Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMPLIK SOSIAL

DISUSUN OLEH :

ANI KASSA

MARWANTI TRESYA BURE

ALFANI TALIS SOMBO DATU

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul “KOMPLIK SOSIAL” Penulisan

makalah ini merupakan pemenuhan Tugas .Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan

dan dorongan dari beberapa pihak sehingga makalah in I dapat terselesaikan dengan baik oleh karena itu,

pada kesempatan kami mengucapkan terimakasih,

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, bail dari segi isi, tatabahasa

dan penulisan. Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan

makalah ini di waktu yang akan datang semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

Rantepao, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………… I

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… II

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………. 2

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………. …… 2

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………. .. 3

1.1. Pengertian Komplik…………………………………………………………………………… 3

1.2. Faktor Penyebab Komplik …………………………………..………………………………. 3

1.3. Jenis – Jenis Komplik………………………………………………………………………… 4

1.4. Akibat Komplik………………………………………………………………………………… 5

1.5. Penangan Komplik…………………………………………………………………………… 6

BAB III. PENUTUP…………………………………………………………………………………………. 7

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah sistem sosial, masyarakat adalah merupakan sejumlah orang yang hubungan

timbal-balik bersifat konstan. Sistem sosial itu bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, ia

diciptakan oleh manusia, dipertahankan, malah diubahnya pun oleh manusia juga. Sebagai contoh,

dalam kehidupan keluarga orang tua dan anak akan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang

membuat mereka untuk saling mencintai, saling mengasihi sehingga merasa bersatu dan hubungan

keluarga menjadi erat. Apabila terjadi perselisihan maka akan timbul konflik atau pertentangan.

Konflik merupakan bagian dari suatu kehidupan di dunia yang kadang tidak dapat dihindari.

Konflik umumnya bersifat negatif, karena ada kecenderungan antara pihak-pihak yang terlibat

konflik saling bertentangan dan berusaha untuk saling meniadakan atau melenyapkan. Dalam hal

ini yang bertentangan dianggap sebagai lawan atau musuh. Di sinilah letak perbedaan konflik

dengan rivalitas atau persaingan. Meskipun dalam rivalitas terdapat kecenderungan untuk

mengalahkan, namun tidak mengarah pada saling meniadakan saingan atau kompetitor. Saingan

atau tidak dianggap musuh yang harus dilenyapkan.

Sebagai makhluk sosial manusia selalu menjalin hubungan (interaksi) antara yang satu

dengan yang lainnya. Jalinan hubungan (interaksi) tersebut meliputi seluruh dimensi kehidupan,

seperti ekonomi, politik, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Jika

hubungan (interaksi) tersebut dilaksanakan secara serasi, selaras, dan seimbang berdasarkan nilai-

nilai dan norma-norma yang berlaku, maka akan tercipta sebuah keteraturan sosial sehingga

kehidupan akan terasa aman dan tenteram.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam

makalah tentang Konflik Sosial ini adalah sebagai berikut:

1.Apa pengertian konflik sosial?

2.Apa perbedaan konflik

3.Apa saja faktor penyebab konflik sosial?

4.Apa saja macam-macam konflik sosial?

5.Bagaimana tanda-tanda adanya konflik sosial?

6.Bagaimana akibat konflik sosial?

7.Bagaimana penyelesaian konflik?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Konflik Sosial ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.

2. Untuk mengetahui perbedaan konflik

3. Untuk mengetahui faktor penyebab konflik sosial.

4. Untuk mengetahui macam-macam konflik sosial.

5. Untuk mengetahui tanda-tanda adanya konflik sosial.

6. Untuk mengetahui akibat konflik sosial.

7. Untuk mengetahui penyelesaian konflik.


BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Konflik


Konflik berasal dari kata kerja Latin configure yang berarti saling memukul.Secara sosiologis,

konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih(bisa juga kelompok)

dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain denganmenghancurkannya atau

membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu

dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaantersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,

kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya

ciri-ciri individual dalam interaksisosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap

masyarakat dan tidak satumasyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya

atau dengankelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan

hilangnyamasyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi

berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkanintegrasi.

sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.Sementara itu, konflik sosial

bisa diartikan menjadi dua hal. Pertama, perspektifatau sudut pandang yang menganggap konflik

selalu ada dan mewarnai segenap aspekinteraksi manusia dan struktur sosial. Kedua, konflik sosial

merupakan pertikaian terbukaseperti perang, revolusi, pemogokan, dan gerakan perlawanan.

Soerjono Soekantomenyebutkan konflik sebagai pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses

individu ataukelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan,disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.Para teoritisi konflik banyak berpedoman pada

pemikiran Marx, meskipunmemiliki pemikiran sendiri yang berlainan. Tokoh-tokoh teoritisi

konflik diantaranya RalfDahren dorf dan Randall Collins. Dahrendorf berpendirian bahwa

masyarakat mempunyaidua wajah yaitu konflik dan consensus, sehingga teori sosiologi harus

dibagi menjadi dua bagian, teori konflik dan teori konsensus. Dahrendorfnjuga mengakui bahwa

masyarakattakkan ada tanpa konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lain. Tokohlainnya

Collins menjelaskan bahwa konflik adalah proses sentral dalam kehidupan sosialsehingga tidak

menganggap konflik itu baik buruk. Collins memandang setiap orang

memiliki sifat sosial tetapi juga mudah konflik dalam hubungan sosial mereka. Konflik bisa terjadi dalam

hubungan sosial karena penggunaan kekerasan oleh seseorang atau banyak orang dalam lingkungan

pergaulannya. Ia melihat orang mempunyai kepentingansendiri-sendiri , jadi benturann mungkin terjadi

karena adanya kepentingan-kepentinganyang saling bertentangan.

2. Faktor Penyebab Konflik

a. Perbedaan Individu

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiapmanusia adalah individu yang

unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaanyang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatuhal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor

penyebab konflik sosial, sebabdalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan

kelompoknya.Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaansetiap

warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa

terhibur. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.

Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu padaakhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat

memicu konflik. Perbedaankepentingan antara individu atau kelompok.


b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan dan Kepentingan

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu,

dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang ataukelompok memiliki kepentingan yang berbeda-

beda. Kadang-kadang orang dapatmelakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

Sebagai contoh,misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh

masyarakatmenanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan

merekasehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap

sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-

pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor gunamendapatkan uang dan membuka pekerjaan.

Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutanadalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di

sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga

akanmendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan inidapat pula

menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapatterjadi antar kelompok atau

antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antarakelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi

karena perbedaan kepentingan di antarakeduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,

sedangkan pengusahamenginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar

bidangserta volume usaha mereka.

c. Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.Perubahan adalah sesuatu yang

lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan

tersebut dapat memicu terjadinyakonflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami

proses industrialisasiyang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada

masyarakattradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-
nilaimasyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan bergantimenjadi nilai

kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.Hubungan kekerabatan bergeser

menjadi hubungan struktural yang disusun dalamorganisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan

berubah menjadi individualis dannilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah

menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.Perubahan-

perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuatkegoncangan proses-proses sosial di

masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakanterhadap semua bentuk perubahan karena dianggap

mengacaukan tatanan kehiodupanmasyarakat yang telah ada.

3. Jenis-jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

a. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranandalam

keluarga atau profesi (konflik peran (role).

b. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

c. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

d. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

e. Konflik antar atau tidk antar agama

f. Konflik antar politik.

4. Akibat Konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflikdengan

kelompok lain.

b. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, dansaling curiga

d. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.


e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.Para pakar teori telah

mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapatmemghasilkan respon terhadap konflik

menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertianterhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap

hasil tujuan pihak lainnya. Skema iniakan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

a. Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaanuntuk

mencari jalan keluar yang terbaik.

b. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaanuntuk

"memenangkan" konflik. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan

menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan".

c. Konflik bagi pihak tersebut.

d. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untukmenghindari

konflik

5. Penanggulangan dan penanganan konflik sosial

Pendekatan penanggulangan dan penanganan konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi

ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi

tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.

Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya

penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah

taktik perdamaian.
3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak

memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi

memuaskan.

4. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan

pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan

atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Sedangkan dalam wikipedia dijelaskan Cara-cara Pemecahan konflik seperti :

1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu

pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka,

mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan

lain-lain.

2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan

keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan

berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa

dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.


3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang

mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.

4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai

persetujuan bersama. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga

Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-

lain.

5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang

seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah

pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat

dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :

1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan

dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.

2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat

memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang

memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa

mempertimbangkan argumentasi.

4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh

kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk

melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.

5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai

diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pluralisme dalam perspektif filsafat budaya merupakan konsep kemanusiaan yang memuat

kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling menghargai, saling menghormati, toleransi

satu sama lain dan saling hadir bersama atas dasar persaudaraan dan kebersamaan;

dilaksanakan secara produktif dan berlangsung tanpa konflik sehingga terjadi asimilasi dan

akulturasi budaya. Pluralitas tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak meskipun golongan tertentu

cenderung menolaknya karena pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensi komunitasnya.

Sebenarnya pluralisme merupakan cara pandang yang bersifat horisontal, menyangkut

bagaimana hubungan antarindividu yang berbeda identitas harus disikapi.

Adanya plularitas inilah yang mengakibatkan adanya status sosial ekonomi. Faktor status sosial

ekonimi diantaranya ialah; kekayaan dan penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ukuran

kehormatan, ukuran kekuasaan, ukuran ilmu pengetahuan, kedudukan dan peran. Perbedaan

status sosial akan dapat berdampak pada konflik sosial diantara penyebabnya antara lain;

perbedaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan dan perasaan yang sensitif.

Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya.

Soetopo (1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi

empat, yaitu: Konflik tujuan. Konflik peranan, Konflik nilai, Konflik kebijakan.

Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik sosial adalah : Elimination,

Subjugation atau domination, Majority rule, Minority consent, Kompromi, Integrasi.


Untuk mengatasi atau solusi dari konflik status sosial ekonomi di masyarakat permasalahan

ekonomi adalah sebuah topik dari banyak topik dalam mempelajari ilmu ekonomi. Dan

merupakan topik yang paling banyak dibicarakan baik itu di masyarakat maupun media.

Di Indonesia terdapat banyak sekali permasalahan ekonomi. Pemerintah selalu berupaya untuk

menghilangkan masalah-masalah ekonomi di negeri kita ini, meskipun belum semuanya dapat

terlaksana dan terealisasikan dengan baik. Sebagai warga Negara kita dapat berpartisipasi

untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan cara belajar dengan baik dan membayar pajak

B. Saran

Dari beberapa konflik yang ada kita bisa menyarankan untuk para orang – orang bersangkutan

sebaiknya dari permasalahan ini kita mencari jalan keluar agar masalah yang ada segera untuk

menyelesaikan masalah yang ada di sekitar dan di Indonesia. Selain itu, kita bisa mengambil

makna dari permasalahan yang ada disekitar.


DAFTAR PUSTAKA

https://downloadcontohmakalah.blogspot.com/2020/04/makalah-konflik-sosial.htmlSyam,

https://www.academia.edu/19450764/makalah_konflik

http://kamus-oke.blogspot.com/2012/06/pengertian-konflik-sosial.html

http://blog.komputerbutut.com/campuran/menyelesaikan-permasalahan-konflik-

sosial.phphttp://kamus-oke.blogspot.com/2012/06/pengertian-konflik-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai