Anda di halaman 1dari 28

INTEGRASI NASIONAL

POTENSI KONFLIK DALAM MASYARAKAT


INDONESIA

Dosen Pengampu : Drs. Emil El Faisal, M.Si, & Mariyani, S.Pd, M.Pd

Anggota Kelompok :

1. Ade Prisilia Putri (06051182025014)


2. Citra Nurul Inayah (06051282025074)
3. Lidia (06051182025006)
4. Lilis Nurmana (06051182025009)
5. Reyhan Audi Akbar (06051282025014)
6. Sarasnanda Dyah Sandrina (06051282025014)
7. Syahriza Alfayyad (06051282025048)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Potensi Konflik dalam Masyarakat Indonesia” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas dari dosen kami yaitu
Bapak Drs. Emil El Faisal, M.Si dan Ibu Mariyani, S.Pd, M.Pd pada mata kuliah
Integrasi Nasional. Selain itu juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan
kita mengenai mata kuliah ini. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
semua anggota yang terlibat yang tidak dapat diucapkan satu persatu.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah
ini, namun kami pun menyadari pasti ada kesalahan atau kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan baik dalam
segi teknik penulisan maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta
saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga bantuan dan dukungan yang
diberikan semua pihak dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Dengan segala
keterbatasan, akhir kata semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua. Aamiin ya rabbal’alamiin.

Indralaya, 27 Oktober 2021

Seluruh anggota kelompok 5


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL (COVER).............................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan.......................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................4

2.1 Pengertian Konflik....................................................................................4

2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik ...........................5

2.3 Bentuk-Bentuk dan Contoh dari Konflik yang Ada di dalam Masyarakat
Indonesia ........................................................................................................7

2.4 Dampak dari Terjadinya Konflik............................................................10

2.5 Solusi/Penyelesaian dari Konflik............................................................13

BAB III: PENUTUP.............................................................................................23

3.1. Kesimpulan............................................................................................26

3.2. Saran......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia sebagai
makhluk sosial di dalam berkehidupan bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial dalam menjalin hubungan sosial dengan
manusia lainya tidak lepas dari kepentingan satu sama lain. Selama manusia itu
mempunyai kepentingan yang berbeda maka konflik akan selalu menyertainya
dimanapun mereka berada. Adapun konflik bersumber dari kebutuhan dasar
manusia (basic human needs) seperti yang diungkapkan oleh John Burton dalam
Conflict: Resolution and Provention, setiap kepentingan memiliki tujuan dalam
bentuk pemenuhan kebutuhan dasar (Susan, 2012: 19-20). Misalnya kebutuhan
manusia secara materil berupa kekayaan bisa yang kita ketahui bersama bahwa
hampir semua orang itu mempunyai kepentingan masing-masing baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya.

Perbedaan kepentingan adalah salah satu faktor utama yang dapat


menimbulkan konflik sosial. Konflik sosial berarti persepsi mengenai perbedaan
kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa
aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan
(Pruitt, 2011: 10). Artinya bahwa terjadinya suatu konflik sosial disebabkan oleh
banyak faktor sehingga konflik tersebut bersifat kompleks yang melibatkan
berbagai unsur masyarakat di dalamnya. Salah satu konflik sosial yang
dilatarbelakangi oleh perbedaan kepentinganyakni konflik lingkungan hidup.
Konflik lingkungan hidup merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi akibat
gesekan yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan hidup. Oleh karena itu
konflik lingkungan hidup tidaklah disebabkan oleh faktor alam tetapi lebih
dipengaruhi oleh faktor manusia itu sendiri, mengingat bahwa manusia lmemiliki
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dengan berbagai
dimensinya terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran
dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter, pandangan
manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah
lingkungan hidup. (Moerad, 2004: 1).

Pada akhir-akhir ini konflik sering kali muncul di berbagai kehidupan di


sekitar kita. Konflik yang muncul dilatarbelakangi oleh berbagai kepentingan
antara kelompok tertentu dan membuat ketidak stabilan di dalam tatanan
kehidupan masyarakat yang berkonflik. Konflik bisa muncul pada skala yang
berbeda seperti konflik antar individu (interpersonal conflict), konflik antar
kelompok (intergroup conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical
conflict), konflik antar negara (interstate conflict), setiap skala memiliki latar
belakang dan arah perkembangannya. Masyarakat di dunia pada dasarnya
memiliki sejarah konflik dalam skala antara perorangan sampai antar negara.
Konflik yang bisa dikelola secara arif dan bijaksana akan mendominasi proses
sosial dan bersifat konstruktif bagi perubahan sosial masyarakat dan tidak
menghadirkan kekerasan. Pada catatan sejarah masyarakat dunia, konflik sering
diikuti oleh bentuk- bentuk kekerasan, seperti perang dan pembantaian (Novri
Susan; 2010: 9).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka akan didapatkan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian konflik?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konlik?
3. Apa saja bentuk-bentuk dan contoh dari konflik yang ada di dalam
masyarakat Indonesia?
4. Bagaimana dampak dari terjadinya konflik dan solusi/penyelesaian dari
konflik tersebut?

1.3 Tujuan

Dari uraian diatas maka akan didapatkan tujuan pembahasan yang ingin dicapai
adalah

1. Untuk mengetahui arti dari konflik secara rinci.


2. Agar bisa tahu faktor-faktor penyebab terjadinya konflik masyarakat.
3. Untuk mengetahui bentuk dan contoh dari konflik masyarakat.
4. Agar mengetahui dampak dan solusi dari konflik masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Konflik

Secara etimologi, konflik berasal dari bahasa latin yakni configere yang
artinya saling memukul. Konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang
berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain yang mana hal
ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat atau dalam hubungan antar individu.
Konflik juga didefinisikan sebagai interaksi sosial antar individu atau kelompok
yang lebih dipengaruhi oleh perbedaan daripada persamaan. Soerjono Soekanto
berpandangan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang
perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan atau kekerasan.
Pandangan tentang konflik yang dikemukakan oleh para pakar di antaranya
sebagai berikut.
a. Konflik adalah suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif
mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang
membuat orang lain perasaan serta fisiknya terganggu.
b. Konflik adalah bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh
individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan
sikap, kepercayaan, nilai-nilai, serta kebutuhan.
c. Konflik adalah pertentangan atau pertikaian karena ada perbedaan dalam
kebutuhan, nilai, dan motivasi pelaku atau yang terlibat di dalamnya.
d. Konflik adalah suatu bentuk perlawanan yang melibatkan dua pihak
secara antagonis. Konflik adalah kekacauan rangsangan kontradiktif
dalam diri individu.
e. Konflik adalah hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih
(individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki
sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan, atau
perbuatan yang tidak sejalan.

Lebih lanjut beberapa pengertian konflik dari beberapa sumber


a. Menurut Winardi konflik adalah adanya pertentangan pendapat antara
orang-orang, kelompok-kelompok atau pun organisasi-organisasi.
b. Menurut Alo Liliweri, konflik adalah wujud perasaan yang tidak beres
yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu
orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain.
c. Menurut Ramlan Surbakti, konflik yaitu benturan perbedaan pendapat,
persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan
kelompok, indivudu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok
dengan pemerintah.
d. Menurut Eep Saeffullah Fatah, konflik adalah perbedaan atau
pertentangan ide, pendapat, paham atau kepentingan di antara dua pihak
atau lebih, dapat berbentuk fisik dan non fisik
e. Menurut Wirawan, konflik adalah perbedaan persepsi mengenai
kepentingan terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif.
f. Menurut Joyce L. Hocker, konflik adalah proses pertentangan yang
diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung
mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi
konflik yang menghasilkan kluaran konflik.

2.2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik

Sosiologi memandang bahwa masyarakat itu selalu dalam perubahan dan


setiap elemen dalam masyarakat selalu memberikan sumbangan bagi terjadinya
konflik. Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah karena ketidakseimbangan
antara hubungan-hubungan manusia seperti aspek sosial, ekonomi dan kekuasaan.
Contohnya kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang
terhadap sumber daya yang kemudian akan menimbulkan masalah-masalah dalam
masyarakat (Fisher, Simon, dkk. 2001). Faktor-faktor penyebab konflik menurut
Soejono Soekanto (2006), antara lain yaitu:

1. Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan


perasaan, karena setiap manusia unik, dan mempunyai perbedaan
pendirian, perasaan satu sama lain. Perbedaan pendirian dan perasaan ini
akan menjadi satu faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial seorang individu tidak selalu sejalan dengan individu
atau kelompoknya.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda-beda, individu sedikit banyak akan terpengaruh
oleh pola pemikiran dan pendirian kelompoknya, dan itu akan
menghasilkan suatu perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, individu memiliki
latar perasaan, pendirian dan latar belakang budaya yang berbeda. Ketika
dalam waktu yang bersamaan masing-masing individu atau kelompok
memilki kepentingan yang berbeda. Kadang, orang dapat melakukan
kegiatan yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
4. Faktor terjadinya konflik juga dapat disebabkan karena perubahan-
perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesan
yang mengalami industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial, sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang
biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan
struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini jika terjadi secara cepat dan
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial dalam
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat
yang sudah ada.
Selain itu, menurut Diana Francis (2006), sebab-sebab terjadinya konflik
antara lain:

a. Komunikasi.
Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti dan informasi yang tidak lengkap.
b. Struktur.
Pertarungan kekuasaan antara pemilik kepentingan atau sistem yang
bertentangan, persaingan untuk merebutkan sumber daya yang terbatas,
atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok- kelompok kegiatan
kerja untuk mencapai tujuan mereka.
c. Pribadi.
Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi dengan perilaku
yang diperankan mereka, dan perubahan dalam nilai-nilai persepsi.

2.3. Bentuk-Bentuk dan Contoh dari Konflik Yang Ada di Dalam


Masyarakat Indonesia

Bentuk-bentuk dan contoh dari konflik yang ada di dalam masyarakat


Indonesia antara lain sebagai berikut;

1. Konflik antar suku


Konflik antar pengertian suku terjadi akibat adanya perbedaan antara
suku satu dengan suku yang lainnya. Perbedaan tersebut meliputi bahasa,
adat, maupun kebiasaan. Contohnya saja konflik antar suku Madura, atau
yang baru-baru terjadi antar suku Bali dan Lampung.

2. Konflik antar pribadi


Konflik antar individu adalah konflik sosial yang melibatkan individu
di dalam konflik tersebut. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan atau
pertentangan atau juga ketidakcocokan antara individu satu dengan individu
lainya. Contohnya saja perselisihan di antara ketua dan sekretaris dalam
suatu organisasi yang di antaranya memiliki pendapat yang berbeda. Karena
tidak adanya pihak yang mengalah, maka terjadilah konflik di antara
mereka.
(Sitoresmi, Konflik Antar Suku dan Konflik Pribadi, 2021).
3. Konflik antar umat agama
Perbedaan keyakinan penganut agama yang meyakini kebenaran
ajaran agamanya, dan menganggap keyakinan agama lain sesat telah
menjadi pemicu konflik antar-penganut agama. Bahkan di dalam agama itu
sendiri juga terdapat segmentasi sektarian yang memiliki perbedaan mulai
dari perbedaan dari kulit luar ajaran agama ini hingga perbedaan secara
substansial. Contohnya saja pembubaran peribadatan disalah satu gereja
oleh salah satu oknum dikarenakan gereja tersebut belum mengantongi ijin
membangun tempat peribadatan. Hal tersebut apabila terus menerus
dipermasalahkan, akan menimbulkan konflik yang serius.

4. Konflik antar kelas


Konflik ini terjadi karena kepentingan yang berbeda antara dua
golongan atau kelas sosial yang ada. Contohnya saja seperti adanya demo
para buruh pabrik yang menuntut pemilik pabrik untuk menaikkan upah
yang selama ini mereka rasa kurang layak untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka.

5. Konflik antar golongan


Konflik antar golongan di antaranya dipicu oleh satu golongan
tertentu memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain untuk melakukan
perbuatan yang dikehendaki oleh golongan tersebut. Contohnya saja
tawuran antar pelajar yang terjadi di Ibu Kota yang menyertakan banyak
peserta tawuran, mengakibatkan kerusakan infrastruktur kota seperti halte,
maupun tanaman hias di pinggir jalan. Tawuran pelajar terjadi tidak jarang
karena ingin menunjukkan seberapa kuat atau solidnya siswa sekolah
tersebut atau karena salah paham.

6. Konflik antarnegara atau bangsa


Konflik antarnegara adalah konflik yang terjadi antara dua negara atau
lebih. Mereka memiliki perbedaan tujuan negara dan berupaya memaksakan
kehendak negaranya kepada negara lain. Konflik antarnegara biasanya
dipicu oleh faktor ideologi dan perbatasan negara. Konflik ideologi ini
memicu adanya konflik antar kawasan. Contohnya saja perebutan wilayah
Palestina atas Israel yang belum reda hingga saat ini.
(Sitoresmi, Konflik Antar Umat Beragama, Antar Kelas, Antar Golongan,
Antarnegara atau Bangsa, 2021)

7. Konflik kepentingan atau politik


Di dalam dunia politik tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan
abadi, kecuali kepentingan abadi. Dengan demikian, konflik kepentingan
identik dengan konflik politik. Realitas politik selalu diwarnai oleh dua
kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Contohnya
saja dalam tahun politik, partai oposisi maupun partai koalisi saling beradu
argumen dan saling menjatuhkan untuk memenangkan calon kandidat
pemimpin untuk memegang kuasa negara.

8. Konflik Ras
Dewasa ini, konflik ras tidak sering terjadi dalam masyarakat. Konflik
ras terjadi akibat rasa ketidakadilan yang didapat dari salah satu ras atau ras
lain merasa dirinya lebih unggul. Contohnya saja kriminalitas seperti
pembunuhan yang dilakukan ras kulit hitam di Amerika adalah sebagai
bentuk protes kekecewaan mereka akibat ras kulit putih menganggap
mereka adalah golongan terendah.

9. Konflik Ekonomi
Macam-macam konflik yang selanjutnya adalah konflik ekonomi.
Konflik ekonomi biasa kita temui dalam kegiatan perekonomian
masyarakat. Konflik ini biasanya terjadi akibat persaingan pada proses
kegiatan ekonomi antar individu maupun kelompok. Contohnya saja akibat
kalah saing dalam penjualan, seorang pengusaha menyebarkan berita tidak
benar terkait produk saingannya dengan tujuan agar konsumen produk
konsumen beralih mengonsumsi produknya.

10. Konflik Horizontal


Konflik horizontal terjadi antara individu maupun kelompok yang
memiliki kedudukan sama atau sejajar. Contohnya saja perdebatan antara
tukang ojek yang memperebutkan tempat pangkalan dan saling mengklaim
bahwa tempat yang digunakan merupakan wilayah kekuasaannya.
(Sitoresmi, Kepentingan atau Politik, Ras, Ekonomi, Horizontal. Halaman 4,
2021)

11. Konflik Vertikal

Konflik vertikal merupakan konflik yang terjadi antara individu yang


menempati kedudukan paling atas dengan individu yang menempati
kedudukan paling bawah (tingkatan bersifat hierarki). Biasanya konflik ini
terjadi dalam sebuah organisasi maupun perusahaan. Contohnya saja selisih
pendapat antara Direktur perusahaan dengan pegawai perusahaan terkait
upah yang didapat tidak sesuai dengan bobot pekerjaan yang diberikan.

12. Konflik Diagonal


Konflik diagonal adalah konflik yang muncul karena adanya
pengelolaan sumber daya yang tidak merata. Sehingga, organisasi
masyarakat sekitar menuntut ketidakadilan tersebut dengan cara melakukan
pertentangan dan hal tersebut menyebabkan terjadinya konflik. Contohnya
saja terjadinya pemberontakan Organisasi Masyarakat Operasi Papua
Merdeka yang menuntut agar Papua melepaskan diri dari negara Indonesia
akibat pembangunan yang tidak merata serta kurangnya perhatian
pemerintah terhadap pembangunan sumber daya di Papua.

13. Konflik Terbuka


Konflik terbuka adalah konflik yang keberadaannya diketahui oleh
masyarakat. Contohnya saja konflik perebutan wilayah Palestina atas Israel.

14. Konflik Tertutup


Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya beberapa pihak saja
yang mengetahui. Pihak yang mengetahui tersebut adalah individu atau
kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut. Contohnya saja konflik yang
terjadi di dalam rumah tangga yang dalam hal ini hanya keluarga tersebut
yang mengetahui konflik tersebut.

15. Konflik Hukum

Konflik hukum dapat terjadi akibat ketidakadilan hukum yang


dirasakan oleh individu maupun kelompok. Ketidakadilan tersebut muncul
karena hukum yang diberikan tidak sesuai atau terjadi penyalahgunaan
terhadap hukum. Contohnya saja unjuk rasa dilakukan oleh sekelompok
orang yang menuntut bahwa hukum yang diberlakukan oleh para koruptor
tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Mereka merasa pemberian
hukuman kepada koruptor seperti tumpul ke bawah dan terkesan tidak adil
kepada rakyat kecil.

(Sitoresmi, Konflik vertikal, Diagonal, Terbuka, Tertutup dan Hukum.


Halaman 4, 2021)

2.4. Dampak dari Terjadinya Konflik

Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,


penyatuan dan pemeliharaan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik
dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih individu atau
kelompok. Konflik individu atau kelompok lain dapat memperkuat kembali
identitasnya dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
sekelilingnya. Konflik atau pertentangan tentu saja mempunyai dampak positif
maupun dampak negatif. Apakah suatu pertentangan membawa dampak-dampak
yang positif atau tidak, tergantung dari persoalan yang dipertentangkan dan juga
struktur sosial dimana pertentangan tersebut bersifat positif oleh karena itu ia
mempunyai kecenderungan untuk memungkinkan adanya penyesuaian kembali
norma-norma atau hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan
sesuai dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok. Lewis
(dalam Furkan Abdi, 2009) menyatakan, "Konflik dapat membantu mengeratkan
ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar". Masyarakat yang mengalami
disintegrasi atau berkonflik dapat memperbaiki perpaduan integrasi. Beberapa
akibat yang ditimbulkan oleh pertentangan atau konflik, antara lain

a. Bertambahnya solidaritas in-group.


Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas
antara warga/ kelompok biasanya akan tambah erat.

b. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok.


Hal ini terjadi apabila timbul pertentangan antar golongan dalam suatu
kelompok.

c. Adanya perubahan kepribadian individu.


Ketika terjadi pertentangan, ada beberapa pribadi yang tahan dan tidak
tahan terhadapnya. Mereka yang tidak tahan akan mengalami perubahan
tekanan yang berujung tekanan mental.

d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa.


Konflik yang berujung pada kekerasan maupun peperangan akan
menimbulkan kerugian, baik secara materi maupun jiwa-raga manusia.

e. Akomodasi, dominasi, dan takluknya suatu pihak.


Konflik merupakan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Konflik
bisa terjadi ketika beberapa tujuan dari masyarakat tidak sejalan.

Dampak positif konflik adalah sebagai berikut:

a. Aspek-aspek kehidupan di masyarakat yang belum jelas atau masih


belum selesai ditelaah dapat diperjelas dengan adanya konflik.

b. Perkembangan zaman memaksa masyarakat harus beradaptasi dengan


perubahan yang ada. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian
kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan dengan kebutuhan individu atau
kelompok.

c. Dalam konflik antar kelompok, konflik berfungsi efektif dalam


meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang
berselisih dengan kelompok lain.

d. Adanya konflik membuat setiap individu atau kelompok yang terlibat


harus mengandalkan diri sendiri untuk memenangkan konflik tersebut
atas individu atau kelompok lain. Karena itu, konflik juga merupakan
jalan untuk mengurangi ketergantungan antar individu dan kelompok.

e. Ketika ada perubahan-perubahan sosial di masyarakat, konflik dapat


membantu menghidupkan kembali norma-norma lama maupun
menciptakan norma-norma baru agar tercipta harmoni dan keteraturan
dalam masyarakat tersebut.

f. Konflik juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai keseimbangan


antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat yang terlibat.

g. Ketika pihak-pihak yang terlibat sama-sama kuat, konflik pun dapat


memunculkan sebuah kompromi baru agar setiap pihak mendapat apa
yang diinginkan dengan konsekuensi yang disepakati bersama.

h. Memperjelas aspek kehidupan yang belum tuntas.

i. Penyesuaian kembali norma dan nilai.

j. Meningkatkan solidaritas.

k. Mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok.

l. Penyeimbang kekuatan-kekuatan yang ada.

m. Dapat memunculkan kompromi baru.

Secara umum ada beberapa akibat yang bisa ditimbulkan oleh terjadinya
suatu konflik dari sisi negatif adalah sebagai berikut:

1. Korban Jiwa dan Kerugian Harta Benda


Akibat yang ditimbulkan dari konflik di masyarakat yang pertama
adalah adanya korban jiwa dan kerugian harta benda. Akumulasi korban
jiwa dan kerugian kehilangan harta benda ini disebabkan karena konflik
serta perseteruan yang besar seperti tawuran, pengeroyokan, kerusuhan, dan
lain-lain. Adapun akibatnya bisa berupa kerusakan fasilitas umum,
kerusakan pada bunga dan tanaman, kerusakan pada rumah sipil maupun
jenis bangunan yang lainnya.

2. Hancurnya Nilai-Nilai Sosial dan Norma Sosial


Akibat yang ditimbulkan dari konflik di masyarakat yang kedua
adalah nilai dan norma sosial yang meliputi kesopanan, kasih sayang,
kesusilaan, gotong royong, tepo sliro, dan sebagainya akan hancur. Apabila
nilai dan norma sudah tidak lagi diterapkan maka akan timbul pikiran atau
prasangka buruk serta rasa curiga antar sesama masyarakat.
3. Timbul Perpecahan di Masyarakat
Konflik dapat menyebabkan terjadinya perpecahan di masyarakat
yang disebabkan karena adanya kesenjangan atau perbedaan-perbedaan di
masyarakat seperti kesenjangan dalam bidang sosial, ekonomi maupun
kepentingan sehingga dapat timbul perpecahan dan perselisihan.

4. Perubahan Kepribadian
Dampak yang terakhir dan paling akan dirasakan oleh individu yang
berkonflik adalah adanya perubahan kepribadian. Dalam hal ini, seorang
individu yang terlibat konflik akan mempengaruhi psikologis dan sifatnya,
dimana ia akan cenderung akan lebih agresif, mudah marah, dan beringas
(Abrar M, 2010 : 79-88).

Dampak Konflik Antar Suku Bangsa:

1. Menimbulkan hilangnya rasa aman.


Masyarakat yang tinggal di kawasan konflik akan selalu dihantui
ketakutan apabila konflik kembali muncul.

2. Hilangnya Persatuan Bangsa.


Dengan konflik antar suku tersebut, maka persatuan bangsa akan hilang
karena masing-masing pihak enggan untuk diajak bersatu.

3. Rusaknya Tata Kehidupan


Konflik membuat masyarakat kehilangan kesempatan untuk bekerja,
mencari nafkah atau mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan
sebagaimana mestinya (Yuniastuti et al, 2016).

2.5. Solusi/Penyelesaian dari Konflik dalam Masyarakat Indonesia

Secara umum, penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan cara:

1. Fokus pada penyelesaian konflik


Ini adalah hal pertama yang harus anda lakukan didalam
menyelesaikan konflik. Jangan memikirkan bagaimana adu argumen dengan
lawan atau siapa pihak yang paling benar di antara pihak yang terkait
terlebih dahulu. Dengan fokus pada penyelesaian konflik, kita bisa
mengetahui dengan cepat apa yang menjadi inti dari permasalahan yang
terjadi sehingga dapat segera menemukan penyelesaian terbaik dari konflik
yang ada dan masalah pun akan lebih cepat teratasi.

2. Menggunakan kepala dingin


Saat sedang mengalami/terlibat dengan sebuah konflik, hal ini
memang sangat sulit untuk dilakukan karena masing-masing dari kita atau
masing-masing dari pihak terkait memiliki ego sendiri-sendiri yang tentunya
ingin dimenangkan. Akan tetapi, anda/kita harus tetap tenang supaya dapat
menemukan solusi yang tepat atas masalah yang sedang dihadapi. Dalam
hal ini, mungkin anda/kita dapat :

a. Mengambil napas dalam-dalam


b. Menutup mata sembari membayangkan sesuatu yang
indah/menenangkan atau bisa juga dengan menghitung angka 1,2,3,
dst sampai amarah/rasa kesal kita mereda
c. Melihat alam sekitar atau berjalan-jalan sedikit
d. Mendengarkan musik
e. Melakukan gerakan-gerakan kecil/peregangan
f. Berbicara dengan orang lain untuk mencari pencerahan dan
mencairkan suasana. Jika hal ini masih dirasa kurang cukup untuk
menenangkan diri atau justru semakin menambah buruk suasana,
anda/kita dapat berbicara sendiri atau berbicara dengan hewan
peliharaan
g. Anda/kita dapat pergi ke tempat yang sepi lalu mengeluarkan
segala bentuk emosi/keluh kesah yang ada dengan cara berteriak,
menangis, dan lain sebagainya sampai kita merasa lebih baik dan
bisa kembali berpikir dengan normal tanpa terbebani amarah.

Karena, mengambil keputusan dalam kondisi yang emosional tidaklah


baik. Maka dari itu, penting bagi anda/kita unttuk menyelesaikan
permasalahan atau konflik-konflik yang ada dengan kepala dingin.

3. Melakukan diskusi
Anda/kita dapat mengajak lawan bicara untuk berdiskusi dengan
memilih tempat yang netral, aman, dan juga nyaman sehingga anda/kita
dapat merundingkan masalah yang dihadapi dengan sikap yang baik.
Anda/kita serta lawan dapat menjelaskan sudut pandangnya masing-masing
dan apa yang diinginkan.

4. Memperjelas pokok permasalahan yang ada


Pada saat sedang menghadapi konflik, anda/kita tentu saja dapat
terbawa ke masalah lain yang sebenarnya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan apa yang sedang di diskusikan. Jika hal ini terjadi,
maka anda/kita/lawan akan dapat memperjelas kembali inti dari
permasalahan yang ada dan menegaskan hanya boleh membahas masalah itu
saja, jangan membahas masalah yang lainnya. Dengan demikian, masalah
tidak akan menjadi semakin melebar dan cepat selesai.

5. Menjadi pendengar yang baik


Saat sedang terjadi konflik, anda/kita dan juga lawan haruslah saling
memberi kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan. Saat menjadi
pendengar, jangan menyela ucapan orang/pihak yang sedang berbicara dan
dengarkan orang/pihak tersebut sampai selesai berbicara. Jika anda/kita mau
mendengarkan dari sisinya mungkin saja anda/kita akan terhubung secara
emosi dengan pihak lawan dan dapat merasakan apa yang ia/mereka
rasakan. Dengarkan untuk memahami terlebih dulu. Jangan mendengarkan
lawan bicara hanya karena sekedar untuk membalas pembicaraan. Dengan
begitu, pemahaman anda/kita dan mereka (lawan) terhadap konflik yang
terjadi bisa menjadi lebih baik.

Menurut Dahrendorf terdapat 3 kategori didalam penyelesaian konflik, yaitu:

1. Konsiliasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui
lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan diskusi dan pengambilan
keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.

2. Mediasi
Kedua pihak sepakat mencari nasihat dari pihak ketiga (seorang
mediator berupa tokoh, ahli, atau lembaga tertentu yang dipandang
mempunyai pengetahuan dan keahlian yang menda-lam mengenai hal yang
dipertentangkan) tetapi nasihat yang diberikan oleh mediator ini tidak
mengikat mereka.
3. Arbitrasi
Arbitrasi ini merupakan umumnya dilakukan apabila kedua belah
pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima
hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan terbaik untuk
menyelesaikan konflik. Contohnya adalah pengadilan.

Menurut William Hendricks, suatu konflik dapat dikelola dengan suatu


manajemen konflik sosial. Model yang dapat digunakan menurutnya, antara lain :

a. Model mempersatukan (integrating)

Dalam hal ini, terjadi saling menukar informasi, dan saling menjajaki
perbedaan dan persamaan-persamaan

b. Model membantu (obliging)

Model yang memberikan nilai yang tinggi kepada pihak lawan dengan
mengabaikan atau menganggap rendah dirinya sendiri

c. Model mendominasi (diminating)

Merupakan lawan dari gaya obliging

d. Model menghindar (avoiding)


e. Model kompromistis (compromising)

Perhatian atas dirinya sendiri dengan perhatian terhadap orang lain sama
besarnya, yang berlaku adalah prinsip musyawarah (win win solution).

Menurut George Simmel, ada cara lain yang dapat digunakan didalam upaya
menyelesaikan konflik, yakni:

a. Kemenangan suatu pihak atas pihak lain.

b. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai


Hal ini dilakukan sehingga tidak ada pihak yang sepenuhnya menang dan
tidak ada pihak yang merasa kalah. Contohnya, perundingan di Helsinki,
Finlandia yang menyelesaikan masalah GAM (Gerakan Aceh Merdeka)
dengan Republik Indonesia. Di perundingan tersebut, mencapai
kesepatakan bahwa Nangroe Aceh Darussalam masih menjadi bagian
dari Republik Indonesia.
c. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai.

Hal ini akan mengembalikan rasa saling percaya di antara pihak-pihak


yang bertikai tersebut. Contohnya dalam penyelesaian konfrontasi antara
Indonesia dengan Malaysia mengenai kepulauan Sipadan dan Ligitan.

d. Saling memaafkan satu pihak dengan pihak yang lain.

e. Kesepakatan untuk tidak berkonflik.

Penyelesaian konflik menurut mekanisme non hukum, yaitu:

a. Penanganan konflik sosial dapat dilakukan secara lebih dini dengan


mengidentifikasi pola-pola kontak dan komunikasi sosial yang dapat
memprediksi bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat negatif dari dua
orang individu atau kelompok.
b. Penanganan konflik sosial dapat dilakukan secara efektif dengan
mengidentifikasi dan mempelajari lebih seksama berbagai kepentingan
spesifik yang merupakan konsekuensi dari perbedaan-perbedaan hakiki
dan alami dari setiap individu atau kelompok yang membangun kesatuan
sosial tersebut.
c. Penanganan konflik sosial tidak hanya dilakukan pada saat konflik sudah
terbuka, yang biasanya sudah terlambat. Penanganan konflik perlu
dilakukan secara lebih dini dengan cara mengidentifikasi secara cermat
bentuk-bentuk konflik tersembunyi, kadar ketegangan yang timbul dari
konflik tersembunyi tersebut, faktor-faktor yang potensial menjadi
pemicu, serta pengaruh intervening variables penting yang ikut
mempercepat proses perubahan sebuah konflik tersembunyi menjadi
sebuah konflik terbuka.
d. Penanganan konflik secara efektif, juga dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi secara cepat dan akurat mengenai dimensi konflik yang
terjadi. Konflik yang bersifat vertikal, perlu ditangani secara berbeda
dengan konflik horisontal karena melibatkan dua individu atau kelompok
sosial yang berbeda stata dan kekuatan hegemoniknya.
e. Penanganan konflik sosial secara efektif tidak hanya memperhatikan
wujud konflik yang fisikal, melainkan juga yang bersifat ideologis yang
berakar pada perbenturan nilai-nilai dasar, serta konflik normatif yang
berakar pada perbedaan mengenai aturan berperilaku.

Penyelesaian konflik menurut mekanisme hukum, yaitu:

a. Meredam Potensi Konflik


Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab meredam
potensi konflik di masyarakat dengan :
1. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang
sensitif konflik.
2. Menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
3. Melakukan program-program perdamaian di daerah potensi
konflik.
4. Mengintensifkan dialog antar kelompok masyarakat.
5. Menegakkan hukum tanpa diskriminasi, dan
6. Melestarikan nilai budaya dan kearifan lokal.

b. Mengembangkan Sistem Peringatan Dini


1. Untuk mencegah konflik pada daerah yang diidentifikasikan
sebagai daerah potensi konflik atau untuk mencegah perluasan
konflik pada daerah yang sedang terjadi konflik, pemerintah dan
Pemerintah Daerah mengembangkan sistem peringatan dini.
2. Sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai
potensi konflik atau konflik yang terjadi di daerah lain.
3. Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengembangkan sistem
peringatan dini melalui media komunikasi dan informasi.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan sistem
peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1),
melakukan:
a. Pemetaan wilayah potensi konflik
b. Penyampaian data dan informasi mengenai konflik secara
cepat, tepat, tegas, dan tidak menyesatkan
c. Pengembangan penelitian dan pendidikan dalam rangka
penguatan sistem peringatan dini
d. Pemanfaatan modal sosial masyarakat, dan
e. Peningkatan dan pemanfaatan fungsi intelijen berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Penghentian Konflik
Penghentian konflik dilakukan, melalui :
1. Penghentian kekerasan fisik
2. Penetapan Status Keadaan Konflik
3. Tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan korban
4. Bantuan pengerahan sumber daya TNI.

Penghentian kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


huruf a dilakukan di bawah koordinasi Polri, dengan melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan/atau tokoh adat. Polri dalam menghentikan
kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan melalui:

1. Pemisahan para pihak atau kelompok yang berkonflik


2. Melakukan tindakan penyelamatan dan perlindungan terhadap
korban.
3. Pelucutan senjata tajam dan peralatan berbahaya lainnya, dan
4. Melakukan tindakan pengamanan yang diperlukan sesuai peraturan
perundang-undangan.

Polri dalam menghentikan kekerasan fisik sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 berwenang untuk:

1. Menetapkan batas demarkasi wilayah antar kedua kelompok yang


terlibat konflik
2. Menetapkan zona konflik
3. Melarang berkumpul dalam jumlah tertentu di daerah konflik
4. Memberikan perlindungan terhadap kelompok rentan
5. Mendamaikan dan merekonsiliasi para pihak.

Status keadaan konflik ditetapkan apabila konflik tidak dapat


dihentikan oleh POLRI dan tidak berjalan fungsi pemerintahan. Status
keadaan konflik terdiri atas :
1. Konflik nasional
2. Konflik provinsi
3. Konflik kabupaten/kota.

Dalam status keadaan konflik provinsi, gubernur melaksanakan


penyelesaian konflik dibantu oleh :

1. Kepala kepolisian daerah.


2. Komandan satuan TNI yang ditunjuk.
3. Kepala kejaksaan tinggi.
4. Bupati/walikota yang wilayahnya mengalami konflik, dan
5. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat.

Dalam status keadaan konflik kabupaten/kota, bupati/walikota


melaksanakan penyelesaian konflik dibantu oleh:

1. Kepala kepolisian resort


2. Komandan satuan TNI yang ditunjuk
3. Kepala kejaksaan negeri
4. Camat dan kepala desa/lurah yang wilayahnya mengalami konflik,
dan
5. Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat.

Presiden, gubernur, bupati/walikota dalam Status Keadaan Konflik


berwenang melakukan :

1. Pembatasan dan penutupan sementara waktu kawasan konflik.


2. pembatasan orang di luar rumah untuk sementara waktu.
3. Penempatan orang untuk sementara waktu di luar kawasan bahaya.
4. Pelarangan orang sementara waktu untuk memasuki atau
meninggalkan kawasan konflik.

d. Tindakan Darurat Penyelamatan Korban


Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangka tindakan darurat
penyelamatan korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
bertanggung jawab melakukan :
1. Secara cepat dan tepat terhadap jenis konflik, akar permasalahan,
lokasi terjadinya konflik, serta dampak dan sumber daya.
2. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena dampak
konflik.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi termasuk kebutuhan
spesifik perempuan, anak-anak, dan kelompok difabel.
4. Perlindungan terhadap kelompok rentan.
5. Upaya sterilisasi tempat yang rawan konflik.
6. Penyelamatan sarana dan prasarana vital.
7. Penegakan hukum, dan
8. Pengaturan mobilitas orang, barang dan jasa, dari dan ke daerah
konflik.

e. Kelembagaan Penyelesaian Konflik

Kelembagaan penyelesaian konflik terdiri atas Pranata Adat dan


KPKS. Meski begitu, penyelesaian konflik mengutamakan mekanisme
Pranata Adat. Pemerintah atau Pemerintah Daerah mengakui hasil
penyelesaian konflik melalui mekanisme Pranata Adat. Hasil kesepakatan
penyelesaian konflik melalui mekanisme pranata adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan hukum final dan mengikat bagi
kelompok atau golongan masyarakat yang terlibat dalam konflik. Dalam hal
penyelesaian konflik melalui mekanisme Pranata Adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diselesaikan paling lama 6 bulan atau
bertambahnya jumlah korban jiwa, Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dapat membentuk KPKS.
KPKS merupakan lembaga penyelesaian konflik yang bersifat ad hoc.
KPKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah daerah dalam hal:

1. Tidak berfungsinya Pranata Adat di daerah konflik


2. Penyelesaian konflik melalui pranata adat tidak berhasil, dan
3. Daerah konflik ditetapkan dalam status keadaan konflik.
KPKS berfungsi sebagai lembaga penyelesaian konflik di luar
pengadilan. Hasil kesepakatan penyelesaian di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan hukum final dan mengikat bagi
kelompok atau golongan masyarakat yang terlibat dalam konflik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara etimologi, konflik berasal dari bahasa latin yakni configere yang
artinya saling memukul. Konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang
berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain yang mana hal
ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat atau dalam hubunagn antar individu.
Konflik juga didefinisikan sebagai interaksi sosial antar individu atau kelompok
yang lebih dipengaruhi oleh perbedaan daripada persamaan.

Sosiologi memandang bahwa masyarakat itu selalu dalam perubahan dan


setiap elemen dalam masyarakat selalu memberikan sumbangan bagi terjadinya
konflik. Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah karena ketidakseimbangan
antara hubungan-hubungan manusia seperti aspek sosial, ekonomi dan kekuasaan,
yang dimana bentuk-bentuk konflik itu banyak macak nya juga yakni, konflik
antar suku, konflik pribadi konflik terbuka dan banyak konflik lainnya.

Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam


pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan penyatuan dan pemeliharaan struktur
soial.Konflik individu atau kelompok lain dapat memperkuat kembali identitasnya
dan melindunginya agar tidak lebur kedalam dunia sosial sekelilingnya. Konflik
atau pertentangan tentu saja mempunyai dampak positif maupun dampak negatif.

3.2. Saran

Sebaiknya sebagai masyarakat bisa memahami konflik dari segi


pengetahuan maupun dari hal perilaku yang dimana masyarakat adalah
penyumbang nomor 1 dalam konflik dalam negeri ini dan dapat menimbulkan
perpecahan yang dimana konflik tidak banyak juga yang bersifat positif hal ini
harus tetap di perhatikan dalam bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Astri, Herlina. (2012). Penyelesaian Konflik Sosial Melalui Penguatan Kearifan


Lokal. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR
RI. Vol 2. No 2

Diana, Francis. (2006). Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial. Yogyakarta:


Quills.

Fisher, Simon, dkk. (2001). Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi Untuk
Bertindak, Alih Bahasa S. N. Kartikasari, dkk. Jakarta: The British Counsil,
Indonesia.

Muhammad Abrar. (2010). Dampak Negatif Terjadinya Konflik, Jurnal


Universitas Bina Darma, (9)1, 79–88.

Muhlis, Muhlis. (2020). Resolusi Konflik Cadangan Air Tanah Sebagai Dampak
Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Tesis,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Rosana, Ellya. (2015). Konflik Pada Kehidupan Masyarakat (Telaah Mengenai


Teori dan Penyelesaian Konflik). Al-Adyan. Volume X. Nomor 2

Selong, D. S. M. (2018). Konflik Dan Integrasi Muhammadiyah Dengan Budaya


Lokal Di Lombok Timur. Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung
Rinjani, 6(2).

Sitoresmi, Rifka. (2021). 20 Macam Macam Konflik Lengkap Beserta Penjelasan


dan Contohnya di Masyarakat. Diakses pada 23 Oktober 2021, dari
https://hot.liputan6.com/read/4559610/20-macam-macam-konflik-lengkap-
beserta-penjelasan-dan-contohnya-di-masyarakat

Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Ubbe, Dr. Ahmad. (2011). Pengkajian Hukum Tentang Mekanisme Penanganan


Konflik Sosial. Laporan Pusar Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional. Vol 1. No 1

Yuniastuti, Rini. (2016). Konflik Antar Suku Bangsa Dalam Masyarakat


Multikultural. Diakses pada 23 Oktober 2021, dari https://m-
edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/
KM201638/materi2.html

Anda mungkin juga menyukai