyarakat-masyarakatnya, namun
berpotensi menimbulkan berbagai macam masalah sosial.
Salah satunya perbedaan pandangan suatu suku atau budaya terhadap budaya lain,
perbedaan pandangan ini dapat memicu perselisihan dan konflik. Pada dasarnya
perbedaanperbedaan ini tidak semata hanya berpotensi menimbulkan konflik sosial dan
desintregrasi sosial, Perbedaan seperti ini meskipun dianggap sebagai celotehan biasa tetapi jika
sering dilakukan akan mengakibatkan perpecahan dan pertikaian kecil yang lambat laun akan
menjadi masalah besar antar individu. Hal seperti ini akan mengakibatkan persatuan menjadi
kurang. Namun juga dapat memberikan hal baik pada komunitas masyarakat yang berbeda,
seperti halnya ikatan religi, mengembangkan silaturahmi, melahirkan kesadaran untuk saling
bekerja sama sebagai unsur bangsa, kesadaran untuk saling menghormati, bertoleransi,
pengendalian diri, yang menjadi dasar tumbuhnya semangat kebangsaan yang disebut dengan
nasionalisme.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep pertikaian, konflik dan kekerasan?
2. Bagaimana sikap yang memicu konflik dalam masyarakat majemuk?
3. Apa yang dimaksud dengan primordialisme dan etnosentisme?
4. Bagaimana resolusi konflik dalam masyarakat majemuk?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
PEMBAHASAN
a) Pengertian
1. Asep Mulyana (2017), Pertikaian adalah bagian daripada proses sosial yang terjadi
dengan cara menjatuhkan dengan disertai tindakan kekerasan mapun acaman.
2. Sri Sudarmi (2009), Pengertian pertikaian adalah terjadinya perselisihan dengan sifat
terbuka dengan diseratai kekerasan dan ancaman guna memenuhi kebutuhan serta
keinginan yang didapatkan.
3. Mahmud, Pertikaian adalah adanya ketegangan yang terjadi antara individu dan
kelompok dengan langkah menentang yang disertai dengan ancaman mapun kekerasan.
b) Jenis Pertikaian
1. Pertikaian Individu
Pertikaian ini dilakukan secara individu yang berarti di dasar pada masalah pribadi,
dalam ruang lingkup kecil yang sehingga pertikaian seperti ini jarang terjadi, dan
tentusaja terjadinya pertikaian lebih dekat masalah-masalah keluarga yang
menyebabkan disorganisasi keluarga.
Adapun untuk contoh adanya pertikaian individu misalnya saja antara adik dan kakak
dalam satu anggota keluarga berebut untuk mempergunakan mobil. Dimana pada saat
terjadi perebutan tersebut adik maupun kakaknya saling memukul yang menyebabkan
orangtuanya menjadi marah sekaligus menengahi.
2. Pertikaian Kelompok
Misalnya saja kasus mengenai adanya persaingan yang sangat tajam antara anak-anak
geng motor satu dengan anak-anak geng motor lainnya, dalam hal ini pertiakian terjadi
atas landasan untuk mendapat eksistensi lebih di dalam masyarakat.
Pengakuan secara berlebihan dan keinginan untuk menang dari pihak lain secara
langsung dapat menimbulkan pertikaian antar geng motor. Fenomena sosial ini acapakali
kita temui dan mudah untuk ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Faktor Penyebab Pertikaian
Bisanya teradinya pertikaian karena ada beberapa faktor yang menjadi pendorong, antara
lain :
1. Adanya perbedaan kepentingan, pendapat, maupun tujuan yang tidak disertain dengan
sikap penghormatan atas perbedaan yang ada.
2. Terjadinya bentuk perubahan sosial secara cepat karena pergeseran nilai
sosial dan norma sosial yang tidak diterima kelompok atau inidvidu lainnya. Oleh
karena itulah kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif dibandingkan dengan
dampak postif yang didapatkanya.
3. Terdapatnya perbedaan dalam sifat kebudayaan yang tidak disertai dengan adanya arti
tolerasi sehingga pada akhirnya mengarah pada disintegrasi antarindividu ataupun
kelompok
d) Dampak Pertikaian
Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama
dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya istilah konflik sosial
mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari
konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.
Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan
pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber
pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.
Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial
yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
dikehidupan.3 Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
Dalam pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses sosial yang berlangsung
dengan melibatkan orang-orang atau kelompokkelompok yang saling menantang dengan
ancaman kekerasan.
Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang
langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik
itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untk menundukkan pesaingnya.
Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok
dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik,
sosial dan budaya) yang relatif terbatas.6
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah
percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan
tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman
kekerasan.
b) Bentuk-Bentuk Konflik
Berdasarkan Dampaknya
1. Konstruktif : perbedaan pendapat dan cara berpikir menimbulkan dampak positif
bagi semua pihak atau bersifat membangun menuju yang terbaik.
2. Destruktif : bersifat merusak atau menghancurkan. Ciri-cirinya terjadi kekerasan,
terjadi kerusakan dan kerugian, serta menmbulkan keresahan masyarakat. Contoh:
tawuran, bentrok dan konflik antar suku.
Berdasarkan Cakupannya
1. Vertikal : konflik yg terjadi antara pihak yg memiliki derajatkedudukan berbeda
dlm struktur masyarakat. Contoh : demo hari buruh. Penyebab: diskriminasi,
persepsi negative, ketidakpuasan terhadap kebijakan.
2. Horizontal : konflik antarindividu atau kelompok yg memiliki kedudukan sejajar.
Contoh: konflik antar suku, antar pelajar, dll. Penyebab : kecemburuan sosial,
adanya provokator, etnosentrisme, dll.
Berdasarkan Skala Wilayah
1. Lokal : konflik antarindividu atau kelompok dlm lingkup relative sempit, spt satu
desa, kota, kecamatan dll. Penyebab : konflik individu/kelompok dlm politik,
ekonomi, sosial, budaya, atau ideologi.
2. Nasional : konflik yang terjadi dalam satu Negara dan melibatkan masa yang
lebih luas dari konflik lokal. Penyebab : perbedaan agama, suku, ras, dan bisa jg
krn lanjutan dari konflik lokal.
3. Internasional : konflik antar dua Negara atau lebih karena perbedaan tujuan dan
kepentingan. Contoh : perang dunia, invasi Negara lain. Dll.
Berdasarkan subjeknya
1. Intrapersonal : konflik pada diri seseorang dengan dirinya sendiri atau konflik
batin yg biasanya karena hrs menentukan pilihan.
2. Interpersonal : konflik yg terjadi antara seseorang dgn orang lain. Contoh :
konflik antara kakak dan adik dll.
3. Individu dan Kelompok : konflik yg terjadi antara sesorang dengan suatu
kelompok. Contoh : konflik antara seorang pendatang dan masyarakat asli daerah
setempat. Antarkelompok: konflik yg tjd antara kelompok satu dgn kelompok yg
lain. Contoh: tawuran antar supporter, antar suku, dll.
C. Kekerasan
a) Pengertian
“violence”: kekuasaan atau berkuasa. “vis”: kekuatan dan “Latus”: membawa.
Menurut kamus sosiologi : suatu ekspresi baik fisik maupun verbal yg dilakukan individu
atau kelompok berupa agresi dan penyerangan pd kebebasan atau martabat.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal (yang bersifat,berciri) keras,
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Adapun beberapa ahli mendefinisikan arti kekerasan menurut para ahli, antara lain sebagai
berikut;
1. Tomb, Pengertian kekerasan merupakan tindakan yang sulit untuk diprediksi. Orang
yang memeiliki resiko paling tinggi melakukan tindak kekerasan adalah pria berusia 15
sampai dengan 25 tahun, orang kulit hitam, orang kota, subgroup, dengan budaya
kekerasan, orang yang suka meminum minuman keras.
2. Audi, Definisi kekerasan merupakan serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap
seseorang maupun binatang atau tindkan penghancuran, perusakan, kejam, keras, atau
secara potensial dapat merebut milik orang lain dengan paksa.
b) Bentuk-Bentuk Kekerasan
Berdasarkan caranya
1. Langsung : tindakan menyerang fisik/psikolosig melalui kontak langsung.
Contoh: pembunuhan, penganiayaan, ancaman, dll.
2. Tidak langsung : kekerasan yg dilakukan kpd orang lain menggunakan
perantara/media tertentu.
Berdasarkan subjeknya
1. Individual : kekerasan yg dilakukan scr langsung maupun tdk langsung oleh
seorang kepada sesorang lain.
2. Kolektif : kekerasan yang dilakukan oleh kelompok satu thd individu/kelompok
lainnya.
Berdasarkan bentuknya
1. Fisik : kekerasan yg melibatkan sentuhan fisik antara pelaku dan korban.
Mengakibatkan adanya luka fisik, cacat, bahkan meninggal dunia.
2. Nonfisik : kekerasan yg tdk dpt dilihat karena dilakukan tanpa adanya sentuhan
fisik antara pelaku dan korban. Berbentuk serangan psikis (kekerasan yg
menjadikan jiwa dan mental seseorang sbg sasaran biasanya melalui bullying,
ancaman, fitnah.dll.) atau verbal (kekerasan lisan dengan kata-kata seperti gosip,
menghina dll.)
3. Struktural : kekerasan yg terjadi tdk langsung krn telah terbentuk dalam suatu
system sosial tertentu. Bisa juga dilakukan melalui kebijakan,hokum, ekonomi,
dll. Akibatnya, ketidakadilan, terbatasnya akses sumber daya, rasa tdk aman krn
tekanan, kebijakan yg menindas dll.
4. Kultural : kekerasan yg disebabkan oleh budaya suatu masyarakat. Contoh: adat
yg memperbolehkan untuk melakukan kekerasan.
2.2 Sikap Pemicu Konflik Dalam Masyarakat Majemuk
Konflik sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “configure” yang memiliki arti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik berarti sebagai sebuah proses sosial yang terjadi diantara
dua orang atau bahkan lebih (bisa juga dalam bentuk kelompok). Pada umumnya, konflik dikenal
sebagai suatu bentuk pertentangan atau perbedaan ide, pendapat, faham, atau juga kepentingan
yang terjadi diantara dua pihak atau lebih.
William G. Sumner
Sumner
menurutnya setiap in groups atau kelompok primer memiliki sifat etnosentris. Sikap
padangan anggota-anggota in groups menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk
kelompoknya ialah yang terbaik, paling istimewa dan paling hebat.
Istilah primordialisme berasal dari kata Bahasa Latin “primus” yang artinya pertama dan
“ordiri” yang artinya tenunan atau ikatan. Dengan demikian, kata primordial(isme) dapat berarti
ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan hal-hal yang dibawanya sejak
lahir seperti suku bangsa, ras, klan, asal usul kedaerahan, dan agama.
b) Latar Belakang Terjadinya Primordilaisme :
Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau
perkumpulan sosial.
Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan
sosial dari ancaman luar.
Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai keagamaan dan
pandangan hidup.
Primordialisme Suku
Primordialisme suku adalah seseorang yang terikat dengan sukunya sendiri daripada suku
yang lain. Contoh: Kelompok suku Bugis yang keras, tidak mau mengalah, menganggap
kepercayaannya paling sempurna dan mau menang sendiri terhadap suku Jawa.
Primordialisme Agama
Primordialisme agama adalah seseorang yang mempercayai atau berpegang teguh pada
agamanya sendiri dan cenderung fanatik. Contoh: Sekelompok orang yang menganggap
agamanya paling benar dan unggul dari agama lain dan menyebabkan konflik karena
pemikirannya.
Primordialisme Kedaerahan
Dampak Negatif
Membentuk partai politik berdasarkan paham, ideologi, atau keterikatan pada faktor-
faktor seperti suku bangsa , agama, dan ras.
Memberikan perioritas atau perilaku istimewa kepada orang-orang yang berasal dari
daerah, suku bangsa, atau ras tetentu.
B. Etnosentrisme
a) Pengertian
Menurut Matsumoto
Menurut Daft
Menurut Sumnel
Menurut Hariyono
Menurut pendapat dari Hariyono, Etnosentrisme merupakan suatu perasaan In group dan
Out group dalam suatu dasar sikap yang dijalankan oleh seseorang.
Menurut pendapat dari Coleman dan Cressey, Etnosentrisme merupakan seseorang yang
berasal dari kelompok etnis yang cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik
dibandingkan dengan kebudayaan yang lain.
b) Faktor Penyebab Etnosentrisme
Berikut ini terdapat dua faktor penyebab terjadinya etnosentrisme, yakni sebagai berikut:
1. Budaya Politik
Budaya politik yang terdapat di dalam suatu masyarakat cenderung lebih tradisional, dan
tidak rasional. Budaya politik jenis ini subjektif dan penuh ikatan emosional dan ikatan
primordial, yang cenderung menguasai mayarakat. Masyarakat yang terlibat di dalam politik
juga sering mementingkan kepentingan mereka sendiri, mulai dari etnis, suku, agama, dan lain
sebagainya.
Dengan jumlah suku, agama, ras dan golongan yang banyak di Indonesia, menyebabkan
beragam persoalan sosial dan juga konflik dapat muncul dengan lebih mudah. Setiap suku,
agama, ras, golongan akan berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dan menguasai kelompok
lainnya.
Prasangka sosial : merupakan sikap negatif yang diarahkan pada seseorang, atas
perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
Stereotip : adalah suatu keyakinan seseorang pada orang lain, karena dipengaruhi
oleh adanya pengetahuan dan pengalaman.
Jarak sosial : aspek lainnya prasangka sosial yang menunjukkan tingkat penerimaan
dari seseorang, pada orang lain di dalam hubungan yang terjadi diantara mereka
d) Dampak Etnosentrisme
Di sepanjang sejarah bangsa Indonesia, kekerasan dan konflik memang kerap terjadi,
bahkan di beberapa tempat membentuk lapisan-lapisan kekerasan yang bahkan tumpang tindih
antara satu periode dengan periode yang lain. Oleh karena itu, praktik resolusi konflik penting
diterapkan di Indonesia. Apalagi, dimensi konflik di Indonesia sangat beragam. Dalam sejarah,
Indonesia pernah mengalami konflik bernuansa agama, etnis, pertikaian antarkelompok, hingga
negara vs masyarakat.
Resolusi Konflik, merupakan suatu bentuk usaha untuk menangani sebab-sebab konflik
dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-
kelompok yang bermusuhan. Pada hakikatnya resolusi konflik pun dipandang sebagai upaya
penanganan sebab-sebab konflik dan penyelesaian konflik dengan menciptakan hubungan baru
yang bisa bertahan lama dan positif di antara kelompok-kelompok atau pihak-pihak yang
bermusuhan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konflik, pertikaian dan kekerasan merupakan konsekuensi sebagai masyarakat majemuk.
2. Sikap pemicu konflik dalam masyarakat majemuk diantaranya : adanya perbedaan
individu, perbedaan latar belakangan, perbedaan kepentingan individu dan kelompok
serta perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
3. Primodialisme dan Etnosentrisme terjadi dikarenakan adanya berbagai macam perbedaan
didalam masyarakat.
4. Resolusi konflik dipandang sebagai upaya penanganan sebab-sebab konflik dan
penyelesaian konflik dengan menciptakan hubungan baru yang bisa bertahan lama dan
positif di antara kelompok-kelompok atau pihak-pihak yang mengalami pertikaian.
DAFTAR PUSTAKA
https://simposiumjai.ui.ac.id/wp-content/uploads/20/2020/03/Pleno5-Parsudi-Suparlan.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1182/6/098400219_file6.pdf
https://pakdosen.co.id/etnosentrisme-adalah/
https://dosensosiologi.com/pengertian-pertikaian-bentuk-dan-contohnya-lengkap/
http://digilib.uinsby.ac.id/314/5/Bab%202.pdf
http://blog.unnes.ac.id/najib23/materi-sosiologi-sma-kelas-xi-konflik-kekerasan-dan-upaya-
penyelesaiannya/
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-primordialisme/
https://tutorialbahasainggris.co.id/etnosentrisme-pengertian-dampak-faktor-penyebab-dan-
contohnya-lengkap/
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/penyebab-konflik-dalam-masyarakat-11312/
https://tirto.id/macam-macam-resolusi-konflik-menurut-para-ahli-dan-bentuknya-gbn1
https://www.neliti.com/publications/97408/manajemen-dan-resolusi-konflik-dalam-masyarakat