Anda di halaman 1dari 1

Kronologis

Menanggapi kedatangan para petinggi negara di Aceh, Daud Beureueh meminta agar
dilakukannya pertimbangan kembali terkait penyatuan Aceh menjadi bagian Sumatera Utara.
Yang terjadi justru sebaliknya. Dikutip dari buku karya Djumala, Mohamad Natsir selaku
perdana menteri malah melakukan pembubaran terhadap Provinsi Aceh resmi pada 23 Januari
1951. Reaksi keras dari pun datang dari sejumlah tokoh Aceh yang oleh pemerintah pusat
kemudian dikategorikan sebagai gerakan pemberontakan. Daud Beureueh, baik sebagai ulama
atau pemimpin Aceh, memotori aksi perlawanan. Baca juga: Sejarah Pengakuan Kedaulatan
Indonesia oleh Belanda Sejarah Peristiwa PKI Madiun 1948: Latar Belakang & Tujuan Musso
Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB): Latar Belakang, Tokoh, Hasil Daud Beureueh semakin
kesal karena Presiden Sukarno, pada Juni 1948 pernah berjanji bahwa Aceh diperbolehkan
menerapkan syariat Islam dan tetap menjadi salah satu provinsi di Indonesia. Merasa dibohongi,
Daud Beureueh amat kecewa. Terlebih peran masyarakat Aceh dalam perjuangan amat besa, dari
masa perlawanan terhadap penjajah, mendukung kemerdekaan RI termasuk dengan
menyumbang dana pembangunan hingga memberikan bantuan berupa pesawat terbang.
Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Maridjan Kartosoewirjo yang
mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 semakin
memantapkan Daud Beureueh untuk turut melawan. Dari Aceh, Daud Beureueh menyatakan
bergabung dengan gerakan DI/TII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo.

Cara Penumpasan

Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

Anda mungkin juga menyukai