Anda di halaman 1dari 3

Masalah yang Dihadapi Pada Kabinet Ali Sastroamidjojo

Dalam menjalankan pemerintahannya, Kabinet Ali menghadapi beberapa masalah


seperti :
1. Keamanan dibeberapa daerah tidak stabil, diantaranya :
a. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Kartosuwirjo di Jawa Barat
Di Jawa Barat kegiatan Darul Islam semakin memuncak, bahkan aktivitas yang
dilakukan meningkat. Selain itu Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di (DI/TII) ini
disebut berasal dari Jawa Barat dan kemudian menyebar ke daerah lain. Adapun
pemimpinnya adalah Kartosuwirjo.
b. Daud Beureh di Aceh
Kaum muslim di Aceh mulai merasakan politik Jakarta hidup dalam keadaan, tidak
beriman, dan tidak cakap. Pada tahun 1949 Aceh menjadi Propinsi Republik yang
otonom. Selanjutnya pada tahun 1950 Aceh digabungkan dengan Propinsi Sumatera
Utara. Daud Beureu’eh, sebagai orang kuat Aceh dan benteng Republik Revolusi
menolak untuk menerima pekerjaan di Jakarta dan lebih memilih untuk bermukim di
Aceh dan memperhatikan perkembangan-perkembangannya. Adapun hal ini karena
adanya isi kabinet terdiri atas tokoh-tokoh Masyumi. Pada masa Kabinet Ali. Bahkan
Darul Islam berhasil memperluas wilayahnya dengan meliputi Aceh, Jawa Barat ,
dan Sulawesi. Pada Mei 1953, terdapat bukti bahwa ia menjalin hubungan dengan
Kartosuwirjo dari Darul Islam. Daud merasa keberadaan Kabinet Ali bermaksud
menangkapi orang-orang Aceh yang terkemuka. Sampai tahun 1959 Daud mundur
keatas bukit. Kemudian pada tanggal 19 September 1953 Daud dan PUSA
terangan-terangan melakukan pemberontakan terhadap Jakarta. Ini mendapat
dukungan orang-orang Aceh yang menjadi pegawai dan tentara. Saat itu Daud
menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Darul Islam bukan Pemerintah
Pancasila. Ketika Kabinet Ali gerakan ini dianggap sebagai hambatan yang
berpengaruh terhadap ketidakstabilan Negara. Apalagi Hal ini merupakan tantangan
bagi pemerintahan Kabinet Ali dan menjadi penguras utama dana.[11]
c. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan
Pada Januari 1952 Kahar Muzakar menyatakan Sulawesi Selatan merupakan
wilayah dari kepemimpinan Kartosuwirjo. Namun pada akhirnya Kahar Muzakar ini
berhasil ditembak oleh Tentara dari Divisi Siliwangi.
d. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Jawa Tengah
Pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Fatah dan Mahfud Abdur Rahman. Pada
tahun 1954 pemberontakan ini berhasil ditundukan oleh TNI.
e. Persoalan dalam negeri dan luar negeri misalnya persiapan pemilihan umum yang
saat itu direncanakan pada pertengahan Mei 1955 mengalami kegagalan.
f. Konflik dengan TNI-AD dalam persoalan pengangkatan seorang kepala staf.
Ketegangan yang terjadi dilingkungan TNI-AD sejak peristiwa 17 Oktober 1952
(Pada waktu itu Nasution mendapat skors atau dinonaktifkan selama tiga tahun)
kemudian berlanjut. (Ricklefs: 1998, 369). Adapun peristiwa disebabkan Kepala Staf
TNI-AD “Bambang Sugeng” mengajukan permohonan. Dalam hal ini keinginan
tersebut disetujui oleh kabinet. Tindak lanjut dari hal tersebut ialah pengangkatan
Kolonel Bambang Utoyo oleh Mentri Pertahanan. menurut Panglima TNI-AD hal
tersebut sangat tidak menghormati norma-norma yang ada di dalam lingkungan TNI-
AD. Kabinet yang ada saat itu dipersalahkan, bahkan dalam Upacara Pelantikan dan
Serah Terima Panglima tinggi TNI-AD tidak ada yang hadir.
Pencapaian Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Meski Kabinet Ali Sastroamijoyo I berada pada kondisi yang serba sulit, namun ada
beberapa prestasi atau pencapaian yang bisa dibanggakan. Meski mungkin tidak
semua program kerja yang suda disusun tidak bisa tercapai secara keseluruhan,
namun tetap saja ada beberapa prestasi yang berhasil diraiah. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini termasuk kabinet yang bertahan lama dalam menjalankan
pemerintahan. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah memberikan sumbangsih
kepada negara dan bahkan kepada bangsa Asia-Afrika. Hal ini didasarkan pada
peristiwa yang terjadi di Bandung pada 18 April-24 April 1955. Saat itu Indonesia
berhasil merangkul saudara-saudara Afrika dan Asia untuk melawan kolonialisme
dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis yang lain.

Kemudian peristiwa pada April-Mei-1954 yang merupakan pertemuan antara


Perdana Menteri India, Pakistan, Sri Lanka, Birma, dan Indonesia (diselenggarakan
di Colombo). Hal ini menunjukkan bahwa Ali berhasil mengalihkan situasi politik di
Indonesia yang tidak stabil kala itu dan bahkan mampu mengangkat nama Indonesia
di dunia internasional. Di situ, Ali mengusulkan KAA yang kemudian disetujui oleh
negara lainnya. Adanya KAA ini menunjukkan bahwa pemerintahan Ali telah
mendapatkan kemenangan. Ketika itu, ada sekitar 29 negara yang hadir.

Kemunduran Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Sama seperti nasib dari kabinet-kabinet sebelumnya, pada akhirnya Kabinet Ali
Satroamijoyo I pun kemudian berakhir dengan mengundurkan diri. Alasan
pengunduran ini adalah karena banyak sekali masalah yang tidak bisa diatasi
dengan baik. Memang pada saat itu banyak sekali terutama masalah seperti
pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu, masalah korupsi yang
semakin meningkat dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan tingkat
kepercayaan dari masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai
masalah lainnya juga menjadi alasan utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu
bahkan juga skandal korupsi di tubuh PNI sendiri juga menjadi alasan utama.

NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di
bidang ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan
PNI. Sehingga pada puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri
yang ada di dalam kabinet untuk mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet.
Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan lemahnya
Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk menggulirkan
mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada
kebijakan Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian
meredam kecaman-kecaman terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai
imbalan atas perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo sendiri kemudian mengembalikan
mandatnya pada tanggal 18 Juni. Kemudian karena dukungan dari DPR tidak
mencukupi, empat hari kemudian Ali pun mengunfurkan diri dan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.

Anda mungkin juga menyukai