Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Upaya penyelenggaraan

pemerintahan

tercermin

dalam berbagai bidang yang diwujudkan dengan good and


clean government sebagai perjalanan roda pemerintahan.
Salah

satu

wujud

kontrol

administrasi

publik

dalam

melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi dan


kewenangannya dalam penyelenggaraan good and clean
government tersebut yaitu peran etika administrasi publik.
Saat ini, banyak kasus yang terjadi dalam
pemerintahan

Indonesia

yang

mengindikasikan

terabaikannya norma dan etika pemerintahan pejabat


publik.

Sehingga

menunjukkan

masalah

kurangnya

etika

administrasi

perhatian

dalam

publik
praktek

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.


Masalah etika mengenai tindakan administrasi publik
yang menyimpang (mal administrasi) sering terjadi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Padahal etika sebagai
salah satu unsur yang memiliki peran penting dalam
menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan

dan

merupakan

pedoman

untuk

menentukan sikap, perilaku dalam menentukan baik atau


buruknya suatu kebijakan yang diambil.
Peran etika administrasi publik kurang adanya wujud
yang jelas terutama pelaksanaannya di Indonesia yang

masih jauh dari apa yang diharapkan untuk mencapai good


and clean government karena sulit untuk dicapai. Oleh
karena itu, kami melakukan penelitian mengenai Peran
Etika Administrasi Publik Dalam Mewujudkan Good
And Clean Government.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas,

maka

kami

dapat

mengidentifikasi adanya masalah, yaitu:


Bagaimana peran etika adminitrasi publik dalam

mewujudkan good and clean government?


Bagaimana penerapan etika administrasi

publik

dalam pelaksanaan good and clean government di


Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, tujuan
penelitian ini yaitu:

Mengetahui peran etika administrasi publik


Memahami bahwa etika administrasi publik adalah
bagian yang berkenaan dalam mewujudkan good and

clean government
Mengidentifikasi bagaimana peran etika administrasi
publik

dalam

mewujudkan

good

and

government dan penerapannya di Indonesia


Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini mengarah kepada
aspek berikut:

clean

1. Akademis
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

pengetahuan dan pemahaman bagi civitas akademik


mengenai bagaimana peran etika administrasi publik
dalam mewujudkan good and clean government sehingga
dapat menjadi suatu pembelajaran.
2. Praktis
Secara
memberikan

praktis,
masukan

penyelenggara
administrasi

penelitian ini bermanfaat untuk


dalam

pemerintah

publik

hal

ini

tentang

memiliki

peran

kepada

pihak

bagaimana

etika

penting

dalam

mewujudkan good and clean government sehingga dapat


memperbaiki atau meningkatkan kinerja pemerintah.
1.4 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode

dalam

penelitian

ini

adalah

penelitian

deskriptif dengan menganalisis bagaimana peran etika


administrasi publik dalam mewujudkan good and clean
governmnet dan penerapnnya di Indonesia.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah studi kepustakaan (library research),
yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui buku,
jurnal maupun internet. Dengan demikian, bentuk hasil

penelitian yang disajikan bersifat deskriptif, analitis, dan


informatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori-teori
2.1.1 Etika Administrasi
Menurut Bertens dalam (Pasolong, 2007:190)
Etika adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah etika selalu
berhubungan dengan kebiasaan atau watak manusia, baik kebiasaan atau
watak yang baik maupun kebiasaan atau watak buruk. Watak baik yang
termanifestasikan dalam kelakuan baik, sering dikatakan sepatutnya.
Sedangkan watak buruk yang termanifestasikan dalam kelakuan buruk,
sering

dikatakan

sebagai

sesuatu

yang

tidak

patut

atau

tidak

sepatutnya.
Menurut Bertens dalam (Pasolong, 2007 :193)
Etika administrasi publik diartikan sebagai filsafat dan profesional standar
(kode etik) atau right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang

sehatursnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau administrasi


publik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika administrasi publik adalah
aturan atau standar pengelolaan, arahan moral bagi anggota organisasi atau
pekerjaan manajemen, aturan atau standar pengelolaan yang merupakan
arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat.
Pentingnya etika administrasi publik tersebut adalah sebagai berikut
(Henry, 1995: 400). Adalah sebagai berikut:
1. Public interest atau kepentingan publik yang harus dipenuhi oleh
pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki tanggung jawab. Dalam
memberikan pelayanan ini pemerintah diharapkan secara profesional
melaksanakannya, dan harus mengambil keputusan politik secara tepat
mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak, di mana, kapan, dan
sebagainya.
2. Lingkungan di dalam birokrasi yang memberikan pelayanan itu sendiri.
3. Karakteristik masyarakat publik yang terkadang begitu variatif sehingga
membutuhkan perlakuan khusus. Mempekerjakan pegawai negeri dengan
menggunakan prinsip kesesuaian antara orang dengan pekerjaannya
merupakan prinsip yang perlu dipertanyakan secara etis, karena prinsip
itu akan menghasilkan ketidakadilan, di mana calon yang dipekerjakan
hanya berasal dari daerah tertentu yang relatif lebih maju.
4. Peluang untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika yang
berlaku dalam pemberian pelayanan publik. Pelayanan publik tidak
sesederhana sebagaimana dibayangkan, atau begitu kompleksitas sifatnya
baik berkenaan dengan cara terbaik pemberian pelayanan publik itu
sendiri. Kompleksitas dan ketiakmenentuan ini mendorong pemberi

pelayanan

publik

mengambil

langkah-langkah

profesional

yang

didasarkan kepada keleluasaan bertindak (discretion). Dan keleluasaan


inilah yang sering menjerumuskan pemberi pelayanan publik atau
aparat pemerintah untuk bertindak tidak sesuai dengan kode etik atau
tuntunan perilaku yang ada.
2.1.2 Good and Clean Governance
Etika yang dimiliki oleh para administrator tentunya mempengaruhi
kinerja pemerintah dalam mewujudkan good and clean governance.
Menurut Taylor dalam (saiful mujani, 2001).
Good governance adalah pemerintahaan yang demokratis seperti yang
dipraktikan dalam Negara-negara demokrasi maju di Eropa Barat dan
Amerika misalnya
Menurut Prasetijo, 2009
Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan berwibawa
Prinsip-prinsip good governance Lembaga Administrasi Negara (LAN)
telah menyimpulkan 9 aspek fundamental dalan perwujudan good
governance, yaitu:
Partisipasi (Participation)
Penegakan hukum (Rule of law)
Tranparansi (Tranparency)
Responsive (Responsiveness)
Orientasi kesepakatan (Consensun Orientation)
Keadilan (Equity)
Efektifitas (Effectiveness) dan Efesiensi (Efficiency)
Akuntabilitas (accountability)
Visi strategi (Strategic Vision)

2.1.3 Maladministrasi
Menurut UU No. 37 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 Angka 3
Maladministrasi adalah

perilaku

atau

perbuatan

melawan

hukum,

melampui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang

menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian


kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan
oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian
materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat dan orang perseorangan
Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang melakukan Maladministrasi
dilaporkan kepada Ombudsman.
Menurut UU No. 37 Tahun 2008
Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman
adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan
oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan
Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
Ombudsman bertugas:
a. Menerima

Laporan

atas

dugaan

Maladministrasi

dalam

penyelenggaraan pelayanan publik;


b. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman;
d. Melakukan investigasi atas

prakarsa

sendiri

terhadap

Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

dugaan

e. Memelakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau


lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan;
f. Membangun jaringan kerja;
g. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik; dan
h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
2.2

Kerangka Pemikiran
Pada saat ini di Indonesia masih banyak terjadi maladministrasi
yaitu perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampui wewenang,
menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Maladministrasi ini tentu saja
sangat menghambat dan mengganggu pemerintahan dalam mewujudkan
good and clean governance.
Maka dari itu untuk mengurangi dan mencegah maladministrasi
diperlukan penerapan etika yang baik bagi seorang administrator, etika
yang dimiliki oleh para administrator tentunya mempengaruhi kinerja
pemerintah dalam mewujudkan good and clean governance. Pengertian
good governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata,
tetapi

menyangkut

semua

lembaga

baik

pemerintah

maupun

nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan istilah good


corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih adalah model
pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung
jawab.
Etika mempunyai peran yang sangat strategis karena etika dapat
menentukan keberhasilan atau pun kegagalan dalam tujuan organisasi,

struktur organisasi, serta manajemen publik. Etika berhubungan dengan


bagaimana

sebuah

tingkah

laku

manusia

sehngga

bisa

dipertanggungjawabkan. Dalam melaksanakan tugas tugas yang ada di


dalam administrasi publik, maka seorang administator harus mempunyai
tanggung jawab kepada publik. Dalam perwujudan tanggung jawab inilah
etika tidak boleh di tinggalkan dan memang harus digunakan sebagai
pedoman bertingkah laku.
Indikator pemerintah yang baik adalah jika produk dan
memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat
meningkat baik dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman,
tenang dan bahagia serta sense of nastionality yang baik. Sesuai dengan
pengertian diatas, maka pemerintah yang baik yaitu pemerintah yang baik
dalam ukuran proses maupun hasil-hasilnya.
Prinsip-prinsip good governance Lembaga Administrasi Negara (LAN)
telah menyimpulkan 9 aspek fundamental dalan perwujudan good
governance, yaitu:
Partisipasi (Participation), Untuk mewujudkan cita good governance dalam
konteks memperbesar partisipasi masyarakat pemerintah harus
memberikan pelayanan yang baik, memiliki perhatian yang humanis
terhadap client-nya, sehingga mereka memiliki legitimasi dari
masyarakat.
Penegakan Hukum (Rule of Law), Sehubungan dengan itu, Santosa (2001, h. 87)
menegaskan, bahwa proses mewujudkan cita good governance, harus

diimbangi dengan komitmen untuk menegakan rule of law, dengan


karakter-karakter antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Supremasi hukum (the supremacy of law)
b. Kepastian hukum (legal certainty)
c. Hukum yang responsif
d. Penegakan hukm yang konsisten dan non-diskriminatif
e. Independensi peradilan
Transparansi (Tranparency), Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa sesuai dengan cita good governance, seluruh mekanisme
pengelolaan Negara harus dilakukan secara terbuka. Akibat dari tidak
adanya prinsip trnsparansi Terjebak kedalam lubang korupsi yang
berkepanjangan dan parah. Menurut Syed Husein ada 7 ( tujuh )
macam korupsi yang bisa dikembangkan dan dilakukan birokrasi di
Indonesia, yaitu:
1. Transctive corruptin
2. Exortive corruptin
3. Investive corruptin
4. Nepotistive corruptin
5. Defensive corruptin
6. Autogenic corruptin
7. Supportive corruptin
Gaffer menyimpulkan setidaknya ada 8 aspek pengelolaan Negara
yang harus dalakukan secara transparan, yaitu : Penetapan posisi,
jabatan atau kedudukan Kekayaan pejabat publik Pemberian
penghargaan Penetapan kebijakan yan terkait dengan pencerahan
kehidupan Kesehatan Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan
publik Keamanan dannn ketertiban

Kebijakan strategis untuk

pencerahan kehidupan masyarakat


4. Responsive (Responsiveness), Salah satu asas fundamental menuju
cita good governance adalah reponsif, yakni pemerintah harus peka

dan cepat tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Terkait


dengan asas responsif ini, pemerintah harus terus merumuskan
kebijakan-kebijakan

pembangunan

sosial

dalam

karakteristik

kulturalnya.
5. Orientasi kesepakatan (Consensun Orientation), Asas fundamental
lain

yang

juga

harus

menjadi

perhatian

pemerintah

dalam

melaksanakan tugas-tugasnya pemerintahannya menuju cita good


governance adalah pengambilan keputusan secara konsesus, yakni
pengambilan keputusan melalui proses musyawarah dan semaksimal
mungkin berdasarkan kesepakatan bersama. Cara pengambilan
keputusan tersebut selain dapat memuaskan semua pihak atau
sebagian besar pihak juga dapat menarik komitmen komponen
masyarakat sehingga memiliki legitimasi untuk melahirkan coercive
power (kekuatan memaksa) dalam upaya efektifitas pelaksanaan
keputusan.
6. Kesetaraan dan Keadilan (Equity), Terkait dengan asas konsensus,
transparansi dan responsif, good governance juga harus didukung
dengan asas equity, yakni kesamaan dalam perlakuan (treatment) dan
pelayanan. Asas ini dikembangkan berdasarkan pada sebuah
kenyataan bahwa bangsa Indonesia tergolong bangsa yang plural, baik
dilihat dari segi etnik, agama dan budaya. Dan sebagai bangsa yang
beradab dan terus berupaya menuju cita good governance maka proses
pengelolaan pemerintahaan harus memberikan peluang, pelayanan dan
treatment yang sama dalam koridor keadilan dan kejujuran, tanpa
mengurangi hak-hak individu ataupun masyarakat.

7. Efektifitas (Effectiveness) dan Efesiensi (Efficiency), Selain harus


memperhatikan beragam kepentingan dari berbagai lapisan yang telah
ditekankan dalam asas equity, pemerintah yang baik juga harus
memperhatikan asas efektifitas dan efisiensi, yakni berdayaguna dan
berhasilguna. Agar pemerintah itu efektif dan efisien, maka
pemerintahan harus mampu membuat perencanaan-perencanaan sesuai
dengan kebutuhan nyata masyarakat. Citra itulah yang akan menjadi
tuntutan dalam upaya mewujudkan cita good governance.
8. Akuntabilitas (accountability), Asas akuntabilitas berarti pertanggung
jawaban publik terhadap masyarakat yang memberinya delegasi dan
kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan kepentingan
mereka. Secara teoritis akuntabilitas menyangkut dua dimensi, yakni
akuntabilitas vertikal dan horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah
menyangkut hubungan antara pemegang kekuasaan dengan rakyatnya,
antara

pemerintah

dan

warganya.

Akuntabilitas horizontal yaitu pertanggung jawaban pemegang jabatan


publik pada lembaga yang setara, seperti gubernur dengan DPRD
tingkst I.
9. Visi strategi (Strategic Vision), Visi strategis adalah pandanganpandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang.
Dari penjelasan di atas telah meemberikan indikasi bahwa etika
seorang administrator sangat mempengaruhi dalam mewujudkan good
and clean governance.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam kerangka
pemikiran sebagai berikut:

3.3

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan di atas penulis
merumuskan hipotesis penelitian untuk dikaji kebenarannya, yaitu:
H : Etika seorang Administrator sangat mempengaruhi dalam mewujudkan
Good and Clean Governance.

DAFTAR PUSTAKA
Henry,S. 1995. Kinerja dalam Organisasi. Yogyakarta:Kanisius.
Keban, Yeremias. T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,
Teori, dan Isu. Yogyakarta. Gava Media.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
http://ahmadbarokah05.blogspot.co.id/2012/10/prinsip-prinsip-pokok-good-andclean.html
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008
TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai