Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONFLIK SOSIAL

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


Guru Pembimbing: Asep Hermawan, M.Pd.

Penyusun:
Muhamad Akmal
Ahmad Dzubyan F.Y
M.Rifa Maulana
M.Faqih Vijayansyah
Tazkia Azzahra

MA AL-ISLAMIYAH PUI
JL.PANCORAN BARAT XIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الر حمن الرحيم‬


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang “Konflik sosial”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambahkan pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta,7 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Pengertian konflik..............................................................................................................3
B. Faktor Penyebab Konflik...................................................................................................3
C. Karakteristik Konflik.........................................................................................................3
D. Sifat-sifat Konflik................................................................................................................3
E. Proses Terjadinya Konflik..................................................................................................3
F. Upaya Mengatasi Konflik...................................................................................................3
G. Teori Konflik.......................................................................................................................3
H. Bentuk-bentuk Konflik.......................................................................................................3
I. Fungsi Konflik.......................................................................................................................3
BAB III PENUTUP..................................................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................................................4
B. Saran.....................................................................................................................................4
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang Masalah


Konflik merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pada
dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
berbeda dimana dari perbedaan itulah ada kalanya memunculkan suatu pertentangan atau
konflik.
Konflik adalah suatu pertentangan secara langsung dan sadar antar individu dan
kelompok untuk mencapai cita-cita bersama. Konflik bisa terjadi dalam jenis masyarakat atau
struktur sosial manapun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik adalah
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Adapun kamus sosiologi mendefinisikan
konflik sebagai proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa
memperhatikan norma dan nilai yang berlaku. Demikian itu disebabkan adanya tuntutan
individu-individu atau kelompok-kelompok yang bertentangan dari waktu-kewaktu.Oleh
karna itu, konflik harus diselesaikan melalui upaya yang sesuai dengan norma-norma dalam
masyarakat.

2.1.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang melatarbelakangi konflik sosial masyarakat?
2. Bagaimana konflik yang terjadi antara individu atau kelompok dalam suatu
lingkungan masyarakat?
3. Bagaimana Resolusi konflik dan langkah-langkah dalam menyelesaikan konflik?

2.1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang konflik sosial masyarakat
2. Untuk mengetahui konflik yang terjadi antara masyarakat
3. Untuk mengetahui resolusi konflik dan langkah-langkah dalam menyelesaikan konflik
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Konflik


Konflik merupakan gejala sosial yang bersifat inheren dalam masyarakat. Secara
etimologis, konflik berasal dari Bahasa latin yaitu con yang memiliki arti bersama dan fligere
yang memiliki pengertian benturan atau tabrakan. Secara sosiologis, konflik di artikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak bertujuan
menyingkirkan pihak lawan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
Konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik dalam arti negatif dsn konflik dalam
arti positif. Konflik dalam arti negatif berhubungan dengan emosi yang tanpa kontrol,
demonstrasi, kekerasan, peghancuran, hura-hura, dan pemogokan. Konflik tidak boleh
dibiarkan berlarut-larut sehingga terjadi disharmonisasi sosial. Konflik juga dianggap sebagai
sumber malapetaka bagi manusia. Oleh karena itu, konflik merupakan sesuatu yang harus
dihindari karena konflik merupakan sesuatu yang negatif.
Adapun konflik dalam arti positif disebut juga persaingan sehat, pihak-pihak yang
bersaing secara sadar bersikap sportif untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh, semua
atlet dituntut untuk sportif dalam bertanding. Selain itu, dengan adanya konflik akan memberi
makna kepada setiap individu atau kelompok untuk berintropeksi tentang sesuatu yang di
yakini. Terdapat pula pandangan netral tentang konflik yang menyatakan bahwa konflik
sebagai ciri khas dari tingkah laku manusia yang hidup sebagai built in element, yaitu konflik
berasal dari perbedaan masing-masing individu atau kelompok. Dengan demikian, pandangan
netral menganggap konflik mempunyai nilai sosial.

3.1.2 Faktor Penyebab Konflik


Ada beberapa faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat.
a. Perbedaan Individu
Perbedaan antar individu merupakan berbedaan yang menyangkut perasaan,
pendirian, pendapat, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan
identitas seseorang. Melalui perbedaan tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan
pendapat dan sudut pandang dalam menilai sesuatu, oleh karenanya akan
memungkinkan terjadinya pertentangan dan ketidakselerasan dalam interaksi yang
dilakukan, hal inilah yang menimbulkan konflik.

b. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau kelompok memiliki kepentigan yang berbeda dengan individu
atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung pada kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Dan perbedaan kepentingan pada masing-masing memungkinkan terjadinya
konflik.
c. Perbedaan Agama
Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial.
Hal ini disebabkan oleh masing-masing umat tidak pernah dipertentangkan akidah dan
keyakinan agama masing-masing. Adapun yang sering terjadi adalah konflik agama
yang merupakan muara atau dampak negatif dari konflik yang terjadi sebelumnya.
Sentimen keagamaan memang sangat rentan terhadap isu-isu yang berbau sara.

d. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak
semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang sama. Suatu hal yang
di anggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan yang di anggap baik
oleh masyarakat lain.

e. Perbedaan Etnik
Setiap etnik tertentu memiliki kepribadian yang melatar belakangi kebudayaannya.
Setiap kebudayaan memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin berbeda
dengan kebudayaan lainnya. Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi
pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnik yang satu dan etnik yang
lainnya. Ditambah dengan fenomena primordialisme daan etnosentris yang tumbuh
pada masing-masing etnik, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang
memicu terjadinya konflik sosial.

f. Perbedaan Ras
Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnik, agama, ataupun ideologi kenegaraan,
dalam kasus-kasus tertentu sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh
paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia, konflik ras terjadi akibat adanya
kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses
ekonomi yang besar dan kuat.

g. Perubahan Sosial Budaya yang Terlalu Cepat


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat seperti yang
terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan sosial
budaya yang juga terlalu cepat. Perubahan tersebut terlihat pada fenomena-fenomena
seperti berikut.
1) Cultural lag
2) Cultural shock
3) Westernisasi
4) Cultural lost
5) Konsumerisme
3.1.3 Karakteristik Konflik
a. Tidak Selamanya Berdampak Negatif
b. Potensi Perbedaan Dapat Dikurangi
c. Bersifat Inheren
d. Dilatarbelakangi oleh Perbedaan Ciri
e. Bertentangan dengan Integrasi
f. Dapat Menciptakan Perubahan

3.1.4 Sifat-sifat Konflik


a. Konflik laten. Konflik dimulai ketika kondisi pencetus konflik ada.
b. Konflik yang di kenal. Orang atau kelompok mulai mengetahui bahwa konflik
benar-benar ada.
c. Konflik yang dirasakan. Setiap orang dari anggota kelompok sudah merasakan
perasaan yang kurang enak dalam kelompok.
d. Konflik Manifes. Semua pihak yang terlibat dalam konflik menyadari untung dan
ruginya adanya konflik.
e. Konflik lanjutan. Setelah penyelesaian konflik dilakukan, maka biasanya masih
terjadi bekas-bekas adanya konflik.

3.1.5 Proses Terjadinya Konflik


Bagaimana suatu konflik dapat terjadi? Konflik terjadi melalui sebuah proses, tidak
terjadi secara tiba-tiba. Berikut pendapat Robbins tentang lima tahap terjadinya konflik.
a. Oposisi atau ketidakcocokan potensial, yaitu adanya kondisi yang menciptakan
kesempatan untuk munculnya konflik.
b. Kognisi dan personalisasi, yaitu persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing
pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi.
c. Maksud, yaitu keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak
yang berkonflik. Hal ini akan terwujud dalam perilaku.
d. Perilaku, mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat untuk
menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum,
serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak
lain, serta ketidaksepakatan atau salah paham kecil.
e. Hasil, yaitu jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan
kosekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu perbaikan
kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok oleh
pihak-pihak yang berkonflik.
3.1.6 Teori Konflik
Teori konflik muncul pada abad ke-18 dan ke-19 sebagai respons dari lahirnya dual
revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi. Selain itu, teori konflik adalah alternatif
dari ketidakpuasan terhadap analisis fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K.
Merton yang menilai masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya. Perspektif
konflik dapat dilacak melalui pemikiran tokoh-tokoh klasik, seperti Karl Marx (1818-1883),
Emile Durkheim (1879-1912), Max Weber (1864-1920), dan George Simmel (1858-1918).
Keempatnya memeberikan kontribusi besar terhadap perkembangan analisis konflik
kontemporer.

3.1.7 Bentuk-bentuk Konflik


Berdasarkan sejumlah kriteria, konflik sosial dapat dibedakan atas beberapa bentuk,
yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan Hubungannya dengan Tujuan Organisasi
1) Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tujuan organisasi. Konflik ini
bersifat konstruktif.
2) Konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat tercapainya tujuan
organisasi dan sifatnya destruktif
b. Berdasarkan hubungannya dengan posisi pelaku konflik
1) Konflik Vertikal
2) Konflik Horizontal
3) Konflik Diagonal
c. Berdasarkan Hubungannya dengan Struktur Organisasi
1) Konflik Hierarki
2) Konflik Lini Staf
3) Konflik Formal-Informal

d. Berdasarkan Hubungannya dengan konsrentasi Aktivasi Manusia dalam


Masyarakat
1) Konflik Ekonomi
2) Konflik Politik
3) Konflik Budaya
4) Konflik Pertahanan
5) Konflik Antar Umat Beragama
e. Berdasarkan Hubungannya dengan pelaku
1) Konflik Intrapribadi
2) Konflik Antarpribadi
3) Konflik Dalam Kelompok
4) Konflik Di Dalam organisasi
5) Konflik Antar Organisasi
f. Berdasarkan Kecepatan Reaksi
Berdasarkan Kecepatan Reaksi (speed of reaction)yang diberikan para pihak atas
ketidak sepahaman yang terbentuk, konflik terdiri dari sebagai berikut.
1) Gerakan sosial damai
2) Demonstrasi atau protes Bersama
3) Kerusuhan dan huru hara
4) Pemberontakan
5) Aksi radikalisme-revolusioner
6) Perang
g. Berdasarkan isu-isu yang Diusung
Berikut bentuk-bentuk konflik sosial berdasarkan isu-isu yang diusung.
1) Konflik antar kelas sosial (sosial class conflict), sebagaimana terjadi antara kelas
buruh melawan kelas majikan dalam konflik hubungan industrial atau kelas tuan
tanah melawan kelas buruh tani dalam konflik pertahanan.
2) Konflik moda produksi dalam perekonomian (modes of production conflict), yang
berlangsung antara kelompok pelaku ekonomi berskala kecil melawan pengusaha
bermodel besar, misalnya antara pedagang tradisional dan pengusaha perbelanjaan
modern.
3) Konflik sumber daya alam dan lingkungan (natural resource conflict), adalah konflik
sosial yang berpusat pada sengketa penguasaan sumber daya alam (tanah atau air).
4) Konflik ras (etnhics and radical conflict) Yang mengusung perbedaan warna kulit
dan atribut raisal lainnya.
5) Konflik antarpemeluk agama (religious conflict), yang berlangsung karena masing-
masing pihak tidak mampu mengembangkan sikap toleran dan saling menghargai
keyakinan satu sama lain.
6) Konflik sectarian (sectarian conflict), adalah konflik yang dipicu oleh perbedaan
pandanagn atau ideologi yang dianut antarpihak.
7) Konflik politik (political conflict), yang berlangsung dalam dinamika oleh kekuasaan
(power exercise).
8) Konflik gender (gender conflict) adalah konflik yang berlangsung antara dua
penganut pandangan berbeda dengan basis perbedaan jenis kelamin.
9) Konflik antar komunis (communal conflict), yang bisa disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti eksistensi identitas budaya komonitas ataupun faktor sumber daya
kehidupan (sources of sustenance).
10) Konflik teritorial (territorial conflict), adalah konflik sosial yang di lancarkan oleh
komunitas atau masyarakat lokal untuk mempertahankan kawasan tempat mereka.
Membina kehidupan selama ini.
11) Konflik dua negara (interstate conflict), adalah konflik yang berlangsung antara dua
negara dengan kepentingan, ideologi, dan sistem ekonomi yang berbeda serta saling
berbenturan.
Selain bentuk-bentuk konflik tersebut,para ahli juga menggunakan beberapa
bentuk konflilk. Berikut bentuk-bentuk konflik menurut ahli.

a. Kurt Lewin
Kurt Lewin Berikut tiga macam konflik yang dialami oleh manusia menurut Kurt
Lewin.
1) Konflik Positif-Positif
2) Konflik Negatif-Negatif
3) Konflik Positif-Negatif

b. Lewis A. Coser
Lewis A. Coser membedakan konflik berdasarkan bentuk dan terjadinya konflik.
1) Konflik Berdasarkan bentuk
a) Konflik Realistis
b) Konflik Nonrealistis
2) Konflik Berdasarkan tempat terjadinya
a) Konflik In-group
b) Konflik In-group
c. Ralf Dahrendorf
Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam yaitu
sebagai berikut.

1) Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan individu menghadapi harapan-harapan
yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3) Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan tidak terorganisasi.
4) Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau
organisasi internasional.

d. Mayor Polak
Berikut empat bentuk konflik menurut Mayor Polak.

1) Konflik Antarkelompok
2) Konflik Intern dalam kelompok
3) Konflik Antarindividu
4) Konflik Intern Individu

e. James A.F. Stoner dan Charles Wankel


Berikut tiga bentuk konflik sosial menurut James A.F. dan Charles Wankel.

1) Konflik Intrapersonal
2) Konflik Interpersonal
3) Konflik Antarindividu dan kelompok

f. Simon Fisher
Berikut empat bentuk konflik sosial menurut Simon Fisher

1) Tanpa konflik
Tanpa konflik menggambarkan situasi yang relatif stabil, hubungan -hubungan antara
kelompok bisa saling memenuhi dan berlamgsung damai
2) Konflik Laten
Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak persoalan, sifat
tersembunyi, dan perlu diangkat ke permukaan agar bisa ditangani.
3) Konflik Terbuka
Konflik terbuka merupakan situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan,
berakar dalam (deep rooted), dan sangat nyata sehingga diperlukan berbagai tindakan
untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai dampaknya.
4) Konflik di permukaan
Konflik di permukaan umumnya tidak berakar dalam dan muncul hanya karena
kesalahan pemahaman mengenai hal-hal tertentu yang dapat diatasi dengan
meningkatkan komunikasi serta dialog antarpihak.

g. Furman dan McQuaid


Furman dan McQuaid membedakan konflik menjadi dua berdasarkan akibat ataupun
cara penyelesaiannya yaitu sebagai berikut.
1) Konflik Destruktif (merugikan)
2) Konflik Konstruktif

h. Soerjono Soekanto
Berikut lima bentuk khusus konflik menurut Soerjono Soekanto.
1) Konflik Pribadi
2) Konflik Rasial
3) Konflik antara Kelas-Kelas Sosial
4) Konflik Politik
5) Konflik yang Bersifat Internasioal.
i. Soetopo
Menurut soetopo, konflik dapat dibedakan berdasarkan segi materinya, yaitu sebagai
berikut.
1) Konflik Tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang
kontradiktif.
2) Konfllik Peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap
peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama.
3) Konflik Nilai
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki dalam individu
dala, organisasi tidak sama sehingga konflik dapat terjadi antarindividu,individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan organisasi.
4) Konflik Kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok
terhadap perbedaan kebijakan yang dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakan
lainnya.

3.1.8 Fungsi Konflik


Menurut Lewis A.Coser, Konflik memiliki beberapa fungsi positif antara lain
sebagai berikut.
a. Konflik akan meningkatkan solidaritas sebuah kelompok yang kurang kompak.
Dalam sebuah masyarakat yang mengalami disintegrasi, konflik dengan
masyarakat lain akan mengembalikan tingkat integrasi masyarakat tersebut. Itulah
sebabnya, ahli propaganda akan berusaha menciptakan musuh bersama untuk
menyatukan masyarakat atau para pengikutnya yang terpecah-pecah.

b. Konflik dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan kelompok


lainnya dalam bentuk aliansi. Sebagai contoh, konflik antara Prancis dan Amerika
Serikat tentang serangan ke Irak memunculkan kohesi yang lebih solid antara
Prancis dan Jerman.

C. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang semula


pasif, kemudian memainkan peran tertentu secara lebih aktif. Sebagai contoh,
serangan. Amerika Serikat ke Irak mendorong banyak warga dunia yang semula
pasif menjadi aktif untuk melakukan protes menentang serangan tersebut.

d. Konflik juga memiliki fungsi komunikasi. Melalui konflik, masing-masing


pihak menjadi semakin yakin akan posisi lawannya. Mereka semakin memahami
posisi dan batas di antara mereka.

Sementara itu, menurut Himes, konflik memiliki fungsi sebagai berikut.


a. Secara struktural, konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara
kelompok dominan dan kelompok minoritas. Meningkatnya kekuasaan kelompok
minoritas mendorong kelompok dominan untuk mendiskusikan berbagai hal
berkenaan dengan kepentingan bersama.

b. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal


yang di- persengketakan dalam konflik, meningkatkan kesediaan media massa
untuk memberita- kannya, memungkinkan masyarakat memperoleh informasi
baru, dan mengubah pola komunikasi berkenaan dengan hal tersebut.

c. Dari sisi solidaritas, konflik akan meningkatkan dan memantapkan solidaritas


di antara kelompok minoritas.

d. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran mengenai siapa


mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketakutan dari konflik yang timbul di masyarakat adalah ketika konflik tersebut berjalan serupa
spiral konflik yang tak berhenti. Pertikaian antar kelompok yang dikaitkan dengan suku, agama, ras,
dan antar golonga merupakan konflik yang sangat gampang untuk terulang ditempat yang sama.

B. Saran
Saran-saran yang dapat diajukan berkaitan dengan hasil penelitian ini, adalah sebagai
berikut.
1. Perlu dilakukan upaya pencegahan dini konflik sosial. Pemerintah Kabupaten Bima harus
lebih tanggap dalam upaya pengelolaan konflik yang belum terjadi 61 ataupun yang sudah
terjadi. Pemerintahan di daerah harus lebih memperhatikan peluang konflik yang ada di
daerah. Pemerintah juga harus dapat memetakan daerah–daerah rawan konflik antar kampung
yang ada di Kabupaten Bima.
2. Memberdayakan kembali organisasi kemasyarakatan secara optimal seperti karang taruna
dan sebagainya agar potensi pengembangan masyarakat khususnya para pemuda dapat
berjalan terus menerus
3. Menjalin silaturahmi dan hubungan yang baik antar masyarakat khususnya para pemuda
melalui kegiatan-kegiatan yang positif seperti olahraga, kegiatan keagamaan dan lain-lain.
Hal ini dilakukan agar berkurangnya masalahmasalah sosial dan potensi terjadinya konflik.
4. Meminta ijin kepada aparat desa dan polsek setempat jika mengadakan acara hiburan atau
dangdutan, agar acara tersebut dapat dipantau dan diawasi oleh aparat desa dan polsek
setempat
DAFTAR PUSTAKA

Bar-Tal, D. (2000). From lntractable Conflict Through Conflict Resolution to Reconciliation:


Psychological Analysis. Political Psychology. 2000. Vol. 21, No. 2. hlm. 351-363.
Burton, J. (1990a). Conflict: Resolution and Provention. New York: St. Martin's Press.
Burton, J. (1990b). Conflict: Human Needs Theory. New York: St Martin's Press.
Deutsch, M., Coleman, P.T. & Marcus, E. (Eds.) (2006). The Handbook of Conflict
Resolution: Theory and Practice. San Fransisco: Iossey-Bass.
Doni, Yulius Mamun. dkk. Mengkaji Konflik dalam Masyarakat Multikultural. 2018.
(<https://www.academia.edu/36438966/MENGKAJI_KONFLIK_DALAM_MASYARAKA
T_MULTIKULTURAL%20(diakses>)https://www.academia.edu/36438966/
MENGKAJI_KONFLIK_DALAM_MASYARAK
(<https://www.academia.edu/36438966/MENGKAJI_KONFLIK_DALAM_MASYARAKA
T_MULTIKULTURAL%20(diakses>)AT_MULTIKULTURAL (diakses pada25 Oktober
2019)
Hicks, T. (2001) “Another Look at Identity-Based Conflict: The Roots of Conflict in the
Psychology of Consciousness" dalam Negotiation journal. Januari, 2001. Vol 17, Issue 1.
hlm. 35-45
Jeong, H. W. (2008) Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: SAGE Press.
Maxmanroe.com.Konflik Sosial: Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Dampaknya. 2019.
(<https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/konflik-sosial.html>)https://
www.maxmanroe.com/vid/sosial/konflik-sosial.html (diakses pada 25 Oktober 2019)
https://astyfitriani.blogspot.com/2013/03/makalah-masyarakat-multikultural.html Nissa,
Annisa. Makalah Masyarakat Multikultural. 2013. (diakses pada 24 Oktober 2019)
Setiadi, Elly M. dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Sen, V. (2009). Trust and Conflict Transformation an Analysis of the Baku Bae Movementin
Indonesi. Costa Rica: University for Peace.
Watson, C. W. (2000). Multiculturalism.Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Anda mungkin juga menyukai