DI/TII
Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo tidak mau untuk ikut
pergi ke Jawa Tengah, malahan dia membentuk sebuah pasukan yang mana semuanya
dijadikan sebagai Tentara Islam Indonesia.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ini bertujuan untuk
membangun negara yang berlandaskan islam dan ingin
memisahkan diri dari negara Indonesia, dan pucaknya pada
tanggal 7 Agustus 1949 dimana S.M. Kartosuwiryo
mengumumkan kalau Negara Islam Indonesia (NII) telah berdiri.
Kahar Muzakar
Kahar Muzakar adalah komandan
tentara republik indonesia (TRI)
Periapan Resimen Hasanuddin yang
bermarkas di Yogyakarta. Bersama
Andi Matalata dan M. Saleh Lahade
yang merintis pembentukan TRI di
Sulawesi. Kahar Muzakar
menghimpun dan memimpin bekas
pejuang kemerdekaan serta laskar
laskar Komando Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS).
KRONOLOGI PEMBERONTAKAN
DI/TII DI SULSEL
Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah dan
pimpinan APRIS yang berisi tuntutan agar semua anggota KGSS dimasukan kedalam
APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan ini di tolak oleh pemerintah
karena demi profesionalisme angkatan perang, pemerintah menerapkan seleksi yang
ketat. Ada dua solisi yang di tawarkan pemerintah yaitu menyalurkan eks gerilyawan itu
kedalam korps cadangan nasional dan memberi pangkat acting LetKol kepada Kahar
Muzakar. Namaun saat akan dilantik tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakar
bersama anak buanya melarikan diri kehutan dengan membawa peralatan dan senjata
yang baru didapatkan. Pada tahun 1952 ia menyatakan daerah Sulawesi Selatan sebagai
bagian dari NII pimpinan Kartosuwiryo. Penguasaan medan dan dukungan
persenjataan membuat gerakan Kahar Muzakar sulit di jinakkan. Akhirnya, setelah
±14 tahun bergerilya Kahar Muzakar berasil ditangkap pada bulan Februari 1965 oleh
pasukan Divisi Siliwangi. Gerakan kahar muzakar praktis bisa di padamkan setelah
pembantu utamanya Gerungan juga berhasil di tangkap pada bulan Juli 1965.
Tujuan Pemberontakan
DI/TII di SULSEL