Anda di halaman 1dari 48

DI/TII

JAWA T E N GAH
1. Chindy Christie Davina (7)
2. Eunike Laurine Randa (11)
3. Kristoforus Kenry Tjoanto (19)
4. Stephanie Anggawijaya (27)

XII IPA B
E
C
A B

F
D
Brebes, Tegal, dan
Pekalongan dipimpin
oleh Amir Fatah.
Untuk menumpas
pemberontakan ini, Kebumen dipimpin oleh
pada bulan Januari Mohammmad Mahfud
1950 pemerintah Abdulrahman (Kyai
melakukan operasi Sumolangu). Gerombolan
kilat yang disebut ini dapat ditumpas pada
Gerakan Banteng tahun 1954 melalui sebuah
Negara (GBN) dan operasi militer yang diberi
Banteng Raiders. nama Operasi Guntur.

Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh


Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII
pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas
pemberontakan ini, pemerintah melakukan
Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh
Letkol Soeharto, Komandan Brigade Pragolo.
PEMBERONTAKAN
DI/TII DI JAWA TENGAH
PIMPINAN AMIR FATAH
Berdasarkan Persetujuan Renville, wilayah RI semakin dipersempit dengan adanya garis
Demarkasi Van Mook, yang dikenal dengan istilah Kantong. Kesatuan TNI yang berada di dalam
wilayah Belanda harus meninggalkan daerah tersebut.
Amir Fatah
Amir Fatah awalnya merupakan
anggota TNI yangg diangkat

Amir Fatah
sebagai koordinator pasukan. Akan
tetapi, terjadi ketegangan antara
Amir Fatah dan TNI. Hingga Amir
Fatah kemudian tersinggung dan
bergabung dengan DI/TII di Jawa
Barat. Oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo, Amir Fatah
kemudian diangkat menjadi
Panglima DI/TII di Jawa Tengah.
Amir Fatah pernah mendampingi
Kartosuwiryo ke Malang sebagai
pengawalnya, dalam rangka menghadiri
Sidang Paripurna ke-5 Komite Nasional
Indonesia (KNI) Pusat pada bulan
Februari 1947.
Antara Amir Fatah dan Kartosuwiryo mempunyai cita-cita yang sama, yaitu
mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia. Cara yang ditempuh guna
mewujudkan cita-citanya pun sama, yaitu dengan jalan kekerasan senjata.
Amir Fatah
memproklamasikan sebuah
Negara Islam Indonesia (NII)
di desa Pangrasan 22,
Kecamatan Bantarkawung,
Kabupaten Brebes pada
tanggal 28 April 1949 pukul
12.00 WIB sebagai tindak
lanjut dari usahanya untuk
mendirikan sebuah negara
Islam.
Tujuan utama dari gerakan DI/TII
pimpinan Amir Fatah adalah untuk
mengusir penjajah Belanda dari bumi
Indonesia ini. Selain itu gerakan
pemberontakan ini juga ingin
menegakkan sebuah Negara Islam
dengan menjalankan syariat Islam di APA TUJUAN GERAKAN DI/TII
dalamnya. BENTUKAN AMIR FATAH?
Program pemerintah yang berupa nasionalisasi pasukan menjadi pasukan resmi ternyata menimbulkan masalah baru di kalangan
laskar-laskar yang ada di daerah Tegal. Pemerintah melakukan standarisasi bahwa pasukan yang akan direkrut menjadi pasukan TNI
harus bisa membaca dan menulis, dan lebih diutamakan mereka yang mengecam bangku pendidikan. Kebanyakan anggota pasukan
dan laskar yang ada di daerah Tegal tidak pernah mengecam bangku pendidikan.

Laskar-laskar di daerah Tegal kemudian menganggap kalau program tersebut hanyalah salah satu cara untuk melucuti
senjata yang dimiliki oleh mereka, karena yang tidak lolos seleksi harus menyerahkan senjata yang dimilikinya.
KEKECEWAAN
PARA LASKAR
Membentuk Organisasi Majelis Islam

Adanya program pemerintah ini menimbulkan


kekecewaan dan kemarahan dari anggota pasukan
dan laskar-laskar yang ada di daerah ini. Banyak di antara
anggota pasukan dan laskar yang sudah masuk ke dalam
pasukan TNI mengundurkan diri. Rasa kekecewaan di
kalangan pasukan dan laskar di daerah Tegal telah
memuncak, dan akhirnya bersama-sama dengan pasukan
dan laskar-laskar yang ada di daerah Brebes, mereka
membentuk sebuah organisasi dengan nama Majelis Islam.
Majelis Islam
mendukung DI/TII
pimpinan Amir Fatah

Organisasi ini secara terang-terangan


mendukung gerakan DI/TII pimpinan Amir
Fatah. Pemberontakan DI/TII di Tegal tidak
lepas dari pengaruh seorang Amir Fatah,
bahkan kontrol dari gerakan ini langsung dari
perintah Amir Fatah.
Amir Fatah berhasil mengeksploitasi sentimen agama Islam di
kalangan masyarakat dan mengobarkannya menjadi fanatisme
untuk mendapatkan dukungan rakyat yang lebih besar. Doktrin
Amir Fatah adalah untuk memusuhi dan bila perlu membunuh
pasukan TNI yang dianggap kafir dan kepada masyarakat
dijanjikan akan masuk surga. Masyarakat Tegal mempunyai tingkat
pendidikan dan pengetahuan umum yang rendah dan hanya
pelajaran agama Islam yang mereka pelajari secara mendalam,

KEFANATIKAN
sehingga mereka menjadi masyarakat yang fanatik terhadap
agama dan percaya pada doktrin-doktrin Darul Islam.
Pada bulan Agustus 1948, Amir Fatah masuk ke
daerah pendudukan Belanda (saat itu terjadi
kekosongan) di Tegal dan Brebes dengan
membawa 3 kompi Hizbullah.

Amir Fatah masuk daerah


pendudukan melalui Sektor yang
dipimpin oleh Mayor Wongsoatmojo.

Mereka berhasil masuk dengan kedok untuk


mengadakan perlawanan terhadap Belanda dan
mendapat tugas istimewa dari Panglima Besar
Sudirman untuk menyadarkan Kartosuwiryo.
Amir Fatah
setelah tiba di
daerah
pendudukan
Belanda di
Dengan jalan intimidasi dan
Pekalongan
kekerasan berhasil membentuk
dan Brebes
organisasi Islam yang dinamakan
kemudian
Majelis Islam (MI) mulai tingkat
melepaskan
dewasa sampai karesidenan.
kedoknya
untuk
mencapai
tujuan.
Disamping itu menyusun suatu
kekuatan yaitu Tentara Islam
Indonesia (TII) dan Barisan
Keamanan serta Pahlawan Darul
Islam (PADI). Dengan demikian di
daerah pendudukan, Amir Fatah
telah menyusun kekuatan DI di
Jawa Tengah.
Sementara itu, Mayor Wongsoatmojo pada bulan Januari
1949 masuk daerah pendudukan Belanda di Tegal dan
Brebes dengan kekuatan 4 kompi.

daerah pendudukan Belanda di Tegal

Kemudian diadakan perundingan dengan pimpinan Majelis Islam


(MI) yang diawali Amir Fatah. Dengan perundingan itu dapat
dicapai suatu kerjasama antara pemerintah militer dengan MI juga
antara TNI dengan pasukan Hizbullah dan Amir Fatah diangkat
menjadi Ketua Koordinator daerah operasi Tegal-Brebes.
Dibalik itu semua, Amir Fatah
menggunakan kesempatan tersebut untuk
menyusun kekuatan TII dan DI-nya.

Usaha untuk menegakkan


kekuasaan di Jawa Tengah
semakin nyata.

Lebih-lebih setelah datangnya


Kamran Cakrabuana sebagai utusan
DI/TlI Jawa Barat untuk
mengadakan perundingan dengan
Amir Fatah.

Keadaan berkembang dengan


cepat.
1 3
Amir Fatah diangkat Ia mengatakan bahwa Amir
menjadi Komandan Fatah dengan seluruh kekuatan
Pertempuran Jawa Tengah bersenjatanya tidak terikat lagi
dengan pangkat Mayor dengan Komandan SWKS III.
Jenderal TII.

2
Sejak itu Amir menyerahkan tanggung
jawab dan jabatannya selaku Ketua
Koordinator daerah Tegal-Brebes
kepada Komandan SKS (Sub
Wherkraise) III.
AMIR FATAH
TOKOH
PEMBERONTAK
Amir Fatah merupakan tokoh yang melahirkan DI/TII di Jawa Tengah. Semula, Amir Fatah setia pada
RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan DI/TII. Perubahan sikap tersebut
disebabkan oleh beberapa alasan.

Pertama, terdapat persamaan ideologi


antara Amir Fatah dengan S.M.
Kartosuwiryo, yaitu keduanya menjadi
pendukung setia Ideologi Islam. Keempat, adanya perintah
penangkapan dirinya oleh Mayor
Wongsoatmojo.

Kedua, Amir Fatah dan para


pendukungnya menganggap bahwa
aparatur Pemerintah RI dan TNI yang Ketiga, Amir Fatah menganggap bahwa dengan
bertugas di daerah Tegal-Brebes telah adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut,
terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai perjuangan
mengganggu perjuangan umat Islam. Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di
daerah Tegal-Brebes.
Demi upaya-upaya untuk
melaksanakan cita-citanya di Jawa
Tengah, DI mengadakan teror
terhadap rakyat dan TNI yang
sedang mengadakan perlawanan
terhadap Belanda.

Dengan demikian, dapat


dibayangkan betapa beratnya
perjuangan TNI di daerah SWKS
III, karena harus menghadapi
dua lawan sekaligus yaitu
Belanda dan DI/TII pimpinan
Amir Fatah.
Kemudian pasukan DI
mengadakan penyerbuan
terhadap markas SWKS III di
Bentarsari. Pada waktu itu
pula terjadilah pembunuhan
massal terhadap satu Regu
Brimob pimpinan Komisaris
Bambang Suprapto. Pukulan
teror DI di daerah SWKS III
membuat kekuatan TNI
menjadi terpecah belah tanpa
hubungan satu sama lain.
Akibat teror DI tersebut, daerah
SWKS III menjadi gawat.
Usaha untuk mengatasi keadaan ini,
Letnan Kolonel Moch. Bachrun
Komandan Brigade 8/WK I
mengambil tindakan
mengkonsolidasikan SWKS III yang
telah terpecah-pecah.
Kemudian diadakan pengepungan
terhadap pemusatan DI. Gerakan
selanjutnya dilaksanakan dalam fase
ofensif.
Gerakan tersebut berhasil memecah
belah kekuatan DI/TII sehingga
terjadi kelompok-kelompok kecil.
Akibat terpecahnya kekuatan DI menjadi
kelompok-kelompok kecil tersebut, akhirnya
gerakan mereka dapat dipatahkan.
Gerakan itu dilaksanakan siang dan malam,
sehingga kedudukan mereka terdesak.
Dalam keadaan moril pasukan tinggi,
datang perintah penghentian tembak-
menembak dengan Belanda.
Akhirya menghasilkan KMB yang
keputusan-keputusannya harus
dilaksanakan oleh TNI antara lain
penggabungan KNIL dengan TNI.
Dalam situasi TNI
berkonsolidasi, Amir Fatah
mengambil kesempatan
untuk menyusun kekuatan
kembali.

Kekuatan baru itu memilih daerah


Bumiayu menjadi basis dan markas
komandonya. Setelah mereka kuat,
mereka mulai menyerang pos-pos TNI
dengan cara menggunakan massa rakyat.
Untuk mencegah DI Amir Fatah agar tidak
meluas ke daerah-daerah lain di Jawa
Tengah, diperlukan perhatian khusus.
Kemudian Panglima Divisi III Kolonel Gatot
Subroto mengeluarkan siasat yang bertujuan
memisahkan DI/TII Amir Fatah dengan DI/TII
Kartosuwiryo, menghancurkan sama sekali
kekuatan bersenjatanya dan membersihkan sel-sel
Darul Islam dan pimpinannya.

Dengan dasar instruksi siasat itu maka terbentuklah


Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional
(GBN).

GATOT SUBROTO
Letnan Kolonel Sarbini Letkol M. Bachrun Ahmad Yani

Pimpinan Operasi GBN


yang pertama, yaitu
Letnan Kolonel Sarbini,
kemudian digantikan oleh
Letnan Kolonel M.
Bachrun, dan terakhir,
Letnan Kolonel A. Yani.

Dalam kemimpinan Letkol A. Yani untuk menumpas DI Jawa


Tengah dan gerakan ke timur dari DI Kartosuwiryo yang
gerakannya meningkat dengan melakukan teror terhadap rakyat,
maka dibentuklah pasukannya yang disebut Banteng Raiders.
Kemudian diadakan perubahan gerakan Banteng dari defensif menjadi ofensif. Gerakan menyerang musuh dilanjutkan dengan
fase pembersihan. Dengan demikian tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk menetap dan konsolidasi di suatu tempat.
Operasi tersebut telah berhasil membendung dan menghancurkan ekspansi DI ke timur, sehingga rakyat Jawa Tengah terhindar
dari bahaya kekacauan dan gangguan keamanan dari DI/TII.
AMIR
BERHASIL

PADA
FATAH
DITANGKA
22PDESEMBER 1950
PEMBERONTAKAN DI/TII
Di JAWA TENGAH
PIMPINAN KYAI
SUMOLANGU
Angkatan Umat Islam
Angkatan Umat Islam (AUI) lahir
sebagai organisasi sosial kelaskaran
dengan dasar utama Islam. Tokoh
sentral AUI adalah Kyai Haji
Mahfud Abdurrahman alias Kyai
Somalangu dan lebih dikenal
masyarakat sebagai “Rama Pusat”.
Terbentuknya RIS sebagai hasil
persetujuan KMB dijadikan alasan
mutlak AUI menentang
pemerintahan.
Latar belakang “pemberontakan”
terjadi karena AUI menolak
pembubaran pasukan AUI untuk
digabung ke dalam APRIS. Gerakan
AUI merupakan pergerakan sosial
yang abortif karena gagal mencapai
tujuan pergerakan sehingga
menimbulkan kontroversi mengenai
gerakan ini yaitu antara AUI
digolongkan sebagai bagian dari
DI/TII Jawa Barat dan AUI bukan
merupakan bagian dari DI/TII Jawa
Barat.

APRIS
Adapun maksud dari
tujuan organisasi tersebut
ialah guna membentuk
suatu Negara Islam
Indonesia (NII) dan
bersekutu dengan
Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo.
Meski demikian, dalam perjuangan
untuk mempertahankan
kemerdekaan, awalnya AUI bahu
membahu dengan Tentara Republik
dalam menghadapi Belanda. Namun
kerjasama antara AUI dengan
Tentara RI mulai pecah ketika
pemerintah hendak melakukan
demobilisasi AUI.
Ajakan pemerintah untuk berunding ditolak Kyai
Sumolangu. Pada akhir Juli 1950, Kyai Sumolangu
melakukan pemberontakan. Sesudah sebulan
bertempur, tentara RI berhasil menumpas
pemberontakan ini.
Ratusan pemberontak dinyatakan tewas dan sebagian
besar berhasil ditawan. Sebagian lainnya melarikan diri
dan bergabung dengan pasukan TII di Brebes dan Tegal.
Akibat pemberontakan ini kehancuran yang diderita di
Kebumen sangatlah besar. Ribuan rakyat mengungsi dan
ratusan orang ikut terbunuh. Selain itu desa-desa juga
mengalami kerusakan berat.
Pemberontakan ini berhasil ditaklukkan dalam waktu singkat
oleh Letnan Kolonel M. Bachrun dan Letnan Kolonel A.
Yani, dikarenakan kurangnya kemampuan ulama dalam
bidang militer.
PEMBERONTAKAN
DI/TII
OLEH BATALYON 426
We Create
Quality Professional
PPT Presentation

Amir Fatah dan golongannya melakukan infiltrasi paham darul islam agar mereka dapat masuk ke
dalam tubuh TNI. Sasaran mereka adalah Batalyon 423 dan Batalyon 426. Tujuan dipilihnya
kedua batalyon tersebut juga sangat beralasan, Yon 423 dan Yon 426 adalah batalyon yang
dibentuk melalui peleburan laskar yang berideologi islam yang kuat.
Yon 423 awalnya adalah barisan Sabilillah
yang dibentuk pada masa pemerintahan
Jepang dan terus berjuang terutama dalam
mempertahankan kemerdekaan yang
dikomandani oleh Mayor Basuno.
Sedangkan Yon 426 adalah bekas pasukan
Hizbullah yang dikomandani oleh Mayor
Munawar, pasukan ini berengalaman dalam
mempertahankan kemerdekaan di front
Mranggen, Demak.

Barisan Sabilillah
Karena diadakan ReRa (restrukturasi dan
rasionalisasi) dalam tubuh TNI, pasukan tersebut
dilebur dalam kesatuan TNI setingkat Batalyon
yang dinamakan Yon 423 “Sunan Murio” dan
Yon 426 “Sunan Bintoro”.

Pada kenyataannya, kedua Yon ini anggotanya


adalah penganut islam yang keras dan radikal
yang banyak anggotanya merupakan simpatisan
Darul Islam.

Yon 423 dan Yon 426 mulai banyak disusupi


paham Darul Islam yang terbukti pada saat Yon
423 menjaga kawasan Tegal Brebes mereka
memberikan bantuan peluru dan senjata pada
gerombolan Amir Fatah, gerombolan yang
seharusnya mereka tumpas.
Yon 423 dan Yon 426 sering melakukan
rapat gelap dan rahasia dengan Amir Fatah
untuk melaksanakan sebuah
pemberontakan yang bertujuan melakukan
perluasan wilayah ke Jawa Tengah.

Setelah beberapa rapat di


berbagai tempat diadakan
ditetapkanlah sebuah tanggal
yang dinamakan Hari ‘H’ yaitu
tanggal 12 Desember 1951.

Sebelum tanggal itu, mereka telah melakukan


beberapa persiapan antara lain pembagian
wilayah tanggung jawab, suplai amunisi, bahkan
sampai menyembunyikan senjata di dalam tanah
guna mengelabui intel TNI.
Namun dari pihak TNI yaitu TT IV
Diponegoro ternyata sudah memcium
kebusukan yang dilakukan kedua Yon tersebut.
Petunjuk tersebut didapat dari beberapa
kecurigaan antara lain, ditemukan sebuah
dokumen yang dibawa oleh seorang komandan
TII yang tewas terbunuh di daerah Brebes
yang di dalam dokumen tersebut menuliskan
rencana pemberontakan Yon 423 dan Yon 426.
Dari pihak TT IV Diponegoro awalnya melakukan pendekatan
secara persuasif, untuk Yon 423 mengalami rotasi yaitu
pemindahan dari medan tugasnya dari Brebes keluar Jawa yaitu
ke Pulau Seram yang bertujuan menghindari semakin
merasuknya paham Darul Islam.

Untuk Yon 426 dilakukan pemanggilan pada komandan mereka


yaitu Mayor Munawar selaku DanYon 426 dan Kapten Sofyan Kapten
Sofyan
selaku komandan Kompi 1. Namun dari panggilan yang
dilayangkan hanya mayor munawar saja yang datang, tidak
dengan Kapten Sofyan yang memilih mangkir dan menyatakan
memberontak. Kapten Sofyan bahkan mempersenjatai Yon 426
di Kudus untuk melakukan desersi dan memajukan rencana
pemberontakan.
dd

Anda mungkin juga menyukai