Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN PELAYANAN SEKTOR PUBLIK


DOSEN : Dr. Kristina Setyowati, M.Si

Penulis : Danta Mahendra, S.IP

PENERAPAN PARADIGMA NEW PUBLIC SERVICE DALAM


PELAYANAN PERIZINAN PEMERINTAH KEPADA
PELAKU USAHA DAN MASYARAKAT

Memahami teori administrasi negara secara paradigmatik, tulisan Janet V. Denhardt dan
Robert B. Denhardt yang berjudul The New Public Service: Serving, not Steering dapat
digunakan untuk mengetahui perkembangan paradigma administrasi negara klasik
sampai administrasi negara kontemporer. Tulisan tersebut diterbitkan pertama kali dalam
bentuk buku pada tahun 2003 di New York. Sejak kemunculannya buku ini mendapat
respon yang positif dari kalangan cendikiawan administrasi negara karena dianggap
mampu memberikan perspektif alternatif dalam memandang administrasi negara. Dari
buku inilah konsep New Public Service mulai dikenal.

Buku ini diawali dengan kalimat “ Government shouldn’t be run like a business ;it should
be run like a democracy”. Pemerintahan (administrasi negara) tidak seharusnya
digerakkan seperti bisnis. Menjalankan pemerintahan sama dengan menggerakkan
tatanan demokrasi. Perdebatan tentang acuan nilai administrasi Negara atau adminisrasi
publik, apakah berorientasi pada nilai-nilai ekonomi (efisiensi dan efektivitas) ataukah
nilai-nilai politik (keadilan, demokrasi, penghargaan HAM dan sebagainya) telah menjadi
isu klasik dalam studi administrasi publik. Perdebatan ini telah dimulai sejak awal lahirnya
ilmu administrasi publik yang dibidani oleh lahirnya tulisan Woodrow Wilson pada tahun
1887 dengan judul “The Study of Administration”.

Adapun menurut Denhardt dan Denhardt mengapa paradigma lama seperti NPM bisa
gagal dalam mengatasi masalah publik karena dalam pandangan NPM, organisasi
pemerintah diibaratkan sebagai sebuah kapal. Menurut Osborne dan Gaebler, peran
pemerintah di atas kapal tersebut hanya sebagai nahkoda yang mengarahkan (steer)
lajunya kapal bukan mengayuh (row) kapal tersebut. Urusan kayuh-mengayuh
diserahkan kepada organisasi di luar pemerintah, yaitu organisasi privat dan organisasi
masyarakat sipil sehingga mereduksi fungsi domestikasi pemerintah. Tugas pemerintah
yang hanya sebagai pengarah memberikan pemerintah energi ekstra untuk mengurus
persoalan-persoalan domestik dan internasional yang lebih strategis, misalnya
persoalan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan luar negeri.
Paradigma steering rather than rowing ala NPM dikritik oleh Denhardt dan Denhardt
sebagai paradigma yang melupakan siapa sebenarnya pemilik kapal (who owned the
boat). Seharusnya pemerintah memfokuskan usahanya untuk melayani dan
memberdayakan warga negara karena merekalah pemilik “kapal” (organisasi
pemerintah) tersebut.

New Public Service (NPS) merupakan paradigma baru dalam sistem pemerintahan yang
ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah publik yang banyak dihadapi masyarakat.
Paradigma New Public Service ini berakar pada teori demokrasi kewarganegaraan yaitu
menekankan pada pentingnya pelibatan warga negara dalam pengambilan kebijakan
dan pentingnya deliberasi untuk membangun solidaritas dan komitmen guna
menghindari konflik. New Public Service juga berakar pada teori organisasi humanis dan
administrasi negara baru yang menjadikan administrasi negara harus fokus pada
organisasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan respon
terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya. Hal demikian tentu
akan menjadikan persamaan hak bagi setiap warga negara meskipun memiliki status
sosial yang berbeda. Peran pemerintah yang paling utama dalam New Public Service ini
yaitu melayani masyarakat dan memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat itu sendiri dengan catatan masih
sejalan dengan undang-undang yang berlaku. Pemerintah harus fokus dalam
melaksanakan tugasnya tersebut serta harus dapat juga memberdayakan manusia
sehingga dapat berdaya guna dalam pembangunan bangsa dan negara. Adapun
karakteristik-karakteristik yang lain seperti akuntabilitas yang bersifat multi aspek yaitu
akuntabilitas hukum, nilai-nilai, komunitas, norma politik, standar profesional serta
mengenai struktur organisasi.

Penerapan New Public Service dalam konteks pelayanan perizinan diaplikasikan


kedalam bentuk perizinan secara online yang dapat diakses dimana saja, kapan saja
tanpa harus tatap langsung dengan pegawai K/L atau Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di daerah. Online Single Submission (OSS)
ramai dibicarakan setelah keluarnya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 pada
bulan September 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Usaha. Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) adalah Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik
yang terintegrasi. Kebijakan ini diambil pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan
perekonomian nasional melalui pertumbuhan dunia usaha yang selama ini mengeluhkan
panjangnya waktu dan rantai birokrasi yang harus dilewati untuk memulai suatu usaha.

OSS akan terintegrasi dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum


Kementerian Hukum dan HAM, serta Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
untuk mengeluarkan konfirmasi badan usaha dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pelaku usaha hanya perlu memawa Akta Perusahaan dan mengisi formulir pada saat
pendaftaran NIB di PTSP. Selain memberikan transparansi, OSS juga memberikan
layanan pemantauan jalannya proses izin sehingga pemohon dengan mudah dapat
melihat dimana proses izinnya terhenti sehingga bisa diketahui dengan segera
permasalahan dan solusinya tanpa harus bertatap muka dengan pegawai K/L atau Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di daerah. Bahkan
OSS ini juga direncanakan bukan hanya sebagai sarana informasi tetapi juga untuk
pengaduan dan keluhan. Berbagai kajian dan seminar sudah diselenggarakan oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), lebih-lebih setelah Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 yang
menginstruksikan kepada dua puluh empat Menteri, Kepala Lembaga Non Departemen
dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif. Perjalanan One Stop Service pun
kemudian terseok-seok penuh tantangan. Mulai dari peraturan menteri yang tidak
sinkron dengan peraturan presiden hingga keengganan pemda untuk melaksanakannya
yang tidak diiringi sanksi tegas oleh pemerintah.

Berbeda dengan perizinan sebelumnya dimana persyaratan harus dipenuhi terlebih


dahulu sebelum dikeluarkan, izin usaha langsung dikeluarkan oleh OSS. Namun, setelah
izin dikeluarkan ada komitmen yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Komitmen ini
harus dipenuhi dalam tenggat waktu yang berbeda tergantung izin yang diajukan. Jika
komitmen belum dipenuhi setelah tenggat waktu berakhir, maka izin yang sudah
dikeluarkan akan secara otomatis dibatalkan oleh sistem. Menggunakan sistem yang
terintegrasi tentunya memerlukan semua data untuk ikut terintegrasi. Karenanya, sangat
penting bagi pelaku usaha untuk memastikan bahwa data pribadi yang terdaftar baik di
sistem Dukcapil (Pencatatan Sipil), dan juga laporan terkait kewajiban membayar pajak
sudah selesai dan sudah sesuai. Data yang tidak sesuai akan membuat penggunaan
sistem OSS menjadi tidak berjalan. OSS digunakan dalam pengurusan izin berusaha
oleh pelaku usaha dengan karakteristik sebagai berikut: Berbentuk badan usaha maupun
perorangan; Usaha mikro, kecil, menengah maupun besar; Usaha perorangan/badan
usaha baik yang baru maupun yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS. Usaha
dengan modal yang seluruhnya berasal dari dalam negeri, maupun terdapat komposisi
modal asing.

Manfaat menggunakan OSS


1. Mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha baik prasyarat untuk
melakukan usaha (izin terkait lokasi, lingkungan, dan bangunan), izin usaha,
maupun izin operasional untuk kegiatan operasional usaha di tingkat pusat
ataupun daerah dengan mekanisme pemenuhan komitmen persyaratan izin
2. Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stakeholder dan
memperoleh izin secara aman, cepat dan real time
3. Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan
masalah perizinan dalam satu tempat
4. Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam satu identitas
berusaha (NIB)

Prasyarat sebelum mengakses OSS


1. Memiliki NIK dan menginputnya dalam proses pembuatan user-ID. Khusus untuk
pelaku usaha berbentuk badan usaha, Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang
dibutuhkan adalah NIK Penanggung Jawab Badan Usaha.
2. Pelaku usaha badan usaha berbentuk PT, badan usaha yang didirikan oleh
yayasan, koperasi, CV, firma, dan persekutuan perdata menyelesaikan proses
pengesahan badan usaha di Kementerian Hukum dan HAM melalui AHU Online,
sebelum mengakses OSS.
3. Pelaku usaha badan usaha berbentuk perum, perumda, badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara, badan layanan umum atau lembaga penyiaran
menyiapkan dasar hukum pembentukan badan usaha.

Prosedur Menggunakan OSS


1. Membuat user-ID
2. Log-in ke sistem OSS dengan menggunakan user-ID
3. Mengisi data untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB)
4. Untuk usaha baru: melakukan proses untuk memperoleh izin dasar, izin usaha
dan/atau izin komersial atau operasional, berikut dengan komitmennya. Untuk
usaha yang telah berdiri: melanjutkan proses untuk memperoleh izin berusaha
(izin usaha dan/atau komersial) baru yang belum dimiliki, memperpanjang izin
berusaha yang sudah ada, mengembangkan usaha, mengubah dan/memperbarui
data perusahaan.

Pembuatan dan Aktivasi Akun OSS


 Badan Usaha: melakukan pendaftaran di sistem OSS dengan memasukan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) Penanggung Jawab Badan Usaha atau Direktur
Utama dan beberapa informasi lainnya pada Form Registrasi yang tersedia.
Sistem OSS akan mengirimkan 2 (dua) email ke Badan Usaha untuk registrasi
dan verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi user-ID dan password sementara
yang bisa digunakan untuk log-in sistem OSS.
 Perorangan: Pelaku usaha perorangan mengakses OSS dengan menginput
Nomor Identitas Kependudukan (NIK) dan beberapa informasi lainnya pada Form
Registrasi yang tersedia. Sistem OSS akan mengirimkan 2 (dua) email ke Pelaku
usaha perorangan untuk registrasi dan verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi
user-ID dan password sementara yang bisa digunakan untuk log-in sistem OSS.

Mendapatkan NIB dan Dokumen Pendaftaran Lainnya


Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB wajib dimiliki pelaku
usaha yang ingin mengurus perizinan berusaha melalui OSS, baik usaha baru maupun
usaha yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS.

NIB sekaligus berlaku sebagai:


 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
 Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan impor
 Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor dan/atau
impor

Pelaku usaha dapat memperoleh dokumen Pendaftaran Lainnya saat pendaftaran NIB,
yaitu:
 NPWP Badan atau Perorangan, jika pelaku usaha belum memiliki.
 Surat Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
 Bukti Pendaftaran Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.
 Notifikasi kelayakan untuk memperoleh fasilitas fiskal dan/atau
 Izin Usaha, misalnya untuk Izin Usaha di sektor Perdagangan (Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP)).

Langkah-langkah untuk memperoleh NIB


 Log-in pada sistem OSS
 Mengisi data-data yang diperlukan, seperti: data perusahaan, pemegang saham,
kepemilikan modal, nilai investasi dan rencana penggunaan tenaga kerja,
termasuk tenaga kerja asing. Jika pelaku usaha menggunakan tenaga kerja asing,
maka pelaku usaha menyetujui pernyataan penunjukan tenaga kerja pendamping
serta akan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan atau dengan output surat
pernyataan.
 Mengisi informasi bidang usaha yang sesuai dengan 5 digit Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), selain informasi KBLI 2 digit yang telah
tersedia dari AHU. Pelaku usaha juga harus memasukan informasi uraian bidang
usaha.
 Memberikan tanda checklist sebagai bukti persetujuan pernyataan mengenai
kebenaran dan keabsahan data yang dimasukkan (disclaimer).
 Mendapatkan NIB dan dokumen pendaftaran lainnya.
Setelah pendaftaran di OSS berhasil, pelaku usaha akan mendapatkan Nomor Induk
Berusaha (NIB) atau Single Identity Number (SIN) dalam waktu maksimal satu jam di
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) tingkat pusat maupun daerah sesuai wilayah
kewenangannya. NIB ini akan berlaku sebagai Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan
Angka Pengenal Importir (API). Proses pendaftaran ini bahkan dapat dilakukan via
perangkat elektonik genggam atau gadget melalui aplikasi berbasis Android/IOS.
Dengan adanya OSS, pemohon tidak lagi harus mendatangi berbagai K/L atau
organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengurus izin berlapis-lapis yang harus
diperoleh satu per satu. OSS memungkinkan pelaku usaha untuk segera memulai proses
produksinya secara simultan sembari melengkapi dokumen-dokumen teknis lainnya,
sebut saja seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin lingkungan, juga kewajiban
lain seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang semuanya diproses dengan sistem
checklist. Sementara izin-izin usaha akan keluar dengan sendirinya alias otomatis.

Sistem yang terpadu akan membangun database yang lebih akurat. Data yang akurat ini
sangat penting untuk digunakan pada kajian-kajian dalam rangka penyusunan kebijakan
publik. Data yang valid nantinya juga akan mempermudah pelaksanaan pengendalian
usaha untuk menekan penyimpangan pelaksanaan di lapangan. Keberadaan OSS
sebenarnya memaksa pelaku usaha mengikuti aturan main, mulai persyaratan izin
hingga kepatuhan pajak dan retribusi. Kemudahan yang diberikan kepada pelaku usaha
dibarengi dengan tuntutan taat kewajiban, sehingga pendapatan daerah dipastikan akan
meningkat seiring dengan menurunnya kebocoran karena sistem secara otomatis akan
menolak entry data yang tidak valid. Untuk memastikan bahwa operasional usaha
berjalan dengan benar sesuai peraturan, maka beban berat ada pada fungsi
pengawasan. Pemerintah harus memperkuat instrumen seperti satuan tugas dengan
payung hukum, dan sarana prasarana untuk bisa mendeteksi secara dini setiap
penyimpangan yang dilakukan pelaku usaha.

Kekhawatiran bahwa aplikasi elektronik tidak bisa mengakomodir karakteristik daerah


yang beragam tentu menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi pemerintah. Namun, tidak
bisa dielakkan bahwa dunia menuntut percepatan dan transparansi birokrasi, dalam hal
ini proses perizinan usaha. Tentunya tak ada gading yang tak retak. Dalam sebuah
terobosan dan perubahan, selalu terbuka kemungkinan ditemukannya persoalan baru.
Kebijakan publik selalu bersifat dinamis. Untuk itulah diperlukan monitoring dan evaluasi
yang dilanjutkan dengan kajian-kajian baru. Hal yang terpenting adalah niat para birokrat
untuk tetap bergerak maju, bukan stagnan, menunda, apalagi mundur.
KESIMPULAN
New Public Service (NPS) merupakan paradigma baru dalam sistem pemerintahan yang
ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah publik yang banyak dihadapi masyarakat.
Paradigma yang dimana menggunakan Konsep demokrasi, dimana semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah
hidup mereka. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia dan merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
beserta praktik dan prosedurnya. Fokus utama Paradigma New Public Service adalah
Citizen atau warga Negara, yang artinya memberikan pelayanan kepada setiap warga
Negara dalam pemenuhan segala kebutuhannya. Penerapan Paradigma New Public
Service sudah diaplikasikan dibeberapa bidang dalam Instansi Pemerintahan, salah
satunya pada pelayanan perizinan. Pemangkasan alur birokrasi, pemberian kepastian
hukum, pemecahan masalah secara kompleks dalam pelayanan perizinan sangat
dibutuhkan pada setiap warga negara.

Melalui Online Single Submission (OSS) pelaku usaha dan masyarakat dalam memulai
usahanya akan diberikan bentuk kepastian hukum dan kenyamanan dalam mewujudkan
iklim investasi, entah pada usaha kecil, menengah, maupun dalam skala yang besar.
Tentunya berbagai persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Model Sistem perizinan
yang sistematis seperti ini memaksa pelaku usaha dan masyarakat untuk dapat
memenuhi segala aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga terkait. Adminitrasi
kependudukan, akta perusahaan, kelengkapan pelaporan pajak akan secara otomatis
terintegrasi di dalam aplikasi ini. Pemerintah daerah memiliki peranan memberikan
komitmen peersyaratan izin dalam rangka untuk memfilter segala bentuk indikasi
permasalahan permasalahan yang ditimbulkan ketika usaha sudah berjalan. Dari mulai
aspek pengelolaan lingkungan, teknis bangunan, analisis lalu lintas, dan masalah
masalah social lainnya yang muncul di masyarakat.

Manfaat OSS yang antara lain mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha
secara aman, memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stakeholder
secara cepat dan real time, memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan
pemecahan masalah perizinan dalam satu tempat, serta memfasilitasi pelaku usaha
untuk menyimpan data perizinan dalam satu identitas berusaha (NIB). Yang manfaat
tersebut merupakan sedikit gambaran yang mengarah pada orientasi Paradigma New
Public Service. Dalam hal ini dapat disimpulkan Pemerintah Republik Indonesia dari
tahun ke tahun mulai beranjak pada pola Paradigma New Public Service, meskipun
belum semua bidang/aspek yang menerapkannya, bahkan masih menggunakan Old
Public Administration.

Anda mungkin juga menyukai