Anda di halaman 1dari 2

DI/TII Aceh (http://www.sejarahkita.comoj.com/jenny12.

html) Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan kombonasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh. TEUNGKU DAUD BEUREUH (http://muhammad-ardi.blogspot.com/2010/08/daud-beureuh-ulama-besar-aceh.html)

Semangat separatisme sebagian rakyat Aceh, nampaknya terinspirasi oleh sosok Daud Beureuh. Ia merupakan cerminan dari rawat Aceh yang patriotik, mempunyai harga diri tinggi, dan selat setia dengan agamanya. Teungku Muhammad Daud Beureuh adalah ulama Aceh yang paling disegani di sepanjang abad 20. Pengaruhnya bahkan terasa sampai ke luar Serambi Mekkah. Dari kacamata Jakarta, ia merupakan sosok yang kompleks, patriotis sekaligus pemberontak, loyal terhadap negara tetapi lebih loyal terhadap agamanya. "kami akan membangun negara dengan cara kami sendiri" katanya ketika memojah rencana Soekarno - untuk menggabungkan Aceh dengan provinsi Sumatra Utara pada tahun 1950. Lahir pada 15 September 1899, karir politik Daud Beureuh mulai bersinar ketika ia terpilih sebagai ketua Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebaga pendiri madrasah Sa'ada Abadiah di Sigli yang terkenal di Aceh. Daud aktif memimpin umatnya berperang melawan penjajah Belanda. Ketika Indonesia telah merdeka dan mencoba menahan masuknya pasukan asing, ia ditunjuk Soekarno sebagai gubernur militer untuk wilayah Aceh. Pemberontakan Aceh berawal dari penolakan Daud Beureuh atas rencana Jakarta menggabungkan Aceh dengan Sumatra Utara kedalam satu provinsi. Karena tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan Soekarno, tahun 1953 ia memproklamasika Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinak S.M. Kartosoewirjo. Setelah empat tahun berperang, perundingan dilakukan wakil permana menteri RI Mr. Hardi, yang dilanjutkan oleh Kolonel Sudirman (saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Militer Iskandar Muda). Perundingan mencapai kesepakatan yang menyebutkan Aceh menjadi sebuah provinsi dan memperoleh hal otonomi di bidang pendidikan dan Agama. Kesepakatan itu membuat Daud Beureuh turun gunung. Sayang hingga akhir hayatnya pada tahun 1982, janji itu tidak pernah direalisasi oleh pemerintah pusat. Teungku Muhammad Daud Beureuh adalah ulama besar yang menjadi simbol perlawanai terhadap kewenangan rezim. Namun apa yang diperjuangkan Daud Beureuh Akhirnya tercapai di awal abad 21 ketika Nanggroe Aceh Darussalam memperoleh otonomi khusus. Daud Beureuh adalah Gubernur Militer pada masa perang kemerdekaan. Setelah perang kemederkaan usai dan Negara kita kembali ke dalam bentuk Negara kesatuan pada tahun 1950, status daerah aceh yang sebelumnya menjadi daerah istimewa berubah status menjadi daerah karasidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah tersebut tentu saja ditentang oleh Daud Beureuh. Pada tanggal 21 september 1953. Daud Beureuh mengeluarkan maklumat tentang penyatuan ACEH kedalam NII dibawah pimpinan Kartosuwiryo.

Dengan pengaruh yang dimilikinya. Banyak tokoh Aceh yang membantu gerakannya tersebut. Tetapi ada juga sebagian rakyat Aceh yang tidak sependapat dengan gerakan yang dilakukan oleh Daud Beureuh. Semakin lama pengaruh dari gerakan yang dipimpin oleh Daud beureuh ini semakin besar saja dan terus meluas ke berbagai tempat di Aceh. Menghadapi gerakan itu, pemerintah pusat berusaha mengatasi masalah tersebut dengan kekuatan bersenjata (operasi militer). Selain itu juga dilakukan penerangan terhadap masyarakat. Hal itu dilakukan karena menghadapi kekuatan bersenjata yang juga didukung oleh semangat dari rakyat Aceh yang sebagian besar juga bersimpati kepada gerakan ini.

Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (http://acehpedia.org/DI/TII) DI/TII muncul di Aceh disebabkan ketidakpuasan rakyat Aceh kepada pemerintah pusat. Pasalnya, pada tahun 1949, berdasarkan sebuah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu), Aceh dikukuhkan sebagai provinsi yang berstatus otonom. Namun, dalam perkembangannya, bukannya pelaksanaan otonomi yang diterapkan, pemerintah pusat malah mencabut status provinsi Aceh. Daerah Aceh diminimalisasikan statusnya menjadi sebuah karesidenan yang tunduk di bawah Provinsi Sumatera Utara yang beribu kota di Medan. Tentu saja, keputusan itu ditentang para alim ulama Aceh, karena masyarakat Sumatera Utara dan Aceh memiliki karakter dan kultur yang berbeda. Rakyat Aceh merasa dikhianati Soekarno. Bung Karno tidak mengindahkan struktur kepemimpinan adat dan tak menghargai peranan ulama dalam kehidupan bernegara. Padahal, rakyat Aceh itu sangat besar kepercayaannya kepada ulama. Pada tahun 1953, rakyat Aceh mengangkat senjata melawan negara. Perlawanan senjata yang dipimpin oleh Teungku Daud Beureueh yang mengagaskan Negara Islam Indonesia ini didukung sepenuhnya oleh rakyat Aceh yang notabene Islam. Beureueh melakukan gerilya. Tentara NII pun dibentuk, bernama Tentara Islam Indonesia (TII). Lantas, terkenallah pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah. Beureueh lari ke hutan. Namun, ada tragedi di sini. Pada 1955 telah terjadi pembunuhan masal oleh TNI. Sekitar 64 warga Aceh tak berdosa dibariskan di lapangan lalu ditembaki. Aksi ini mengecewakan tokoh Aceh yang pro-Soekarno. Melalui berbagai gejolak dan perundingan, pada 1959, Aceh memperoleh status provinsi daerah istimewa. Soekarno makin represif. Setiap ketidakpuasan dihancurkan oleh kekuatan militer. PRRI/Permesta pun disikat habis. Republik Persatuan Indonesia (RPI) pun ditumpas. Pemimpinnya ditangkapi. Tahun 1961, Presiden RPI Syfarudin Prawiranegara menyerah. Diikuti tokoh DI/TII lainnya, seperti M Natsir. Tetapi, Daud Beureueh tetap gerilya di hutan, melawan Soekarno. Bung Karno mengerahkan tentaranya ke Aceh. Tahun 1962, Beureueh dibujuk menantunya El Ibrahimy agar menuruti Menhankam AH Nasution untuk menyerah. Beureueh menurut karena ada janji akan dibuatkan UU Syariat Islam bagi rakyat Aceh.

Pada tanggal 17-28 desember diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Aceh.Dimana musyawarah ini diselenggarakan atas inisiatif dari Kolonel Jasin, Pangdam I dan tokoh-tokoh dari Aceh. Melalui musyawarah itu akhirnya dicapai penyelesaian terbaik dan Dauh Beureuh menghentikan gerakan DI / TII di Aceh

Anda mungkin juga menyukai