Anda di halaman 1dari 3

Biografi singkat tokoh pemberontakan DI/TII

1. Sekarmadji Marijan Kartosuwiryo ​(jawa Barat)


Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus
1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan
dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar
Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan
Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi
hukuman mati 16 Agustus 1962.

2. Daud Beureuh ​(Aceh)


Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17
September 1899 – meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang
nama lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan
Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika
PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang pendudukan
Belanda, Daud Beureu'eh terpilih sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi,
Daud Beureu'eh menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953
sampai dengan 9 Mei 1962, ia melakukan pemberontakan kepada pemerintah
dengan mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno.
Namun akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali
oleh Mohammad Natsir.
3. Amir Fatah ​(jawa Tengah)
Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani
oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah
ke Jawa Tengah, termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya.
Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu
kekuatan mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah
kembali kuat. Pada akhirnya pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan
Pekalongan - Banyumas .

4. Ibnu Hadjar ​(Kalimantan Selatan)


Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang
Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan
dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk
menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai
melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah Republik
Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan
petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan
pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan
diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar
membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi
panglima TII wilayah Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali
sehingga akhirnya Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas
menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 pasukan gerombolan
Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar sendiri dapat ditangkap. Gerakan
perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya
menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan Militer
menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

Nama: SALSABIL NAJWA AZHARI


Kelas: XII IPA 1

Anda mungkin juga menyukai