Penyusun:
Muhamad Akmal
Ahmad Dzubyan F.Y
M.Rifa Maulana
M.Faqih Vijayansyah
Tazkia Azzahra
MA AL-ISLAMIYAH PUI
JL.PANCORAN BARAT XIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Pengertian konflik..............................................................................................................3
B. Faktor Penyebab Konflik...................................................................................................3
C. Karakteristik Konflik.........................................................................................................3
D. Sifat-sifat Konflik................................................................................................................3
E. Proses Terjadinya Konflik..................................................................................................3
F. Upaya Mengatasi Konflik...................................................................................................3
G. Teori Konflik.......................................................................................................................3
H. Bentuk-bentuk Konflik.......................................................................................................3
I. Fungsi Konflik.......................................................................................................................3
BAB III PENUTUP..................................................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................................................4
B. Saran.....................................................................................................................................4
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang konflik sosial masyarakat
2. Untuk mengetahui konflik yang terjadi antara masyarakat
3. Untuk mengetahui resolusi konflik dan langkah-langkah dalam menyelesaikan konflik
BAB II
PEMBAHASAN
b. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau kelompok memiliki kepentigan yang berbeda dengan individu
atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung pada kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Dan perbedaan kepentingan pada masing-masing memungkinkan terjadinya
konflik.
c. Perbedaan Agama
Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial.
Hal ini disebabkan oleh masing-masing umat tidak pernah dipertentangkan akidah dan
keyakinan agama masing-masing. Adapun yang sering terjadi adalah konflik agama
yang merupakan muara atau dampak negatif dari konflik yang terjadi sebelumnya.
Sentimen keagamaan memang sangat rentan terhadap isu-isu yang berbau sara.
d. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak
semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang sama. Suatu hal yang
di anggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan yang di anggap baik
oleh masyarakat lain.
e. Perbedaan Etnik
Setiap etnik tertentu memiliki kepribadian yang melatar belakangi kebudayaannya.
Setiap kebudayaan memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin berbeda
dengan kebudayaan lainnya. Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi
pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnik yang satu dan etnik yang
lainnya. Ditambah dengan fenomena primordialisme daan etnosentris yang tumbuh
pada masing-masing etnik, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang
memicu terjadinya konflik sosial.
f. Perbedaan Ras
Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnik, agama, ataupun ideologi kenegaraan,
dalam kasus-kasus tertentu sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh
paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia, konflik ras terjadi akibat adanya
kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses
ekonomi yang besar dan kuat.
a. Kurt Lewin
Kurt Lewin Berikut tiga macam konflik yang dialami oleh manusia menurut Kurt
Lewin.
1) Konflik Positif-Positif
2) Konflik Negatif-Negatif
3) Konflik Positif-Negatif
b. Lewis A. Coser
Lewis A. Coser membedakan konflik berdasarkan bentuk dan terjadinya konflik.
1) Konflik Berdasarkan bentuk
a) Konflik Realistis
b) Konflik Nonrealistis
2) Konflik Berdasarkan tempat terjadinya
a) Konflik In-group
b) Konflik In-group
c. Ralf Dahrendorf
Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam yaitu
sebagai berikut.
1) Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan individu menghadapi harapan-harapan
yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3) Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan tidak terorganisasi.
4) Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau
organisasi internasional.
d. Mayor Polak
Berikut empat bentuk konflik menurut Mayor Polak.
1) Konflik Antarkelompok
2) Konflik Intern dalam kelompok
3) Konflik Antarindividu
4) Konflik Intern Individu
1) Konflik Intrapersonal
2) Konflik Interpersonal
3) Konflik Antarindividu dan kelompok
f. Simon Fisher
Berikut empat bentuk konflik sosial menurut Simon Fisher
1) Tanpa konflik
Tanpa konflik menggambarkan situasi yang relatif stabil, hubungan -hubungan antara
kelompok bisa saling memenuhi dan berlamgsung damai
2) Konflik Laten
Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak persoalan, sifat
tersembunyi, dan perlu diangkat ke permukaan agar bisa ditangani.
3) Konflik Terbuka
Konflik terbuka merupakan situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan,
berakar dalam (deep rooted), dan sangat nyata sehingga diperlukan berbagai tindakan
untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai dampaknya.
4) Konflik di permukaan
Konflik di permukaan umumnya tidak berakar dalam dan muncul hanya karena
kesalahan pemahaman mengenai hal-hal tertentu yang dapat diatasi dengan
meningkatkan komunikasi serta dialog antarpihak.
h. Soerjono Soekanto
Berikut lima bentuk khusus konflik menurut Soerjono Soekanto.
1) Konflik Pribadi
2) Konflik Rasial
3) Konflik antara Kelas-Kelas Sosial
4) Konflik Politik
5) Konflik yang Bersifat Internasioal.
i. Soetopo
Menurut soetopo, konflik dapat dibedakan berdasarkan segi materinya, yaitu sebagai
berikut.
1) Konflik Tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang
kontradiktif.
2) Konfllik Peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap
peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama.
3) Konflik Nilai
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki dalam individu
dala, organisasi tidak sama sehingga konflik dapat terjadi antarindividu,individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan organisasi.
4) Konflik Kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok
terhadap perbedaan kebijakan yang dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakan
lainnya.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diajukan berkaitan dengan hasil penelitian ini, adalah sebagai
berikut.
1. Perlu dilakukan upaya pencegahan dini konflik sosial. Pemerintah Kabupaten Bima harus
lebih tanggap dalam upaya pengelolaan konflik yang belum terjadi 61 ataupun yang sudah
terjadi. Pemerintahan di daerah harus lebih memperhatikan peluang konflik yang ada di
daerah. Pemerintah juga harus dapat memetakan daerah–daerah rawan konflik antar kampung
yang ada di Kabupaten Bima.
2. Memberdayakan kembali organisasi kemasyarakatan secara optimal seperti karang taruna
dan sebagainya agar potensi pengembangan masyarakat khususnya para pemuda dapat
berjalan terus menerus
3. Menjalin silaturahmi dan hubungan yang baik antar masyarakat khususnya para pemuda
melalui kegiatan-kegiatan yang positif seperti olahraga, kegiatan keagamaan dan lain-lain.
Hal ini dilakukan agar berkurangnya masalahmasalah sosial dan potensi terjadinya konflik.
4. Meminta ijin kepada aparat desa dan polsek setempat jika mengadakan acara hiburan atau
dangdutan, agar acara tersebut dapat dipantau dan diawasi oleh aparat desa dan polsek
setempat
DAFTAR PUSTAKA